Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN GIZI BURUK DI


RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh
Ahmad Nasrullah, S.Kep.
NIM 132311101010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN GIZI BURUK

1. Kasus
Gizi Buruk
2. Proses Terjadinya Masalah
A. Definisi
Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda
penampilan seseorang akibat keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan yang dikonsumsi pada
suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang digunakan.
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat
berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau
menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat
kurus ( menurut BB terhadap TB ) dan atau hasil pemeriksaan klinis
menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor
(Supriyatno Edi, 2012)
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan
kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di
bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian,
yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor),
karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan
kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak
balita (bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya
perut (busung lapar). Zat gizi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu
istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan
dan kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses
terjadinya kekurangan gizi menahun (Nency, 2005).
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat
diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia
minimal 2 tahun (baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai
dengan pertambahan umur menurut suatu standar organisasi
kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau sedikit dibawah standar
disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila jauh dibawah
standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah salah satu
bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut (Pardede, J, 2006).
Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku
yang sering disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan
di Indonesia adalah World Health Organization – National Centre for
Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku WHO - NCHS status
gizi dibagi menjadi empat :
a. Gizi lebih untuk over weight, termasuk kegemukan dan obesitas.
b. Gizi baik untuk well nourished.
c. Gizi kurang untuk under weight yang mencakup mild dan
moderat, PCM (Protein Calori Malnutrition)/ disebut juga Protien
Energi Malnutrisi ( PEM ) atau (MEP) Malnutrisi Energi dan
Protein.
d. Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-
kwasiorkor dan kwashiorkor :
1) Marasmus yaitu keadaan kurang kalori.
2) Kwarshiorkor ialah defisiensi protein yang disertai
defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi
masa disapih dan anak prasekolah (balita).
3) Marasmus kwashiorkor yaitu keadaan peralihan antara
marasmus dan kwashiorkor.
Klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan
terhadap umur anak sebagai berikut:
a) Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP
ringan).
b) Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP
berat).
c) Berat badan <60% standar tanpa edema : marasmus (MEP berat).
d) Berat badan <60% standar dengan edema : marasmik kwashiorkor
(MEP berat).

B. Klasifikasi
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan
marasmus-kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-
ciri atau tanda klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1) Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut),
tidak terlihat lemak dan otot di bawah kulit (Kelihatan tulang di
bawah kulit), rambut mudah rontok dan kemerahan, gangguan
kulit, gangguan pencernaan (sering diare), pembesaran hati dan
sebagainnya. Anak tampak sering rewel dan banyak menangis
meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut
adalah gejala pada marasmus (Depkes RI, 2000):
a) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian
besar lemak dan otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus
kulit
b) Wajah seperti orang tua
c) Iga gambang dan perut cekung
d) Otot paha mengendor (baggy pant)
e) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih
terasa lapar
2) Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger
baby), bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping
kekurangan protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama
dipantatnya terlihat adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau
edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh.
a) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
b) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung
dan mudah dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang
lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c) Wajah membulat dan sembab
d) Pandangan mata anak sayu
e) Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah
dapat diraba dan terasa kenyal pada rabaan permukaan
yang licin dan pinggir yang tajam.
f) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas
dan berubah menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
3) Marasmik-Kwashiorkor
Adapun marasmik-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari
beberapa gejala klinis Kwarshiorkor dan marasmus disertai edema
yang mencolok.

C. Etiologi
Banyak faktor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk.
Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu
:
1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini disebabkan
terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya
tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial
dan ekonomi yaitu kemiskinan.
2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini
disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga
tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik.
Faktor lain yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk yaitu:
a) Faktor ketersediaan pangan yang bergizi dan terjangkau oleh
masyarakat
b) Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan
asuh anak
c) Pengelolaan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak
memadai.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab
gizi buruk pada balita, yaitu:
a) Keluarga miskin
b) Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
c) Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung,
TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan diare.

D. Patofisiologi
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan
atau anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi,
psikologik seperti suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan.
Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan protein, vitamin A,
vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan nutrisi
yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja.
Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada
retina ada sel batang dan sel kerucut. Sel batang lebih hanya bisa
membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang atau rodopsin ini
terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang
mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut
akan mengumpul lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut
adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh waktu. Jadi, rabun senja terjadi
karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air
(dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin
myosin pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari
kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter.
Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika
terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan
lipoprotein. Hal ini membuat penurunan HDL dan LDL. Karena
penurunan HDL dan LDL, maka lemak yang ada di hepar sulit
ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan lemak di
hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema.
Pitting edema adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti
semula. Pitting edema disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga
tekanan onkotik intravaskular menurun. Jika hal ini terjadi, maka terjadi
ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke intertisial, tidak ke
intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi
dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi
menjaga keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor,
selain defisiensi protein juga defisiensi multinutrien. Ketika ditekan,
maka plasma pada intertisial lari ke daerah sekitarnya karena tidak
terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya membutuhkan waktu
yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi pada
ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan
hidrostatik dan onkotik (Sadewa, 2008).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus
adalah kurang kalori protein yang dapat terjadi karena : diet yang
tidak cukup, kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan orang
tua dengan anak terganggu, karena kelainan metabolik atau malformasi
kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari interaksi antara
kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan
ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak
lahir, diduga berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis
besar sebab-sebab marasmus adalah sebagai berikut :
1) Masukan makanan yang kurang : marasmus terjadi akibat
masukan kalori yang sedikit, pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari ketidaktahuan orang
tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang
terlalu encer.
2) Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus,
terutama infeksi enteral misalnya infantil gastroenteritis,
bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis kongenital.
3) Kelainan struktur bawaan misalnya : penyakit jantung
bawaan, penyakit Hirschpurng, deformitas palatum,
palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus. Hiatus hernia,
hidrosefalus, cystic fibrosis pankreas
4) Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan
tersebut pemberian ASI kurang akibat reflek mengisap yang
kurang kuat
5) Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan
tambahan yang cukup
6) Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic
hypercalcemia, galactosemia, lactose intolerance
7) Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru
ditegakkan bila penyebab maramus yang lain disingkirkan
8) Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan
tambahan yang kurang akan menimbulkan marasmus
9) Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk
timbulnya marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti
pula perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudian
diikuti dengan pemberian susu manis dan susu yang terlalu
encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai
infeksi berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak
jatuh dalam marasmus.
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala gizi buruk pada umumnya adalah:
1) Kelelahan dan kekurangan energi
2) Pusing
3) Sistem kekebalan tubuh yang rendah
4) Kulit kering dan bersisik
5) Gusi mudah berdarah
6) Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
7) Berat badan kurang
8) Pertumbuhan yang lambat
9) Kelemahan otot
10) Perut kembung
11) Tulang mudah patah
12) Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh

Manifestasi klinik antara Marasmus dan Kwashiorkor sebenarnya


berbeda walaupun dapat terjadi bersama-sama.
 Manifestasi Klinik Kwashiorkor
Pertumbuhan terganggu (berat badan dan tinggi badan kurang dari
standar).
a) Perkiraan Berat Badan (Kg)
 Lahir 3,25
 23-12 bulan (bln + 9)/2
 1-6 tahun (thn x 2) + 8
 6-12 tahun {(thn x 7) – 5}/2 (Soetjiningsih, 1995).
b) Perkiraan Tinggi Badan (Cm)
 1 tahun 1,5 x TB lahir
 4 tahun 2 x TB lahir
 6 tahun 1,5 x TB 1 thn
 13 tahun 3 x TB lahir
 Dewasa 3,5 x TB lahir = 2 x TB 2 thn
c) Perubahan mental (cengeng atau apatis)
d) Pada sebagian besar anak ditemukan edema ringan sampai berat
e) Gejala gastrointestinal (anoreksia, diare)
f) Gangguan pertumbuhan rambut (defigmentasi, kusam, kering,
halus, jarang dan mudah dicabut)
g) Kulit kering, bersisik, hiperpigmentasi dan sering ditemukan
gambaran crazy pavement dermatosis.
h) Pembesaran hati (kadang sampai batas setinggi pusat, teraba
kenyal, licin dengan batas yang tegas)
i) Anemia akibat gangguan eritropoesis.
j) Pada pemeriksaan kimia darah ditemukan hipoalbuminemia
dengan kadar globulin normal, kadar kolesterol serum rendah.
k) Pada biopsi hati ditemukan perlemakan, sering disertai tanda
fibrosis, nekrosis dan infiltrasi sel mononukleus.
l) Hasil autopsi pasien kwashiorkor yang berat menunjukkan
terjadinya perubahan degeneratif pada semua organ (degenerasi
otot jantung, atrofi fili usus, osteoporosis dan sebagainya).
 Manifestasi Klinik Marasmus:
a) Pertumbuhan berkurang atau terhenti, otot-otot atrofi
b) Perubahan mental (cengeng, sering terbangun tengah malam)
c) Sering diare, warna hijau tua, terdiri dari lendir dengan sedikit
tinja.
d) Turgor kulit menurn, tampak keriput karena kehilangan jaringan
lemak bawah kulit
e) Pada keadaan marasmik yang berat, lemak pipi juga hilang
sehingga wajah tampak lebih tua, tulang pipi dan dagu kelihatan
menonjol
f) Vena superfisial tampak lebih jelas
g) Perut membuncit dengan gambaran usus yang jelas.

F. Komplikasi
Pada penderita gangguan gizi sering terjadi gangguan asupan
vitamin dan mineral. Karena begitu banyaknya asupan jenis vitamin dan
mineral yang terganggu dan begitu luasnya fungsi dan organ tubuh yang
terganggu maka jenis gangguannya sangat banyak. Pengaruh KEP bisa
terjadi pada semua organ sistem tubuh. Beberapa organ tubuh yang
sering terganggu adalah saluran cerna, otot dan tulang, hati,
pancreas, ginjal, jantung, dan gangguan hormonal.
Anemia gizi adalah kurangnya kadar Hemoglobin pada anak yang
disebabkan karena kurangnya asupan zat Besi (Fe) atau asam Folat.
Gejala yang bisa terjadi adalah anak tampak pucat, sering sakit kepala,
mudah lelah dan sebagainya. Pengaruh sistem hormonal yang terjadi
adalah gangguan hormon kortisol, insulin, Growht hormon (hormon
pertumbuhan) Thyroid Stimulating Hormon meninggi tetapi fungsi tiroid
menurun. Hormon-hormon tersebut berperanan dalam metabolisme
karbohidrat, lemak dan tersering mengakibatkan kematian (Sadewa,
2008).
Mortalitas atau kejadian kematian dapat terjadi pada penderita
KEP, khususnya pada KEP berat. Beberapa penelitian menunjukkan pada
KEP berat resiko kematian cukup besar, adalah sekitar 55%. Kematian
ini seringkali terjadi karena penyakit infeksi (seperti Tuberculosis,
radang paru, infeksi saluran cerna) atau karena gangguan jantung
mendadak. Infeksi berat sering terjadi karena pada KEP sering
mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Sehingga mudah
terjadi infeksi atau bila terkena infeksi beresiko terjadi komplikasi
yang lebih berat hingga mengancam jiwa (Nelson, 2007).
1) Perubahan Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting,
dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak
pada semua kelompok umur. Berat badan merupakan hasil
peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lain-lainnya.
Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini
untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak,
sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif
dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang
relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak waktu.
Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk :
a) Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang
akut, maupun kronis, tumbuh kembang dan kesehatan
b) Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan
penyakit
c) Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu
diberikan.
2) Penilaian status gizi secara Antropometri
Penilaian status gizi terbagi atas penilaian secara langsung
dan penilaian secara tidak langsung. Adapun penilaian secara
langsung dibagi menjadi empat penilaian adalah antropometri,
klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi
secara tidak langsung terbagi atas tiga adalah survei
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi.

G. Pemeriksaan Penunjang
Antropometri, Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh
manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
(Supariasa, 2002). Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut
umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).
a) Indeks berat badan menurut umur (BB/U)
Merupakan pengukuran antropometri yang sering digunakan
sebagai indikator dalam keadaan normal, dimana keadaan
kesehatan dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan gizi
terjamin. Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh
(otot dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap
perubahan keadaan yang mendadak, misalnya terserang infeksi,
kurang nafsu makan dan menurunnya jumlah makanan yang
dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan status gizi sekarang.
Berat badan yang bersifat labil, menyebabkan indeks ini lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current
Nutritional Status)
b) Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
Indeks TB/U disamping memberikan gambaran status gizi masa
lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status ekonomi (Beaton
dan Bengoa (1973) dalam.
c) Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan
searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan
tertentu (Supariasa,dkk 2002).
d) Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidaknormalan.
Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada
kelainan pada tulang dan organ tubuh lain Memeriksa penyakit
atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk.

H. Penatalaksanaan
Dalam proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah
fase stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan
harus trampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap fase.
Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita kwashiorkor, marasmus
maupun marasmik-kwarshiorkor.
1) Tahap Penyesuaian (Stabilisasi)
Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien menerima
makanan hingga ia mampu menerima diet tinggi energi dan tingi
protein (TETP). Tahap penyesuaian ini dapat berlangsung singkat,
adalah selama 1-2 minggu atau lebih lama, bergantung pada
kemampuan pasien untuk menerima dan mencerna makanan. Jika
berat badan pasien kurang dari 7 kg, makanan yang diberikan
berupa makanan bayi. Makanan utama adalah formula yang
dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2%
tepung. Secara berangsur ditambahkan makanan lumat dan
makanan lembek. Bila ada, berikan ASI. Jika berat badan pasien 7
kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan untuk anak di
atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair,
kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan sehari.
b. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.
c. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara
bertahap dengan keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing
tahap selama 2-3 hari. Untuk meningkatkan energi ditambahkan
5% glukosa, dan
d. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10 kali
sehari tiap 2-3 jam. Bila konsumsi per-oral tidak mencukupi,
perlu diberi tambahan makanan lewat pipa (per-sonde) (RSCM,
2003).
2) Tahap Penyembuhan (Transisi)
Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan bertambah
baik, secara berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian makanan ditingkatkan
hingga konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg berat badan sehari dan 2-5
gram protein/kg berat badan sehari.
3) Tahap Lanjutan (Rehabilitasi)
Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah dibiasakan
memperoleh makanan biasa yang bukan merupakan diet TETP.
Kepada orang tua hendaknya diberikan penyuluhan kesehatan dan
gizi, khususnya tentang mengatur makanan, memilih bahan
makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya belinya.
Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah :
a. Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila terdapat
tanda-tanda hipoglikemia.
b. KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.
c. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler
bila terdapat hipomagnesimia.
d. Vitamin A diberikan sebagai pencegahan sebanyak 200.000
SI peroral atau 100.000 SI secara intra muskuler. Bila terdapat
xeroftalmia, vitamin A diberikan dengan dosis total 50.000
SI/kg berat badan dan dosis maksimal 400.000 SI.
e. Vitamin B dan vitamin C dapat diberikan secara suntikan per-
oral. Zat besi (Fe) dan asam folat diberikan bila terdapat
anemia yang biasanya menyertai KKP berat.

I. Pencegahan
Pencegahan Malnutrisi antara lain: mempertahankan status gizi
anak seoptimal mungkin, menurunkan resiko timbulnya penyakit infeksi
dan memperbaiki diit anak malnutrisi, meminimalkan akibat penyakit
infeksi pada anak, merehabilitasi anak-anak yang menderita KEP fase dini
(malnutrisi ringan). Operasional dari kebijaksanaan pencegahan
Malnutrisi tersebut antara lain:
1) Program promosi ASI
2) Program peningkatan kualitas makanan dengan bahan-bahan
lokal. Ibu hamil dan ibu menyusui diharapkan untuk
meningkatkan kebutuhan zat-zat gizinya antara lain dengan :
pemberian tablet besi, pemberian dan perbaikan makanan ibu
hamil, program peningkatan makanan keluarga, misalnya:
penyuluhan tentang proses pemasakan daging yang direbus
tidak terlalu lama, sebab akan menurunkan lemak serta vitamin
yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K).
3) Program imunisasi, perbaikan sanitasi lingkungan.
4) Deteksi dini dan pengobatan semua penyakit infeksi serta
program oral dan internal pada dehidrasi karena diare
5) Meningkatkan hasil produksi pertanian
6) Penyediaan makanan formula yg mengandung tinggi protein
dan tinggi energi utk anak-anak yg disapih
7) Memperbaiki infrastruktur pemasaran
8) Subsidi harga bahan makanan
9) Pemberian makanan suplementer
10) Pendidikan gizi
11) Pendidikan dan pemeliharaan kesehatan
A. PATHWAY
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan Utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan diare kronis,
gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun),
bengkak pada tungkai dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data
fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam
waktu relatif lama).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.
d. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara umum
dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum
dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor
adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan,
lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala
yang mungkin didapatkan adalah:
e. Penurunan ukuran antropometri
f. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut)
g. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
h. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostal)
i. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare.
j. Edema tungkai
k. Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan
(bokong, fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
l. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama
jenis normositik normokrom karenaadanya gangguan sistem
eritropoesis akibat hipoplasia kronis sum-sum tulang di samping
karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan, kerusakan hati
dan gangguan absorbsi. Selain itu dapat ditemukan kadar albumin
serum yang menurun. Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi tidak adekuat
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan nutrisi,
dehidrasi
3) Resiko infeksi berhubungan dengan malnutrisi
4) Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
asupan kalori dan protein yang tidak adekuat.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang
kondisi, prognosi dan kebutuhan nutrisi
3. Rencana Keperawatan

RENCANA KEPERAWATAN
NO DIANGOSA RASIONAL
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
DX KEPERAWATAN
1 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari  Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh b/d  Nutritional Status :
intake nutrisi tidak food and Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan  Alergi dapat
adekuat  Nutritional Status :  Kolaborasi dengan ahli gizi memperberat
nutrient Intake untuk menentukan jumlah kalori penyakit
 Weight control dan nutrisi yang dibutuhkan  Jumlah kalori yang
pasien. dibutuhkan tubuh
Kriteria Hasil :  Anjurkan pasien untuk untuk memper cepat
 Adanya peningkatan meningkatkan intake Fe penyembuhan
berat badan sesuai  Anjurkan pasien untuk  Fe berfungsi untuk
dengan tujuan meningkatkan protein dan meningkatkan zat
 Beratbadan ideal sesuai vitamin C besi
dengan tinggi badan  Berikan substansi gula  Vitamin C sangat
 Mampumengidentifikas  Yakinkan diet yang dimakan bagus untuk kulit
i kebutuhan nutrisi mengandung tinggi serat untuk  Gula mengandung
 Tidk ada tanda tanda mencegah konstipasi glukosa yang akan
malnutrisi
 Berikan makanan yang terpilih ( dipecah menjadi ATP
 Menunjukkan  Hati hati diet yang
sudah dikonsultasikan dengan
peningkatan fungsi menimbulkan
pengecapan dari ahli gizi) konstipasi
menelan  Ajarkan pasien bagaimana  Makanan yang
 Tidak terjadi penurunan membuat catatan makanan terpilih dapat
berat badan yang harian. meningkatkan status
berarti  Monitor jumlah nutrisi dan gizi
kandungan kalori  Catatan harian dapat
 Berikan informasi tentang mempermudah
kebutuhan nutrisi keluarga memberikan
 Kaji kemampuan pasien untuk nutrisi
mendapatkan nutrisi yang  Jumlah nutrisi
dibutuhkan menentukan
keparahan gizi buruk
Nutrition Monitoring  Kemampuan pasien
 BB pasien dalam batas normal menentukan jumlah
 Monitor adanya penurunan berat nutrisi yang masuk
badan
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
 Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
 Monitor lingkungan selama  Berat badan
makan merupakan salah satu
 Jadwalkan pengobatan dan indikator status gizi
tindakan tidak selama jam  Penurunann berat
makan badan yang
 Monitor kulit kering dan signifikan dapat
perubahan pigmentasi menurunkan status
gizi
 Monitor turgor kulit  Aktivitas yang
 Monitor kekeringan, rambut berlebihan dapat
kusam, dan mudah patah mengakibatkan
 Monitor mual dan muntah kelelahan
 Monitor kadar albumin, total  Intake harus
protein, Hb, dan kadar Ht seimbang dengan
 Monitor makanan kesukaan output
 Monitor pertumbuhan dan  Ingkungan dapat
perkembangan mendukung nafsu
 Monitor pucat, kemerahan, dan makan
kekeringan jaringan konjungtiva  Jangan sampai
 Monitor kalori dan intake pengobatan
nuntrisi menganggu pola
 Catat adanya edema, hiperemik, makan
hipertonik papila lidah dan  awasi tanda-tanda
cavitas oral. dehidrasi
 Catat jika lidah berwarna  turgor kulit biasanya
magenta, scarlet keriput
 rambut kering
menandakan
kekurangan gizi
 peningkatan albumin
dapat menimbulkan
odem
 makanan kesukan
dapat meningkatkan
nafsu makan
 kalori dan intake
harus seimbang
 edema merupakan
salah satu tanda gizi
buruk

2 Kerusakan NOC : NIC : Pressure Management


integritas kulit  Tissue Integrity :
berhubungan Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk  pakaian yang longgar
dengan perubahan Membranes menggunakan pakaian yang untuk mengurangi
nutrisi, dehidrasi longgar tekanan pada kulit
Kriteria Hasil :  Hindari kerutan padaa tempat  untuk mencegah
 Integritas kulit yang tidur terjadinya luka
baik bisa  Jaga kebersihan kulit agar tetap  kulit bersih dapat
dipertahankan bersih dan kering mengurangi kejadian
(sensasi, elastisitas,  Mobilisasi pasien (ubah posisi luka
temperatur, hidrasi, pasien) setiap dua jam sekali  mencegah dikubitus
pigmentasi)  Monitor kulit akan adanya  kemerahan salah satu
 Tidak ada luka/lesi kemerahan tanda infeksi
pada kulit  Oleskan lotion atau  lotion dapat
 Perfusi jaringan baik minyak/baby oil pada derah melembabkan kulit
 Menunjukkan yang tertekan  aktivitas dan
pemahaman dalam
 Monitor aktivitas dan mobilisasi mobilisasi sangat
proses perbaikan kulit pasien berresiko terhadap
dan mencegah
 Monitor status nutrisi pasien integritas kulit
terjadinya sedera
 Memandikan pasien dengan  status nutrisi kurang
berulang
sabun dan air hangat dapat mempengaruhi
 Mampu melindungi keadaan kulit
kulit dan  menjaga agar kulit
mempertahankan tetap bersih
kelembaban kulit dan
perawatan alami
3 Resiko infeksi NOC : NIC :
berhubungan  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
dengan malnutrisi  Knowledge : Infection
control  Bersihkan lingkungan setelah
 Risk control dipakai pasien lain  Mencegah terjadinya
 Pertahankan teknik isolasi infeksi
Kriteria Hasil :  Batasi pengunjung bila perlu  Untuk menjaga agar
 Klien bebas dari tanda  Instruksikan pada pengunjung tidak menular atau
dan gejala infeksi untuk mencuci tangan saat terkontaminasi
 Menunjukkan berkunjung dan setelah  Untuk mengurangi
kemampuan untuk berkunjung meninggalkan resiko infeksi yang
mencegah timbulnya pasien dapat di timbulkan
infeksi  Gunakan sabun antimikrobia  Mencui tangan dapat
 Jumlah leukosit dalam untuk cuci tangan menghilangkan
batas normal  Cuci tangan setiap sebelum dan kuman penyakit
 Menunjukkan perilaku sesudah tindakan kperawtan  Sabun dapat
hidup sehat
 Gunakan baju, sarung tangan digunakan sebagai
sebagai alat pelindung pembunuh keman
 Pertahankan lingkungan aseptik  Menjaga agar tetap
selama pemasangan alat bersih
 Ganti letak IV perifer dan line  Untuk melindungi
central dan dressing sesuai diri dari penyakit
dengan petunjuk umum  Lingkungan yang
 Gunakan kateter intermiten aseptik dapat
untuk menurunkan infeksi mengurangi riisko
kandung kencing infeski
 Tingktkan intake nutrisi
 Berikan terapi antibiotik bila
perlu
 Meminimalkan
Infection Protection (proteksi terhadap kuman penyakit
infeksi) masuk
 Monitor tanda dan gejala infeksi  Menjaga agar infeksi
sistemik dan lokal tidak semakin parah
 Monitor hitung granulosit, WBC  Nutrisi yang adekuat
 Monitor kerentanan terhadap dapat mengurangi
infeksi infeksi
 Batasi pengunjung  Anibiotik dapat
 Saring pengunjung terhadap membunuh kuman
penyakit menular penyakit
 Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
 Pertahankan teknik isolasi k/p
 Berikan perawatan kuliat pada
area epidema  Menjaga agar infeksi
tidak semakin parah
 Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,  Peningkatan WBC
panas, drainase menandakan terdapat
infeksi
 Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah  Menjaga agar infeksi
tidak bertambah
 Dorong masukkan nutrisi yang parah
cukup  Mencegah tertularnya
 Dorong masukan cairan penyakit pada atau
 Dorong istirahat dari pasien
 Instruksikan pasien untuk  Untuk menjaga agar
minum antibiotik sesuai resep tidak infeksi
 Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi  Untuk pengendalian
 Ajarkan cara menghindari infeksi
infeksi  Tanda tanda infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi  Luka termasuk port
 Laporkan kultur positif de entry
 Nutrisi yang cukup
dapat mempercepat
penyembuhan
 Istirahat yang cukup
dapat mempercepat
penyem buhan
 Antibiotik dapat
mengurangi inflamasi
 Untuk memberikan
pengetahuan pada
keluarga
4 Gangguan NOC NIC
pertumbuhan dan
perkembangan  Growth and Peningkatan perkembangan anak dan
berhubungan Development, remaja
dengan asupan Delayed
kalori dan protein  Nutrition Imbalance  Kaji faktor penyebab gangguan
yang tidak adekuat perkembangan anak  Untuk mengetahui
Less Than Body penyebabnya
 Requirements :  Indentifikasi dan gunakan
sumber pendidikan untuk  Edukasi dapat
Kriteria Hasil : memfasilitasi perkembangan meningkatkan
anak yang optimal pengetahuan
 Anak berfungsi  Salah satu tahap
 Berikan perawatan yang
optimal sesuai perkembangan
konsisten
tingkatannya
 Tingkatkan komunikasi verbal  Untuk memberikan
 Keluarga dan anak stimulus pada pasien
dan stimulsi taktil
mampu menggunakan  Untuk memberikan rasa
koping terhadap  Berikan instruksi berulang dan
sederhana percaya diri
tantangan karena  Perawatan diri secara
adanya  Berikan reinforcement positif
atas hasil yang dicapai anak mandiri dapat menjadi
ketidakmampuan tolak ukur pertumbuhan
 Keluarga mampu  Dorong anak melakukan
dan perkembangan
mendapatkan perawatan sendiri
sumber-sumber  Manajemen perilaku anak yang
sarana komunitas sulit
 Kematangan fisik :  Dorong anak melakukan
wanita : perubahan sosialisasi dengan kelompok
fisik normal pada  Ciptakan lingkungan yang aman
wanita yang terjadi
dengan transisi dan Nutritional Management :
masa kanak-kanak ke  Kaji keadekuatan asupan nutrisi  Sosialisasi dapat
dewasa (misainya kalori, zat gizi) mempercepat proses
 Kematangan fisik :
 Tentukan makanan yang disukai perkembangan
pria perubahan fisik  Lingkungan yang aman
anak
normal pada wanita
 Pantau kecenderungan kenaikan membuat suasana yang
yang terjadi dengan nyaman
dan penurunan berat badan
transisi dari masa
kanak-kanak ke Nutrition Theraphy :
dewasa
 Status nutrisi  MenyeIesaikn penilaian gizi,  Untuk memastikan
seimbang sesuai nutrisi yang diberikan
 Berat badan  Memantau makanan / cairan adekuat
tertelan dan menghitung asupan
kalori harian, sesuai  Makanan yang disukai
 Memantau kesesuaian perintah dapat meningkatkan
diet untuk memenuhi nafsu makan
kebutuhan gizi sehari-hari,
sesuai
 Kolaborasi dengan ahli gizi,
jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan
 untuk memenuhi persyaratan  Mencegah terjadinya
gizi yang sesuai infeksi
 Pilih suplemen gizi, sesuai  Untuk menjaga agar
tidak menular atau
 Dorong pasien untuk memilih
terkontaminasi
makanan semisoft, jika  Untuk mengurangi
kurangnya air liur menghalangi resiko infeksi yang
menelan dapat di timbulkan
 Mendorong asupan makanan  Mencui tangan dapat
tinggi kalsium, sesuai menghilangkan
 Mendorong asupan makanan kuman penyakit
 Sabun dapat
dancairan tinggi kalium, yang
digunakan sebagai
sesuai pembunuh keman
 Pastikan bahwa diet termasuk
makanan tinggi kandungan
serat untuk mencegah
konstipasi
 Memberikan pasien dengan
tinggi protein, tinggi kalori,
makanan dan minuman bergizi
jari yang dapat mudah
dikonsumsi, sesuai .Administer
menyusui enterai, sesuai
5 Kurang NOC NIC
pengetahuan
berhubungan  Knowledge : Disease Teaching : Disease Proses
dengan kurang Process
informasi tentang  Knowledge : Health  Berikan penilaian tentang  Mencegah terjadinya
kondisi, prognosi tingkat pengetahuan pasien infeksi
Hehavior
dan kebutuhan tentang proses penyakit yang  Untuk menjaga agar
nutrisi Kriteria Hasil : spesifik tidak menular atau
terkontaminasi
 Jelaskan patofisiologidari
 Pasien dan keluarga  Untuk mengurangi
penyakit dan bagaimana hal ini resiko infeksi yang
menyatakan
berhubungan dengan anatomi dapat di timbulkan
pemahaman tentang
dan fisiologi, dengan cara yang  Mencui tangan dapat
penyakit, kondisi,
tepat. menghilangkan
prognosis, dan kuman penyakit
 Gambarkan tanda dan gejala
program pengobatan
yang biasa muncul pada  Sabun dapat
 Pasien dan keluarga digunakan sebagai
penyakit, dengan cara yang
mampu melaksakan pembunuh keman
tepat
prosedur yang
 Identifikasi kemungkinan
dijelaskan secara
penyebab, dengan cara yang
benar
tepat
 Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan  Sediakan informasi pada pasien
kembali apa yang tentang kondisi, dengan cara
dijelaskan yang tepat
perawat/tim  Hindari jaminan yang kosong
 Sediakan bagi keluarga atau SO
kesehatan lainnya informasi tentang kemajuan
pasien dengan cara yang tepat
 Diskusikan perubahan gaya
hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang dan
ata proses pengontrolan
penyakit
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas local,
dengan cara yang tepat
 Intruksikan pasien mengenal
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Ceciliy,L. keperawatan pediatric.2002. Jakarta : EGC


Depkes. 2002. Kurang Gizi. Portal Kesehatan Online. Diakses tanggal 07 Juli
2018
Nency, Y. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi Yang Hilang. Inpvasi Edisi Vol.
5/XVII/ November 2005: Inovasi Online
Notoatmojo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Cetakan Ke-2. Jakarta: Rineka Cipta

Ngastiyah, 2000, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC


Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak,1995, Jakarta : EGC
Supriyatno, Edi. 2003. Gizi Balita. Bandung: Pustaka Ilmu

Krisnansari, Diah. 2010. Malnutrisi dan Gizi Buruk. Mandala of Health Volume
1. Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Anda mungkin juga menyukai