Anda di halaman 1dari 6

BUDIDAYA LELE DI KOLAM TERPAL

Kolam terpal adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal.

Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam tanah maupun

kolam beton. Terpal yang dibutuhkan untuk membuat kolam ini adalah jenis terpal yang

dibuat oleh pabrik dimana setiap sambungan terpal dipres sehingga tidak terjadi

kebocoran. Ukuran terpal yang di sediakan oleh pabrik bermacam ukuran sesuai dengan

besar kolam yang kita inginkan. Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan

ataupun di halaman rumah. Lahan yang digunakan untuk kegiatan ini dapat berupa lahan

yang belum dimanfaatkan atau lahan yang telah dimanfaatkan, tetapi kurang produktif.

Keuntungan dari kolam terpal adalah :

a. Terhindar dari pemangsaan ikan liar.

b. Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk memudahkan pergantian air

maupun panen. Selain itu untuk mempermudah penyesuaian ketinggian air sesuai

dengan usia ikan.

c. Dapat dijadikan peluang usaha skala mikro dan makro.

d. Lele yang dihasilkan lebih berkualitas, lele terlihat tampak bersih, dan tidak berbau

dibandingkan pemeliharaan di wadah lainnya.

Langkah-langkah pembuatan kolam terpal adalah sebagai berikut :

1. Usahakan lahan yang sedikit rindang, tapi jangan langsung di bawah pohon.

2. Terpal, ukuran 4x3 meter (terpal jenis A3 lebih tebal), saat pemasangan sebaiknya

ukuran terpal agak dilebihkan agar dapat dibentuk sesuai rangka/patok.


3. Bambu, diperlukan bambu yang dibelah besar, dengan ukuran 2,2 meter sebanyak

kurang lebih 10 belahan, dan ukuran 3,2 meter sebanyak kurang lebih 10 belahan.

4. Tiang patok, diperlukan kayu yang nantinya bakal tumbuh agar bisa bertahan lama,

seperti tanaman hanjuang atau apa saja yang kuat. Jangan menggunakan bambu

karena masa pakainya terbatas.

5. Paku, digunakan untuk memaku belahan bambu ke patoknya.

6. Kawat, digunakan untuk mengikat terpal ke patok/bambu.

Setelah semua bahan tersedia, terlebih dulu ratakan tanah yang akan di pakai untuk

mendirikan kolam terpal, jangan sampai ada benda tajam di atasnya. Lalu dirikanlah

patok di empat sudut berbeda dengan ukuran panjang 4 meter dan lebar 3 meter.

Kemudian pasang belahan bambu 4,2 meter untuk panjangnya dengan menggunakan

paku, dan belahan bambu 3,2 meter untuk lebarnya. Pasang agak merapat agar rangka

kolam kuat. Setelah semua terpasang, maka terpal dapat dipasang membentuk segi

empat di dalam rangka tersebut. Ujung terpal di ikat kuat-kuat dengan kawat ke patok.

Karena nantinya terpal akan diisi air, maka pastikan rangka kolam terpasang dengan

kuat.

4.1 Peralatan Penunjang

Beberapa jenis alat yang diperlukan diantaranya adalah timbangan, alat tangkap

(serok/lambit), ember dan lain-lain. Alat-alat tersebut biasanya dipakai untuk memanen

ikan atau pada saat kegiatan sampling pertumbuhan bobot tubuh ikan.

4.2 Persiapan Kolam

Sebelum digunakan, sebaiknya kolam dipupuk terlebih dahulu. Pemupukan bermaksud

untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi

benih lele. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis

500-700 gram/m2. Dapat pula ditambahkan urea 15 gram/m 2, TSP 20 gram/m2, dan
amonium nitrat 15 gram/m2. Tahapan pemupukannya adalah mula-mula kolam diisi air

setinggi 30-50 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai warna air kolam berubah

menjadi cokelat atau kehijauan, yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang

tumbuh sebagai makanan alami lele. Kemudian secara bertahap ketinggian air ditambah,

sebelum benih lele ditebar.

Pertumbuhan pakan alami pada media pemeliharaan (fitoplankton dan zooplankton) juga

dapat dibantu dengan penggunaan probiotik/bakteri organik yang telah banyak tersedia.

Penggunaan probiotik yang berlebihan (baik yang dicampur dalam pakan maupun

ditebar langsung pada badan air/kolam) bukanlah tindakan yang bijak. Idealnya jenis dan

takaran probiotik untuk setiap kolam berbeda-beda, tergantung dari kondisi masing-

masing kolam berdasarkan hasil pemantauan berkala terhadap nilai pH (derajat

keasaman), DO (oksigen terlarut), salinitas, suhu serta tingkat kejernihan air kolam, dan

lainnya. Jenis dan kepadatan/konsentrasi kandungan bakteri pada setiap merk produk

probiotik berbeda-beda. Dengan demikian penggunaannya pun hendaknya disesuaikan

dengan kebutuhan. Pemakaian probiotik yang berlebihan justru tidak tepat sasaran.

4.3 PENEBARAN BENIH

Sebelum benih ditebar, sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya

didalam larutan KMNO4 (Kalium Permanganat) atau PK dengan dosis 35 gram/m2

selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10 menit.

Penebaran benih hendaknya dilakukan pada pagi/sore hari. Pada kedua kondisi ini

umumnya perbedaan nilai suhu air pada permukaan dan dasar kolam tidak terlalu besar.

Jika perbedaan suhu air wadah benih dan air kolam tebar cukup signifikan, maka perlu

dilakukan upaya penyamaan suhu air wadah benih secara bertahap terlebih dahulu agar

benih tidak stres saat ditebarkan.


Kedalaman air kolam tebar pun hendaknya disesuaikan dengan jumlah dan ukuran

benih. Sedapat mungkin hindari penebaran benih pada kondisi terik matahari secara

langsung. Sebaiknya benih ikan tidak ditebar langsung dari wadah ke kolam. Cara yang

sering dilakukan adalah menenggelamkan sekaligus wadah dan benih ikan ke dalam

kolam tebar secara hati-hati, perlahan dan bertahap. Benih ikan akan mendapat

kesempatan beradaptasi (walau sebentar) dengan lingkungan air kolam tebar sedini

mungkin meskipun masih berada dalam wadahnya. Kemudian benih ikan dibiarkan

keluar sendiri-sendiri dari wadahnya secara bertahap menuju lingkungan air kolam tebar

yang sesungguhnya.

Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah)

angkut benih menuju lingkungan yang baru. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut

dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas

air. Jumlah benih yang ditebar 100-150 ekor/m2 yang berukuran 8-10 cm.

4.4 PEMBERIAN PAKAN


Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein berkisar antara 26-28 %.

Pemberian pakan ini dilakukan secara berkala dengan dosis 3-5 % dari bobot total ikan

dan frekuensi pemberiannya sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang dan sore).

Pemberian pakan buatan (pelet) diberikan sejak benih berumur 2 minggu yaitu pakan
berupa bentuk serbuk halus. Penghalusan butiran lebih praktis dengan menggunakan
alat blender atau dengan cara digerus/ ditumbuk. Kemudian setelah itu berangsur-angsur
gunakan pelet diameter 1 milimeter barulah kemudian beralih ke pelet ukuran 2 milimeter
(sesuai dengan umur ikan lele). Hal ini dimaksudkan agar pelet dapat dicerna lebih baik
dan lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran ikan
lele selama pertumbuhannya.

ANALISA USAHA IKAN LELE DUMBO

Di dalam dunia bisnis, analisa usaha merupakan kegiatan yang sangat penting, dari analisa usaha

tersebut dapat diketahui besarnya keuntungan usaha tersebut. Analisa usaha lele dumbo sangatlah bervariasi,

dan ini disebabkan oleh perhitungan biaya operasional yang dipengaruhi oleh besarnya unit usaha, jenis alat

dan bahan yang digunakan, serta letak lokasi usaha. Besarnya biaya yang tercantum dalam analisa usaha ini

dapat berubah setiap waktu, sesuai dengan kondisi dan besar usaha serta pasar setempat.
No. URAIAN VOLUME SATUAN HARGA NILAI
I INVESTASI
1 Kolam terpal 10 unit 500.000 5.000.000
2 Peralatan 1 paket 100.000 100.000
Jumlah 5.100.000

MODAL
II KERJA
1 Benih 18.000 ekor 250 4.500.000
2 Pakan 1800 kg 6.000 10.800.000
Tenaga
3 kerja 1 Orang 1.000.000 2.000.000
Persiapan
4 kolam 10 Paket 50.000 500.000
Jumlah 17.800.000

JUMLAH
III MODAL
1 Investasi 5.100.000
2 Modal kerja 17.800.000
Jumlah 22.900.000

IV RUGI-LABA
Hasil
1 produksi 1800 kg 11.000 19.800.000
Biaya
2 operasional
a Modal kerja 17.800.000
b Penyusutan 1.020.000
Jumlah 18.820.000
Keuntungan 980.000
Per tahun 3.920.000

Keterangan
1 siklus : 2 (dua) bulan
1 tahun : 4 (empat) siklus
I unit : 12 m2
FCR : 1
SR : 80%
Kepadatan : 150 ekor/m2
Ukuran benih : 8-10 cm/ekor
Tenaga kerja : 1 (satu) orang x 2 bulan x Rp. 1.000.000
Peralatan : seser, timbangan, ember
R/C biaya
ratio : penerimaan total / total
: Rp. 9.800.000 /Rp. 17.800.000
: 1,11
Artinya , setiap Rp. 1,00 yang
dikeluarkan

akan mendapatkan penerimaan Rp.


1,11

Cash
flow : keuntungan + biaya penyusutan
: Rp. 3.920.000 + Rp. 1.020.000
: Rp. 4.940.000

Payback
period : (biaya investasi + biaya variabel) / cash flow (dalam thn)
(Rp. 5.100.000 + Rp. 17.800.000) / Rp.4.940.000
: 4,64 tahun

Biaya
per kg : total biaya produksi / total panen
Rp. 18.820.000 /
: 1800 kg
: Rp. 10.455,55

Rentabilitas
ekonomi keuntungan
: / (biaya investasi + biaya variabel) x 100%
: Rp. 3.920.000 / (Rp. 5.100.000 + Rp. 17.800.000) x 100%
17,12 %
Break Event point (BEP) atau titik impas
biayatetap/(1-(biaya
: variabel/pendapatan)

Rp. 1.020.000 / (1- (Rp. 17.800.000 / Rp.19.800.000


: Rp. 1.020.000 / (1-0,89)
: Rp. 1.020.000 / 0,101
: Rp. 10.098.000

BEP
volume : total biaya produksi / harga jual per kg
: Rp. 18.820.000 / Rp. 11.000
: 1710,91 kg/thn
Artinya, titik impas usaha dicapai pada

hasil ikan minimal 1710.91 kg/thn

BEP
harga : total biaya produksi / total produksi
: Rp. 18.820.000 / 1800
: Rp. 10.455 kg/thn
Artinya, titik impas usaha dicapai pada

harga ikan minimal Rp. 10.455/kg

Anda mungkin juga menyukai