1 sepemer 2015
BAB I
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia mengalami
pertumbuhan secara fisik dan perkembangan menuju tingkatan yang lebih tinggi.
manusia yaitu periode pranatal, masa neonatal, masa bayi, masa kanak-kanak
awal, masa kanak-kanak akhir, masa remaja awal, masa remaja akhir, masa
dewasa dini, masa dewasa madya dan masa lanjut usia. Setiap tahapan dalam
tahapan.
pada akhir usia belasan tahun atau awal usia dua puluhan tahun dan yang berakhir
pada usia tiga puluhan tahun. Ini adalah masa pembentukan kemandirian pribadi
dan ekonomi, masa perkembangan karir, dan bagi banyak orang, masa pemilihan
pasangan, belajar hidup dengan seseorang secara akrab, memulai keluarga, dan
mengasuh anak anak. Dalam kenyataannya untuk berinteraksi maka individu harus
dirinya dari interaksi dengan lingkungan dan orang di sekitarnya tetapi jika tidak
ada interaksi dengan lingkungan maka individu tersebut tidak mengenal dirinya
lebih dalam. Penilaian baik atau buruk yang diterima dari orang lain turut
mempengaruhi self confidence seseorang. Penilaian yang baik oleh orang lain akan
Peningkatan self confidence juga dapat diperoleh dari sekolah sehingga sekolah
(Iswidharmanjaya, 2004).
suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang
bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat
menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta
menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada
hubungan interaksi yang intim dengan orang tuanya. Keluarga memberikan dasar
pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan anak.( kartini kartono,
1992, 19). Kehadiran orang tua dalam kehidupan sangat diperlukan agar
Anak-anak dengan low vision adalah kelompok yang perlu mendapat perhatian dan
perlu dilakukan intervensi agar tidak berlanjut dan tidak menjadi penderita
tunanetra.Selama ini low vision masih belum menjadi perhatian orang tua.Padahal,
gangguan penglihatan ini bisa menyulitkan anak pada masa mendatang bila tidak
Faye dalam Samuel A.Kirk mendefinisikan orang yang kurang lihat sebagai orang
yang meskipun sudah diperbaiki penglihatannya masih lebih rendah atau kurang
dikatakan tunanetra (low vision).Pada taraf ini, para penderita masih mampu
Diperkirakan 45 juta orang di dunia ini buta dan tiga kali dari jumlah tersebut
(135 Juta) menyandang low vision.Jadi diperkirakan ada 180 juta orang di dunia
ini menyandang tunanetra.Di Indonesia memang tidak ada data yang bisa dipakai,
tetapi hasil penelitian di Indonesia jumlah anak low vision jumlahnya cukup besar.
Pola asuh orang tua adalah suatu cara terbaik yang dapat ditempuh orang tua
dalam mendidik anak sebagai perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada
anak.Peran keluarga menjadi penting untuk mendidik anak baik dalam sudut
Pola asuh mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan perilaku
moral pada anak, karena dasar perilaku moral pertama di peroleh oleh anak dari
dalam rumah yaitu dari orang tuanya. Proses pengembangan melalui pendidikan
Baumrind (dalam Santrock, 2002: 257-258) ada empat macam bentuk pola asuh
yang diterapkan oleh masing-masing orang tua, bentuk-bentuk pola asuh itu
adalah, pola asuh otoriter, pola asuh demokrasi, pola asuh penelantaran dan pola
asuh permisif. Dari keempat macam pola asuh itu bentuk pola asuh demokrasilah
pola asuh paling baik diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak-anaknya.
Pola asuh otoriter adalah suatu jenis bentuk pola asuh yang menuntut agar anak
patuh dan tunduk terhadap semua perintah dan aturan yang dibuat oleh orangtua
tanpa ada kebebasan untuk bertanya atau mengemukakan pendapat sendiri.. Anak
dijadikan sebagai miniatur hidup dalam pencapaian misi hidupnya. Hal ini sejalan
menjalankan rumah tangga yang didasarkan pada struktur dan tradisi, walaupun
dalam banyak hal tekanan mereka akan keteraturan dan pengawasan membebani
anak”.
Baumrind juga mengatakan bahwa pola asuh otoritatif atau demokrasi, pada pola
asuh ini orangtua yang mendorong anak-anaknya agar mandiri namun masih
sayang yang diperlihatkan. Anak-anak yang hidup dalam keluarga demokratis ini
memiliki kepercayaan diri, harga diri yang tinggi dan menunjuk perilaku yang
terpuji.
pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan penerapan
interuksi, kebebasan berpendapat dan selalu memotivasi anak untuk menjadi yang
lebih baik.
Pola asuh penelantaran adalah pola asuh dimana orang tua sangat tidak terlibat
dalam kehidupan anak, orangtua pada pola asuh ini mengembangkan perasaan
bahwa aspek-aspek lain kehidupan orangtua lebih penting dari pada anak-anak.
kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan fisik yang cukup. Sedangkan yang
dimaksud dengan polaasuh orang tua permisif dimana pada pola asuh ini orangtua
anak-anak mereka melakukan apa saja, sehingga anak tidak dapat mengendalikan
perilakunya serta tidak mampu untuk menaruh hormat pada orang lain.
berusaha menerima dan mendidik anaknya sebaik mungkin tapi cenderung sangat
menetapkan sasaran yang jelas bagi anaknya, karena yakin bahwa anak-anak
permisif cenderung ingin selalu disukai dan anak tumbuh dewasa tanpa
Dari keempat macam pola asuh itu bentuk pola asuh demokrasilah pola asuh
Maccoby & Mc loby (yang dikutip oleh Suparyanto, 2010) salah satu pola asuh
orang tua yang mempengaruhi self confidence anak adalah pola asuh demokratis.
2. Adakah hambatan atau masalah yang dihadapi oleh orang tua dalam
3. Uapaya apa yang diberikan dalam mengatasi hambatan atau masalah yang
4. Bagaimana self confidence anak kurang lihat (low vision)pada pola asuh
1. Mengetahui pola asuh anak yang diterapkan oleh orang tua kepada anak
4. Mengetahui self confidence anak kurang lihat (low vision) pada pola asuh
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
1. Manfaat teoritis
mengenai bagaimana percaya diri atau self confidence terhadap pola asuh yang
2. Manfaat praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini adalah diharapkan dari data
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Self Confidence
terhadap penilaian anda atas kemampuan anda dan sejauh mana anda bisa
Menurut Neill (dalam Hadi & Putri, 2005) self-confidence adalah kombinasi
suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang
bebas untuk melakukan hal-hal yang disukainya dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat
menerima dan menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta
kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta
kehidupan sehari- hari baik yang bersifat individual maupun yang bersifat
seorang individu akan kemampuan yang dimiliki sehingga merasa puas dengan
dengan yang diharapkan dan diinginkan. Sedangkan Breneche dan Amich (dalam
Kumara, 1988) self-confidence merupakan suatu perasaan cukup aman dan tahu
dirinya dengan orang lain dalam menentukan standar, karena ia selalu dapat
menentukan sendiri.
Wurf (dalam Sakinah, 2005) seseorang belajar tentang dirinya sendiri melalui
interaksi langsung dan komparasi sosial. Dari interaksi langsung dengan orang lain
akan diperoleh informasi tentang diri dan dengan melakukan komparasi sosial
seseorang dapat menilai dirinya sendiri bila dibandingkan dengan orang lain.
Seseorang akan dapat memahami diri sendiri dan akan tahu siapa dirinya yang
perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri yang mencakup penilaian dan
penerimaan yang baik terhadap dirinya secara utuh, bertindak sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh orang lain sehingga individu dapat diterima oleh orang lain
maupun lingkungannya. Penerimaan ini meliputi penerimaan secara fisik dan psikis.
10. Memilikipengalamanhidupyangmenempahmentalnyamenjadikuatdantahand
Suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena yang terjadi yang
Dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap apa yang dilakukan secara
mandiri tanpa adanya keterlibatan orang lain. Selain itu, mempunyai kemampuan
Adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun
tindakan yang dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri sendiri.
Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu dalam diri yang ingin
diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau hal yang dapat
mementingkan diri sendiri, cukup toleran, cukup berambisi, tidak perlu dukungan
Waterman (dalam Yulianti, 2005) mengatakan bahwa orang yang mempunyai self
Menurut Lauster dan Rakhmat (dalam Afiatin & Martaniah, 1998 ) ciri-ciri
individu yang memiliki self confidence yang rendah adalah sebagai berikut :
banyak.
yaitu :
4. Perfeksionis
5. Penilaian negatif
8. Rasa cemas.
Dapat disimpulkan bahwa orang yang percaya diri atau self confidence memiliki
sikap yang tenang dan bersikap positif dalam menghadapi berbgai masalah dan
tidak mudah menyerah, memiliki kemampuan sosialisasi yang baik, percaya kepada
sendiri melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab serta mempunyai
bila dibandingkan dengan orang yang kurang atau tidak percaya diri atau self
confidencerendah.
dengan orang lain. Pengalaman saat berhubungan dengan orang lain dan bagaimana
orang lain memperlakukan kita akan membentuk gagasan dan penilaian dalam diri
1. Orang tua
Dalam hal informasi dan cermin tentang diri seseorang, orang tua memegang
peranan yang paling istimewa. Jika orang tua secara tulus dan konsisten
menunjukkan cinta dan sayang maka akan memberikan pandangan kepada anak
bahwa dia pantas dicintai baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri.
Sebaliknya, jika orang tua tidak memberikan kehangatan, penerimaan dan cinta
dalam hubungan dengan anak, maka anak akan tumbuh dengan rasa percaya diri
yang kurang. Penilaian yang diberikan oleh orang tua sebagian besar akan menjadi
penilaian yang dipegang oleh anak. Harapan orang tua akan menjadi masukan ke
dalam cita-cita anak. Jika anak tidak mampu memenuhi harapan-harapan itu,
maka ada kemungkinan anak akan mengembangkan rasa tidak berguna dan
1. Saudara sekandung
Hubungan dengan saudara kandung juga penting dalam pembentukan rasa percaya
bungsu mungkin mengalami hal yang berlawanan. Mungkin dia terus menerus
1. Sekolah
Siswa yang sering mendapat perlakuan buruk (dihukum dan ditegur) cenderung
lebih sulit mengembangkan rasa percaya dirinya. Sebaliknya siswa yang banyak
dipuji, mendapat penghargaan, dan diberi hadiah cenderung mempunyai self
confidenceyang tinggi.
1. Teman sebaya
dihormati atau tidak, ikut menentukan dalam pembentukan rasa percaya diri
seseorang. Penerimaan dan perlakuan yang baik oleh teman sebaya akan
menimbulkan rasa percaya diri dalam diri seseorang. Sebaliknya, penolakan oleh
teman sebaya menyebabkan seseorang akan menarik diri dan merasa bahwa
dirinya memiliki banyak kekurangan sehingga tidak pantas untuk bergaul dengan
teman-teman yang lain. Dengan demikian, lama kelamaan percaya diri akan
1. Masyarakat
Sebagai anggota masyarakat kita dituntut untuk bertindak menurut cara dan
diterima oleh masyarakat, maka percaya dirinya akan semakin berkembang. Self
diberikan oleh masyarakat. Jika seseorang sudah dicap jelek, maka akan sulit
1. Pengalaman
Selain itu Iswidharmanjaya (dalam Yulianti, 2007) menyatakan ada tiga faktor
1. Proses belajar
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri dirasakan sejak usia dini. Pola asuhyang
diberikan orang tua memiliki peranan yang besar dalam menumbuhkan percaya
diri anak.Pola asuh yang diberikan meliputi kasih sayang, perhatian, penerimaan,
serta yang paling penting adalah kelekatan emosi dengan orang tua secara tulus.
Dengan adanya kehangatan dan asuhan dari orang tua, rasa percaya diri anak
akan mulai bersemi. Kalau anak merasa dirinya berharga dan bernilai dimata
orang tuanya, akan cenderung manjadi anak yang semakin percaya diri.
Selain pola asuh, perilaku orang tua juga memiliki peran dalam proses
pembentukan sikap percaya diri, karena biasanya anak yang masih kecil akan
menirukan apa yang diperbuat oleh orang tuanya. Sebaliknya orang tua yang
ataupun tidak pernah puas melihat prestasi anaknya akanmenurunkan percaya diri
anaknya.
1. Konsep diri
Untuk menjadi pribadi yang memiliki percaya diri, seorang individu membutuhkan
konsep diri yang positif.Konsep diri adalah gambaran yang dipegang seseorang
dirinya dan dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki maka individu
Seseorang akan belajar mengenai diri sendiri melalui interaksi langsung dengan
mengenai dirinya dari orang lain. Tetapi jika tidak ada orang lain yang menilai
Hetherington & Whiting (1999) menyatakan bahwa pola asuh sebagai proses
interaksi total antara orang tua dengan anak, seperti proses pemeliharaan,
lingkungan sekitar. Orang tua akan menerapkan pola asuh yang terbaik bagi
Menurut Gunarsa (2002) pola asuh orang tua merupakan pola interaksi antara
anak dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuhan kebutuhan fisik
(makan, minum, pakaian, dan lain sebagainya) dan kebutuhan psikologis (afeksi
atau perasaan) tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak
Menurut Wahyuning (2003) pola asuh adalah seluruh cara perlakuan orang tua
yang ditetapkan pada anak, yang merupakan bagian penting dan mendasar
menyiapkan anak untuk menjadi masyarakat yang baik. Pengasuhan anak menunjuk
pada pendidikan umum yang ditetapkan pengasuhan terhadap anak berupa suatu
proses interaksi orang tua (sebagai pengasuh) dan anak (sebagai yang diasuh)
sosialisasi yaitu mengajarkan tingkah laku umum yang diterima oleh masyarakat.
Pola asuh orang tua merupakan segala bentuk dan proses interaksi yang terjadi
antara orang tua dan anak yang merupakan pola pengasuhan tertentu dalam
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah suatu
proses interaksi total orang tua dan anak, yang meliputi kegiatan seperti
kepribadian anak dan terkait dengan kondisi psikologis bagaimana cara orang tua
Baumrind (dalam Sigelman, 2002) menyatakan bahwa pola asuh terbentuk dari
dengan kehangatan dan dukungan orang tua. Mengacu pada beberapa aspek,
yakni;
sejauh mana orang tua mendukung dan sensitif pada kebutuhan anak-
anaknya,
serta bersedia untuk memberikan kasih sayang dan pujian saat anak-anak
Dapat menerima kondisi anak, orang tua responsif penuh kasih sayang dansering
salah.Orang tua kurang menerima dan responsif sering kali cepat mengkritik,
standar yang ditetapkan oleh orang tua bagi anak, berkaitan dengan kontrol
orang tua menentukan hal-hal yang harus dilakukan anak dan memberikan
tuntutan; agar anak memenuhi aturan, sikap, tingkah laku dan tanggung
jawab sosial sesuasi dengan standart yang berlaku sesuai keinginan orang
tua,
sikap ketat; berkaitan dengan sikap orang tua yang ketat dan tegas
dalam menjaga agar anak memenuhi aturan dan tuntutan mereka. Orang
orang tua kepada anaknnya. Orang tua selalu turut campur dalam
keputusan, rencana dan relasi anak, orang tua tidak melibatkan anak
dalam membuat keputusan tersebut, orang tua beranggapan apa yang
mereka putuskan untuk anak adalah yang terbaik dan benar untuk anak.
tua.
anak-anak mereka untuk mengikuti mereka, dan memantau anak- anak mereka
kurang dalam pengendalikan atau menuntut (sering disebut orang tua permisif)
pendapat mereka dan emosi, dan membuat keputusan tentang kegiatan mereka
sendiri.
Kemudian Maccoby & Martin menambahkan satu jenis pola asuh lagi dengan pola
dan demokratis dalam pendekatan mereka, meski dalam hal ini jelas
rendah pula. Secara relatif tidak melibatkan diri pada pengasuhan anak
mereka mereka terlihat tidak terlalu perduli pada anak-anak mereka dan
aturan.
Darling (1999) mengatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi pola asuh, yaitu:
anak dalam pengasuhannya. Umumnya orang tua akan bersikap lebih ketat pada
anak perempuan dan memberi kebebasan lebih pada anak laki-laki. Namun
tanggung jawab yang besar diberikan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.
2. Kebudayaan
Latar belakang budaya menciptakan perbedaan dalam pola asuh anak.Hal ini juga
berkaitan dengan perbedaan peran dan tuntutan pada laki-laki dan perempuan
Orang tua dari kelas sosial ekonomi menengah ke atas cenderung lebih
permissive dibanding dengan orang tua dari kelas sosial ekonomi bawah yang
cemderung autoritarian.
Definisi atau pengertian tentang low vision yang ditetapkan akan berakibat
kepada jumlah atau populasi dari low vision. Bagi kita yang akan memberikan
pelayanan, difinisi kerja tentang low vision lebih dibutuhkan. WHO menetapkan
“A person with low vision is one has impairment of visual functioning even after
treatment and/or standard refractive correction, and has a visual acuity of les
then 6/18 (20/60) to light perception or a visual field of less than 10 degree
from the point of fixation, but who uses or is potentially able to use, vision for
berikut:
total dan sisanya masih memiliki sisa dari dapat membedakan terang dan gelap
sampai kepada ia bisa menggunakan matanya dalam proses pendidikan dan mereka
Diperkirakan 45 juta orang di dunia ini buta dan tiga kali dari jumlah tersebut
(135 Juta) menyandang low vision.Jadi diperkirakan ada 180 juta orang di dunia
ini menyandang tunanetra.Di Indonesia memang tidak ada data yang bisa dipakai,
tetapi hasil penelitian di Indonesia jumlah anak low vision jumlahnya cukup besar.
sebagai berikut:
Kemungkinan penderita low vision pada kelompok umur sekolah yaitu antara umur
5-20 tahun adalah 3,12 % dari seluruh pengunjung.Angka kesakitan mata adalah
Diperoleh data kemungkinan penderita Low Vision pada murid kelas 1 SD adalah
1,56%. Maka Kota Bandung diperkirakan ada 600 anak yang menderita low vision
di kelas 1 SD. Bila diproyeksikan, anak SD kelas I ada 4.500.000 maka penderita
Pada pemeriksaan murid SD, SMP, SMA secara acak didaerah Jakarta utara
diperoleh data anak yang menderita low vision sebesar 1,5%.Pada pemeriksaan
murid SLB/A di Jakarta Selatan diperoleh data bahwa 50% muridnya memiliki
penglihatan bila dikoreksi dengan kaca mata biasa dapat membaca lebih baik
baca yang khusus, anak tersebut lebih meningkat lagi kemampuan membacanya.
3. William G. Brohier,
papernya pada CBM Indonesian Partners Meting yang berjudul “Spesial Needs
yang tergolong buta adalah 260 orang per satu juta penduduk.
Jadi anak buta umur 7-15 tahun di Indonesia dengn penduduk 210 juta
diperkirakan ada 54.000 anak, dan anak dibawah umur 15 tahun yang tergolong
low vision ada 158. 340 anak. Bila dijumlahkan maka anak tunanetra di Indonesia
dibawah umur 15 tahun akan berjumlah 212.940 anak. Jumlah ini tidak jauh
Pola asuh orang tua memiliki hubungan dengan pembentukan kepercayaan diri
anak, sehingga orang tua diharapkan tetap menerapkan pola asuh yang
demokratis secara konsisten dengan menjalin hubungan dan komunikasi yang baik
dalam diri anak bahwa anak mampu melakukan sesuatu yang diinginkan dengan
baik.
2.5 Hipotesis
Bahwa terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap self confidenceanak
berkebutuhan khusus kurang lihat (low vision), dimana apabila orang tua
menerapkan pola asuh yang terbaik untuk anak kurang lihat (low vision) maka
semakin baik self confidence anak kurang lihat (low vision)tersebut. Tetapi jika
anak kurang lihat (low vision) diberikan pola asuh rejected dan otoriter maka
anak kurang lihat (low vision) tidak memiliki self confidence yang baik.
http://psychology.binus.ac.id/2015/09/01/pengaruh-pola-asuh-
orang-tua-terhadap-self-confidence-dewasa-awal-kurang-lihat-
Jenis: Books