Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL KEGIATAN KULIAH KERJA PROFESI

A. Kondisi Umum Tempat Kerja Profesi


1. Profil PT. Berau Coal
a. Sejarah Berdirinya PT. Berau Coal
PT. Berau Coal adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan batubara. PT Berau Coal merupakan penyedia batu bara
terbesar ke-5 di Indonesia bila dilihat dari segi industri pada tahun 2009,
namun pada saat ini PT. Berau Coal telah menjadi perusahaan batubara
terbesar ketiga di Indonesia, namun pada saat ini PT. Berau Coal
menjadi perusahaan penyedia batubara terbesar ke-3 di Indonesia.
PT Berau Coal resmi berdiri pada tanggal 5 April 1983 memperoleh
kontrak karya penambangan batubara nomor J2/JI.DU/12/83 pada
tanggal 26 April 1983 dengan PN Tambang Batubara. PT. Berau Coal
memulai operasi penambangannya pada 26 April 1983, setelah
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B,
Kontrak Karya Batubara). Saat ini, PT. Berau Coal memiliki area
konsesi pertambangan 118.400 ha, terletak 300 km dari utara
Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur.
Saat ini PT. Berau Coal memiliki tiga lokasi penambangan yang
terdapat di daerah Lati, Binungan dan Sambarata dengan peningkatan
kapasitas produksi yang ditargetkan mencapai 27 MT/tahun pada tahun
2015. Di tiga site tersebut, per 31 Desember 2009 tercatat memiliki
cadangan sebesar 346 juta ton. Sedangkan, pada 31 Desember 2011
situs ini memiliki cadangan batubara sebesar 509 juta ton, 298 ton
diantaranya adalah cadangan prediktif. PT. Berau Coal memproduksi
batubara dibawah kategori sub-bituminus yang memiliki kadar abu dan
sulfur yang rendah dan tingkat kalori berkisar 5.000 hingga 5.700
kcal/kg. Batubara diproduksi dibawah lima merk yaitu Eboni, Mahoni,
Mahoni B, Agathis dan Sungkai.
1) Lati Mine Operation (LMO)
Site Lati telah berproduksi sejak tahun 1995 berada di wilayah
Desa Sembakungan, Kecamatan Gunung Tabur. Site Lati berjarak
35 km dari arah timur kota Tanjung Redeb, yang sebagian
wilayahnya berada di tepi Sungai Lati arah hilir. Dapat dicapai
dengan menggunakan transportasi air selama ± 30 menit dan darat
selama ± 60 menit. Site Lati memproduksi batubara dibawah merk
Agathis dan Sungkai. Tambang batubara di site ini memiliki
kapasitas produksi sebesar 15 MT/tahun, dengan cadangan batubara
sebesar 188 MT. Batubara dari Site ini memiliki karakter sedimen
sinklin. Site Lati dibagi menjadi beberapa pit diantaranya yaitu Pit
ON1, Pit ON2, Pit West dan Pit East.
2) Binungan Mine Operation (BMO)
Situs Binungan memulai eksplorasi pada tahun 1995 berada di
wilayah Desa Pegat Bukur Kecamatan Sambaliung. Lokasi ini dapat
dicapai lewat sungai dan jalan darat dari kota Tanjung Redeb,
dengan menggunakan jalan air dapat ditempuh selama ± 45 menit
dan dengan jalan darat selama ± 1.5 jam yang berjarak 30 km dari
kota Tanjung Redeb. Area stockpile selain di Binungan juga ada di
Suaran yang berjarak 30 km yang merupakan area stockpile dari
batubara binungan yang akan di kapalkan (barging). Binungan Site
memproduksi batubara merk Mahoni, Mahoni B, Agathis dan
Sungkai. Situs ini dibagi menjadi Blok Parapatan, blok 1-4, blok 5-
6, blok 7 dan blok 8-10 area penambangan. Situs ini memiliki
kapasitas produksi sebesar 17 MT/tahun dengan cadangan batubara
sebesar 246 MT.
3) Sambarata Mine Operation (SMO)
Site Sambarata merupakan area tambang baru yaitu di mulai
produksinya pada tahun 2001. Lokasi ini dicapai melalui jalur
Sungai Segah dengan menggunakan speed boat atau dengan jalur
darat menggunakan mobil. Sambarata merilis produk batubara
dibawah merk Eboni, Mahoni, Mahoni B dan Agathis. Wilayah
penambangan dibagi menjadi beberapa blok yaitu blok A, blok B
dan blok B1. Site Sambarata memiliki kapasitas produksi sebesar 5
juta MT/tahun dan cadangan batubara sebesar 76 juta MT.

b. Lokasi PT. Berau Coal


PT. Berau Coal adalah perusahaan pertambangan yang beroperasi di
Jl. Pemuda No.40 Tanjung Redeb, Berau, Kalimantan Timur 77311.
Secara geografis, wilayah kontrak kerja PT. Berau Coal berada pada
posisi 117007’44,52” BT - 117038’26,46 BT dan 01052’26,74” LU –
02025’09,78” LU.

c. Visi dan Misi PT. Berau Coal


PT Berau Coal memiliki visi dan misi sebagai berikut :
1) Visi
Menunjang perwujudan masa depan cemerlang melalui peran
aktifnya sebagai pengalihragaman energi yang eksponansial.
2) Misi
Usaha kami adalah mengelola sumber daya alam menjadi sumber
energi dengan Standar Operasional yang mengutamakan
Kelestarian Lingkungan dan Kesejahteraan Masyarakat.
d. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi yang berada di PT. Berau Coal Site Lati Mining
Operation adalah sebagai berikut :

e. Janji BeGems
“Saya Berjanji Melaksanakan Berau Coal Green Mining System, Demi
Terwujudnya Keselamatan, Kesehatan Kerja, Kelestarian Lingkungan
dan Kualitas Kerja yang Unggul”

f. Logo

Identitas Merk Berau adalah singkatan dari Berau (B) dan Energi
(E). Yang maksutnya adalah perancangan kedua kata untuk
melambangkan Transformator Energi Eksponensial. Kata Eksponensial
merupakan brand word yang memiliki arti semangat untuk mendorong
potensi yang ada dari PT. Berau Coal. Berau memilih sebagai nama
merk untuk memperkuat dan mengklarifikasi fitur – fitur Berau sebagai
perusahaan yang berlokasi di Berau, Kalimantan Timur, Indonesia.
Merk tersebut berlaku untuk logo dengan menggunakan huruf kecil
yang berarti kerendahan hati dan huruf tebal berarti menandakan tujuan
menjadi agresif.

B. Topik Khusus Kerja Profesi


Kegiatan yang dilakukan pada kuliah kerja profesi ini adalah untuk
mengetahui kegiatan revegetasi yang ada di PT Berau Coal. Untuk topik
khusus nya yaitu budidaya tanaman waru yang dikembangkan oleh PT Berau
Coal dengan cara perbanyakan vegetatif menggunakan stek batang.

C. Hasil dan Pembahasan


Environment Department terbagai menjadi beberapa bagian diantaranya
yaitu bagian Reklamasi dan revegetasi, Pengelolaan limbah B3 non B3 dan Air
Asam Tambang. Pada masing – masing divisi terdapat Supervisor atau
pengawas dalam melakukan kegiatan Environment.
1. Water Monitoring Point (WMP)
Water Monitoring Point (WMP) merupakan kolam tempat pengontrolan air
atau kolam treatment untuk air asam tambang yang dihasilkan dari pit – pit
kegiatan penambangan agar pH nya memenuhi baku mutu air lingkungan.
Water Monitoring Point (WMP) di Site Lati terdapat sebanyak...lokasi.
Penanganan air asam tambang di Site Lati dilakukan dengan sistem pasif
yaitu dengan cara pemberian kapur ke kolam wmp. Pemberian kapur di
kolam wmp terdapat 3 cara yaitu manual, dam dan liming injection. Cara
manual dilakukan dengan cara menebar kapur ke kolam wmp secara
menyeluruh. Cara dam dilakukan dengan cara menumpuk karung – karung
yang berisi kapur membentuk dam dialiran wmp yang akan dialirkan
menuju ke sediment pond. Cara ketiga yaitu dengan cara liming injection,
cara ini dilakukan dengan memberikan kapur kedalam bak liming injection
kemudian dicampur dengan air asam tambang dan diaduk. Setelah diaduk
air kapur tersebut dialirkan ke bak penampung air. setelah masuk ke bak
penampung air, kemudian air kabur dibuang ke wmp dengan melewati pipa
– pipa yang sudah dilubangi. Di wmp terdapat sediment pond, settling pond
dan kolam lumpur. Sediment pond berfungsi sebagai kolam pengendapan
kapur dari air asam tambang yang sudah di treatment di kolam wmp. Setiap
hari dilakukan pengecekan pH dan TSS pada kolam wmp untuk
mengetahui tingkat keasaman air yang sudah di treatment
dan....pengukuran pH, TSS dilakukan di outlet dari kolam sediment pond.
Setelah pH air memenuhi baku mutu air kemudian air di alirkan ke sungai
yang dekat dengan lokasi penambangan. Untuk Site Lati, air yang sudah
memenuhi baku mutu dialirkan menuju Sungai Lati.
2. Pengelolaan Limbah B3 dan Non B3
Kegiatan pertambangan banyak menghasilkan limbah baik B3
maupun non B3. Limbah B3 meliputi.. Sedangkan limbah non B3 meluputi
sampah dapur, ban truck, kertas dan lain – lain. PT Berau Coal memiliki
sistem 3R untuk mengelola limbah – limbah tersebut. Limbah B3 akan
dikelola oleh kontraktor untuk dikelola lebih lanjut. Sedangkakn limbah
non B3 seperti kertas dikelola menjadi batubata untuk pembangunan
pondok – pondok jaga dilokasi wmp, limbah ban digunakan untuk
pembuatan drop structure guna mengurangi erosi pada lahan revegetasi dan
erosi didaerah outlet wmp, ban – ban juga digunakan sebagai pot tanaman,
tempat pemasangan rambu lalu lintas, tempat duduk dan penamaan lokasi
area.
3. Reklamasi dan Revegetasi
Raklamasi dan revegetasi yaitu kegiatan yang dilakukan setelah
kegiatan penambangan. Kegiatan reklamasi meliputi penimbunan kembali
overburden dan top soil ke areal yang telah ditambang. Kemudian setelah
itu akan dilakukan kegiatan serah terima lahan (STL) yang dilakukan oleh
pihak kontraktor dan PT Berau Coal. Setelah dilakukannya STL kemudian
akan dilakukan kegiatan revegetasi.
Kegiatan reklamasi yang dilakukan oleh PT. Berau Coal adalah
sebagai berikut pengembalian tanah penutup dan tanah pucuk ke areal
lahan bekas tambang, pemulihan tanah (soil recovery) dan revegetasi.
Revegetasi dilakukan dengan menanam tanaman LCC, pohon pioneer,
pohon lokal dan pohon sisispan. Pada Site Lati tanaman yang digunakan
sebagai tanaman pioneer adalah tanaman sengon laut, kayu putih, waru,
akasia. Namun saat ini penanaman tanaman akasia di PT Berau Coal sudah
tidak dilakukan lagi karena toleransi dan daya tumbuh akasia begitu tinggi
sehingga mengalahkan atau menghambat pertumbuhan jenis pohon lain
dan bahkan dibanding dari keluarga legum sendiri.
Penanaman tanaman revegetasi dilakukan secara bertahap seperti
tahapan yang sudah dijelaskan diatas. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kerusakan lahan serta potensi erosi yang akan mungkin akan timbul karena
proses penambangan.
Revegetasi
Kegiatan revegetasi dilakukan setelah terlaksananya kegiatan STL atau
Serah Terima Lahan yang dilakukan oleh pihak kontraktor dengan anggota
Env. Dept PT. Berau Coal. Setelah STL diterima barulah kegiatan revegetasi
dimulai dengan cara menanami lahan dengan tanaman cover crop dan pioneer
secara bersamaan dengan lubang tanam untuk tanaman pioneer 40 cm x 40 cm
x 40 cm sedangkan untuk tanaman cover crop memiliki lubang tanam 20 cm x
20 cm x 20 cm. Jenis cover crop yang digunakan di Site Lati yaitu centrosoma
pubecens dan centrosoma monocoides. Tiap lubang tanam ditanami cover crop
sebanyak 20kg. Namun, apabila pada saat penanaman lahan revegetasi tidak
tersedia cover crop maka penanaman dilakukan dengan menanam tanaman
pioneer terlebih dahulu dan cover crop ditanam menyusul saat stok sudah
tersedia. Penanaman awal dilakukan dengan pemberian kompos pada tiap
lubang tanam sebagai pupuk dasar. Dosis kompos yang diberikan pada tiap
lubang tanam yaitu sebanyak... Setelah tanaman pioneer berumur kurang lebih
2 tahun, kemudian dilakukan penanaman tanaman lokal.
Untuk perawatan tanaman revegetasi sendiri PT Berau Coal melakukan
pemupukan, penyiangan dan penyulaman. Kegiatan perawatan dilakukan
pada....

Nursery
Tanaman revegetasi yang digunakan untuk penanaman areal reegetasi Site
Lari berasal dari nursery yang ada di Site. Kegiatan yang dilakukan di nursery
meliputi pembuatan kompos, pesemaian tanaman lokal dan pembibitan.
Pembuatan kompos dilakukan dengan cara..dan bahan yang berasal
dari...Sistem pesemaian yang dilakukan di nursery yaitu dengan cara menebar
benih tanaman yang akan dibudidayakan ke bak pesemaian yang berisi tanah
dan kompos. Setelah tanaman berumur kurang lebih 2 minggu atau sudah
terdapat 3 – 4 daun dan menjadi bibit kemudian dipindahkan ke shading net
area. Pada shading net area bibit tanaman yang berasal dari tempat pesemaian
atau pengkayaan dipindahkan ke dalam polybag yang berisi kompos dan
diletakkan di bak berukuran 4m x 3 m yang sudah diberi keterangan untuk tiap
– tiap jenis tanaman. Tiap bak dapat menampung bibit tanaman kurang lebih
80 polybag. Bibit tanaman yang berada di shading net area dilakukan
perawatan hingga berumur.... setelah tanaman berumur..kemudian tanaman di
pindahkan ke open area. Tanaman di pidahkan ke open area dimaksutkan agar
tanaman bisa beradaptasi dengan lingkungan agar pada saat akakn ditanam ke
lahan tanaman sudah mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang ada,
selain itu tanaman yang diletakkan di open area bertujuan agar tanaman
mendapatkan sinar matahari secara langsung. Setelah tanaman
berumur...kemudian tanaman di bawa kelahan untuk penanaman di areal
revegetasi.
Tanaman lokal dan non lokal yang dibudidayakan di nursery antara lain
sengon laut, johar, kayu putih, waru dan lain – lain. Untuk tanaman buah yaitu
Durian, rambutan, kelengkeng, kakao dan lain – lain. Selain membudidayakan
tanaman lokal, non lokal dan buah di nursery juga terdapat budidaya sayuran
seperti kangkung, bayam, labu, cabai, umbi.
Selain pesemaian, perbanyakan tanaman revegetasi di Site Lati juga
dilakukan dengan cara stek batang. Salah satu tanaman yang diperbanyak
secara stek batang yaitu tanaman waru. Waru yang digunakan untuk bahan
stek batang didapatkan dari area revegetasi atau disposal yang dulunya
menanam tanaman waru dan terdapat kebun pangkas khusus tanaman waru.
Langkah penyetekan yang dilakukan yaitu memotong meruncing batang
tanaman waru, kemudian bekas potongan dicelupkan kedalam Rotoon F untuk
merangsang pertumbuhan akar, kemudian batang tanaman waru ditanam di
polybag yang sudah berisi media tanam berupa kompos. Setelah itu tanaman di
tata ke dalam bak stek yang sudah diberi paranet agar tidak terpapar sinar
matahari secara langsung.

Gambar 4.1 Stek Tanaman Waru Umur Gambar 4.2 Tanaman Stek yang Baru
Bulan Ditanam
Budidaya Tanaman Waru dengan Metode Perbanyakan Vegetatif di Site Lati
A. Tanaman Waru
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak kelas : Sympetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Malvaceae
Marga : Hibiscus
Jenis : Hibiscus tiliaceus L. (Heyne, 1987)
Tumbuhan daerah tropis berbatang sedang ini dapat tumbuh pada
berbagai kondisi tanah, di daerah yang subur, batangnya lurus, namun pada
tanah yang kurang subur batangnya cenderung tumbuh membengkok, serta
percabangan dan daun-daunnya lebih lebar. Tanaman waru dapat tumbuh
dengan baik didaerah panas dengan curah hujan 800-2.000 ml. Pohon bisa
mencapai tinggi 5-15 m. Batangnya berkayu, bulat, bercabang banyak,
warnanya cokelat. Daun bertangkai, tunggal, serta berbentuk jantung atau
bundar telur, dengan diameter sekitar 19 cm. Pertulangan menjari dan
warnanya hijau. Pada bagian bawah daun berambut abuabu rapat. Bunganya
berdiri sendiri atau 2-5 di dalam tandan, dengan 8-11 buah tajuk, berwarna
kuning disertai dengan noda ungu pada pangkal mahkota bagian dalam, dan
akan berubah menjadi kuning merah, kemudian menjadi kemerah-merahan.
Buahnya bulat telur, mempunyai rambut lebat, beruang lima, dengan
panjang sekitar 3 cm, serta berwarna cokelat. Bijinya kecil, berwarna coklat
muda. Daun mudanya dapat dimakan sebagai sayuran. Sementara kulit
kayunya yang berserat, bisa dimanfaatkan untuk membuat tali. Waru dapat
diperbanyak dengan biji, dan setek ( Joyoboyo, 2011). Namun demikian
dengan biji persen jadi bibitnya cukup rendah, sehingga pembuatan dengan
setek lebih disarankan.
B. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Waru
Perbanyakan dengan teknik vegetatif umumnya dilakukan dalam
rangka memproduksi bibit dalam jumlah yang besar. Teknik vegetatif
terutama digunakan untuk jenis-jenis tanaman yang sulit dikembangkan
dengan teknik generatif. Misalnya benih tidak bisa lama disimpan, sulit
mendapatkan benih atau biji sulit tumbuh dan pertumbuhannya lambat.
Pemilihan pohon induk perlu dilakukan untuk mendapatkan bahan
tanaman yang baik dan dapat menghasilkan bibit yang baik pula. Pemilihan
pohon induk tanaman waru ini dilakukan dengan melihat penampakan fisik
yang terlihat sehat dan mempunyai daun yang rimbun serta mempunyai
ranting yang banyak. Ranting yang dipilih adalah yang muda yang terlihat
lebih agak hijau, baru saja tumbuh serta tumbuhnya tegak keatas dengan
diameter kira-kira 1-2 cm. Pada Waru umumnya ranting baru sangat jelas
bisa dibedakan, tumbuh pada cabang lurus keatas kehijauan dan panjang.
Setek ini diambil dari batang atau cabang pohon induk yang akan
kita perbanyak dan pemotongan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari
atau sore hari saat matahari tidak terlalu terik. Pengambilan sebaiknya
sepanjang mungkin sehingga mempunyai banyak manfaat yakni lebih tahan
pengangkutan karena persediaan makanan masih banyak, menyediakan
banyak mata tunas, kurang transpirasi karena proporsi bagian luka relatif
sedikit. Pemotongan ukuran panjang setek sebenarnya yang akan ditanam
sebaiknya dilakukan saat setek sudah dilokasi pembibitan ketika akan
ditancapkan ke media.
Ada beberapa jenis setek yang membutuhkan daun untuk
keberhasilan tumbuhnya, namun untuk jenis waru daun sebaiknya
dihilangkan total. Hal ini terutama penting jika akan diangkut pada jarak
yang jauh yang membutuhkan waktu. Bahan setek yang terbaik adalah setek
yang mempunyai mata tunas yang sudah membesar hampir berkembang
menjadi daun, karena pada tahap tersebut hormon pertumbuhan cukup
tinggi.
Penanaman setek dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :ditanam
pada media tanah campur kompos dengan perbandingan 2:1 di dalam
polybag. Tujuannya agar media cukup mempunyai airasi, tidak terlalu
basah, tidak terlalu kering karena kompos mampu menjaga kelembaban,
sekaligus menyediakan nutrisi bagi setek yang akan tumbuh. Setek yang
telah ditancapkan pada media perlu diletakkan dibawah kondisi yang telah
disiapkan yakni didalam sungkup, agar kelembaban sekitarnya terjaga dan
tidak terkena matahari langsung. Sebelum stek ditanam ke media dalam
polybag sebaiknya dibuatkan lubang tanam dengan tujuan supaya pangkal
stek tidak lecet. Stek ditanam dengan posisi tegak lurus dengan kedalaman
penanaman sekitar setengah bagian dari panjang stek. Setelah stek ditanam
segera lakukan penyiraman secukupnya, kemudian sungkup ditutup dengan
plastik transparan.
Pemeliharaan bibit setek bisa dikatakan relatif sama dengan
memelihara bibit dari biji. Menjaga kelembaban didalam sungkup sangat
penting dengan cara menyiram setek pagi dan sore hari. Terkadang
penyiraman dilakukan sehari 1 (satu) kali jika dianggap terlalu lembab.
Media yang terlalu lembab bisa memudahkan penyakit. Penyakit yang
menyerang tunas setek adalah jamur, yang mengakibatkan tunas busuk dan
layu. Cara pencegahan dapat dilakukan dengan membuat sungkup baru
yang baik dan steril dari hama dan penyakit. Dan melakukan penyemprotan
denga fungisida dengan dosis seperti yang disarankan. Setek yang ada
didalam sungkup jika sudah bertunas dan berakar (lebih kurang berumur 3-
4 minggu dari awal bertunas) dapat mulai diaklimatisasi yakni penyesuaian
dengan kondisi lingkungan dengan secara bertahap sedikit demi sedikit
membuka sungkup.
C. Hasil dan Pengamatan
Tabel 4. Hasil Stek Batang yang didapat dalam Indukan Tanaman Waru
Umur Tanaman
Total Rerata
Tanaman 1 2 3
Tahun 1 30 9 20 59 20
Tahun 2 43 29 16 88 29
Tahun 3 35 59 38 132 44

Pada pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui berapa banyak


batang stek yang mungkin didapatkan dalam 1 ha luas lahan tanaman waru.
Pengamatan ini dilakukan dengan mengambil 3 contoh tanaman waru pada
tingkat umur yang berbeda untuk diambil batangnya sebagai bahan stek.
Tingkat umur yang diambil yaitu umur 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun.
Pengambilan contoh tanaman waru dilakukan pada lahan revegetasi pit ON
1, IPD East dan di lahan pangkas tanaman waru di IPD West Q.
Dari tiap contoh tanaman yang diambil batangnya didapatkan hasil
rerata meliputi pada tanaman berumur 1 tahun didapatkan rerata stek batang
sebanyak 20 buah, umur tanam 2 tahun didapatkan rerata sebanyak 29 buah
dan pada tanaman dengan umur tanam 3 tahun didapatkan rerata sebanyak
44 buah.
Dari hasil rerata yang didapatkan dapat diketahui bahwa semakin
lama umur tahun tanam akan berpengaruh pada jumlah batang stek yang
didapat. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil rerata batang stek
yang didapat dari tiap contoh tanaman pada kelas umur yang berbeda. Umur
tanam berpengaruh pada jumlah batang stek yang didapat karena memiliki
ranting yang banyak dan panjang. Sehingga lebih banyak yang dapat
digunakan sebagai bahan stek.
Setelah didapatkannya rerata batang stek dari tiap umur tanam, dapat
dilakukan perkiraan jumlah batang stek yang dihasilkan untuk tiap satu
hektar lahan waru. Pada tiap satu hektar lahan dengan jarak tanam 4m x 4m
maka akan didapatkan jumlah tanaman waru tiap hektar lahan revegetasi
sebanyak 625 pohon. Perkiraan hasil stek batang tiap satu hektar lahan dapat
dihitung dengan mengalikan jumlah tanaman waru yang hidup dalam satu
hektar lahan dengan rerata batang stek yang didapat pada tiap umur tanam.
Hasil perhitungan perkiraan jumlah stek batang pada tiap 1 ha
dengan beda umur tanam adalah sebagai berikut pada umur tanam 1 tahun
diperkirakan dapat menghasilkan sekitar 12.292 batang stek waru, pada
tahun tanam 2 tahun didapatkan stek batang sekitar 18.333 batang stek dan
untuk umur tanam 3 tahun didapatkan stek batang sekitar 27.500 batang stek
waru.
PT Berau Coal membudidayakan tanaman waru untuk ditanam
diareal revegetasi karena tanaman waru merupakan tanaman yang memiliki
beberapa kelebihan seperti pertumbuhannya cepat, resisten tumbuh
diberbagai area, mudah untuk diperbanyak, bernilai ekonomi tinggi dan
dapat dijadikan sebagai salah satu indikator kesuburan tanah. Kemampuan
bertahan hidup tanaman waru juga tinggi karena tahan terhadap kondisi
masin, kering dan tergenang. Penanaman tanaman waru juga tidak
membutuhkan perwatan khusus.
Penanaman tanaman waru untuk menutup areal revegetasi
dibutuhkan dalam jumlah banyak sehingga diperlukan stok bibit yang
banyak, untuk menyediakan bibit dalam jumlah banyak, Site Lati
memperbanyak tanaman waru dengan cara vegetatif berupa stek batang.
Sampai saat ini PT Berau Coal dapat menghasilkan stek batang sebanyak
2000 batang stek tiap enam bulan yang dihasilkan dari kebun pangkas
tanaman waru. Dilakukannya pengambilan contoh tanaman untuk diambil
batangnya sebagai bahan stek bertujuan agar dapat dijadikan informasi bagi
PT Berau Coal bahwa dalam 1 ha kebun waru dapat menghasilkan stek
tanaman waru yang lebih banyak dari hasil saat ini. Namun, perkiraan
tersebut tidak sepenuhnya akurat mengingat pertumbuhan tanaman pada
lahan tidak dapat diperkirakan dan dipastikan seluruhnya hidup dengan baik
dan sehat. Agar dapat mencapai hasil batang stek yang banyak perlu
dilakukannya perawatan intensif pada tanaman waru agar keberhasilan
hidupnya seragam dan baik. Selain itu perlu dilakukan evaluasi keberhasilan
tanaman waru pada lahan reklamasi agar dapat mengetahui tingkat
pertumbuhannya apakah sudah baik atau belum.

Pengambilan stek batang juga perlu memperhatikan beberapa hal


agar keberhasilan stek batang tinggi. Hal tersebut diantaranya yaitu bahan
stek (batang) harus memenuhi syarat stek, keadaan lingkungan tempat
penyetekan, waktu penyetekan, media tanam dan perawatan. Apabila hal –
hal tersebut diperhatikan maka persentase keberhasilan tanaman stek akan
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II. Terjemahan Badan
Litbang Kehutanan Cetakan I. Koperasi karyawan Departemen Kehutanan.
Jakarta Pusat.

Joyoboyo. 2011. Budidaya Waru. http://sigitwijai.blogspot.com/2011/10/budidaya-


waru.html. Diakses pada tanggal 3 September 2018.

PT Berau Coal. 2013. Laporan Akhir Monitoring Keberhasilan Revegetasi Lahan


Pasca Tambang PT Berau Coal Tahun 2013. Samarinda.

Suwandi dan Rina. 2014. Perbanyakan Vegetatif dan Penanaman Waru (Hisbiscus
sp) untuk kerajinan dan obat. Bogor. IPP Press.

Anda mungkin juga menyukai