Oleh :
Nuzulut Fiana
1618012116
Perceptor :
dr. Karyanto, Sp. Rad
BANDAR LAMPUNG
2018
1. Klasifkasi Tuberculosis
Paru merupakan port d’entree lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman
TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat kecil (<5
mikrometer), akan terhirup dan dapat mencapai alveolus.. Pada sebagian
kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis
nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons imunologis spesifik. Akan tetapi,
pada sebagian kasus lainnya, tidak seluruhnya dapat dihancurkan. Pada
individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus
akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi,
sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus
berkembang biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis
makrofag. Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang
dinamakan fokus primerGhon.
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di
saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena.
Jika fokus primer terletak dilobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan
terlibat adalah kelenjar limfe parahilus (perihiler), sedangkan jika fokus
primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal.
Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis dinamakan
kompleks primer (primary complex).
Pada TB paru anak, ciri radiografi adalah berukuran relatif lebih besar dan
pentingnya limfadenopati dibandingkan dengan ukuran yang kurang
signifikan pada fokus parenkim. Adenopati selalu hadir dengan tuberkulosis
pada anak, tetapi tidak dapat dilihat oleh radiograf polos ketika temuan paru
lainnya muncul. Kebanyakan kasus TB paru pada anak, infiltrat ringan
parenkim dan limfadenopati resolusi secara spontan, radiografi dada tetap
normal, dan anak tanpa gejala. Pada beberapa anak, kelenjar getah bening
hilus dan mediastinum terus membesar dan dapat segera terlihat pada rontgen
dada. Sumbatan sebagian bronkus yang disebabkan oleh kompresi eksternal
dari node membesar dapat menyebabkan terperangkapnya udara, hiperinflasi,
dan bahkan emfisema. Nodus yang menempel dan menyusup ke dinding
bronkus, caseum mengisi lumen menyebabkan obstruksi lengkap. Hal ini
menyebabkan atelektasis yang biasanya melibatkan distal segmen lobar ke
lumen terhambat. Yang dihasilkan bayangan radiografi biasanya disebut
runtuhnya-konsolidasi atau lesi segmental. Temuan ini mirip dengan yang
disebabkan oleh aspirasi benda asing; pada dasarnya, kelenjar getah bening
bertindak sebagai benda asing. Beberapa lesi segmental di lobus yang berbeda
dapat terlihat pada 25% anak-anak.
b. Organ retroperitoneal
Organ yang berada di dalam cavum abdomen dan sebagian kecil (hanya
1/3 bagian organnya) ditutupi oleh peritoneum visceral sejak lahir
hingga dewasa, meliputi traktur urinarius dan vascular besar, antara
lain:
1) Renal
2) Ureter
3) Vesica urinaria
4) Vena cava inferior
5) Aorta abdominalis
6) Ductus thoracicus
Organ retroperitoneal sekunder
Organ yang berada di dalam cavum abdomen yang awalnya terletak
intraperitoneal kemudian menjadi retroperitoneal, yaitu:
1) Colon ascendens
2) Colon descendens
3) Rectum
4) Pancreas (caput, collum, corpus)
5) Duodenum (pars descendens, transversum, dan descendens)
Fraktur linear
Fraktur
Depresi/Impresi
Fraktur Diastasis
Perdarahan Epidural
Perdarahan Subdural
Perdarahan Intraserebral
Fraktur Le fort
Kontraindikasi
1. Perforasi
2. Kolitis berat dimana dinding kolon menjadi sangat tipis dan ditakutkan
dapat terjadi perforasi, NEC
3. Keadaan umum pasien yang jelek
4. Ileus paralitik
Persiapan
Lama persiapan berkisar 1-2 hari tergantung keadaan penderita dan klinis.
Pelaksanaan
Pelaksanaan persiapan:
1. Media kontras
2. Teknik pemeriksaan
Setiap pemeriksaan saluran kemih sebaiknya dibuat terlebih dahulu foto polos
abdomen.Yang harus diperhatikan pada foto polos abdomen ini adalah
bayangan, besar (ukuran), dan posisi kedua ginjal.Dapat pula dilihat kalsifikasi
dalam kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal.Harus
diperhatikan batas otot Psoas kanan dan kiri.
4. Foto terlambat, jika konsentrasi dan ekskresi sangat kurang pada 1-8 jam
Setelah masuk ke menit 60 dibuat foto BNO lagi dengan kaset 30x40cm.
Setelah hasil rontgen dikonsultasikan pada dokter ahli radiologi dan
dinyatakan normal maka pasien diharuskkan berkemih kemudian di foto
kembali. Jika dokter ahli radiologi menyatakan ada gangguan biasanya
dilakukan foto 2 jam. Dengan posisi AP sama seperti foto abdomen.
Foto menit ke 60 atau lebih
Sumber : Radiologi Diagnostik FK UI
2. VSD
Temuan pemeriksaan fisik tergantung ukuran VSD. Pasien dengan VSD
tanpa komplikasi biasanya asianotik dan apeks teraba lateral serta
hiperdinamik. Murmur holosistolik berhubungan dengan thrill sistolik dan
terdengar paling jelas di SIC 4-5 di batas jantung kiri dengan penjalaran
ke parasternal kanan. Bunyi S3 dan diastolic rumble juga terdengar karena
ada peningkatan aliran yang melewati katup mitral.
3. PDA
Gambaran foto toraks PDA tergantung besar kecilnya PDA yang terjadi.
Bila PDA kecil sekali, gambaran jantung dan pembuluh darah paru normal
Foto Thorak pada pasien dengan PDA kecil
Bila keadaan telah lanjut dan timbul tanda hipertensi pulmonal, gambaran
radiologinya:
Pembuluh darah paru bagian sentral melebar.
Hilus melebar. Pembuluh darah paru perifer berkurang.
Ventrikel kanan semakin besar karena adanya hipertrofi dan dilatasi.
Arteri pulmonalis menonjol.
Aorta descendens lebar dengan arkus yang menonjol.
Atrium kiri nampak normal kembali. Pembesaran dari arkus aorta di
samping pembesaran a. pulmonalis adalah khas dan dapat dipakai
untuk membedakan PDA dari ASD atau VSD.
Gambaran PDA dengan hipertensi pulmonal. Tampak gambaran khas hipertensi
pulmonal, yaitu pulmonary tree (Hilus melebar, pembuluh darah paru
perifer berkurang)
4. Tetralogi of Fallot
Gambaran radiologi khas pada tetralogi of fallot adalah boots shape
appearence
Striktur uretra Tampak bagian uretra yang striktur dan tidak terisi kontras
Grade 1 (blunting)
Grade 2 (flattening)
Grade 4 (ballooning)
Grade 3 (clubbing)
Tumor Grawitz Tampak massa yang meluas (ekspansi), berbentuk
tonjolan (contour bulge).
Adanya displacement dari kaliks ginjal.
Akibat efek massa dan kebutuhan perfusi vaskular yang
meningkat: pembesaran ureter dan pelvis ginjal, obstruksi
duktus koligentes dan penurunan fungsi ginjal.
Dapat tampak gambaran hidronefrosis pada massa yang
besar, akibat kompresi dari kaliks mayor, pelvis renalis
dan ureter