Anda di halaman 1dari 26

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN 1 Agustus 2018


UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU

Bronkhopneumonia

Disusun Oleh :
Ali Fauzi Bachmid, S.Ked
(13 17 777 14 254)
Pembimbing : dr. Winarny Abdullah, Sp.A

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Ali Fauzi Bachmid


No. Stambuk : 13 17 777 14 254
Fakultas : Kedokteran
Program Studi : Pendidikan Dokter
Universitas : Alkhairaat
Judul Referat : Bronkhopneumonia
Bagian : Ilmu Kesehatan Anak

Bagian Ilmu Kesehatan Anak


RSU ANUTAPURA PALU
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat
Palu, 1 Agustus 2018

Pembimbing Mahasiswa

dr. Winarny Abdullah, Sp.A Ali Fauzi Bachmid

BAB I
PENDAHULUAN

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai

parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:1

1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia

Bronkopneumonia yang disebut juga pneumonia lobularisadalah suatu

peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya menyerang


bronkiolus dan mengenai alveolus disekitarnya, yang dapat disebabkan oleh

bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda

asing.Bronkopneumonia yang dijumpai pada anak dan bayi paling sering diakibatkan

oleh Streptococus Pneumonia dan Haemophilus Influenza.2,3

Insiden pneumonia pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di

bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi. Di Indonesia, pneumonia

merupakan penyebab kematian urutan ke-3 setelah kardiovaskuler dan Tuberculosis.

Menurut survei kesehatan nasional (SKN) pada tahun 2007, di Indonesia, 22,8%

kematian pada anak umur 1-4 tahun disebabkan oleh pneumonia.1

Pneumonia menunjukkan gejala khas berupa batuk, sesak napas dan demam.

Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran

nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan

mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,

pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di

sekitar hidung dan mulut.1,4

Diagnosis pneumonia di rumah sakit ditegakkan berdasarkan gejala klinis dengan

didukung pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis lainnya. Pemeriksaan

penunjang laboratorium darah rutin pada bronkopneumonia menunjukkan

leukositosis. Leukositosis menunjukkanadanya infeksi bakteri, Nilai hemoglobin

(Hb) biasanya tetap normal atau sedikit menurun.3.


Pemeriksaan radiologi ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,

berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru,disertai

denganpeningkatan corakan peribronkial .1

Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi

klinis. Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak dilakukan

secara empirik sesuai dengan pola bakteri tersering yaitu Streptococcus Pneumonia

dan Haemophilus Influenza. Untuk bayi di bawah 3 bulan diberikan golongan

penisilin dan aminoglikosida. Untuk usia > 3 bulan, amoxicillin dan kloramfenikol

merupakan obat pilihan pertama.

Berikut akan dibahas laporan kasus mengenai bronkopneumonia pada seorang

anak.

BAB II
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN
 Nama : An. A
 Jenis kelamin : Laki-Laki
 Lahir pada tanggal/umur : 02 Juli 2016/1 tahun 10 bulan
 Berat waktu lahir : 3.400 gram
 Partus secara normal oleh bidan
 Agama : Islam
 Kebangsaan : Indonesia
 Suku bangsa : Jawa
 Nama ibu : Zulaidah Umur : 45 tahun
 Pekerjaan ibu : Petani
 Pendidikan ibu : SMP
 Nama ayah : Qori Umur : 42 tahun
 Pekerjaan ayah : Petani
 Pendidikan ayah : SMP
 Alamat : Jl. Cemangi
 No. Telp : 082190511998
 Masuk dengan diagnosa : Susp. Bronchopneumonia
 Tanggal masuk rumah sakit : 23 Juli 2018
 Tanggal keluar rumah sakit : - (Belum Keluar)
 Masuk ke ruangan : Murai Bawah ( kelas 3)

Anamnesis (diberikan oleh kedua orangtua pasien)


Anak ke 2 dari 2 bersaudara
Tanggal (umur) sebab masih hidup
1. 10 tahun Masih hidup
2. 1 tahun 10 bulan Masih hidup

FAMILY TREE

Ayah Ibu

Anak Anak

Sehat Penderita

 Anamnesis
Keluhan utama : Sesak Napas
 Keluhan Utama (dilanjutkan dengan anamnesis pelengkap) :
Pasien masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas yang di alami
sejak 3 hari yang lalu. Sesak dirasakan pada saat malam hari. Sesak diawali
dengan batuk (+), dan demam (+). Di keluarga tidak ada yang memiliki
riwayat asthma.
Batuk dirasakan sejak 3 hari yang lalu. batuk diawali dengan batuk kering,
lama kelamaan menjadi batuk berlendir. lendir berwarna putih. tidak ada
darah. batuk disertai dengan flu (+) batuk memberat pada malam hari. batuk
disertai dengan sesak napas. pada malam hari anak mengalami susah tidur
karena batuk. di rumah tidak ada yang sedang batuk.
demam (+) dirasakan sejak 4 hari yang lalu. demam timbul mendadak.
demam sempat turun dengan pemberian obat panas namun kemudian naik
kembali. demam meningkat pada malam hari. tidak ada riwayat kejang
sebelumnya. menggigil (-), berkeringat (-), di rumah tidak ada yang
mengalami demam. tidak ada ruam dikulit. mimisan (-), nyeri menelan (-),
mual (-), muntah (-), BAB biasa, BAK lancar.

 Anamnesis antenatal dan riwayat persalinan :


Riwayat Ante Natal Care (ANC) rutin dikontrol. Riwayat sakit saat hamil
tidak ada. Pasien merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara. Bayi lahir normal
ditolong oleh bidan, bayi lahir langsung menangis, cukup bulan bulan dengan
berat badan lahir 3.400 gram.

 Penyakit yang sudah pernah di alami :


- Morbili : -
- Varicella : -
- Pertussis : -
- Diare : +
- Cacing : -
- Batuk / pilek : +
- Lain – lain : -

 Kepandaian dan kemajuan bayi :


- Membalik : usia 2 bulan
- Tengkurap : usia 3 bulan
- Duduk : usia 6 bulan
- Merangkak : usia 9 bulan
- Berdiri : usia 12 bulan
- Berjalan : usia 14 bulan
- Tertawa : usia 3 bulan
- Berceloteh : usia 7 bulan
- Memanggil papa mama : usia 10 bulan

 Anamnesis makanan terperinci sampai sekarang :


Usia Riwayat makanan
0-6 bulan ASI
6 bulan – 9 bulan ASI + Bubur saring
1 tahun sampai sekarang makanan keluarga

Pada usia 0 sampai 6 bulan anak meminum ASI (air susu ibu). Usia 6
bulan sampai 9 bulan anak diberikan ASI dan makanan tambahan yaitu bubur
saring. Usia 1 tahun sampai sekarang pasien sudah makan makanan keluarga.

 Riwayat Imunisasi dasar :

DASAR ULANGAN
I II III I II III
BCG +
POLIO + + +
DTP + + +
CAMPAK +
HEPATITIS + + +

 Ikhtisar penyakit menurut status poliklinik : -


 Anamnesi keluarga
1. Ikhtisar keturunan: anak ke 2 dari 2 bersaudara
2. Riwayat keluarga: didalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami
keluhan yang sama.

 Anamnesis keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan:


Pasien memiliki keadaan sosial yang baik seperti aktif bermain. Keadaan
ekonomi pasien termasuk kategori menengah ke bawah. Pasien sering
terpapar asap rokok dari kakek pasien. Kondisi lingkungan, pasien tinggal di
Jl. Cemangi, tinggal bersama kedua orang tua dan lingkungan rumah
merupakan lingkungan padat penduduk.

 Perjalanan penyakit
Pasien berjenis kelamin laki-laki datang ke rumah sakit dengan keluhan
Pasien masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas yang di alami
sejak 3 hari yang lalu. Sesak dirasakan pada saat malam hari. Sesak diawali
dengan batuk (+), dan demam (+.) Dikeluarga tidak ada yang memiliki
riwayat asthma.
Batuk dirasakan sejak 3 hari yang lalu. batuk diawali dengan batuk kering,
lama kelamaan menjadi batuk berlendir. lendir berwarna putih. tidak ada
darah. batuk disertai dengan flu (+) batuk memberat pada malam hari. batuk
disertai dengan sesak napas. pada malam hari anak mengalami susah tidur
karena batuk. di rumah tidak ada yang sedang batuk.
Demam (+) dirasakan sejak 4 hari yang lalu. demam timbul mendadak.
demam sempat turun dengan pemberian obat panas namun kemudian naik
kembali. demam meningkat pada malam hari. tidak ada riwayat kejang
sebelumnya. menggigil (-), berkeringat (-), di rumah tidak ada yang
mengalami demam. tidak ada ruam dikulit. mimisan (-), nyeri menelan (-),
mual (-), muntah (-), BAB biasa, BAK lancar. Nafsu makan menurun (+).

II. PEMERIKSAAN FISIK


 Umur : 1 tahun 11 bulan
 Berat Badan : 8 kg
 Panjang Badan : 80 cm
 Keadaan umum : Sakit Sedang
 Keadaan mental : Compos mentis
 Status Gizi : Gizi kurang ( Z-Score Percentil: (-3) SD)
 Sianosis : tidak ada
 Anemia : tidak ada
 Ikterus : tidak ada
 Tanda Vital
- Denyut nadi : 128 kali/menit
- Suhu : 39,6 o C
- Respirasi : 54 kali/menit
 Kejang:
- Tipe: -
- Lamanya:-
 Kulit: Efloresensi (-), pigmentasi (-), jaringan parut (-), lapisan lemak (-),
turgor kembali cepat, tonus aktif dan udem keempat ekstremitas (-).
 Kepala: bentuk normocephal, warna rambut hitam, rambut tidak mudah
dicabut, ubun-ubun besar tertutup
 Mata: exophthalmus/enophtalmus -/-, tekanan bola mata tidak dilakukan
pemeriksaan, konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik -/-, cornea reflex RCL
(+), pupil isokor, lensa jernih. Fundus, visus, gerakan tidak dilakukan
pemeriksaan.
 Telinga: otorrhea (-)
 Hidung: rhinorrhea (+)
 Mulut: Bibir: kering (-), lidah kotor (-), gigi lengkap (+), selaput mulut: (-),
gusi perdarahan (-), bau pernapasan (-)
 Tenggorokan: tonsil: T1/T1, hiperemis (-), pharynx hiperemis (-)
 Leher: Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
 Thorax
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (+) intercostal, massa (-),
sikatriks (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) kanan dan kiri meningkat, massa
(-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Redup (+) pada kedua paru
- Auskultasi : Bunyi vesikular (-/-), Ronkhi (+/+) basa halus,
Wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan SIC V linea
parasternal dextra, batas kiri jantung SIC V linea axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop(-)
 Abdomen
- Inspeksi : Bentuk datar, massa (-), distensi (-), sikatriks (-)
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
- Perkusi : Timpani (+)
- Palpasi : NTE (-)
 Genital : Tidak ditemukan adanya kelainan
 Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-).
 Tulang-tulang : Tidak ada deformitas, Skoliosis (-), Lordosis (-),
Kyphosis (-)
 Otot-otot : Eutrofi (+), Atrofi (-)
 Refleks : Fisiologis (+), patologis (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium hari 1 (24/07/2018) jam 00.25 wita

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN


WBC 11,1 4,8-10,8 103/ µl

RBC 5,1 4,7-6,1 106/µl

HGB 12 14-18 g/dl

HCT 50 42-52 %

PLT 280 150-450 103/µl


 Laboratorium hari 1 (24/07/2018) jam 00.28 wita
PEMERIKSAAN
HASIL NILAI RUJUKAN
DARAH
Glukosa Sewaktu 92 80-199 mg/dl

RESUME
Pasien masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan sesak napas yang di alami sejak 3
hari yang lalu. Sesak dirasakan pada saat malam hari. Sesak diawali dengan batuk
(+), dan demam (+). Di keluarga tidak ada yang memiliki riwayat asthma.
Batuk dirasakan sejak 3 hari yang lalu. batuk diawali dengan batuk kering, lama
kelamaan menjadi batuk berlendir. lendir berwarna putih. tidak ada darah. batuk
disertai dengan flu (+) batuk memberat pada malam hari. batuk disertai dengan sesak
napas. pada malam hari anak mengalami susah tidur karena batuk. di rumah tidak ada
yang sedang batuk.
Demam (+) dirasakan sejak 4 hari yang lalu. demam timbul mendadak. demam
sempat turun dengan pemberian obat panas namun kemudian naik kembali. demam
meningkat pada malam hari. tidak ada riwayat kejang sebelumnya. menggigil (-),
berkeringat (-), di rumah tidak ada yang mengalami demam. tidak ada ruam dikulit.
mimisan (-), nyeri menelan (-), mual (-), muntah (-), BAB biasa, BAK lancar.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum composmentis, tampak sakit
sedang, gizi kurang. Pemeriksaan tanda vital denyut nadi 128 Kali/menit, Suhu 39,6 o
C, Respirasi 54 kali/menit, reguler. terlihat adanya retraksi intercostal pada
pemeriksaan, pemeriksaan thoraks didapatkan vokal fremitus meningkat pada kedua
paru, pada perkusi terdengar bunyi redup dan auskultasi terdengar suara napas
tambahan yaitu ronki basah halus pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan WBC 11,1, Pada pemeriksaan foto thorax didapatkan kesan
bronkopneumonia.
 Diagnosis sementara : Susp. Bronkopneumonia
 Diagnosis banding : TB Paru
 Terapi : Pasang O2 1-2 lpm
IVFD Asering 10 tpm
Santagesic 80 mg/8 jam/IV
Cefotaxime 200 mg/ 12 jam/IV (ST)
Dexamethasone 1,25 mg/8 jam/IV

 Anjuran : Pemeriksaan darah lengkap


Pemeriksaan Gula Darah

FOLLOW UP

Perawatan Hari ke 1
Tanggal : 24/07/2018
Subjek (S) : Demam (-), sesak (+), batuk (+), flu (+), BAB biasa, BAK
lancar
Objek (O) :
KU : Sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 100 kali/menit
- Respirasi : 48 kali/menit
- Suhu : 36,5 0C
b. Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)
c. Hidung : rhinorea (+)
d. Telinga : Otorea (-)
e. Mulut : Bibir : kering (-), pecah-pecah, sianosis (-)
f. Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
g. Faring : hiperemis (-)
h. Leher : pembesaran kelenjar limfe (-)
pembesaran kelenjar tiroid (-)
i. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, retraksi intercostal, nyeri tekan (-), vokal
fremitus (+) kesan normal, Redup (+), Ronkhi basah halus (+)
Jantung : ictus cordis tidak tampak dan dapat diraba, batas jantung
normal, Bunyi jantung I/II murni regular
j. Abdomen : Bentuk datar, peristaltik (+) kesan Normal, timpani (+),
pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-), nyeri tekan regio abdomen (-)
Assesment (A) : Bronchopneumonia
Diagnosis Banding : TB Paru
 Plan (P) : Diit nasi + lauk 1000 kkal/hari
IVFD KAEN3B 15 tpm
Inj. Cefotaxime 250 mg/8 jam/IV (II)
Inj. Gentamisin 25 mg/12 jam IV (I) ST
Inj. Dexamethasone 1,5 mg/8 jam IV (II)
Nebulisasi 1 resp combivent + Nacl 0,9% sd 5cc/12 jam
PCT syrup 3 dd ¾ cth (kp)
Ambroxol 5mg
Salbutamol 0,5mg 3 dd 1 pulv.
Histapan 10 mg

Perawatan Hari ke 2
Tanggal : 25 Juli 2018
Subjek (S) : Demam (-), sesak (+), batuk (+), flu (+), BAB biasa, BAK
lancar
Objek (O) :
KU : Sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 110 kali/menit
- Respirasi : 46 kali/menit
- Suhu : 36,5 0C
b. Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)
c. Hidung : rhinorea (+)
d. Telinga : otorea (-)
e. Mulut : Bibir kering (-), pecah-pecah, sianosis (-)
f. Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
g. Faring : hiperemis (-)
h. Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
i. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, retraksi intercostal, nyeri tekan (-),
vokal fremitus (+) kesan normal, Redup (+), Ronkhi basah halus (+)
Jantung : ictus cordis tidak tampak dan dapat diraba, batas jantung
normal, Bunyi jantung I/II murni regular
j. Abdomen : Bentuk cembung, peristaltik (+) kesan Normal,
timpani (+), pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-), nyeri tekan
regio abdomen (-)
Assesment (A) : Bronchopneumonia
Plan (P) : Diit nasi + lauk 1000 kkal/hari
IVFD KAEN3B 15 tpm
Inj. Cefotaxime 250 mg/8 jam/IV (III)
Inj. Gentamisin 25 mg/12 jam IV (II)
Inj. Dexamethasone 1,5 mg/8 jam IV (III)
Nebulisasi 1 resp combivent + Nacl 0,9% sd 5cc/12 jam
PCT syrup 3 dd ¾ cth (kp)
Ambroxol 5mg
Salbutamol 0,5mg 3 dd 1 pulv.
Histapan 10 mg

Perawatan Hari ke 3
Tanggal : 26 Juli 2018
Subjek (S) : Demam (-), sesak (+), batuk (+), flu (+), BAB biasa, BAK
lancar
Objek (O) :
KU : Sakit sedang
Kesadaran: compos mentis
a. Tanda Vital
- Denyut Nadi : 105 kali/menit
- Respirasi : 48 kali/menit
- Suhu : 36,5 0C
b. Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)
c. Hidung : rhinore (+)
d. Telinga : othore (-)
e. Mulut : bibir : kering (-), pecah-pecah (-), sianosis (-)
f. Tonsil : T1/T1, hiperemis (-)
g. Faring : hiperemis (-)
h. Leher : pembesaran kelenjar limfe (-)
pembesaran kelenjar tiroid (-)
i. Thorax
Paru-paru : Simetris bilateral, retraksi intercostal, nyeri tekan (-), vokal
fremitus (+) kesan normal, Redup (+), Ronkhi basah halus (+)
Jantung : ictus cordis tidak tampak dan dapat diraba, batas jantung
normal, Bunyi jantung I/II murni regular
j. Abdomen : Bentuk cembung, peristaltik (+) kesan Normal, timpani (+),
pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-), nyeri tekan regio abdomen (-)
Assesment (A) : Bronchopneumonia
Plan (P) : IVF Diit nasi + lauk 1000 kkal/hari
IVFD KAEN3B 15 tpm
Inj. Cefotaxime 250 mg/8 jam/IV
Inj. Gentamisin 25 mg/12 jam IV
Inj. Dexamethasone 1,5 mg/8 jam IV
Nebulisasi 1 resp combivent + Nacl 0,9% sd 5cc/12 jam
PCT syrup 3 dd ¾ cth (kp)
Ambroxol 5mg
Salbutamol 0,5mg 3 dd 1 pulv.
Histapan 10 mg
BAB III
DISKUSI KASUS

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan


bronkus atau bronkiolus dimana distribusi berbentuk bercak-bercak(patchy
distribution). 3Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :1,4

Tabel 1. Etiologi Bronkopnemonia

USIA ETIOLOGI YANG SERING ETIOLOGI YANG


JARANG
BAKTERI
Bakteri Anaerob
BAKTERI Streptoccous Group D
E.Coli Haemophillus
Neonatal Influenzae
Streptoccous Hemolitikus Grup B
Streptoccous Pneumoniae VIRUS
cytomegalovirus
Herpes Simpleks
BAKTERI
Chlamydia Trachomatis
BAKTERI
Streptoccous Pneumoniae
Bordetella Pertussis
1 bulan - 3 bulan VIRUS
H.Influenza Tipe B
Adenovirus
S. Aureus
Virus Influenza
Virus Paraiinfluenza
Bakteri Bakteri
Chlamydia Pneumonia H. Influenza
Mycoplasma Pneumoniae Moraxella Chataralis
Streptococcus Pneumoniae S. Aureus
4 bulan – 5 tahun Virus
Adenovirus Virus
Virus Influenza
Virus Parainflueza Varicella- Zooster
Rhinovirus
VIRUS
Bakteri
Adenovirus
Chlamydia Pneumoniae
Epstein-Barr
5 Tahun ke atas Mycoplasma Pneumoniae
Rhinovirus
Streptococus Pneumoniae
Parainfluenza Virus
H. Influenza
Influenza Virus

Selain faktor diatas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh terhadap


terjadinya bronkopneumonia. Sistem imun pada penderita-penderita penyakit yang
berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak
merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.1,4

Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme pertahanan awal berupa
filtrasi rambut di hidung, refleks batuk dan mukosilier aparatus. Mekanisme
pertahanan lanjut berupa sekresi IgA lokal dan respon inflamasi yang diperantarai
leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang
diperantarai sel.Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu,
atau bila virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas
bagian bawah melalui inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian
atas, dan jarang melalui hematogen.1,2

Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya bakteri atau virus melalui inhalasi,


aspirasi, hematogen dari fokus infeksi atau penyebaran langsung sehingga terjadi
infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan menimbulkan
kebocoran sehingga cairan dan bahkan sel darah merah masuk ke alveoli. Dengan
demikian alveoli yang terinfeksi secara progresif menjadi terisi dengan cairan sel-sel
dan infeksi menyebar dari alveolus ke alveolus lainnya.7
Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat

paru yang bisa lobularis (bronkhopneumonia), lobus, atau intersisial. Secara

patologis, terdapat 4 stadium pneumonia, yaitu :

1. Stadium I (4-12 jam pertama atau stadium kongesti)


Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan awal yang berlangsung
pada daerah yang baru terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah
dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan
cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama
dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan
peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat
plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus. 1,4
2. Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah. Pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak,
stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.1,4
3. Stadium III (3-8 hari berikutnya)
Disebut hepatisasi kelabu, yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi
di seluruh daerah yang terinfeksi dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini
eritrosit di alveoli mulai direabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami
kongesti.4,5
4. Stadium IV (7-11 hari berikutnya)
Disebut juga stadium resolusi, yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.4,
Gejala klinis yang khas dari pneumonia yaitu: Batuk, demam dan sesak napas.
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif. Menurut Henry Goma, Dkk, pneumonia
diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 atau lebih gejala berikut:2,3,4
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
2. Demam
3. Batuk
4. Ronkhi basah halus-sedang nyaring (crackles)
5. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
6. Leukositosis

WHO mengembangkan pedoman klinis untuk memudahkan diagnosis klinis dan


tata laksana pneumonia pada anak. Berdasarkan pneumonia dibedakan menjadi:7

- Pneumonia sangat berat, bila dijumpai sesaknafas, nafas cepat, terjadi sianosis
sentral, tidak dapat minum serta kesadaran menurun
- Pneumonia berat, bila dijumpaisesak, nafas cepat,adanya retraksi namun tanpa
sianosis dan masih dapat minum
- Pneumonia, bila hanya dijumpai nafas cepat tanpa adanya retraksi.
Kriteria nafas cepat yaitu : 1
- Bayi kurang 2 bulan : frekunsi nafas > 60 kali per menit
- Usia 2 bulan – 1 tahun : frekuensi nafas > 50 kali per menit
- Usia 1 – 5 tahun : frekuensi nafas > 40 kali per menit

Tabel 3. Pneumonia pada bayi kurang dari 2 bulan

Klasifikasi Manifestasi klinis


Pneumonia berat Retraksi dinding dada atau
tachypnea
Pneumonia sangat berat  Retraksi dinding dada
atau tachypnea
 Tidak dapat
menyusu/makan
 Kejang, letargi, tidak
sadar
 Demam/suhu tubuh yang
rendah
 Pernapasan tidak teratur

Tabel 4. Pneumonia pada bayi usia 2 bulan sampai 5 tahun

Klasifikasi Manifestasi klinis

Pneumonia ringan  Tachypnea


Pneumonia berat  Retraksi dinding dada
Pneumonia sangat berat  Tachypnea
 Retraksi dinding dada
 Tidak dapat menyusu/makan
 Kejang, letargi, tidak sadar
 Malnutrisi

Penegakan diagnosis bronkopneumonia pada kasus ini berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada kasus pasien ini,dari anamnesis
didapatkan adanya sesak napas 3 hari sebelum masuk rumah sakit, yang didahului
dengan terjadinya batuk berdahak, rinorhea dan demam. Pada pemeriksaan fisik,
didapatkan adanya pernafasan cepat yaitu 54 kali per menit, pada pemeriksaan toraks
didapatkan adanya retraksi intercostal dan pada auskultasi didapatkan suara napas
tambahan ronki basah halus. Hal ini sesuai teori yang menjelaskan bahwa
bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas atas selama beberapa
hari dan suhu tubuh yang meningkat. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan
pernafasan cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar mulut
atau hidung tidak ditemukan. Pada pemeriksaan thoraks, dapat di temukan ronki
basah halus pada auskultasi, sedangkan pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan.4

Pneumonia secara umum memiliki faktor resiko seperti tidak mendapat imunisasi
yang lengkap, asi tidak adekuat, sering terpajan polusi seperti asap rokok, adanya
penyakit paru seperti asma, pasien dengan malnutrisi, pasien dengan imunosupresi
dan imunodefisiensi seperti pada pasien dengan HIV, pasien dengan defek anatomi
bawaan, adanya penyakit paru dan penyakit penyerta lainnya. Pada kasus ini, pasien
memiliki faktor resiko yang besar untuk mengalami pneumonia karena pasien sering
terpapar oleh asap rokok karena kakek pasien sering merokok di dalam rumah setiap
hari.6

Berdasarkan pedoman klinis WHO, kasus pada pasien ini tergolong dalam
pneumonia berat karena terjadi retraksi dada namun tidak disertai dengan sianosis.7

Pemeriksaan darah rutin pada pasien ini menunjukkan adanya leukositosis yang
merupakan penanda terjadinya infeksi. Hal ini sesuai teori, Pemeriksaan penunjang
laboratorium darah rutin pada bronkopneumonia menunjukkan leukositosis.
Leukositosis pada bronkopneumonia menunjukkan adanya infeksi. Pneumonia yang
disebabkan oleh virus dapat nornmal atau meningkat tetapi tidak melebihi
20.000/mm3 dengan predominan limfosit, sedangkan pada pneumonia bakterial dapat
meningkat 15.000 - 40.000/mm3 dan predominant granulosit. Nilai hemoglobin (Hb)
biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
Gambaran foto rontgen toraks pneumonia pada anak dapat meliputi gambaran
difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat ringan pada satu paru
hingga konsolidasi luas pada kedua paru disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial. Pada suatu penelitian ditemukan bahwa lesi pneumonia pada anak
terbanyak berada di paru kanan, terutama di lobus atas. Gambaran foto toraks tidak
dapat membantu banyak dalam mengarahkan kecenderungan etiologi pneumonia.2,5

Penatalaksanaan khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam,


yaitu penatalaksanaan umum dan khusus6 :

1. Penatalaksaan Umum

a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang

b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.

2. Penatalaksanaan Khusus

a. Mukolitik dan ekspektoran

b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi,
atau penderita kelainan jantung

c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi


klinis.

Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapat dilakukan karena tidak


tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu dalam penanganan pneumonia,
antibiotik dipilih berdasarkan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang
dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.
Umumnya pemilihan antibiotik empiris didasarkan pada kemungkinan etiologi
penyebab dengan mempertimbangkan usia dan keadaan klinis pasien serta faktor
epidemiologis. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas
seperti kombinasi beta laktam/klavulanat dengan aminoglikosid atau sefalosporin
generasi ketiga.6

Bayi dan anak usia (2 bulan -5 tahun):6

a. Beta laktam amoksisillin

b. Amoksisillin - asam klavulanat

c. Golongan sefalosporin

d. Kotrimoksazol

e. Makrolid (eritromisin)

Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan adalah
antibiotik beta-laktam dengan/atau tanpa klavulanat; pada kasus yang lebih berat
diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid intravena, atau
sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam atau keadaan sudah
stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan berobat jalan. Terapi antibiotik
diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan bronkopneumonia tanpa komplikasi.6

Pada bronkopneumonia rawat inap, berbagai RS di Indonesia memberikan


antibiotik beta laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan dengan
kloramfenikol. Feyzullah dkk. melaporkan hasil perbandingan pemberian antibiotik
pada anak dengan bronkopneumonia berat berusia 2-24 bulan. Antibiotik yang
dibandingkan adalah gabungan penisilin G intravena (25.000 U/kgBB setiap 4 jam)
dan kloramfenikol (15 mg/kgBB setiap 6 jam), dan seftriakson intravena (50
mg/kgBB setiap 12 jam). Keduanya diberikan selama 10 hari, dan ternyata memiliki
efektivitas yang sama.6

Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam


rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran secara
hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang
jarang dari penyebaran infeksi hematologi. Komplikasi pada anak meliputi empiema,
perikarditis, pneumotoraks,atau infeksi ektrapulmoner seperti meningtis purulenta.
Empiema merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia bakteri.1,4

Bronkopneumonia pada kasus ini memiliki prognosis yang baik karena


didiagnosis dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas lebih tinggi didapatkan pada
anak-anak dengan keadaan malnutrisi dan datang terlambat untuk mendapatkan
pengobatan.4,6

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak, Edisi
Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. 2010. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Pneumonia. Dalam: Behrman R.E.,
et.al (editor). 2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelson’s vol. 2 edisi. 15. Jakarta: EGC.
4. FKUI. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. IDAI, 2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I.Jakarta :Badan
Penerbit IDAI.
6. Permana, Adhy, dkk.2010.The Disease: Diagnosis & Terapi. Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
7. Alsagaff, Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Penyakit Paru
dan Saluran Nafas FK UNAIR. Surabaya
8. FK UNHAS.2009. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UNHAS. Makassar

Anda mungkin juga menyukai