Anda di halaman 1dari 13

CASE REPORT SESSION (CRS)

VISUM ET REPERTUM JENAZAH

Disusun oleh:
Aswin Rinaldi
M. Arief Budiman

Preseptor:
Fahmi Arief Hakim, dr., Sp.F

ISLAM
TAS BA
SI
R

ND
VE

UN G
UN I

N
FAK

RA

UL E
TA T
S K EDOK

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RS BHAYANGKARA SARTIKA ASIH
BANDUNG
2012
Visum et repertum
R / C / 191 / VI / 2012 / Dokpol
Halaman 1 dari 2 halaman
KEPOLISIAN DAERAH JAWA BARAT
BIDANG KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SARTIKA ASIH
JL.MOCH. TOHA NO.369 BANDUNG

Bandung, 20 Juni 2012

No. Pol. : R / C / 191 / VI / 2012 / Dokpol


Perihal : Hasil Pemeriksaan Luar Jenazah
K al. M
Lampiran : --

PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dr. Marsela di Rumah Sakit Bhayangkara Sartika
Asih Bandung, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Direktorat Reserse Kriminal
Umum Bandung tertanggal dua puluh Juni tahun dua ribu dua belas Nomor :B / 09 / VI / 2012 / Dit
Reskrim Um, maka pada tanggal dua puluh Juni tahun dua ribu duabelas, pukul tiga belas tiga puluh
Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Sartika
Asih, telah melakukan pemeriksaan luar dengan keterangan sebagai berikut: ----------------------------
----------------------------------------------------------
Nama : Mr. K.---------------------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki. -----------------------------------------------------------------------------------
Tempat tgl .lahir : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Agama : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Kewarganegaraan : ------------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : -----------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------------------- HASIL PEMERIKSAAN --------------------------------------------


I. PEMERIKSAAN LUAR :
1. Label mayat : Tidak ada label.-------------------------------------------------------------------------
2. Tutup bungkus mayat : -------------------------------------------------------------------------------
a. Tidak ada. --------------------------------------------------------------------------------------------
3. Perhiasan mayat : Tidak ada.---------------------------------------------------------------------------
4. Pakaian mayat :
a. Kemeja hitam bergaris-garis putih vertikal, berlengan pendek bermerk “Cardinal
The Ultimate Choice” berukuran L yang terletak di bawah leher terdapat robekan
pada dada sebelah kiri yang berukuran satu cm.-------------------------------------------
-----------------------
b. Kaos dalam berwarna putih tidak bermerk--------------------------------------------------
c. Celana panjang berbahan jeans berwarna hitam bermerk “Hugo Sport” berukuran
tiga puluh enam/ tiga puluh dua--------------------------------------------------------------
d. Celana dalam berwarna putih bermerk “Wing’s” berwarna biru berukuran empat
puluh dua----------------------------------------------------------------------------------------
e. Sabuk berwarna hitam berlambang “Korpri” pada kepala sabuk berwarna kuning
emas----------------------------------------------------------------------------------------------
f. Sepasang kaos kaki berwarna hitam bertuliskan “computer” pada telapak kaos
kakinya terdapat gambar pignette berwarna putih-----------------------------------------
5. Benda di samping mayat : Tidak ada.-----------------------------------------------------------------
6. Kaku mayat terdapat pada sendi jari kaki dan tangan, sendi kaki dan tangan, sendi tulang
belakang sukar dilawan----------------------------------------------------------------------------------
7. Lebam mayat belum muncul----------------------------------------------------------------------------
8. Mayat adalah seorang laki-laki, bangsa Indonesia, umur kurang lebih empat puluh lima
tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi baik, panjang badan seratus tujuh puluh lima
sentimeter, berat badan tidak ditimbang, sudah disunat.--------------------------------------------
9. Identitas khusus : Tidak ada. -------------------------------------------------------------------------
10. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuhnya lebat, panjang lima sentimeter. Alis berwarna
hitam, tumbuhnya lebat, panjang satu sentimeter. Bulu mata, kumis dan jenggot tidak ada.--
11. Mata kanan dan kiri terbuka sepuluh milimeter, selaput bening mata, teleng mata, warna
tirai mata, selaput bola mata dan selaput kelopak mata tidak dapat dinilai.----------------------
12. Hidung pesek, kedua telinga bentuknya normal, mulut terbuka dua puluh milimeter dan
lidah terjulur dan tergigit.-------------------------------------------------------------------------------
13. Gigi-geligi : tidak diperiksa-----------------------------------------------------------------------------
14. Dari mulut keluar cairan berwarna merah. Dari kedua lubang hidung keluar cairan
berwarna merah, dan dari lubang kemaluan keluar kotoran. Dari kedau lubang telinga tidak
keluar cairan. ---------------------------------------------------------------------------------------------
15. Luka-luka : -----------------------------------------------------------------------------------------------
a. Pada daerah dada sebelah kiri lima sentimeter dari garis pertengahan, depan dua belas
sentimeter dibawah tulang selangka, seratus empat puluh sentimeter dari tumit terdapat
luka terbuka tepi tidak rata yang dikelilingi klim lecet dengan diameter sepuluh
milimeter----------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------- KESIMPULAN -----------------------------------------------

Pada mayat laki-laki berumur kurang lebih empat puluh lima tahun ini ditemukan satu buah
luka tembak masuk pada daerah dada akibat tembakan senjata api.-----------------------------------------
Sebab matinya orang ini secara pasti tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan bedah
mayat (otopsi).-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikian telah saya uraikan sejujur-jujurnya dan menggunakan keilmuan kami yang sebaik-
baiknya serta mengingat sumpah jabatan sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dokter Pemeriksa
.

Dr. MARSELA
VISUM ET REPERTUM

Definisi

Visum et Repertum adalah suatu laporan tertulis dari dokter yang telah disumpah tentang apa

yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti yang diperiksanya serta memuat pula kesimpulan dari

pemeriksaan tersebut guna kepentingan peradilan.

Tujuan

Visum et repertum ini bertujuan untuk membantu penegakan hukum antara lain adalah

pembuatan visum et repertum terhadap seseorang yang dikirim oleh polisi (penyidik) karena diduga

sebagai korban suatu tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja,

penganiayaan, pembunuhan, perkosaan, maupun korban meninggal yang pada pemeriksaan pertama

polisi terdapat kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak pidana.

Syarat

Syarat-syarat dibuatnya visum adalah:

• Ditulis di bawah sumpah oleh seorang dokter.

• Diminta oleh pengadilan atau penyidik.

• Isinya mengenai segala hal yang dilihat dan ditemukan oleh dokter tersebut.

Dasar Hukum

Dasar hukum dari visum et repertum adalah:

• KUHAP Pasal 120 yang berisi tentang kewenangan bersifat umum bagi penyidik

untuk meminta keterangan ahli (pasal 1 butir 28 KUHAP).

• KUHAP Pasal 133 yang berisi tentang ketentuan khusus penyidik menangani kasus

tindak pidana untuk meminta keterangan ahli yang khusus (dasar pengadaan VeR).

• KUHAP Pasal 179.

• KUHAP Pasal 187 Butir C yang berisi tentang surat keterangan seorang ahli.

• Keputusan Menkeh No. M.01.PW.07-03 tahun 1982: Pedoman pelaksanaan KUHAP.


Peran dan Fungsi

Peran dan fungsi dari visum et repertum adalah:

• Sebagai salah satu alat bukti yang sah dalam proses pembuktian perkara pidana

terhadap kesehatan dan jiwa manusia.

• Dalam VeR terdapat uraian hasil pemeriksaan medis yang tertuang dalam bagian

pemberitaan yang dapat dianggap pengganti barang bukti.

• VeR memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medis

yang tertuang dalam bagian kesimpulan.

Pembuatan visum et repertum sebaiknya:

• Pembuatan VeR jangan melebihi 20 hari (KUHAP Pasal 20).

• VeR dibuat dengan bahasa yang dapat dimengerti (KUHAP Pasal 51).

Hal-hal yang berkaitan dengan Visum et Repertum:

• Surat permintaan VeR hanya boleh dibuat oleh pihak yang diberi wewenang sesuai

dengan KUHAP, dalam hal ini pihak penyidik (yaitu polisi dengan pangkat minimal

Pembantu Letnan Dua).

• Ketentuan yang berlaku di dalam memperlakukan barang bukti seperti yang

dimaksud dalam KUHAP harus dipenuhi yaitu pemberian label yang memuat

identitas mayat dan diberi lak dan cap kesatuan yang dilekatkan pada ibu jari atau

bagian lain badan mayat. Bagi orang hidup maka ia harus diantar oleh penyidik atau

polisi untuk menjaga keaslian barang bukti.

• VeR harus dibuat oleh dokter yang telah disumpah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, agar memenuhi persyaratan secara yuridis (Lembaran Negara tahun 1973

Nomor 350 Pasal 1 dan 2 serta KUHAP Pasal 186 dan 187 Butir C).

• Sebagaimana surat-surat resmi lainnya, VeR harus memenuhi ketentuan yang

berlaku, yaitu ordonansi materai 1921 Pasal 23 juncto Pasal 31 Ayat 2 Sub 27,

dimana sebagai pengganti materai maka dalam VeR dicantumkan kalimat “Pro

Justitia”.
Isi

Visum et repertum terbagi menjadi lima bagian:

1. Kata Pro Justitia

Kata yang diletakkan di bagian atas yang menjelaskan bahwa VeR khusus dibuat

untuk tujuan peradilan.

2. Bagian Pendahuluan :

a. Mencantumkan siapa yg meminta VeR (nama peminta, tanggal permohonan VeR,

dan instansi peminta).

b. Mencantumkan nama dan identitas korban.

c. Mencantumkan siapa yang memeriksa (nama dokter dan kualifikasi ahli

kedokteran forensik).

d. Mencantumkan tempat pemeriksaan.

e. Mencantumkan tanggal dan jam saat pemeriksaan dilakukan.

3. Bagian Pemberitaan

a. Diberi judul hasil pemeriksaan.

b. Berisi hasil pemeriksaan medis tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka

korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medis yang dilakukan, serta

keadaan setelah pengobatan selesai.

c. Bagian terpenting dari VeR karena dikemukakan tentang data yang dilihat dan

ditemukan (fakta).

d. Tidak dicantumkan tentang pendapat atau kesan dokter mengenai apa yang

diperiksa. Hanya mencantumkan fakta yg bersifat deskriptif.

e. Bila dilakukan autopsi, diuraikan keadaan seluruh alat dalam yang berkaitan

dengan perkara dan matinya orang tersebut.

4. Bagian Kesimpulan
a. Diberi judul kesimpulan dan berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannnya,

mengenai jenis perlukaan atau cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau

zat penyebabnya, derajat perlukaan, serta sebab kematian.

5. Bagian Penutup

a. Berisikan kalimat baku “Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan

sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah sesuai

dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana” .

Jenis dan Bentuk

Jenis dan bentuk visum et repertum diantaranya:

1. Visum et repertum psikiatrik (kejiwaan).

2. Visum et repertum Fisik, contohnya:

a. Visum et repertum jenasah.

b. Visum et repertum perlukaan atau kecederaan (termasuk keracunan).

c. Visum et repertum kejahatan susila.

Tiga jenis visum yang pertama adalah VeR mengenai tubuh atau raga manusia yang dalam

hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan yang terakhir adalah mengenai jiwa atau

mental tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana.
VISUM ET REPERTUM JENAZAH

Ketentuan Umum

Jenazah yang akan dimintakan VER diberi label yang memuat:

1. Identitas mayat.

2. Di lak dengan diberi cap jabatan yang diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh

lainnya.

Pada surat permintaan visum et repertumnya harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang

diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenazah ataukah pemeriksaan autopsi (pasal 133 KUHAP).

Bila pemeriksaan autopsi yang diinginkan, maka penyidik wajib memberitahu kepada keluarga

korban dan menerangkan maksud serta tujuan pemeriksaan. Autopsi dilakukan setelah keluarga

korban tidak keberatan, atau bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga korban

(pasal 134 KUHAP). Jenazah yang diperiksa dapat juga berupa jenazah yang didapat dari

penggalian kuburan (pasal 135 KUHAP). Jenazah hanya boleh dibawa ke luar institusi kesehatan

dan diberi surat keterangan kematian bila seluruh pemeriksaan yang diminta oleh penyidik telah

dilakukan. Apabila jenazah dibawa pulang paksa, maka baginya tidak ada surat keterangan

kematian.

Pemeriksaan Forensik

Pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi:

1. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan jaringan

jenazah secara teliti dan sistematik.

2. Pemeriksaan bedah jenazah.


PEMERIKSAAN LUAR

Bagian pertama dari autopsi forensik adalah pemeriksaan luar yang akan memberikan deskripsi

mengenai jenazah yang mencakup:

 Umur, jenis kelamin, ras, ciri-ciri fisik, tinggi badan, berat badan, dan status gizi dari

jenazah.

 Malformasi kongenital bila ada.

 Deskripsi singkat tentang pakaian. Jika dicurigai adanya penyebab kekerasan pada jenazah,

perubahan yang signifikan dari pakaian sebagai akibat trauma harus dideskripsikan lebih

detail pada segmen lain dari autopsi ini.

 Deskripsi umum dari keadaan tubuh jenazah yang mencakup:

o Tingkat dan distribusi dari rigor dan livor mortis.

o Panjang dan warna rambut, ada atau tidaknya rambut wajah, atau alopecia.

o Keadaan mata dan warnanya.

o Adanya penampakan yang tidak biasa dari telinga, hidung, atau wajah (contohnya

malformasi kongenital, jaringan parut, atau jerawat).

o Ada atau tidak nya gigi atau dental plates.

o Adanya jaringan parut atau tato.

o Adanya bukti eksternal tentang suatu penyakit.

o Bekas luka lama yang tidak berhubungan dengan kematian (luka baru atau jejas yang

berkaitan dengan kematian dijelaskan pada bagian yang terpisah).

o Adanya bukti intervensi medis atau bedah yang baru.


AUTOPSI

Definisi

Merupakan pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang meliputi pemeriksaan luar dan

pemeriksaan dalam.

Tujuan

Tujuan dari autopsi diantaranya:

• Menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera.

• Melakukan interpretasi dan identifikasi jenazah.

• Menerangkan penyebab, mekanisme, dan saat kematian.

• Mencari hubungan sebab akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan

penyebab kematian.

• Mengumpulkan dan memeriksa barang bukti.

• Membuat Visum et Repertum.

Klasifikasi

Berdasarkan tujuannya, autopsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

• Autopsi Klinik.

o Autopsi jenis ini dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga terjadi akibat

suatu penyakit.

• Autopsi anatomi.

o Autopsi jenis ini dilakukan terhadap mayat oleh mahasiswa kedokteran dalam rangka

belajar mengenal anatomi manusia.

• Autopsi forensik.

o Autopsi jenis ini dilakukan terhadap mayat yang diduga meninggal akibat suatu

sebab yang tidak wajar (misalnya akibat kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri).

Persiapan

Persiapan untuk autopsi diantaranya:

1. Melengkapi surat-surat yang diperlukan seperti surat izin keluarga dan surat permintaan

Visum et Repertum.
2. Memastikan jenazah yang akan diautopsi.

3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian selengkap

mungkin.

4. Memastikan alat-alat yang diperlukan telah tersedia.

Prosedur

Teknik yang digunakan dalam autopsi diantaranya:

 Pemeriksaan luar.

Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan label, mencatat penutup dan pembungkus mayat,

pakaian dan perhiasan, benda di samping mayat, ciri tanatologis, ciri identitas fisik,

perlukaan, dan patah tulang.

 Pemeriksaan dalam.

Pemeriksaan dalam (autopsi) dilakukan dengan membuka dan memeriksa isi rongga

kepala, leher, dada, perut, dan panggul. Pemeriksaan dengan membuka bagian tubuh lain

dilakukan apabila diperlukan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Vincent JM, et all. Handbook of Forensic Pathology.:Austin Texas: Landes Bioscience. 1998.

2. Budiyanto A, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Halaman 5-14.

3. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.

4. Idries AM. Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik bagi Praktisi Hukum. Jakarta: CV
Sagung Seto. 2009.

5. Idries AM. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: CV Sagung
Seto. 2008.

Anda mungkin juga menyukai