Anda di halaman 1dari 12

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil peneliltian mengenai sikap dan perilaku remaja

terhadap pendidikan seksual dalam perspektif Islam di SMA Pasundan Kota

Tasikmalaya maka dapat diinterpretasi sebagai berikut:

1. Sikap remaja terhadap pendidikan seksual dalam perspektif Islam di SMA

Pasundan Kota Tasikmalaya

Hasil penelitian didapatkan nilai sikap remaja terhadap pendidikan

seksual dalam perspektif Islam nilai terendah sebesar 63 dan nilai tertinggi

136, nilai median adalah 84 dan standar deviasi 12.67. Distribusi frekuensi

sikap remaja terhadap pendidikan seksual dalam perspektif Islam

diperoleh distribusi frekuensi sikap remaja terhadap pendidikan seksual

perspektif Islam yang termasuk kategori positif sebanyak 21 orang

(61,8%) dan sikap negatif sebanyak 13 orang (38.2%).

Data tersebut menunjukkan sebagian besar sikap responden

termasuk positif hal ini dapat dilihat dari jawaban responden seperti

responden setuju bahwa dengan melaksanakan semua kewajiban yang

diperintahkan Allah membuat responden merasa dekat dengan Allah,

Allah melarang perbuatan zina karena Allah sayang pada manusia, sebatas

hubungan sosial yang wajar dengan teman adalah tuntutan dari agama,

responden juga setuju bahwa remaja dapat menghindari perilaku seks

dengan kegiatan olah raga.

49
50

Penulis berpendapat bahwa sikap positif yang dimiliki oleh

responden mengindikasikan adanya kesadaran yang dimiliki oleh

responden bahwa pentingnya pendidikan seksual menurut Islam sebagai

upaya untuk meningkatkan kualitas akhlak, dapat mengubah cara berfikir

dalam masalah seksual, memahami jari diri dan melaksanakan tugas

perkembangan masa remaja.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian Tetty dan Yolanda

(2012) tentang persepsi remaja tentang perilaku seksual pranikah di SMA.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian remaja menyatakan bahwa

perilaku seksual pranikah adalah upaya untuk lebih mengenal masing-

masing pasangan, dalam arti sebagian remaja memiliki sikap yang

favourable (72%)

Hasil temuan dilapangan, responden memiliki sikap yang baik

terhadap pendidikan seksual menurut Islam, dalam arti responden

menerima bahwa pendidikan seks diperlukan agar mengetahui fungsi

organ seks, tanggung jawab yang ada padanya, halal haram berkaitan

dengan organ seks dan panduan menghindari penyimpangan dalam prilaku

seksual responden.

Demikian adanya, responden memahami pendidikan seks tersebut

tidaklah negatif karena dapat meningkatkan kualitas akhlak. Menyadari

batas-batas nilai, tugas dan tanggung jawab dalam masyarakat. Bahwa

makna pendidikan seks itu sangat luas, tidak hanya berkisar masalah jenis

kelamin dan hubungan seksual, akan tetapi di dalamnya ada


51

perkembangan manusia, hubungan antar manusia, prilaku seksual dan lain-

lain.

Remaja yang memiliki sikap positif tersebut, akan dimuliakan oleh

Allah SWT sebagaimana Allah SWT telah mewajibkan perkara tersebut

satu cara untuk menjaga kehormatan dengan cara menutup aurat dan

sehingga pada akhirnya Allah SWT akan memuliakan manusia sesuai

firman Allah SWT dalam QS Al-Isra 17 ayat 70 yang berbunyi :

ِ ‫َولَقَ ْذ َك َّز ْهٌَا بَ ٌِي آَ َد َم َو َح َولٌَْاهُ ْن ِفي ْالبَ ِّز َوالْبَحْ ِز َو َرسَ ْقٌَاهُ ْن ِه َي الطَّيِّبَا‬
‫ث‬
‫ض ا‬
‫يًل‬ ٍ ِ‫َوفَض َّْلٌَاهُ ْن َعلًَ َكث‬
ِ ‫يز ِه َّو ْي خَ لَقٌَْا تَ ْف‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (Al-Isra (17) ayat 70).

Selanjutnya responden yang memiliki sikap postif, lebih cenderung

dapat memahami diri. Artinya remaja memahami jati dirinya, menyadari

akan tugas dan tanggung jawab hidup, mengerti hubungan dirinya dengan

lingkungannya. Oleh karena itu dengan memiliki sikap yang positif

terhadap pendidikan seksual menurut Islam, maka sepantasnya memiliki

perilaku-perilku sesuai dengan syariat Islam, sehingga Allah akan

meningkatkan kemuliaan bagi remaja yang bertaqwa. Sebagaimana firman

Allah SWT dalam QS Al-Hajj (22) ayat 77 yang berbunyi :

‫يي آَ َهٌُىا ارْ َكعُىا َوا ْس ُج ُذوا َوا ْعبُ ُذوا َرب َّ ُك ْن َوا ْف َعلُىا ْال َخ ْي َز لَ َعل َّ ُك ْن‬
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
َ ‫تُ ْفلِح‬
‫ُىى‬
52

“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu,


sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat
kemenangan”. (Al-Hajj (22), 77)

Kutipan ayat AlQuran tersebut menyatakan bahwa kita

diperintahkan oleh Allah SWT untuk selalu berbuat kebajikan, dalam hal

ini tentu didasarkan pada pengetahuan, maka segala perbuatan yang

dilakukan akan dimintai pertanggung jawaban baik dengan penglihatan,

pendengaran maupun dengan kata hati, dimana kata hati akan

menimbulkan suatu sikap kewaspadaan pada diri dan lingkungan.

Sebagaimana yang firman Allah SWT QS Al-Israa ayat 36 yang

berbunyi :

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai


pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya (QS, Al-Israa,
36)

Berdasarkan kutipan firman Allah SWT tersebut, pendidikan

seksual menurut Islam pada dasarnya sebagai wahana untuk mencegah dan

meningkatkan kewaspadaan remaja terhadap perilaku-perilaku seksual

yang menyimpang. Tidak berdua-duaan dengan laki-laki lain yang bukan

muhrim selamanya, maka janganlah dengan mudah melanggar perintah

keduanya. Rasulullah SAW bersabda:


53

‫اى ثَالِثُهُ َوا‬ َ ‫َها َخًلَ َر ُج ٌل بِا ْه َزأَ ٍة إالَّ َك‬


ُ َ‫اى ال َّش ْيط‬
“Tidaklah seorang laki-laki yang berdua-duaan dengan seorang wanita
kecuali yang ketiga itu adalah setan (Muttafaqun Alaih).”

Melihat data tersebut, dapat dikemukakan bahwa sebagian besar

responden memiliki persepsi terhadap pendidikan seksual menurut Islam

termasuk positif, dalam arti responden menerima pendidikan seks menurut

Islam penting dilakukan untuk membimbing remaja pada hal-hal yang

positif seperti meningkatkan kualitas akhlak, dapat mengubah cara berfikir

dalam masalah seksual, memahami jati diri dan melaksanakan tugas

perkembangan masa remaja. Artinya responden memiliki sikap menerima,

merespon, menghargai dan bertanggung jawab tentang apa yang

dilakukannya.

Hal ini sependapat dengan Imran (2009) yang mengatakan bahwa

melalui pendidikan seks menurut Islam remaja mampu mengarahkan

perilaku seksualnya agar tidak menyimpang dari norma yang ada serta

dapat terhindar dari hal-hal yang negatif. Dengan kata lain remaja

memandang pendidikan seks menurut Islam sebagai alat untuk mencegah

terjadinya penyalahgunaan seks. Remaja menganggap pendidikan seks

mampu menjawab keingintahuan dan rasa penasaran mereka akan segala

hal yang berkaitan dengan seks. Oleh karena itu remaja menganggap

pendidikan seks sebagai suatu kebutuhan dan bukan hal yang tabu.

Kemudian data lain terdapat responden yang memiliki sikap negatif,

hal ini dapat dilihat dari pertanyaan dimana responden setuju bahwa Allah
54

dan malaikat tidak akan tahu apa yang dilakukan, responden setuju

pendidikan seks akan membuat remaja berpengalaman dalam melakukan

seks, responden merasa Allah tidak adil pada saya padahal saya selalu

menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, responden merasa

ragu terhadap adanya malaikat merupakan hal yang wajar, sebab malaikat

tidak dapat dilihat menggunakan mata secara langsung dan lain

sebagainya.

Menurut analisis peneliti, adanya sikap yang negatif seperti yang

tercantum dari jawaban responden, bahwasannya terdapat responden yang

memiliki anggapan bahwa Allah dan malaikat tidak akan tahu apa yang

dilakukannya, hal demikian mengindikasikan masih rendahnya kesadaran

beragama, perasaan taqwa yang lemah dan kurang memiliki perasaan

dekat dengan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-

Alaq (96) ayat 14 yang berbunyi :

َّ ‫أَلَ ْن يَ ْعلَ ْن بِأ َ َّى‬


‫َّللاَ يَ َزي‬
“Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya”. (Al-Alaq (96), 14).

Adanya sikap negatif dari responden yang dimiliki remaja adalah

penilaian, penerimaan, pemahaman pribadi siswa tentang pendidikan seks

menurut Islam dan merupakan pandangan siswa terhadap objek yang

dilihat, serta bentuk dari evaluasi perasaan dan kecenderugan berperilaku

seksual yang menyimpang. Padahal menurut Setiawati (2010),

menjelaskan secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi


55

mengenai persoalan seksualitas manusia jelas dan benar, yang meliputi

proses terjadinya pembuahan, kehamilan, sampai kelahiran, tingkah laku

seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan, dan kemasyarakatan.

Peneliti berpendapat bahwa sikap yang dimiliki oleh remaja adalah

positif, namun pada beberapa responden yang memiliki sikap yang negatif,

menganggap bahwa pendidikan seks menurut Islam dianggap tidak

penting. Oleh karena itu perlu kiranya bagi setiap pihak terkait dapat

memberikan bimbingan konseling pada remaja betapa pentingnya

pendidikan seks menurut Islam.

2. Perilaku Seksual Remaja dalam Perspektif Islam di SMA Pasundan Kota

Tasikmalaya Tahun 2016

Hasil penelitian didapatkan nilai perilaku seksual remaja dalam

perspektif Islam nilai terendah 2 dan tertinggi 10, nilai median nya adalah

4 dan standar deviasi 1.56. Distribusi frekuensi perilaku seksual remaja

dalam perspektif Islam diperoleh sebanyak 16 orang (47,1%) memiliki

perilaku perilaku yang positif dan sebanyak 18 orang (52,9%) termasuk

kategori negatif.

Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar remaja memiliki

perilaku seksual yang menyimpang dari norma-norma agama seperti

dalam aturan dalam Quran : Al Isra:32 yang berbunyi:

‫اح َشتا َو َسا َء َس ِب ا‬


‫يًل‬ َ ‫َو َال تَ ْق َزبُىا ال ِّشًَا ِإًَّهُ َك‬
ِ َ‫اى ف‬
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (QS: Al Isra:32)
56

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner mengenai perilaku seksual

responden pernah menonton film porno (33 orang) dan apabila membuka

internet seluruh responden membuka situs porno (34 orang). Dari hasil

kuesioner juga diketahui bahwa perilaku seksual remaja mayoritas

mengakui pernah berpelukan dengan lawan jenis yaitu sebanyak 17 orang

bahkan terdapat 1 orang remaja yang pernah meraba bagian sensitif pacar,

melakukan oral seks dengan lawan jenis dan melakukan hubungan seksual

dengan lawan jenis.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

berkerjasama oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI),

United Nations Population Fund (UNPF) dan Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Indonesia (BKKBN). Laporan ini meneliti 227 remaja dari

Kupang, Palembang, Singkawang, Cirebon dan Tasikmalaya. Menurut

hasilnya, 40,09% responden memakai alat kontrasepsi saat berhubungan

seksual, sementara 59,91% tidak memakai alat kontrasepsi

Penulis berpendapat bahwa walaupun secara umum sebagian besar

responden memiliki sikap baik terhadap pendidikan seks menurut Islam,

namun dalam penelitian ini perilaku seksual mayoritas termasuk negatif,

hal ini mengindikasikan bahwa sikap yang baik belum tentu menunjukkan

perilaku yang baik karena batasan dalam penelitian ini, perilaku baik

dibatasi dengan skor kurang dari median 4. Berbagai perilaku seksual

dilakukan oleh remaja mulai dari nonton film porno bahkan melakukan

hubungan seksual. Hal ini didasarkan pada temuan dilapangan, dimana


57

adanya remaja yang memiliki perilaku seksual yang menyimpang dari

Syariat Islam.

Perilaku remaja yang negatif, menggambarkan bahwa remaja belum

mampu menahan hawa nafsu seksualnya, padahal dijelaskan oleh Allah

SWT agar remaja tidak terjerumus pada tindakan yang menyimpang, maka

remaja harus menahan pandangannya dan kemaluannya terhadap lawan

jenis. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS An-Nur (24), 30-31)

yang berbunyi :

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka


menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat”. (An-Nur (24), 30)

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan


pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah
mereka menutupkan kain kudung ke dadanya….” (An-Nur (24), 31)

Berdasarkan kutipan Ayat Al-Quran tersebut, penulis berpendapat

bahwa merupakan suatu kewajiban bagi remaja baik laki-laki maupun

perempuan untuk menjaga kehormatannya. Allah SWT telah menjelaskan

bahwa remaja harus menahan pandangannya. Menjaga kemaluannya dan


58

bagi remaja perempuan tidak menampakan perhiasannya serta menutup

dadanya dengan kerudung.

Peneliti berpendapat bahwa adanya perilaku seksual pada remaja

memiliki tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksualnya. Hal ini

sesuai dengan Hadi (2006) yang mengatakan bahwa bentuk-bentuk

perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

seksual dengan lawan jenisnya, melalui perbuatan yang tercermin dalam

tahap-tahap perilaku seksual yang paling ringan hingga tahap yang paling

berat, yang dilakukan sebelum pernikahan resmi menurut hukum maupun

menurut agama misalnya berpelukan, berciuman berat (petting), hingga

bersenggama.

Menurut PKBI (2007) bentuk perilaku seksual meliputi bergaul

dengan lawan jenis, berdandan untuk menarik perhatian (terutama lawan

jenis), menyalurkannya melalui mimpi basah, berkhayal atau berfantasi

tentang seksual, mengobrol tentang seksual, menonton film pornografi,

masturbasi atau onani, melakukan hubungan seksual non penetrasi

(berpegangan tangan, berpelukan, cium pipi, cium bibir, cumbuan berat,

berciuman berat/petting) dan melakukan aktifitas penetrasi (intercourse).

Menurut Ritzer (2008) tindakan manusia muncul dari kesadarannya

sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisi sebagai

objek. Manusia memilih dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan,

sedang dan telah dilakukannya. Remaja melakukan tindakan berdasarkan


59

pada tujuan, seperti halnya untuk menjawab segala rasa kengintahuan dan

penasaran remaja akan seks sehingga dengan berbagai cara.

Tuntunan syariat Islam yang ditujukan bagi remaja yang sudah

memenuhi syarat dan mampu maka hendaklah untuk segera menikah.

Syarat. Sebagaimana yang diungkapan oleh Rosullullah SAW dalam Kitab

Bulughul Maram Hadits Ke-780 yang berbunyi :

‫َللَا صلى َللَا عليه وسلم ( َيا‬ ِ ‫ْن َمسْ عُو ٍد رضي َللَا عنه َقا َل َل َنا َرسُو ُل َ ه‬ ِ ‫َعنْ َع ْب ِد َ ه‬
ِ ‫َللَا ب‬
َ ْ‫ َوأَح‬, ‫ص ِر‬
ُ‫صن‬ َ ‫ َفإِ هن ُه أَ َغضُّ ِل ْل َب‬, ْ‫اع ِم ْن ُك ُم اَ ْل َبا َء َة َف ْل َي َت َز هوج‬
َ ‫ب ! َم ِن اسْ َت َط‬ ِ ‫َمعْ َش َر اَل هش َبا‬
‫ َو َمنْ َل ْم َيسْ َتطِ عْ َف َع َل ْي ِه ِبالص ْهو ِم ; َفإِ هن ُه َل ُه ِو َجا ٌء ) ُم هت َف ٌق َع َل ْي ِه‬, ‫ل ِْل َفرْ ِج‬

“Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata : Rasulullah


Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami : "Wahai generasi
muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya
ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara
kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia
dapat mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi. (Bulughul Maram Kitab Nikah
(1). Terj. Hadits Ke-780)

Kutipan hadist tersebut menunjukkan wajibnya menikah bagi yang

telah mampu. Tentu dimaksud mampu disini sesuai dengan pengertian

bahwa dari segi finansial, emosional dan fisik. Menikah bagi yang telah

mampu adalah sunnah tentu saja dengan syarat mampu menahan dirinya

dari perbuatan dosa seperti zina, onani, masturbasi dan sebagainya. Jika

tidak mampu maka hukum menikah adalah wajib baginya.

Perilaku seksual remaja merupakan indikator masih rendahnya

pemahaman dan kesadaran remaja mengenai seksual. Rendahnya

pemahaman religiusitas mengakibatkan remaja terjerumus pada perilaku

seksual yang menyimpang yang jelas-jelas dilarang oleh agama. Akses


60

informasi seks sangatlah mudah dan cepat dari berbagai media, informasi

tersebut dengan mudah didapat melalui internet, HP, majalah, serta media

lainnya. Maka selayaknya orang tua sebagai pihak pertama yang

bertanggung jawab terhadap keselamatan putra putrinya dalam menjalani

tahapan-tahapan perkembangan (fisik, emosional, intelektual, seksual,

sosial, dan lain sebagainya) yang harus mereka lalui, dari anak-anak

sampai dewasa.

Anda mungkin juga menyukai