2.1.1 MINERALOGI
Mineral utama:
- Olivin [(MgFe)2 SiO4]
- Piroksen : Hipersten [MgSiO4] dan Diopsid [Ca(MgFe)SiO2O6]
5
Mineral minor:
- Hornblenda [Ca2Na(Mg,Fe2+)3 (Al,Fe3+,Ti) Al,Si8O22 (O,OH)2]
- Biotit [K(Mg.Fe2+)3 (Al,Fe3+) Si3O10]
- Serpentin
Mineral aksesoris:
- Kromit (Fe2+Mg) O(Fe+3 Al,Cr)2O3
- Hematit (Fe2O3) dan Magnetit (Fe3O4)
Gambar 2.1 Contoh batuan dunit dari tambang tengah PT. Antam (Persero)
Tbk, Daerah Pomalaa. Kondisi batuan menunjukan derajat
serpentinisasi kuat (kiri) dan serpentisasi lemah (kanan).
Gambar 2.2 Contoh batuan peridotit (lherzolit) dari tambang tengah PT.
Antam (Persero) Tbk, Daerah Pomalaa. Kenampakan batuan
menunjukkan tingkat serpentinisasi menengah.
6
Secara mikroskopis, batuan dasar endapan bijih nikel laterit pada daerah studi
baik dunit maupun peridotit tersusun oleh mineral utama berupa olivin,
piroksen, dan serpentin, sedangkan mineral aksesorisnya berupa kromit dan
magnetit (Gambar 2.3 & Gambar 2.4).
7
2.1.2 POTENSI PEMBENTUKAN AIR ASAM TAMBANG DARI BATUAN
DASAR
Batuan dasar endapan bijih nikel daerah Pomalaa adalah batuan ultrabasa. Batuan ultrabasa
(sangat basa) adalah batuan yang secara kimia mengandung kurang dari 45% SiO2 dari
komposisinya. Kandungan mineralnya didominasi oleh mineral-mineral berat
dengan kandungan unsur-unsur seperti Fe dan Mg yang disebut juga mineral
ultramafik. Batuan ultrabasa hanya dapat terbentuk secara plutonik,
dikarenakan materi magma asalnya yang merupakan magma induk yang
berasal dari astenosfer. Kehadiran mineralnya seperti olivin, piroksin,
hornblende, biotit dan sedikit plagioklas. Batuan ultrabasa ini juga hanya
bertekstur afanitik karena sifat tempat terbentuknya yang plutonik.
Salah satu kondisi yang memungkinkan terjadinya reaksi kimia yang intensif
adalah apabila batuan terekspos ke permukaan dan mengalami kontak dengan
udara terbuka maupun air hujan. Sumber air asam tambang adalah batuan
yang mengandung mineral sulfida (pirit, kalkopirit, galena, sinabar, d!I) yang
tersingkap dan terkontaminasi dengan air dan udara (oksigen) sehingga
terjadi reaksi membentuk persenyawaan oksida dan bila terjadi kontak
dengan air (baik yang berasal dari air hujan ataupun air dari dalam tambang)
akan membentuk besi (ferro) sulfat dan asam sulfat.
Air asam tambang tidak akan terbentuk meskipun terdapat mineral sulfida.
Mineral sulfida dimaksud tidak reaktif atau tidak mudah bereaksi disebabkan
batuan atau lokasi di sekitar mengandung cukup banyak mineral bersifat
basa sebagai penetral asam, iklim / cuaca kering atau kelembaban rendah
dan infiltrasi air hujan tidak terlalu banyak sehingga tidak cukup untuk
membentuk air asam tambang.
Hasil analisa mineralogi terhadap sampel batuan dasar dari lokasi studi tidak
ditemukan mineral-mineral sulfida. Hal ini menunjukkan bahwa batuan dasar
pada lokasi penambangan bijih nikel di daerah Pomalaa tidak berpotensi
membentuk air asam tambang.
8
2.2 KAJIAN ZONA BIJIH NIKEL LATERIT
2.2.1 MINERALOGI
Zona bijih nikel laterit pada daerah studi secara umum terdiri atas tiga zona
utama yaitu limonit, saprolit dan bedrock. Ketiga zona tersebut memiliki
karakteristik mineralogi yang berbeda-beda. Pada umumnya endapan bijih
nikel laterit tersusun oleh mineral-mineral sekunder yang berasal dari lapukan
mineral utama dalam batuan dasar. Mineral olivin dan ortopiroksen merupakan
sumber utama unsur Ni pada batuan ultramafik. Semua jenis mineral Ni–
phylosillicate pada endapan bijih nikel laterit dikenal dengan istilah umum
garnierite [(Ni,Mg)SiO3nH2O)]. Berdasarkan hasil analisa XRD pada penelitian
sebelumnya (Gambar 2.5), mineral lain yang merupakan penyusun endapan
bijih nikel laterit yang umum dijumpai adalah mineral-mineral oksida antara
lain magnetit (Fe3O4), kromit [(Fe2+Mg) O(Fe+3 Al,Cr)2O3], goetit (Fe2O3.H2O),
hematit (Fe2O3), limonit (2FeO3.3H2O), lizardite, fayalite, dan lain sebagainya.
Gambar 2.5 Hasil analisa XRD pada sampel endapan bijih nikel laterit di areal
Tambang Tengah PT. Antam (Persero) Tbk, Daerah Pomalaa.
9
2.2.2 GEOKIMIA
Tabel 2.1 Tabel hasil analisa conto batuan/ tanah laterit di area
pertambangan bijih nikel PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk,
Daerah Pomalaa.
Dari data mineralogi dan geokimia, batuan penyusun zona laterit memiliki
komposisi yang tersusun atas mineral-mineral oksida. Air asam tambang atau
acid mine drainage (AMD) merupakan cairan (air limpasan) yang terbentuk
akibat oksidasi mineral-mineral sulfida yang menghasilkan asam sulfat. Mineral
sulfida tersebut di antaranya pirit dan markasit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), dan
arsenopirit (FeAsS) (Skousen et al., 1998). Pada penelitian ini tidak ditemukan
10
adanya mineral-mineral sulfida tersebut dalam sampel. Ditinjau dari komposisi
mineral penyusun endapan bijih nikel laterit ini tidak memiliki potensi sebagai
pembentuk Air Asam Tambang.
pH
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien
aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut.
Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional. Air murni bersifat netral, dengan pH-
nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang
daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH lebih daripada
tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali.
11
9
8.5
Cekdam Pesouha
7.5
6.5
Juli Agustus September
Gambar 2.6 pH air pada lokasi Cekdam Bea Cukai, Cekdam Pesouha
dan Cekdam Latumbi selama periode Juli – September
2012.
Hasil analisa pH terhadap sampel air di tiga lokasi cekdam yaitu Cekdam Bea
Cukai, Cekdam Pesouha, dan Cekdam Latumbi, dijelaskan pada Gambar 2.6.
Berdasarkan hasil analisa pH, pH terendah yaitu 7.5 pada sampel air Cekdam
Latumbi pada bulan Juli. Sedangkan pH tertinggi yaitu 8.8 pada sampel air
Cekdam Pesouha di bulan September. Secara keseluruhan pH air dalam
tubuh perairan di sekitar lokasi pertambangan bijih nikel PT. Aneka
Tambang (Persero) Tbk, di Daerah Pomalaa masih dianggap normal. Hal
tersebut disebabkan pH air masih berada dalam skala ambang batas baik
untuk kegiatan penambangan maupun pengolahan (pH 6.0-9.0). Air pada
ketiga cekdam netral dan cenderung bersifat Basa. Hal ini menunjukkan
bahwa air di lokasi cekdam tidak tercemar air asam tambang.
Tembaga (Cu)
Tembaga adalah salah satu unsur hara mikro yang dibutuhkan oleh hewan
maupun tumbuhan. Zat ini menjadi sangat dibutuhkan karena Cu ini adalah
komponen utama dalam beberapa enzim oksidase. Akan tetapi konsentrasi
logam Cu yang melebihi ambang batas sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia dan kelangsungan hidup hewan dan tumbuhan. Hasil analisa
12
laboratorium terhadap sampel air di tiga lokasi cekdam yaitu Cekdam Bea
Cukai, Cekdam Pesouha, dan Cekdam Latumbi, unsur logam berat tembaga
ditunjukkan pada Gambar 2.7. Hasil pengujian menunjukkan konsentrasi
tembaga sangat kecil (rata-rata 0.01 mg/L) atau jauh berada di bawah
ambang batas baik untuk kegiatan pertambangan maupun pengolahan (2
mg/L). Oleh karena itu diyakini bahwa tubuh air di sekitar lokasi
pertambangan PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, di Daerah Pomalaa tidak
tercemar oleh logam tembaga.
0.1
0.09
0.08
0.07
Konsentrasi (mg/L)
0.06
Cekdam Bea Cukai
0.05
Cekdam Latumbi
0.04
Cekdam Pesouha
0.03
0.02
0.01
0
Juli Agustus September
Gambar 2.7 Konsentrasi logam berat tembaga (Cu) pada lokasi Cekdam
Bea Cukai, Cekdam Pesouha dan Cekdam Latumbi selama
periode Juli – September 2012
Kadmium (Cd)
Hasil analisa laboratorium terhadap sampel air di tiga lokasi cekdam yaitu
Cekdam Bea Cukai, Cekdam Pesouha, dan Cekdam Latumbi, unsur logam
berat kadmium ditunjukkan pada Gambar 2.8. Hasil pengujian menunjukkan
konsentrasi kadmium sangat kecil (rata-rata 0.006 mg/L) atau jauh berada di
bawah ambang batas baik untuk kegiatan pertambangan maupun
pengolahan (0,05 mg/L). Oleh karena itu diyakini bahwa tubuh air di sekitar
lokasi pertambangan PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Pomalaa tidak
tercemar oleh logam kadmium.
13
0.1
0.09
0.08
0.07
Konsentrasi (mg/L)
0.06
Cekdam Bea Cukai
0.05
Cekdam Latumbi
0.04
Cekdam Pesouha
0.03
0.02
0.01
0
Juli Agustus September
Seng (Zn)
Konsentrasi logam seng pada sampel yang diambil dari tiga lokasi Cekdam
Bea Cukai, Cekdam Pesouha dan Cekdam Latumbi menunjukan variasi setiap
bulannya (Gambar 2.9). Konsentrasi seng tertinggi terdapat pada sampel
Cekdam Bea Cukai bulan Agustus (0.15mg/L), sedangkan konsentrasi seng
terendah terdapat pada sampel Cekdam Bea Cukai bulan Juli (0.0038 mg/L) .
Secara keseluruhan konsentrasi logam seng dalam tubuh perairan di sekitar
lokasi pertambangan bijih nikel PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Pomalaa
masih dianggap normal. Hal tersebut disebabkan konsentrasi logam seng
masih berada jauh di bawah ambang batas baik untuk kegiatan
penambangan maupun pengolahan (5 mg/L).
14
0.2
0.18
0.16
Gambar 2.9 Konsentrasi logam berat seng (Zn) pada lokasi Cekdam
Bea Cukai, Cekdam Pesouha dan Cekdam Latumbi selama
periode Juli – September 2012
Timbal (Pb)
Konsentrasi logam timbal pada sampel yang diambil dari tiga lokasi cekdam
yaitu Cekdam Bea Cukai, Cekdam Pesouha dan Cekdam Latumbi menunjukan
variasi setiap bulannya. Akan tetapi variasi tersebut dianggap tidak terlalu
signifikan yaitu 0,002 – 0,028 mg/L karena masih melibatkan konsentrasi
yang sangat rendah (Gambar 2.10). Secara keseluruhan konsentrasi logam
timbal dalam tubuh perairan di sekitar lokasi pertambangan bijih nikel PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk, Pomalaa masih dianggap normal. Hal
tersebut disebabkan konsentrasi logam timbal masih berada jauh di bawah
ambang batas baik untuk kegiatan penambangan maupun pengolahan (0,1
mg/L).
15
0.1
0.09
0.08
Konsentrasi (mg/L) 0.07
0.06
Cekdam Bea Cukai
0.05
Cekdam Latumbi
0.04
Cekdam Pesouha
0.03
0.02
0.01
0
Juli Agustus September
Gambar 2.10 Konsentrasi logam berat timbal (Pb) pada lokasi Cekdam
Bea Cukai, Cekdam Pesouha dan Cekdam Latumbi selama
periode Juli – September 2012
Nikel (Ni)
Konsentrasi logam nikel pada sampel yang diambil dari tiga lokasi cekdam
yaitu Cekdam Bea Cukai, Cekdam Pesouha dan Cekdam Latumbi menunjukan
variasi setiap bulannya. Akan tetapi variasi tersebut dianggap tidak terlalu
signifikan yaitu 0,001 – 0,033 mg/L karena masih melibatkan konsentrasi
yang sangat rendah (Gambar 2.11). Secara keseluruhan konsentrasi logam
nikel dalam tubuh perairan di sekitar lokasi pertambangan bijih nikel PT.
Aneka Tambang (Persero) Tbk, Pomalaa masih dianggap normal. Hal
tersebut disebabkan konsentrasi logam nikel masih berada jauh di bawah
ambang batas baik untuk kegiatan penambangan maupun pengolahan (0,5
mg/L).
16
0.1
0.09
0.08
0.07
Konsentrasi(mg/L) 0.06 Cekdam Bea Cukai
Gambar 2.11 Konsentrasi logam berat nikel (Ni) pada lokasi Cekdam
Bea Cukai, Cekdam Pesouha dan Cekdam Latumbi selama
periode Juli – September 2012 .
Kromium (Cr)
Konsentrasi logam kromium pada sampel yang diambil dari tiga lokasi
cekdam yaitu Cekdam Bea Cukai, Cekdam Pesouha, dan Cekdam Latumbi
menunjukan adanya variasi dalam skala bulanan. Akan tetapi variasi tersebut
dianggap tidak terlalu signifikan yaitu 0,012 – 0,025 mg/L karena masih
melibatkan konsentrasi yang sangat rendah (Gambar 2.12). Secara
keseluruhan konsentrasi logam kromium dalam tubuh perairan di sekitar
lokasi pertambangan bijih nikel PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Pomalaa
masih dianggap normal. Hal tersebut disebabkan konsentrasi logam
kromium masih berada jauh di bawah ambang batas baik untuk kegiatan
penambangan maupun pengolahan (0,5 mg/L).
17
0.1
0.09
0.08
0.07
Konsentrasi (mg/L)
0.06
Cekdam Bea Cukai
0.05
Cekdam Latumbi
0.04
Cekdam Pesouha
0.03
0.02
0.01
0
Juli Agustus September
.
Besi (Fe)
Konsentrasi logam besi pada sampel yang diambil dari tiga lokasi cekdam
yaitu Cekdam Bea Cukai, Cekdam Pesouha, dan Cekdam Latumbi
menunjukan adanya variasi dalam skala bulanan. Akan tetapi variasi tersebut
dianggap tidak terlalu signifikan yaitu 0,007 – 0,19 mg/L karena masih
melibatkan konsentrasi yang sangat rendah (Gambar 2.13). Secara
keseluruhan konsentrasi logam besi dalam tubuh perairan di sekitar lokasi
pertambangan bijih nikel PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, Pomalaa masih
dianggap normal. Hal tersebut disebabkan konsentrasi logam besi masih
berada jauh di bawah ambang batas baik untuk kegiatan penambagan
maupun pengolahan (5 mg/L).
18
0.2
0.18
0.16
0.14
Konsentrasi (mg/L) Cekdam Bea Cukai
0.12
0.1 Cekdam Latumbi
0.06
0.04
0.02
0
Juli Agustus September
Gambar 2.13 Konsentrasi logam berat besi (Fe) pada lokasi Cekdam Bea
Cukai, Cekdam Pesouha dan Cekdam Latumbi selama
periode Juli – September 2012 .
Kobalt (Co)
Hasil analisa laboratorium terhadap sampel air di tiga lokasi cekdam yaitu
Cekdam Bea Cukai, Cekdam Pesouha, dan Cekdam Latumbi, unsur logam
berat cobalt ditunjukkan pada Gambar 2.14. Hasil pengujian menunjukkan
konsentrasi kobalt sangat kecil (rata-rata 0.036 mg/L) atau jauh berada di
bawah ambang batas baik untuk kegiatan pertambangan maupun
pengolahan (0,4 mg/L). Oleh karena itu diyakini bahwa tubuh air di sekitar
lokasi pertambangan PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk, di Daerah Pomalaa
tidak tercemar oleh logam kobalt.
19
0.1
0.09
0.08
0.07
Konsentrasi (mg/L)
0.06
Cekdam Bea Cukai
0.05
Cekdam Latumbi
0.04
Cekdam Pesouha
0.03
0.02
0.01
0
Juli Agustus September
Gambar 2.14 Konsentrasi logam berat cobalt (Co) pada lokasi Cekdam
Bea Cukai, Cekdam Pesouha dan Cekdam Latumbi selama
periode Juli – September 2012 .
Selain parameter konsentrasi logam berat, kondisi pH dan zat padat tersuspensi
dalam tubuh perairan di sekitar lokasi tambang masih berada jauh di bawah
ambang batas yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
melalui Permen LH No. 9/MENLH/2006, mengenai Standar Baku Mutu Air Bagi
Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan Bijih Nikel. Hal ini menunjukkan
bahwa air di sekitar lokasi penambangan PT. Aneka Tambang Pomalaa tidak
tercemar air asam tambang.
20