Disusun oleh:
Aswin Rinaldi
M. Arief Budiman
Preseptor:
Fahmi Arief Hakim, dr., Sp.F
ISLAM
TAS BA
SI
R
ND
VE
UN G
UN I
N
FAK
RA
UL E
TA T
S K EDOK
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, dr. Marsela di Rumah Sakit Bhayangkara Sartika
Asih Bandung, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Direktorat Reserse Kriminal
Umum Bandung tertanggal dua puluh Juni tahun dua ribu dua belas Nomor :B / 09 / VI / 2012 / Dit
Reskrim Um, maka pada tanggal dua puluh Juni tahun dua ribu duabelas, pukul tiga belas tiga puluh
Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Sartika
Asih, telah melakukan pemeriksaan luar dengan keterangan sebagai berikut: ----------------------------
----------------------------------------------------------
Nama : Mr. K.---------------------------------------------------------------------------------------
Jenis kelamin : Laki-laki. -----------------------------------------------------------------------------------
Tempat tgl .lahir : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Agama : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Kewarganegaraan : ------------------------------------------------------------------------------------------------
Pekerjaan : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Alamat : -----------------------------------------------------------------------------------------------
Pada mayat laki-laki berumur kurang lebih empat puluh lima tahun ini ditemukan satu buah
luka tembak masuk pada daerah dada akibat tembakan senjata api.-----------------------------------------
Sebab matinya orang ini secara pasti tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan bedah
mayat (otopsi).-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikian telah saya uraikan sejujur-jujurnya dan menggunakan keilmuan kami yang sebaik-
baiknya serta mengingat sumpah jabatan sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dokter Pemeriksa
.
Dr. MARSELA
VISUM ET REPERTUM
Definisi
Visum et Repertum adalah suatu laporan tertulis dari dokter yang telah disumpah tentang apa
yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti yang diperiksanya serta memuat pula kesimpulan dari
Tujuan
Visum et repertum ini bertujuan untuk membantu penegakan hukum antara lain adalah
pembuatan visum et repertum terhadap seseorang yang dikirim oleh polisi (penyidik) karena diduga
sebagai korban suatu tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja,
penganiayaan, pembunuhan, perkosaan, maupun korban meninggal yang pada pemeriksaan pertama
Syarat
• Isinya mengenai segala hal yang dilihat dan ditemukan oleh dokter tersebut.
Dasar Hukum
• KUHAP Pasal 120 yang berisi tentang kewenangan bersifat umum bagi penyidik
• KUHAP Pasal 133 yang berisi tentang ketentuan khusus penyidik menangani kasus
tindak pidana untuk meminta keterangan ahli yang khusus (dasar pengadaan VeR).
• KUHAP Pasal 187 Butir C yang berisi tentang surat keterangan seorang ahli.
• Sebagai salah satu alat bukti yang sah dalam proses pembuktian perkara pidana
• Dalam VeR terdapat uraian hasil pemeriksaan medis yang tertuang dalam bagian
• VeR memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medis
• VeR dibuat dengan bahasa yang dapat dimengerti (KUHAP Pasal 51).
• Surat permintaan VeR hanya boleh dibuat oleh pihak yang diberi wewenang sesuai
dengan KUHAP, dalam hal ini pihak penyidik (yaitu polisi dengan pangkat minimal
dimaksud dalam KUHAP harus dipenuhi yaitu pemberian label yang memuat
identitas mayat dan diberi lak dan cap kesatuan yang dilekatkan pada ibu jari atau
bagian lain badan mayat. Bagi orang hidup maka ia harus diantar oleh penyidik atau
• VeR harus dibuat oleh dokter yang telah disumpah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, agar memenuhi persyaratan secara yuridis (Lembaran Negara tahun 1973
Nomor 350 Pasal 1 dan 2 serta KUHAP Pasal 186 dan 187 Butir C).
berlaku, yaitu ordonansi materai 1921 Pasal 23 juncto Pasal 31 Ayat 2 Sub 27,
dimana sebagai pengganti materai maka dalam VeR dicantumkan kalimat “Pro
Justitia”.
Isi
Kata yang diletakkan di bagian atas yang menjelaskan bahwa VeR khusus dibuat
2. Bagian Pendahuluan :
kedokteran forensik).
3. Bagian Pemberitaan
b. Berisi hasil pemeriksaan medis tentang keadaan kesehatan atau sakit atau luka
korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan medis yang dilakukan, serta
c. Bagian terpenting dari VeR karena dikemukakan tentang data yang dilihat dan
ditemukan (fakta).
d. Tidak dicantumkan tentang pendapat atau kesan dokter mengenai apa yang
e. Bila dilakukan autopsi, diuraikan keadaan seluruh alat dalam yang berkaitan
4. Bagian Kesimpulan
a. Diberi judul kesimpulan dan berisi pendapat dokter berdasarkan keilmuannnya,
mengenai jenis perlukaan atau cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau
5. Bagian Penutup
a. Berisikan kalimat baku “Demikianlah visum et repertum ini saya buat dengan
Tiga jenis visum yang pertama adalah VeR mengenai tubuh atau raga manusia yang dalam
hal ini berstatus sebagai korban tindak pidana, sedangkan yang terakhir adalah mengenai jiwa atau
mental tersangka atau terdakwa atau saksi lain dari suatu tindak pidana.
VISUM ET REPERTUM JENAZAH
Ketentuan Umum
1. Identitas mayat.
2. Di lak dengan diberi cap jabatan yang diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh
lainnya.
Pada surat permintaan visum et repertumnya harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang
diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenazah ataukah pemeriksaan autopsi (pasal 133 KUHAP).
Bila pemeriksaan autopsi yang diinginkan, maka penyidik wajib memberitahu kepada keluarga
korban dan menerangkan maksud serta tujuan pemeriksaan. Autopsi dilakukan setelah keluarga
korban tidak keberatan, atau bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga korban
(pasal 134 KUHAP). Jenazah yang diperiksa dapat juga berupa jenazah yang didapat dari
penggalian kuburan (pasal 135 KUHAP). Jenazah hanya boleh dibawa ke luar institusi kesehatan
dan diberi surat keterangan kematian bila seluruh pemeriksaan yang diminta oleh penyidik telah
dilakukan. Apabila jenazah dibawa pulang paksa, maka baginya tidak ada surat keterangan
kematian.
Pemeriksaan Forensik
1. Pemeriksaan luar jenazah yang berupa tindakan yang tidak merusak keutuhan jaringan
Bagian pertama dari autopsi forensik adalah pemeriksaan luar yang akan memberikan deskripsi
Umur, jenis kelamin, ras, ciri-ciri fisik, tinggi badan, berat badan, dan status gizi dari
jenazah.
Deskripsi singkat tentang pakaian. Jika dicurigai adanya penyebab kekerasan pada jenazah,
perubahan yang signifikan dari pakaian sebagai akibat trauma harus dideskripsikan lebih
o Panjang dan warna rambut, ada atau tidaknya rambut wajah, atau alopecia.
o Adanya penampakan yang tidak biasa dari telinga, hidung, atau wajah (contohnya
o Bekas luka lama yang tidak berhubungan dengan kematian (luka baru atau jejas yang
Definisi
Merupakan pemeriksaan terhadap tubuh mayat yang meliputi pemeriksaan luar dan
pemeriksaan dalam.
Tujuan
penyebab kematian.
Klasifikasi
• Autopsi Klinik.
o Autopsi jenis ini dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga terjadi akibat
suatu penyakit.
• Autopsi anatomi.
o Autopsi jenis ini dilakukan terhadap mayat oleh mahasiswa kedokteran dalam rangka
• Autopsi forensik.
o Autopsi jenis ini dilakukan terhadap mayat yang diduga meninggal akibat suatu
sebab yang tidak wajar (misalnya akibat kecelakaan, pembunuhan, atau bunuh diri).
Persiapan
1. Melengkapi surat-surat yang diperlukan seperti surat izin keluarga dan surat permintaan
Visum et Repertum.
2. Memastikan jenazah yang akan diautopsi.
mungkin.
Prosedur
Pemeriksaan luar.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan label, mencatat penutup dan pembungkus mayat,
pakaian dan perhiasan, benda di samping mayat, ciri tanatologis, ciri identitas fisik,
Pemeriksaan dalam.
Pemeriksaan dalam (autopsi) dilakukan dengan membuka dan memeriksa isi rongga
kepala, leher, dada, perut, dan panggul. Pemeriksaan dengan membuka bagian tubuh lain
1. Vincent JM, et all. Handbook of Forensic Pathology.:Austin Texas: Landes Bioscience. 1998.
2. Budiyanto A, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. Halaman 5-14.
3. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta: Binarupa Aksara. 1997.
4. Idries AM. Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik bagi Praktisi Hukum. Jakarta: CV
Sagung Seto. 2009.
5. Idries AM. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta: CV Sagung
Seto. 2008.