PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 DEFINISI
1.2 EPIDEMIOLOGI
2
1.3 ETIOLOGI dan FAKTOR RISIKO
Risiko ibu
- Perdarahan postpartum diyakini disebabkan oleh oklusi yang tidak
memadai pada sinus di segmen bawah setelah melahirkan.
- Komplikasi anestesi dan bedah dapat terjadi, terutama pada wanita
dengan plasenta previa mayor yang melahirkan sesar darurat dengan
persiapan suboptimal untuk pembedahan.
- Emboli udara terjadi ketika sinus di plasenta robek.
- Plasenta akreta terjadi pada hingga 15% wanita dengan plasenta
previa.
- Risiko kekambuhan sekitar 4% hingga 8% setelah satu plasenta previa
sebelumnya.
Risiko janin
- Pembatasan pertumbuhan janin dapat terjadi pada hingga 16%
kasus. Kejadiannya lebih tinggi pada pasien dengan beberapa episode
APH.
- Malformasi kongenital mayor dua kali lebih sering pada wanita
dengan plasenta previa. Malformasi yang paling umum adalah dari
sistem saraf pusat, cardio- vascular, pernapasan, dan sistem
gastrointestinal. Kematian janin yang tak terduga dapat terjadi akibat
vasa previa (VP) atau perdarahan maternal berat.
3
- Risiko lain termasuk malpresentasi janin, anemia janin, prolaps tali
pusat, dan kompresi.5
1.4 KLASIFIKASI
1. Plasenta previa totalis atau komplit, adalah plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa parsialis, adalah plasenta yang menutupi sebagian
ostium uteri internum.
3. Plasenta previa margianalis adalah plasenta yang tepinya berada pada
pinggir ostium uteri internum.
4. Plasenta letak rendah, yang berarti bahwa plasenta yang berimplantasi
pada segmen bawah rahim yang sedemikian rupa sehingga tepi
bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri
internum.2,6,7
1. Tipe I : tepi plasenta melewati batas sampai segmen bawah rahim dan
berimplantasi < 5 cm dari ostium uteri internum
2. Tipe II : tepi plasenta mencapai pada ostium uteri internum namun tidak
menutupinya 3
4
3. Tipe III : plasenta menutupi ostium uteri internum secara asimetris
4. Tipe IV : plasenta berada di tengah dan menutupi ostium uteri internum
1. Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua
atau awal trimester ketiga merupakan tanda utama plasenta previa.
Perdarahan pertama biasanya tidak banyak sehingga tidak akan berakibat
fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari
perdarahan sebelumnya.
2. Tanpa alasan dan tanpa nyeri Kejadian yang paling khas pada plasenta
previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang biasanya baru terlihat setelah
kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
3. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan
waktu yang singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok.
4. Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul
(PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam
5
rahim, dan dapat menimbulkan aspiksia sampai kematian janin dalam
rahim.3
MRI juga mempunyai tingkat akurasi yang lebih baik bila dibandingkan
dengan USG transabdominal. Namun tidak dapat memberikan gambaran
lokasi plasenta sebaik USG transvaginal, selain itu MRI tidak tersedia pada
semua pelayanan kesehatan. 8
6
Gambar : Posterior complete placenta previa.
Ultrasound transvaginal menunjukkan plasenta
Gambaran USG transabdominal dari plasenta yang menutupi ostium interna dan memanjang
previa. BL = Kandung kemih ibu; C= leher ke posterior. B, Kandung kemih ibu; C, leher
rahim; PL = plasenta previa.3 rahim; P, plasenta.3
1.7 KOMPLIKASI
1. Kehilangan darah, hipovolemia.
2. Peningkatan risiko aspirasi karena kehamilan atau asupan makanan.
3. Risiko tinggi plasenta akreta, increta, dan percreta, mungkin memerlukan
histerektomi.
4. Kompromi janin dari aliran darah intervilius yang tidak adekuat.
7
5. Persalinan preterm: Terapi tokolitik bersamaan dapat mengubah respon
hemodinamik terhadap perdarahan.8
1.8 PENATALAKSANAAN
Prinsip dasar yang harus segera dilakukan pada semua kasus
perdarahan antepartum adalah menilai kondisi ibu dan janin, melakukan
resusitasi secara tepat apabila diperlukan, apabila terdapat fetal distress dan
bayi sudah cukup matur untuk dilahirkan maka perlu dipertimbangkan untuk
terminasi kehamilan dan memberikan Imunoglobulin anti D pada semua ibu
dengan rhesus negatif.9
Pada kehamilan prematur tanpa perdarahan aktif, observasi dekat
dan manajemen diharapkan diindikasikan. Pada mereka dengan perdarahan
aktif, manajemen konservatif, termasuk transfusi darah untuk perdarahan
yang parah, adalah tepat. Wanita harus tinggal di rumah sakit setidaknya 48
jam setelah pendarahan berhenti.
1. Penilaian awal untuk tanda-tanda konseling hemodinamik ibu atau syok
hemoragik; saluran intravena besar-bore dengan resusitasi cairan
kristaloid.
2. Kaji status janin dan usia kehamilan menggunakan sonogram dan
pemantauan denyut jantung janin terus menerus.
3. Darah cross-match harus tersedia selama episode perdarahan; jika
perdarahan berat, persalinan sesar diindikasikan meskipun janin tidak
dewasa.
4. Terapi tocolytic dapat dipertimbangkan pada wanita dalam persalinan
prematur, serta pemberian kortikosteroid untuk meningkatkan
kematangan paru janin.
5. Operasi caesar diperlukan di hampir semua kasus plasenta previa.
6. Perdarahan yang tidak terkontrol setelah pemindahan plasenta harus
diantisipasi sekunder akibat sifat kontraktil segmen bawah uterus yang
8
buruk. Kebutuhan histerektomi untuk mengontrol perdarahan harus
didiskusikan dengan pasien sebelum pengiriman, jika memungkinkan.9,10
Oleh karena itu tatalaksana plasenta previa dibagi menjadi dua bagian
besar yaitu :
9
Usia Kehamilan 38 Minggu Atau Lebih
1.10 PROGNOSIS
1. Prognosis untuk janin dijaga karena ada risiko signifikan perdarahan
janin karena vasa previa (ruptur) jika previa tidak membaik.
2. Pada awal kehamilan, pemeriksaan vagina distal ditunda.
3. Pada trimester ketiga onset persalinan mungkin terhenti sampai
kematangan paru janin tercapai (sekitar 36 minggu) untuk
memungkinkan operasi caesar yang direncanakan (bedah caesar).
10
BAB III
KESIMPULAN
1. Plasenta previa yaitu perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
2. Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya perdarahan tanpa rasa sakit ;
keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan umum
sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta
menimbulkan gejala klinis pada ibu dan janin; perut ibu lemas sehingga
mudah meraba bagian terendah; terdapat kelainan letak atau bagian
terendah belum masuk pintu atas panggul.
3. Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang
hilang, yang bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam
waktu singkat; terjadi gejala kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi
meningkat dan tekanan darah menurun, anemia disertai ujung jari dingin,
perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.
11
DAFTAR PUSTAKA
12
13