TINJAUAN PUSTAKA
3
4
terdiri dari dua tipe, yaitu metode tambang bawah tanah dan metode tambang
terbuka. Metode tambang bawah tanah dilakukan dengan jalan membuat
lubang menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang dan membuat lubang
bukaan pada lapisan batubara. Metode tambang terbuka dilakukan dengan
mengupas material penutup batubara (Sukandar rumidi 2010 dalam Permana
2010).
Maryani (2007), menjelaskan bahwa dampak kerusakan yang ditimbulkan
oleh kegiatan penambangan dapat dilihat pada kerusakan lingkungan yang
terjadi. Dampak kerusakan tersebut yaitu penurunan kualitas lahan yang
ditunjukkan dengan adanya penurunan kualitas fisik, kimia dan biologi tanah.
C. Revegetasi
Dampak perubahan dari kegiatan pertambangan, rekonstruksi tanah,
revegetasi, pencegahan air asam tambang, pengaturan drainase, dan tataguna
lahan pasca tambang merupakan hal-hal yang secara umum harus diperhatikan
dan dilakukan dalam mereklamasi lahan bekas tambang. Menurut Permenhut
Nomor 60 Tahun 2009, revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan
memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan
pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan (Kemenhut 2009).
Kendala utama dalam melakukan kegiatan rehabilitasi dan revegetasi pada
lahan-lahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahan yang marginal.
tanah yang memadat, minimnya kandungan unsur hara, potensi keracunan
mineral, miskinnya bahan organik, status KTK (Kapasitas Tukar Kation) yang
rendah dan minimnya populasi dan aktivitas mikroba tanah potensial,
merupakan faktor-faktor penyebab buruknya pertumbuhan tanaman dan
rendahnya tingkat keberhasilan rehabilitasi (Setiadi 2006).
Menurut Setiadi (2006) dalam Putra (2010), aktivitas dalam kegiatan
revegetasi meliputi beberapa hal yaitu (i) seleksi tanaman lokal yang potensial,
(ii) produksi bibit, (iii) penyiapan lahan, (iv) amandemen tanah, (v) teknik
penanaman, (vi) pemeliharaan dan (vii) program monitoring. Tujuan dari
revegetasi akan mencakup re-establishment komunitas tumbuhan asli secara
berkelanjutan untuk menahan erosi dan aliran permukaan, perbaikan
biodiversitas dan pemulihan estetika lanskap. Pemulihan lanskap secara
langsung menguntungkan bagi lingkungan melalui perbaikan habitat satwa liar,
biodiversitas, produktivitas tanah dan kualitas air.
Revegetasi yang sukses tergantung pada pemilihan vegetasi yang adaptif,
tumbuh sesuai dengan karakteristik tanah, iklim dan kegiatan pasca
penambangan. Adapun vegetasi yang cocok untuk tanah berbatu adalah vegetasi
yang termasuk dalam klasifikasi herba, pohon dan rumput yang cepat tumbuh,
7
a. Penanaman, meliputi:
1) Luas area penanaman,
2) Pertumbuhan tanaman.
b. Pengelolaan material pembangkit air asam tambang
3. Penyelesaian akhir, meliputi:
a. Penutupan tajuk,
b. Pemeliharaan.
Setiadi (2006) menyebutkan beberapa faktor sebagai bahan evaluasi
revegetasi, antara lain performa pertumbuhan dan kesesuaian jenis,
kesinambungan dan tingkat pemenuhan kebutuhan diri oleh tanaman,
peningkatan lingkungan mikro-habitat, pengurangan dampak terhadap
lingkungan serta keuntungan bagi masyarakat sekitar. Evaluasi keberhasilan
revegetasi adalah sebuah upaya untuk menjamin bahwa revegetasi tengah
berjalan menuju arah yang diharapkan, yaitu kondisi asli sebelum terjadinya
gangguan. Hal ini juga merupakan sebuah mekanisme untuk menentukan
keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan, berdasarkan parameter silvikultur
dan ekologis juga sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengikat bagi
pelaksana kegiatan revegetasi, dalam hal ini perusahaan pertambangan. Status
revegetasi dikatakan berhasil apabila status daya hidup (survival rate) dan
kesehatan tumbuh (growth performance), masing-masing dapat mencapai lebih
dari 80%.
E. Tanaman Sengon
Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen, juga dikenal dengan nama sengon,
merupakan salah satu jenis pionir serbaguna yang sangat penting di Indonesia.
Jenis ini dipilih sebagai salah jenis tanaman hutan tanaman industri di Indonesia
karena pertumbuhannya yang sangat cepat, mampu beradaptasi pada berbagai
jenis tanah, karakteristik silvikulturnya yang bagus dan kualitas kayunya dapat
diterima untuk industri panel dan kayu pertukangan. Di beberapa lokasi di
Indonesia, sengon berperan sangat penting baik dalam sistem pertanian
tradisional maupun komersial.
9