REFERAT
Justicia Andhika Perdana
Medicine Student at Trisakti University
SMF Dermatology and Venereology RSAL dr. Mintohardjo
Sinonim dibiak1,2.
Adanya trauma atau abrasi, penting Masa inkubasi berkisar antara 1-14
untuk organisme melakukan penetrasi hari, pada umumnya kurang dari 7 hari.
epidermis. Pada lesi, organisme terdapat Lesi kebanyakan multipel, jarang soliter,
dalam makrofag dan neutrofil atau bebas biasanya pada daerah genital, jarang pada
berkelompok (mengumpul) dalam jaringan daerah ekstragenital. Mula-mula kelainan
interstisial1,2. kulit berupa papul, dalam 24-48 jam
papula akan berubah menjadi pustul,
Basil H. ducreyi masuk ke kulit
kemudian mengalami erosi dan ulserasi1,2.
melalui epitel yang rusak, biasanya
menyertai trauma akibat hubungan seksual. Ulkus berukuran kecil, lunak pada
IL-8 menginduksi PMN dan makrofag perabaan, tidak terdapat indurasi, berbetuk
membentuk pustule intradremal. IL-6 cawan, pinggir tidak rata, sering bergaung
menstimulasi ekspresi reseptor sel T IL-2 dan dikelilingi halo eritematosa. Ulkus
yang akan menstimulasi CD4 pada daerah sering tertutup jaringan nekrotik, dasar
tersebut. H. ducreyi mensekresi cytolethal ulkus berupa jaringan granulasi yang
distending toxin (HdCDT) yang mudah berdarah, dan pada perabaan terasa
mengakibatkan apoptosis dan nekrosis sel. nyeri. Tempat predileksi pada laki-laki
Toksin ini menghambat proliferasi sel dan ialah permukaan mukosa preputium, glans
menginduksi kematian sel sehingga terlihat penis, sulkus koronarius, frenulum penis,
bentukan ulkus4. dan batang penis. Dapat juga timbul lesi
dalam uretra, skrotum, perineum, atau
Limfadenitis yang dihubungkan
anus. Pada wanita ialah labia, klitoris,
dengan respon inflamasi piogenik.
fourchette, vestibuli, anus, dan serviks1,6.
Supurasi dihuungkan dengan jumlah
neutrofil yang sangat banyak dan sejumlah
kecil basil. Pada bubo hampir tidak
ditemukan mikroorganisme dan juga tetap
tidak bisa dijelaskan5.
Jenis-jenis bentuk klinis1
2) Dwarf chancroid
3) Transient chancroid
5) Giant chancroid
6) Phagedenic chancroid
Diagnosis
Lesi kecil menjadi besar dan
destruktif dengan jaringan nekrotik Berdasarkan gambaran klinis dapat
yang luas. Genitalia eksterna dapat disingkirkan penyakit kelamin yang lain.
hancur, pada beberapa kasus disertai Sebagai pendukung diagnosis ialah1:
infeksi organisme Vincent.
a. Pemeriksaan sediaan hapus
7) Tipe serpiginosa
Lesi membesar karena perluasan atau Bahan pemeriksaan diambil dari tepi
daerah lipat paha atau paha. Ulkus pada gelas alas, kemudian dibuat
d. Biopsi
Limfogranuloma Venerium
d. Granuloma Inguinale
Ulkus durum5
Timbulnya karena ulkus pada glans Selain obat-obatan tersebut diatas yang
penis yang bersifat destruktif. Dapat juga efektif adalah:
mengakibatkan nyeri pada waktu
1) Sulfonamida
buang air kecil dan pada keadaan
lanjut dapat menjadi striktura uretra.
Tablet kotrimoksazol, ialah kombinasi
sulfametoksazol 400 mg dengan
e. Infeksi campuran
trimetroprim 80 mg, diberikan dengan
Dapat disertai infeksi organisme dosis 2 x 2 tablet selama 10 hari. Pada
Vincent sehingga ulkus makin parah bubo yang mengalami supurasi
dilakukan aspirasi melalui kulit yang Diberikan 4 x 500 mg sehari, selama
sehat1. seminggu1.
2) Streptomisin 7) Kuinolon
Prognosis
Sedikit efektif, terutama diberikan
kalau terdapat organisme Vincent1.
Penyakit tidak menyebar secara
sistemik. Tanpa pengobatan, ulkus genital
4) Tetrasiklin & oksitetrasiklin
dan abses inguinal dilaporkan kadang-
Efektif kalau diberikan dengan dosis 4 kadang menetap beberapa tahun. Infeksi
x 500 mg/hari selama 10-20 hari, tidak menimbulkan imunitas dan dapat
antibiotik golongan ini menutupi terjadi infeksi ulang. Penderita
gejala-gejala sifilis stadium I1. diinstruksikan sebaiknya memakai kondom
untuk menghindari infeksi ulang4.
5) Kanamisin
Referensi
Disuntikkan i.m 2 x 500 mg selama 6-
1. Lewis, D. 2003. Chancroid : clinical
14 hari. Obat ini tidak mempunyai manifestations, diagnosis, and
efek terhadap T.pallidum1. management. Sex Transm Infect. Feb
2003; 79(1): 68–71
6) Eritromisin 2. Judanarso, J. 2010. Ulkus Mole.
Dalam Adhi Djuanda (Ed). Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ’Fitzpatrick’s Dermatology in
ke-5. Jakarta : FKUI. Hal: 418-422 General Medicine’ Volume II. 6th
3. G. Hammond, Public Health Image Edition. USA: McGraw-Hill. P:2193-
Library, CDC (1978) (online). 2197
Diakses tanggal 19 Maret 2013. 10. http://apical-pulse.com/infection/wp-
(http://bestpractice.bmj.com/best- content/blogs.dir/9/files/herpes/pictur
practice/monograph/932/resources/i es-of-genital-herpes.jpg
mage/bp/4.htm)
4. Bowmer I. Advances in the diagnosis
and Management of Chancroid.
Lippincott Williams & Wilk. 2006
Sep;Vol13:Issue 3. Pg 189-191.
5. Lewis DA. Epidemiology, clinical
features, diagnosis and treatment of
Haemophilus ducreyi. Expert Rev
Anti Infect Ther. 6 Mar 2014
6. Markle W. Sexually transmitted
diseases. Prim Care 2013
Sep;40(3):557-87.
7. SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin. 2007. Atlas Penyakit Kulit
Dan Kelamin. Surabaya : Airlangga
University Press.
8. Wolff K. Johnson RA. Suurmond.
2005. Fitzpatrick’s Color Atlas &
Synopsis Of Clinical Dermatology.
5th Ed. USA : McGraw Hill
Companies Inc. P: 827-881
9. Lautenschlager, S. Eichmann, AR.
2003. Chancroid. In Freedberg IM,
Eisen AZ, Wolff K (Eds)