Anda di halaman 1dari 11

145

4.2 Pembahasan

Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pembahasan dari asuhan

keperawatan tentang studi kasus yang berjudul : “Asuhan Keperawatan pada

Klien Cedera Kepala Ringan Dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di

Ruang Bedah Kecelakaan RSUD Blambangan Banyuwangi 2018”.

4.2.1 Hasi Pengkajian

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 17 Januari 2018

pukul 08.00 WIB dengan klien 1 dan tanggal 21 Januari 2018 pukul 08.00

WIB dengan klien 2 di dapatkan hasil sebagai berikut :

Klien 1 : Klien mengatakan nyei kepala, mual , kesadaran compos

mentis, GCS 4,5,5, terdapat luka jahitan dipipi bagian kiri sedalam 2 cm

dan dibibir bagian atas sedalam 1 cm, teraba nyeri dikepala bagian kiri,

ada beberapa gigi yang goyang, terdapat luka babras di tangan kiri dan

bengkak kebiruan ditelapak tangan kanan, jari kanan tidak dapat

digerakkan dengan spontan, bengkak di kaki bagian kanan, dan terdapat


4 4
babras dikaki kiri , dengan TTV yaitu: TD: 120/80 mmhg, N:
4 4
88x/menit, 36,5 º C, RR: 20x/menit, GDA: 130mg/dl

Klien 2 : Klien mengatakan nyei kepala dan badannya terasa pegal-

pegal seperti setelah dipukuli, kesadaran compos mentis, GCS 4,5,6,

terdapat luka jahitan di kepala bagian kanan dan dipelipis bagian kanan,

teraba nyeri tekan dikepala bagian kanan, terdapat 2 luka jahitan di tangan

kanan, dan 2 luka jahitan di tangan kiri, terdapat 3 luka jahit di kaki
146

5 5
kanan, 2 jahitan di kaki kiri, dengan TTV yaitu: TD: 110/70 mmhg,
5 5
N: 84x/menit, 36,5 º C, RR: 20x/menit, leukosit 19,2 x10^ 3/µl, GDA:

187mg/dl

Untuk asuhan keperawatan Cedera Kepala Ringan (CKR), kita perlu

megetahui etiologi CKR atau penyebab CKR serta manifestasi klinis secara

teori yang akan dibandingkan dengan data pengkajian pada pasien, terdapat

kesesuaian antara teori dan kasus pada penelitian di lapangan bahwanya

untuk menetapkan penyebab CKR kita harus mengetahui riwayat penyakit

sekarang.

Pada kasus Cedera Kepala Ringan (CKR), yang dialami oleh Tn.S

didapatkan penyebab dari Cedera Kepala Ringan (CKR), yaitu kecelakaan

lalulintas (Cedera akseleasi-deseleasi), sedangkan pada Tn.P didapatkan

penyebab dari Cedera Kepala Ringan (CKR) adalah kecelakaan kerja

(Cedera Deselerasi). Didapati manifestasi klinis dari Tn.S yaitu klien

mengalami nyeri kepala dan mual, dengan GCS 4,5,5. Sedangkan pada

Tn.P klien mengalami nyeri kepala, dengan GCS 4,5,6, adanya penurunan

kesadaran

Menurut Triyanto 2013 Cedera kepala ringan terjadi karena adanya

tekanan atau kejatuhan benda tumpul yang dapat menyebabkan hilangnya

fungsi neurologis sementara atau menurunnya kesadaran sementara,

pusing, nyeri kepala tanpa adanya kerusakan lainnya.


147

Sedangkan manifestasi klinis menurut Patricia dkk (2012) derajat Cedera

kepala sebagai berikut :

1) Cedera Kepala Ringan :

a. Nilai GCS 13-15.

b. Dapat mengalami hilang kesdaran atau menunjukkan amnesia

selama 5-60 menit.

c. Tidak ditemukan abnormalitas pada CT scan dan lama rawat di

rumah sakit kurang dari 48 jam.

d. Pasien menunjukan sakit kepala, berat atau hanya pusing.

e. Keinginan untuk muntah proyektil atau pasien mengalami muntah

proyektil setelah mendapatkan trauma kepala.

f. Kesadaran pasien semakin menurun.

g. Tekanan darah pasien menurun (hipotensi), serta bradikardi adalah

dimana jantung berdenyut lambat kurang dari 60 kali permenit.

h. Mengalami hipertermi

Jadi hasil pengkajian Cedera Kepala Ringan (CKR), tidak jauh

berbeda dengan teori yang ada tentang konsep pengkajian karena sebelum

menentukan diagnosa, didahului dengan penyebab, manifestasi klinis yang

mana pengkajian tersebut nantinya tidak jauh berbeda dari konsep teori.

Banyak hal yang bisa menyebabkan Cedera Kepala Ringan (CKR), salah

satunya kasus CKR pada Tn.S mengalami Cedera Kepala Ringan (CKR)

dikarenakan kecelakaan lalulintas sedangkan Tn.P disebabkan karena

kecelakaan kerja , serta ditemukan tanda-tanda klinis Tn.S yaitu mengeluh


148

nyeri kepala, mual dan terdapat Nyeri tekan di kepala bagian kiri dengan

GCS 4,5,5. Sedangkan Tn.P mengeluh nyeri kepala, terdapat nyeri tekan di

kepala bagian kanan.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn S adalah klien yang

mengalami Cedera Kepala Ringan (CKR) dengan :

1) Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen cedera Fisik

2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

3) Risiko infeksi

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn P adalah klien yang

mengalami Cedera Kepala Ringan (CKR) dengan :

1) Nyeri Akut yang berhubungan dengan agen cedera Fisik

2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik

3) Risiko infeksi

Berdasarkan teori dalam NANDA 2015 diagnosa keperawatan yang

muncul untuk Cedera Kepala Ringan (CKR) adalah:

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (00132)

2) Ansietas berhubungan dengan ancaman status terkini (00146)

3) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik (mis.,

daya gesek, tekan, imobilitas fisik) (00046)

4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan

aktif (00027)

5) Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri (00085)


149

6) Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak(00201)

7) Resiko cedera (00035)

Berdasarkan fakta di lapangan dan teori di literatur tentang diagnosa

keperawatan terdapat kesesuaian antara teori dengan kasus penelitian

dilapangan mengenai Cedera Kepala Ringan (CKR) Prioritas yang

diutamakan dari diagnosa pada teori dengan kasus penelitian dilapangan

sama pada klien 1 Tn. S yaitu diprioritaskan pada Nyeri Akut, karena

memang Nyeri Akut merupakan diagnosa yang harus mendapatkan

pertolongan segera, Tn.S mengeluh nyeri kepala bagian kiri, sedangkan

pada klien 2 Tn.P yang diprioritaskan yaitu Nyeri Akut juga ,Tn.P

mengeluh nyeri kepala bagian kanan, pengelompokan data yang ditemukan

pada klien 1 dan 2 dilapangan sangat menunjang diagnosa yang

diperioritaskan di teori.

Pada klien 1 diagnosa keperawatan didapatkan hanya tiga diagnosa,

.sedangkan pada klien 2 juga ditemukan tiga diagnosa keperawatan, hal ini

dikarenankan manifestasi klinis klien 1 dan klien 2, penyebab dari

munculnya Cedera Kepala Ringan (CKR), serta dari segi umur yang

berbeda.

Oleh sebab itu diagnosa yang ditentukan pada klien yang ada

dilapangan sesuai dengan analisa data yang ada di lapangan. Sehingga

diagnosa yang muncul tidak terlalu banyak seperti yang ada pada teori.

Diagnosa yang ada di teori tidak semuanya ada di lapangan, diagnosa yang

diambil sesuai prioritas dan data yang dapat menunjang di lapangan.


150

4.2.2 Perencanaan

Dari rencana keperawatan yang telah diberikan kepada klien 1 dan

klien 2 tidak terdapat kesenjanan. Pada klien 1 terdapat 3 diagnosa,

diagnosa pertama dilakukan tindakan Manajemen nyeri, lakukan

pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi, skala, kualitas dan faktor presipitasi(otot yang sudah

lama tidak digerakkan), Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan, ajarkan tentang

teknik non farmakologi (distraksi -relaksasi), berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri

Diagnosa kedua tindakan yang dilakukan. Manajemen Tekanan,

Monitor status nutrisi pasien, Monitor sumber tekanan, Mobilisasi pasien

minimal setiap 2 jam sekali, Ajarkan pasien untuk menggunakan pakaian

yang longgar.

Diagnosa ketiga tindakan yang dilakukan Berikan perawatan aseptic

dan anti septic, pertahankan teknik cuci tangan yang benar. Observasi

daerah kulit yang mengalami kerusakan, daerah yang terpasang alat invasif,

catat karakteristik dari drainase dan adanya inflamasi, pantau suhu dan

tanda vital lain secara teratur, monitor dan catat tanda/gejala infeksi, ganti

balutan secara teratur dan bila kotor. Taati teknik aseptik. Pantau hasil lab:

leukosit, berikan antibiotik sesuai indikasi


151

antara diagnosa keperawatan Kelebihan volume cairan berhubungan

dengan penurunan keluaran urin, retensi cairan dan natrium, dan

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan anemia, kelemahan otot, hanya

saja pada klien 2 di tambah rencana keperawatan Ketidakefektifan pola

napas tidak efektif behubungan penumpukan cairan diparu.

Di lapangan rencana keperawatan pada diagnosa kelebihan volume

cairan yang peneliti ingin teliti tidak terdapat kesenjangan, dilakukannya

pembatasan cairan dengan obat-obatan deuretik, serta dilakukannya

intervensi hemodialisa pada klien yang mengalami penurunan (GFR) 30-59

ml/menit/1,73 m2. Sama dengan ungkapan Suwitra (2006) dan keydney

organizazion (2013) , pada tahapan GGK yang mendapatkan intervensi

hemodialisa untuk digantikan fungsi ginjalnya yaitu pada kerusakan GFR

lebih dari setenganya yakni antara 30-59 ml/menit/1,73 m2. Sedangkan

rencana keperawatan menurut Nanda, NOC, NIC pada tahun 2015

menyatakan bahwa pembatasan cairan dengan terapi obat deuritik dapat

menurunkan kelebihan volume cairan pada tubuh.

Dari rencana keperawatan yang ada pada teori hampir sama dengan

rencana keperawatan yang ada dilapangan. Hanya saja intervensi yang

dilakukan tergantung dengan diagnosa yang diambil. Tidak semua

intervensi yang dilapangan sama dengan intervensi yang ada pada teori.

Terdapat intervensi yang dikurangi maupun di tambah pada klien. Jadi

rencana keperawatan yang akan dilakukan kepada pasien harus disesuaikan

dengan kondisi pasien yang ada dilapangan, agar intervensi bisa dilakukan
152

dengan baik sehingga menghasilkan tujuan atau kriteria hasil yang

diharapkan.

4.2.4 Tindakan

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien 1 dan klien 2 hampir

sepenuhnya sudah dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang

telah dibuat.Tindakan keperawatan yang kita lakukan ke pasien harus

benar-benar kita sesuaikan dengan rencana keperawatan yang sudah kita

buat dengan tidak mengesampingkan waktu dan kondisi pasien.Dalam

melaksanakan implementasi tidak harus semua yang ada diintervensikan,

implementasi dilakukan semua itu tergantung dengan kondisi klien.Begitu

juga sebaliknya terkadang dalam mengimplementasikan rencana asuhan

keperawatan ada beberapa yang diluar dari intervensi yang telah kita buat.

Pada implementasi diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan

pada klien 1 dan 2 sama yaitu dilakukan pembatasan cairan dengan terapi

obat deuritik.

Pada klien 1 terdapat diagnosa dengan implementasi diagnosa pertama yaitu

melaukan injeksi, , mengubah melakukan observasi odema, membatasi

cairan klien, menimbang berat badan klien, observasi output, pada

diagnosa kedua yaitu kaji mukosa bibir, turgor kulit, mengkaji HB,

menganjurkan klien meninggikan kaki, diangnosa ketiga melakukan

observasi TTV,gerakan ROM aktif dan pasif pada semua

ekstremitas,sedangkan pada klien 2 terdapat 3 diagnosa dengan

implementasi diagnosa pertama dilakukan implementasi, mengobservasi


153

pernapasan, kolaborasi pemberian oksigen, memposisikan pasien semi

fowler, diagnosa kedua dilakukan tindakan pembatatasan asupan cairan

yang ketat dimana mengonsumsi makan tinggi kalori rendah garam dan

rendah protein, klien dianjurkan minum dibatasi, timbang badan setiap

hari, kerena kelebihan volume cairan bisa dilihat penambahan berat badan,

observasi output seperti urin setiap pagi, karena pengeluaran urin secara

teratur cairan yang menumpuk didalam tubuh dapat dikeluarkan serta zat-

zat yang merugikan bagi tubuh, diagnosa ketiga lakukan gerakan ROM

aktif dan pasif pada semua ekstremitas, bantu mengembangkan

keseimbangan duduk, observasi TTV.Mengkaji faktor yang menimbulkan,

Anemia, edema, maupun penurunan kekuatan otot.

Jadi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada klien 1 dan

klien 2 tidak terdapat kesenjangan antara fakta dilapangan dengan teori

yang ada di literatur.

4.2.5 Evaluasi

Dari hasil evaluasi atau catatan perkembangan masalah yang dialami

klien sudah teratasi sebagian.Dikarenakan waktu perawatan yang kurang

efektif yaitu sekitar 3 hari pada klien 1 dan 3 hari pada klien 2. Untuk klien

1 direncanakan hemodialsa sedangkan klien 2menolak untuk dilakukan

hemodialisa, intervensi dihentikan pada klien 1 hari ketiga dan hari ke 3

intervensi dihentikan untuk klien 2. Meskipun intervensi di hentikan, klien

tetap melakukan pengobatandirumah sakit, klien juga diberikan HE untuk


154

mencegah terjadinya bengkak dan cara mengatur keseimbangan cairan

secara mandiri di rumah klien.

Dari hasil evaluasi atau catatan perkembangan masalah yang dialami

klien teratasi dengan baik.Hampir semua intervensi pada klien 1 dan klien

2 tercapai dengan sempurna.Jadi hasil evaluasi pada klien 1 dan klien 2

mengalami kesenjangan, dan waktu perawatan yang sama antara klien 1

dan klien 2namun intervensi yang diberikan sangat efektif bagi

perkembangan diagnosa klien masing-masing yaitu sekitar 3 hari untuk

klien 1 dan 3 hari untuk klien


155

Anda mungkin juga menyukai