Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN APENDISITIS

APLIKASI NANDA, NOC, NIC

A. Definisi
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm (4 inci),
melekat pada sakum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif
dan lumennya kecil, apendiks cendrung menjadi tersumbat dan terutama rentan
terhadap infeksi.
Apendisitis adalah peradangan yang relative sering dijumpai yang dapat timbul
tanpa sebab yang jelas. Acute appendicitis atau radang apendiks akut merupakan kasus
infeksi intra abdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada
Negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat
yang
kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakat
desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendicitis dapat menyerang orang
dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun,
khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah 2
tahun.
Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan
dalam hidup mereka, pria lebih sering dipengaruhi dari pada wanita dan remaja lebih
sering dari pada orang dewasa.

B. Etiologi
Serangan peradangan usus buntu tidak selalu khas sebagaimana lazimnya. Yang
khas, diawali dengan tidak enak perut, biasanya rasa tak enak perut di sekitar pusar.
Pada saat yang sama muncul demam ringan, disertai mual dan muntah-muntah.
Mungkin diare, ada pula yang malah sembelit. Namun, yang pasti, nyeri tidak enak perut
berlanjut, kendati sudah diredakan dengan obat.
Nyeri berkembang dari sekitar pusar, kemudian menyebar sampai ke perut kanan
bawah. Tergantung posisi usus buntunya terhadap usus besar, rasa nyeri dan keluhan
tak enak perut tidak selalu khas.
Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama
dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila
posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur
atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik
begitu.
Pada kasus peradangan usus buntu yang spesifik, akan muncul nyeri tekan pada
perut kanan bawah. Nyeri semakin memberat dari jam ke jam. Selain nyeri bila ditekan,
nyeri juga muncul bila setelah ditekan lalu segera dilepas (nyeri lepas). Nyeri yang sama
pada perut kanan bawah akan timbul bila ditekan pada perut kiri bawah. Selain itu otot-
otot dinding perut teraba menegang.

C. Patofisiologi
Appendicitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi
oleh fecalith, a gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan
tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga
menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar. Pada fase awal
appendicitis mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian inflamasi ini akan
meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa.
Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan menyebar ke
dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan peritonitis. Pada fase ini glandula
mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya
nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya, pembuluh-pembuluh kapiler yang mensuplai
darah ke appendiks mengalami trombose dan appendiks yang infark tersebut menjadi
nekrosis atau gangrenous. Setelah mengalami nekrosis, appendiks dapat mengalami
perforasi, sehingga kandungan yang terdapat dalam lumen appendiks,seperti pus dapat
menyebar di cavitas peritoneal dan menimbulkan peritonitis.
Apendiks terinflamsi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau
tersumbat. Kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor maupun benda
asing. Proses inflamasi ini meningkatkan tekanan intraluminal dapat menimbulkan
nyeri abdomen atas atau menyebar bebas secara progresif dalam beberapa jam,
terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen, akhirnya apendiks yang terinflamasi
berisi pus.
Akan lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan diagram berikut ini :

D. Manifestasi Klinis
a. Nyeri difus yang timbul mendadak di daerah apigastrium atau periumbilikus
b. Dalam beberapa jam, nyeri lebih terlokasi dan dapat dijelaskan sebagai nyeri tekan di
daerah kuadran kanan bawah
c. Nyeri tekan lepas (nyeri yang timbul sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian yang
sakit)
d. Demam
e. Leukosit meningkat (10.000 – 18.000/mm3)
f. Mual dan muntah dan rasa ngilu
g. Kurang nafsu makan
h. konstipasi
E. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses apabila apendiks yang membengkak tersebut
pecah. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil
dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awetan nyeri. Gejala mencakup
demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri aatau nyeri
abdomen secara kontinyu.

F. Pemeriksaan Penunjang
Apabila setelah dipantau masih menimbulkan keraguan maka kita dapat melakukan
pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis, seperti memeriksa urine secara
mikroskopis, X-ray, full blood count, dan serum amylase, darah lengkap.

G. Penatalaksanaan
Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah di tegakkan. Antibiotic
dan cairan IV diberikan sampai pembedaha dilakukan. Analgesic dapat diberikan setelah
diagnosa ditegagkan.
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera
mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah
anastesi umum atau sepinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi
yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.

H. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique)
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake.
7. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)

I. Tujuan yang ingin dicapai


1. Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien tidak
mengalami infeksi dengan kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi, TTV dbn.
2. Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu
mnegontrol nyeri dengan criteria : Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang,
TTD dalam batas normal
3. Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, deficit volume cairan
teratasi dengan criteria : klien dapat bertambah baik dengan Saturasi oksigen dbn
normal, RR dbn dalam respon aktivitas,TD Sistolik dbn dalam respon aktifitas, TD
Diastolik dbn dalam respon aktifitas, ADL dapat dilakukan dengan mandiri, volume
intake terpenuhi.

4. Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, cemas pada klien
berkurang dengan criteria : klien tidak merasakan kecemasan tentang penyakit yang
dideritanya dengan mengontrol kecemasannya.
5. Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien dapat
memahami dan mengenal penyakit yang dideritanya dengan criteria : Klien dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan serta perawatannya.
6. Berdasarkan diagnosa 6 :
(Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan intake.)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam , klien dapat
mencapai status nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : Intake
makanan dan cairan yang adekuat dengan ditandai BB dbn, Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi, intake nutrisi adekuat.
7. .Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,nyeri pada klien
berkurang, dengan criteria: Klein dapat mengontrol nyeri, skala nyeri terjadi
penurunan, mampu mengenali nyeri, TTD dalam batas normal.

J. Intervensi keperawatan dan rasionalnya


Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif)
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
 Obeservasi dan laporkan tanda-tanda
 Memantau adanya infeksi
infeksi
 Kaji teperatur tiap 4 jam  Perkembang infeksi masih dapat
ditoleransi
 Catat dan laporkan nilai laboratorium
 Dapat mengetahui adanya infeksi dan
(AL, Protein Serum, Ab) segera harus diatasi.
 Gunakan strategi untuk mencegah
 Dugaan adanya infeksi
nosokomial
 Tingkatkan intake cairan  Memperlancar proses pembentukan
imunitas
 Istirahat yang adekuat  Mencepat proses penyembuhan
 Cuci tangan sebelum dan sesudah
 Dugaan adanya infeksi
melakukan perawatan.
 Gunakan standar precaution dan sarung
 Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
tanggan selama kontak dengan darah,
memberan mucosa, kulit yang tidfak
utuh  Menurunkan terjadinya keracunan obat
 Ajarkan tehnik non farmakologi obatan yang mengandung kimia
 Rasa nyaman terpenuhi dengan tidak
 Efaluasi keefektifan control nyeri nyeri
 Mengurangi rasa nyeri lebih dini
 Kolaborasikan dengan dokter, jika nyeri sebelum menjadi kronis.
mash belum berhasil

Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
Energi Manajemen :
 Observasi adanya pembatasan klien
 Aktifitas lebih bermanfaat dalam
dalam beraktifitas. memberikan latihan gerak dengan tidak
terlalu hiper aktif.
 Dorong klien untuk mrngungkapkan  Mengetahui secara psikologis
perasaan terhadap keterbatasan. permasalahn dengan keterbatasan
gerak.
 Monitor adanya kelelahan fisik emosi
 Sehat secara psikologis dapaty
secara berlebihan meningkatkan semangat hidup dengan
emosi tidak berlebihan.
 Monitor pola dan lamanya
 Meningkatkan kekuatan otot untuk
tidur/istirahat klien beraktifitas.

Activity therapy :
 Bantu klien untuk mngidentifikasi
 Mengurangi resiko terjadinya intoleransi
aktifitas yang mampu dilakukan. ktifitas.
 Bantu klien memilih aktifitas yang
 Menngkatkan aktifitas sesuai dengan
mampu untuk dilakukan. keinginan klien.
 Bantu klien untuk membuat jadwal
 Kebutuhan aktifitas lebih teratur dan
latihan diwaktu luang. terorganisir.
 Bantu klien untuk mengidentifikasi
 Pemenuhan aktifitas dapat terpenuhi
aktifitas yang disukai. sesuai dengan keinginan.
 Monitor respon fisik, emosi, social, dan
 Mengurangi resiko kelelahan aktifitas.
spiritual.

Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
Fluid Managemen :
 Pertahankan intake dan out put yang
 Keseimbangan cairan dalam tubuh
akurat. terpenuhi.
 Monitor sturasi hidrasi  Menghindari terjadinya dehidrasi
 Monitor hasil lab yang sesuai retensi
 Terpantau kadar BUN, Hmt, Os urin jika
cairan (BUN, Hmt, Os urin) terjadi kelainan
 Kolaborasi pemberian cairan IV  Menghindari terjadinya kelebihan cairan
 Menghindari kegagalan dalam
 Berikan diuretic sesuai intruksi pemenuhan cairan
 Dorong masukan oral  Kebutuhan cairan dapat lebih menerima
 Dorong keluarga untuk membantu klien
 Kebutuhn cairan terpenuhi
makan.
 Tawarkan snak,(Jus buah, Buah segar)  Menghindari lebih dini terjadinya
 Kolaborasi dengan dokter jika tanda keburukan dalam pemenuhan cairan.
cairan berlebihan muncul memburuk.

Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
 Tenangkan klien  Dapat melaksanakan tidakan-tindakan
dalam proses penyembuhan klien
 Jelaskan seluruh prosedur tindakan
 Membantu menurunkan kecemasan agar
kepada klien dan perasaan yang klien menyadari tindakan yang harus
mungkin muncul pada saat melakukan dilakukan
tindakan.
 Berusaha memahami klien  Turut empati terhadap klien
 Berikan informasi tentang diagnosa,
 Klien memahami kondisi yang
prognosis dan tindakan. dideritanya.
 Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik
 Membantu dalam memberikan terapi
pada tingkat kecemasan (tachycardia, kecemasan sesui tingkat kecemasanya.
tachypnia, ekpresi cemas dan verbal)
 Gunakan pendekatan dan sentuhan.  Meyakinkan klien agar dapat mudah
dalam melkukan tindakan-tindakan
 Temani pasien untuk mendukung
 Mencegah terjadinya hal-hal yang
keamanan dan menurunkan rasa takut. merusak diri serta menigkatkan
 Sediakan aktivitas untuk menurunkan semangat hidup.
ketegangan.  Membantu melepaskan beban sehingga
klien dapat merasakan tidak terbebani.
 Bantu pasien mengidentifikasi situasi
 Melatih klien untuk mengatisi
yang menciptakan cemas. kecemasan secara mandiri.

Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
Teaching : Dieases Process
 Mengobservasi kesiapan klien untuk
 Memudahkan klien dalam menerima
mendengarkan informasi
 Menentukan tingkat pengetahuan klien
 Dapat menjelaskan informasi sesuai
sebelumnya. tingkat pengetahuan klien
 Berikan penilaian tentang tingkat
 Dapat melakukan pendidikan kesehatan
pengetahuan klien tentang proses seuai dengan tingkat pengetahuan klien
penyakit yang sfesifik  Klien memahami dan menilai hal-hal
 Jelaskan fatofisiologi terjadinya. yang tidak boleh dilakukan.
 Klien dapat mengidentifikasi terjadinya
 Gambarkan tanda dan gejala yang bisa penyakit serta penagnana lebih dini
muncul pada penyakit dengan cara yang
 Klien lebih waspada terhadap factor-
tepat faktor penyebab terjadinya penyakit
 Identifikasi kemungkinan penyebab yang dialami.
penyakit yang diderita klien  Lebih meyakinkan dalam perawatanya.
 Mengurangi resiko terjadinya kembali
 Hindari jaminan yang kosong dalam lingkungan keluarganya sendiri.
 Klien lebih nyaman dalam menerima
 Diskusikan gaya hidup yang mungkin terapi yang diberikan
diperlukan untuk mencegah komplikasi
 Klien lebih mudah memahami tanda dan
dimasa yang akan dating gejala yang diberikan oleh pendidik
 Diskusikan plihan terapi serta
penaganannya
 Instruksikan klien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada perawat
yang jaga.

Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Intervensi Keperawatan Rasionalnya
Pain Managemen :  Pengawasan keefektifan obat, kemajuan
 Lakukan pengkajian nyeri secara penyembuhan, perubahan akan
konfrehensif termasuk lokasi, karakteristik menunjukkan terjadinya
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas abses, memerlukan upaya evaluasi
dan factor presipitasi medik dan intervensi
 Observasi reaksi non verbal  Kebutuhan rasa nyaman dapat
terpenuhi.
 Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
 Meyakinkan klien untuk mendapatkan
untuk mengetahui pengetahuan nyri perawatan yang intensif.
klien  Bermanfaat dalam pengawasan
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon keefektifan obat, kemajuan
nyeri penyembuhan.
 Meningkatkan psikologis dan motifasi
 Bantu klien dan keluarganya untuk keingin sembuhan
mencari dukungan  Menurunkan factor-faktor yang
 Control lingkungan yang mempengaruhi menmpengaruhi nyeri
nyri ;suhu, ruangan, cahaya.
 Kurang factor pencetus nyeri  Nyeri dapat diatasi sedini mungkin
denan menemukan factor presipitari
 Tingkatkan istirahat  Mencegah nyri dan meningkatkan
penyembuhan.
 Ajarkan tehnik non farmakologi  Menurunkan terjadinya keracunan obat
yang mengandung bahan kimia.
 Evaluasi keefektifan control nyeri  Rasa nyeri libuh dapat teratasi.
 Kolaborasi dengan dokter jika masalah
 Menurunkan rasa nyeri sebelum terjadi
nyri belum teratasi. nyeri kronis.
Analgesik Managemen :
 Cek intruksi dokter tentang jenis, dosis,
 Mengurangi terjadinya kebutuhan oabat
dan frekuensi obat. lebih tepat pada indikasinya.
 Kaji riwayat alergi  Mengurangi terjadinya gejala lain yang
mingkin muncul
 Pilih rute pemberian secara IV & IM  Proses mengatasi nyeri lebih cepat dan
untuk pengobatan nyeri secara teratur efisien
 Mengontrol TTV sebelum dan sdsudah
 Mengurangi terjadinya adanya
pemberian analgesic pertama kali komplikasi serta alergi dan keefisien
 Efaluasi keefektifan analgesic tanda dan dalam pemberian obat.
gejala (efek samping)  Dapat mengkolaborasikan lebih lanjut
tentang keefektifan pemberian
analgesic.

K. Daftar pustaka
 Elizabeth J. Corwin, 2001, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
 Doenges,M E dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
 Smeltzer, S.C, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Vol 2, EGC, Jakrta
 Kristanti, A dkk, 2006, Materi kumpulan kuliah : Diagnosa Keperawatan Berdasarkan
NANDA 2005-2006, NIC dan NOC, UGM, Yogyakarta
 Alhadrami S, Selasa 16 Januari 2007, Informasi Penyakit, Faculty of medicine Gajah
Mada University.http:\legasi.blogspot.com
 Radang Usus Buntu Berkomplikasi : Usus Buntu, Antara Maut dan Biji Jambu
Klutuk.www.KeluargaSehat.com
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

A. Defenisi
Berdasarkan tinjauan teori apendisitis adalah peradangan pada apendiks yaitu jaringan
usus seperti ujung jari yang kecil yang panjangnya kira-kira 10 cm ( 4 inci ) melekat pada
sakum tepat di bawah katup ileosekal. Pada operasi jaringan inilah yang diambil karena
dapat menginfeksi organ lain di abdomen.

B. Etiologi
Penyebab apendiks bisa disebabkan oleh karena konsumsi serat yang kurang, akibart
pengosongan apendiks tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi
tersumbat dan rentan terhadap infeksi
C. Patofisiologi
Telah dijelaskan lebih mendalam pada tinjauan teori yang disajikan lebih sederhana
pada Path way
D. Manifestasi klinis
Nyeri difus yang timbul mendadak juga dirasakan klien sebelum operasi pada kuadran
kanan bawah begitu juha nyeri tekan lepas, demam klien mencapai 39 0 C
Angka leukosit meningkat ( 13. 800 / mmk ). Mual mintah, nafsu malkan kurang, dan
konstipasi juga dirasakan klien.

E. Komplikasi
Pad klien belum terjadi komplikasi

F. Pemeriksaan penunjang
Pada klien diketahui mendapatkan pemeriksaan darah rutin, Apendicogram, dan gula
darah puasa.

G. Penatalaksanaan
Pada klien telah dilakukan operasi apendiktomi dengan anaestesi secara Spinal

H. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


Dari 7 diagnosa keperawatan yang mungkjin muncul didapatkan 3 diagnosa saja yang
dapat ditegakkan berdasarkan data pengkajian yang diperoleh, yaitu :
Nyeri Akut, Resiko Infeksi, dan Defisit perawatan diri

I. Implementasi dan Evaluasi


Setelah dilakukan perencanaan tujuan kemudian dilakukan implementasi. Dari 3
diagnosa diatas akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, setelah dilakukan intervensi
keperawatan Selama 3 x 24 m tidak terjadi tanda-tanda dan gejala infeksi. Sehingga
tujuan tercapai
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury fisik, setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri pada klien dapat diturunkan sesuai dengan tujuan
yang dicapai dengan mudah karena nyeri yang dialami klien hanya berupa nyeri dengan
skala sedang .
3. Defisit perawatan diri. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien
dapat merawat dirinya dengan bantuan, sehingga tujuan tercapai. Hal ini dapat dicapai
karena klien mempunyai mobilitas fisik yang baik, hanya karena terpasang infus dan
catheter sehingga terhambat untuk melakukan perawatan diri.

Anda mungkin juga menyukai