Disusun Oleh :
dr. Rizky Bayu Ajie, S. Ked.
Pembimbing :
dr. Yose Rizal
dr. Heni Gembirawati G.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan case report tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan case
report ini adalah sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Program
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk penulis dalam menyelesaikan case report ini. Penulis menyadari banyak
sekali kekurangan didalamnya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Luka akibat trauma benda tumpul adalah kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh benda atau alat yang tidak bermata tajam, konsistensi keras atau kenyal, dan
permukaan halus atau kasar. Cara kejadian trauma benda tumpul lebih sering
disebabkan karena kecelakaan atau penganiayaan, jarang karena bunuh diri
(Satyo, 2006).
Jenis luka yang ditimbulkan akibat trauma benda tumpul yang sering dijumpai
dalam kasus kecelakaan lalu lintas antara lain luka memar, luka babras, luka robek
dengan tepi tidak rata, serta patah tulang. Bagian tubuh yang paling banyak
terkena adalah kepala dan anggota gerak atas dan bawah. Luka-luka tersebut dapat
menyebabkan dampak kerusakan jaringan maupun organ bervariasi mulai dari
ringan hingga berat, bahkan lebih parah yaitu kematian. Sebab kematian terjadi
karena kerusakan organ vital atau perdarahan yang banyak (Vincent dan
Dominick, 2001).
Luka trauma benda tumpul yang terjadi akibat kecelakaan lalu lintas merupakan
akibat dari benda yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak
dan orang bergerak ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal
kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan.
Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut
terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme tersebut. Oleh karena itu, pada
referat ini akan dibahas lebih lanjut mengenai deskripsi luka trauma benda
tumpul, mekanisme luka akibat trauma benda tumpul, serta aspek medikolegal
yang diharapkan dapat membantu dalam proses pemeriksaan untuk kepentingan di
bidang kedokteran forensik.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN/KORBAN
a. Nama : Sdr. R
1
b. Usia : 23 Tahun
c. Jenis kelamin : Laki Laki
d. Warga Negara : Indonesia
e. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Swasta
g. Alamat : Pringsewu Selatan, Pringsewu Lampung
2
III. ANAMNESIS/WAWANCARA
Korban datang dalam keadaan sadar dan keadaan umum baik.Korban
mengaku dianiaya oleh satu orang laki laki ketika hendak menagih
hutang disekitar lingkungan indekos STKIP Muhammadiyah
Pringsewu. Korban mengaku dipukul dengan tangan beberapa kali
sekira pukul 14.00 WIB pada hari Sabtu , tanggal 28 April 2018.
V. PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis
1. Pada dahi sisi kiri 5 cm dari garis pertengahan tubuh, 2 cm
dibawah batas rambut kepala terdapat luka memar berwarna
kemerahan dengan luas 5x3cm disertai bengkak.
Tidak dilakukan
VII. TINDAKAN/PENGOBATAN
VIII. KESIMPULAN
Pada korban laki laki usia 23 tahun didapatkan memar pada dahi sisi
kiri diakibatkan oleh kekerasan benda tumpul. Perlukaan ini tidak
menyebabkan penyakit dan halangan pekerjaan.
BAB III
PEMBAHASAN
3
Pada Korban datang ke ruang UGD RSUD Pringsewu, tanpa membawa surat
pengantar dari Polisi Sektor setempat. Hal ini sebenarnya tidak sesuai prosedur
yang berlaku sesuai UU yang berlaku. Visum et Repertum adalah keterangan
tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang
pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baik hidup maupun mati ataupun
bagian dari tubuh manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah
dan untuk kepentingan peradilan. Menurut pengamatan penulis, prosedur ini
dilewatkan dimana pasien datang ke RSUD tanpa membawa surat atau tanpa
ditemani oleh penyidik. Pembuatan Visum et Repertum disertai dengan
permintaan tertulis dari penyidik berupa Surat Permohonan Visum serendah-
rendahnya pembantu letnan dua sesuai dengan pasal 133 ayat 1 KUHAP. Dengan
demikian sesuai pasal 184 ayat 1 KUHAP, Visum et Repertum yang dibuat dapat
dijadikan salah satu alat bukti yang sah di pengadilan.
Dengan adanya SPV yang dibuat oleh penyidik maka dokter berkewajiban
memberikan keterangan ahli sesuai dengan pasal 179 (1) KUHAP yaitu “Setiap
orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”. Hasil
pemeriksaan ini tertuang dalam Visum et Repertum yang dapat digunakan sebagai
alat bukti yang sah.
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak hukum dalam
melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban perlukaan. Dokter sebaiknya
dapat menyelesaikan permasalahan mengenai :
- Jenis luka apa yang ditemui
- Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan
- Bagaimana kualifikasi dari luka itu
4
luka lecet yang satu-dua hari akan sembuh sendiri secara sempurna dan tidak
mempunyai arti medis, tetapi sebaliknya dari kaca mata hukum.
Pada dahi kiri korban 5 cm dari garis pertengahan tubuh, 2 cm dibawah batas
rambut kepala terdapat luka memar berwarna kemerahan dengan luas 5x3cm
disertai bengkak. Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang
singkat.Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan
dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ
dibawahnya.Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah
dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya
pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul (Vincent dan Dominick,
2001).
Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai
bentuk dari benda tumpul, ialah apa yang dikenal dengan istilah “perdarahan tepi”
(marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan,
dimana pada tempat yang terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan,
kendaraan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai
dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan.Perubahan
warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu
tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada
standar pasti untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara
pemeriksaan fisik.
Pada korban luka tidak menyebabkan kematian, kecacatan, penyakit dan halangan
pekerjaan maka luka pada korban masuk kedalam klasifikasi drajat luka
ringan.Pada luka yang menyebabkan kematian dengan jenis kejahatan yang
dilakukan dengan sengaja diatur dalam Bab XX, pasal 351 sampai dengan
358.Jenis kejahatan yang disebabkan karena kelalaina diatur dalam pasal 359,
360, dan 361 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dijumpai kata-kata “mati,
menjadi sakit sementar, atau tidak dapat menjalankan pekerjaan sementara” yang
tidak disebabkan secara langsung oleh terdakwa, akan tetapi karena ‘salahnya’
diartikan sebagai kurang hati-hati, lalai, lupa, dan amat kurang perhatian (Satyo,
2006).
5
Pasal 361 KUHP menambah hukuman nya sepertiga lagi jika kejahatan ini
dilakukan dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan pada
dokter, bidan, apoteker, supir, masinis kereta api dan lain-lain. Dalam pasal-pasal
tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas dengan sengaja jiwa orang
lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal dalam istilah medis
(Satyo, 2006).
Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP adalah penyakit atau
luka yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan sempurna atau yang
dapat mendatangkan bahaya maut, terus-menerus tidak cakap lagi dalam memakai
salah satu panca indera, lumpuh, berubah pikiran atau akal lebih dari empat
minggu lamanya, menggugurkan atau memnbunuh anak dari kandungan ibu
(Satyo, 2006).
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
6
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan
atau pemeriksaan bedah mayat.
7
Nama Visum et Repertum tidak pernah disebut di dalam KUHAP maupun
hukum acara pidana sebelumnya yaitu RIB (Reglemen Indonesia yang
diperbaharui). Nama Visum et Repertum sendiri hanya disebut di dalam
Staatsblad 350 tahun 1937 pasal 1 dan 2 yang berbunyi :
Penjelasan pasal 186 KUHAP: keterangan ahli ini dapat juga sudah
diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum
yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat
sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.
8
Pasal 187 (c) : Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat
pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya.
Keduanya termasuk ke dalam alat bukti yang sah sesuai dengan ketentuan
dalam KUHAP Pasal 184:
Pendapat yang tidak berdasarkan hasil pemeriksaan medis tentu saja tidak
merupakan bagian dari Visum et Repertum. Pemeriksaan medis tersebut
tidak harus dilakukan oleh dokter pembuat Visum et Repertum sendiri. Hal
ini mengingat bahwa kemajuan ilmu kedokteran mengakibatkan berbagai
keahlian khusus pula, sehingga pemeriksaan medis terhadap seseorang
korban mungkin saja dibuat oleh beberapa dokter dari berbagai bidang
spesialisasi.
9
Pasal 216 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) :
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan
yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya
mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian
pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana;
demikian pula barangsiapa dengan sengaja mencegah,
menghalanghalangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan
ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua
minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah. (Affandi, 2017)
Traumatologi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti luka, adalah cabang
ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma, perlukaan, cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (ruda paksa), yang kelainannya
terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan
yang menimbulkan jejas.Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap
seseorang yang menderita luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter
diwajibkan untuk dapat memberikan kejelasan dari permasalahan jenis
10
luka yang terjadi, jenis kekerasan yang menyebabkan luka, dan kualifikasi
luka (Shkrum dan Ramsay, 2007).
11
a. Daerah pada garis batas luka, meliputi :
- Batas (tegas atau tidak tegas)
- Tepi (rata atau tidak rata)
- Sudut luka (runcing atau tumpul)
b. Daerah di dalam garis batas luka, meliputi:
- Jembatan jaringan (ada atau tidak ada)
- Tebing (ada atau tidak ada, jika ada terdiri dari apa)
- Dasar luka
c. Daerah di sekitar garis batas luka, meliputi :
- Memar (ada atau tidak)
d. Lecet (ada atau tidak)
e. Tatoase (ada atau tidak)
12
c. Luka Tembak
Luka tembak adalah luka yang disebabkan oleh penetrasi anak peluru
atau persentuhan peluru dengan tubuh. Termasuk dalam luka tembak
adalah luka penetrasi dan perforasi.Luka penetrasi terjadi bila anak
peluru memasuki suatu objek dan tidak keluar lagi, sedangkan pada
luka perforasi anak peluru menembus objek secara keseluruhan.
Luka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu
benda yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan
orang bergerak ke arah benda yang tidak bergerak.Dalam bidang
medikolegal kadang-kadang hal ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang
sulit dipastikan. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika
diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme
itu (Vincent dan Dominick, 2001).
13
yang yang baik untuk mengungkapkan pola trauma (Shkrum dan Ramsay,
2007).
14
g. Kekerasan benda tumpul pada perut dapat berakibat patah os pubis,
os sacrum, symphysiolysis, luxatio sendi sacro iliaca, robek organ
hepar, lien, ginjal. Pankreas, adrenal, lambung, usus,v.urinari
h. Kekerasan benda tumpul pada vertebra dapat berakibat fraktura,
dislokasi os vertebrae
i. Kekerasan benda tumpul pada anggota gerak dapat berakibat patah
tulang, dislokasi sendi, robek otot, pembuluh darah, dan kerusakan
saraf
Luka akibat trauma benda tumpul dapat berupa salah satu atau kombinasi
dari luka memar, luka lecet, luka robek, patah tulang atau luka tekan.
Derajat luka, perluasan luka, serta penampakan dari luka yang disebabkan
oleh trauma benda tumpul bergantung kepada:
- Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh
- Waktu dari benda yang mengenai tubuh
- Bagian tubuh yang terkena
- Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena
- Jenis benda yang mengenai tubuh
15
- Sebagian/seluruh epitel hilang terbatas pada lapisan epidermis
- Disebabkan oleh pergeseran dengan benda keras dengan permukaan
kasar dan tumpul
- Permukaan tertutup exudasi yang akan mengering (krusta)
- Timbul reaksi radang (Sel PMN)
- Sembuh dalam 1-2 minggu dan biasanya pada penyembuhan tidak
meninggalkan jaringan parut
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang
mengenainya.Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata
telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat ditentukan secara mikroskopik.
Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah saat ini
(beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai
beberapa hari), beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari
abrasi sangat jarang terjadi.Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas
(Idries, 2008).
Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante mortem atau post
mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan dari keduanya:
16
Diakibatkan oleh benda runcing (misalnya kuku jari yang menggores
kulit) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya
dan mengakibatkan lapisan tersebut terangkat, sehingga dapat menunjukan
arah kekerasan yang terjadi.
17
Gambar 2.2 Impact abrasion pada sisi kanan wajah.
(Dikutip dari kepustakaan forensic pathology 2nd edition)
b. Kontusio (Luka Memar)
Kontusio terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu yang
singkat.Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil
dan dapat menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ
dibawahnya.Kontusio adalah suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan
darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan
pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul (Vincent
dan Dominick, 2001).
18
jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standar pasti untuk
menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan
fisik.
19
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya
penurunan darah dalam sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan
masif sehingga dapat menyebabkan syok, penurunan kesadaran, bahkan
kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di bawah kulit
yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena
sehingga dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang
ketiga, memar dapat menjadi tempat media berkembang biak kuman.
Kematian jaringan dengan kekurangan atau ketiadaaan aliran darah
sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga kuman
anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang
dapat memproduksi gas gangrene (Idries, 2006)
Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka
memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada
area mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh
pembuluh darah kecil secara gravitasi. Berikut ini perbedaan luka memar
dengan lebam mayat: (Vincent dan Dominick, 2001).
Luka memar atau kontusio juga dapar terjadi pada organ dan jaringan
dalam.Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda.Pada
organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat
menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian.
20
Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan
terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat
menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat.Peradangan ini dapat
menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan
perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ
lain yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang
mengontrol pernapasan dan peredaran darah.
21
kulit kepala.Kranium dapat patah atau tidak.Jika jaringan dibawahnya
terkena, hal ini disebut coup.Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak
bergerak. Kita juga harus mempertimbangkan situasi lainnya dimana
kepala yang bergerak mengenai benda yang padat dan diam. Pada keadaan
ini kerusakan pada kulit kepala dan pada kranium dapat serupa dengan
apa yang ditemukan pada benda yang bergerak-kepala yang diam. Namun,
kontusio yang terjadi, bukan pada tempat trauma melainkan pada sisi yang
berlawanan. Hal ini disebut kontusio contra-coup.
Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai
daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan
perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan “ball
haemorrhages” sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat
serupa dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi.Perdarahan
yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa
dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai
keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta
adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain
yang menyebabkan perdarahan.
22
neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang
dapat ditemui adalah “ foam cone” busa berwarna putih atau merah muda
pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat
tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio
kordis.Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala.
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan.Jembatan
jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi
dengan luka oleh benda tajam (Shkrum dan Ramsay, 2007).
23
kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal
kekerasan.
Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak
seperti luka atau memar.Pembagiannya adalah sangat segera segera,
beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari.Laserasi yang terjadi setelah
mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak
adanya perdarahan.
24
permukaan luka maupun dari sekitar kulit yang luka masuk ke dalam
jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai dengan terjadinya
penyembuhan luka yang sempurna.
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada
saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat
menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi pada
jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan
emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik.Laserasi juga dapat terjadi
pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pukulan seperi pada
organ jantung, aorta, hati dan limpa.Hal yang harus diwaspadai dari
laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka
waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat
(Idries, 2008).
Luka robek atau luka terbuka akibat kekerasan benda tumpul dapat
dibedakan dengan luka terbuka akibat kekerasan benda tajam, yaitu dari
sifat-sifatnya serta hubungan dengan jaringan sekitar luka.Luka robek
mempunyai tepi yang tidak teratur, terdapat jembatan-jembatan jaringan
yang menghubungkan kedua tepi luka, akar rambut tampak hancur atau
tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut, di sekitar luka robek
sering tampak adanya luka lecet atau luka memar.Oleh karena luka pada
umumnya mendatangkan rasa nyeri yang hebat dan lambat mendatangkan
kematian, maka jarang dijumpai kasus bunuh diri dengan membuat luka
terbuka dengan benda tumpul mengenai tubuh korban (Vincent dan
Dominick, 2001).
25
Luka Dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana
Pasal 361 KUHP menambah hukuman nya sepertiga lagi jika kejahatan ini
dilakukan dalam suatu jabatan atau pekerjaan. Pasal ini dapat dikenakan
pada dokter, bidan, apoteker, supir, masinis kereta api dan lain-lain. Dalam
pasal-pasal tersebut tercantum istilah penganiayaan dan merampas dengan
sengaja jiwa orang lain, suatu istilah hukum semata-mata dan tidak dikenal
dalam istilah medis (Satyo, 2006).
Yang dikatakan luka berat pada tubuh pada pasal 90 KUHP adalah
penyakit atau luka yang tidak bisa diharapkan akan sembuh lagi dengan
sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut, terus-menerus
tidak cakap lagi dalam memakai salah satu panca indera, lumpuh, berubah
pikiran atau akal lebih dari empat minggu lamanya, menggugurkan atau
memnbunuh anak dari kandungan ibu (Satyo, 2006).
26
Sebagai seorang dokter, hendaknya dapat membantu pihak penegak
hukum dalam melakukan pemeriksaan terhadap pasien atau korban
perlukaan. Dokter sebaiknya dapat menyelesaikan permasalahan
mengenai:
- Jenis luka apa yang ditemui
- Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka dan
- Kualifikasi dari luka
27
BAB V
KESIMPULAN
Pada korban laki laki usia 23 tahun didapatkan memar pada dahi sisi kiri disertai
bengkak diakibatkan oleh kekerasan benda tumpul. Perlukaan ini tidak
menyebabkan penyakit dan halangan pekerjaan.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Afandi, Dedi. 2017. Visum Et Repertum: Tatalaksana dan Teknik
Pembuatan. Fakultas Kedokteran Universitas Riau, pp. 3-5
29