Anda di halaman 1dari 47

5.

Penatalaksanaan Medis

Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan
pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:

1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).

2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi
adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan lebih
besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan
operasi laparaskopi.

Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah


pembedahan :

1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-


ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
3. Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar
β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung
gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau
diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.

15
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:

1. Ukuran kantung kehamilan


2. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :

1. Masa tuba
2. Usia kehamilan
3. Janin mati
4. Kadar β-hCG

Kontraindikasi pemberian Methrotexate :

1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum
hCG setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”.

6. Komplikasi

Komplikasi dari kehamilan ektopik antara lain :

1. Pada pengobatan konservatif, yaitu jika ruptur tuba telah lama


berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang (recurrent bledding).

16
Ini merupakan indikasi operasi.
3. Infeksi

4. Sub-ileus karena massa pelvis

5. Sterlitas

7. Prognosis

Kehamilan ektopik dapat mempengaruhi kemampuan bereproduksi


seorang perempuan di masa mendatang. Tidak hanya kemampuan bereproduksi,
tetapi nyawa juga terancam karena semua kehamilan ektopik memiliki risiko
untuk ruptur yang dapat menyebabkan perdarahan masif dan syok. Namun,
diagnosis secara dini dan tepat serta tatalaksana yang sesuai diharapkan dapat
mencegah terjadinya hal tersebut.

Kehamilan ektopik memiliki kemungkinan untuk berulang. Perempuan


dengan riwayat kehamilan ektopik sebelumnya memiliki risiko untuk mengalami
kehamilan ektopik lagi pada kehamilan berikutnya. Dilaporkan bahwa 25% pasien
yang hamil dengan riwayat kehamilan ektopik, menderita kehamilan ektopik
ulangan.

Kehamilan ektopik juga akan memengaruhi fertilitas pasien. Pada sebuah


penelitian prospektif di Perancis, dilaporkan bahwa 65.5% pasien hamil kembali
dalam rentang waktu 5 bulan, dengan sekitar 85% kehamilan adalah intrauterine.
Rata-rata kumulatif kehamilan kembali pada tahun pertama adalah 56% dan pada
tahun kedua 67%. Dari analisis statistik diketahui 3 faktor yang berhubungan
dengan penurunan fertilitas, yaitu usia > 35 tahun, riwayat infertilitas, dan
kerusakan tuba anterior

17
2.3 ABRUPSIO PLASENTA

A. Konsep Dasar

1. Defenisi

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta


dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan
sebelum janin lahir . Cunningham dalam bukunya mendefinisikan solusio
plasenta sebagai separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya
korpus uteri sebelum janin lahir. Jika separasi ini terjadi di bawah kehamilan 20
minggu maka mungkin akan didiagnosis sebagai abortus imminens. Sedangkan
Abdul Bari Saifuddin dalam bukunya mendefinisikan solusio plasenta adalah
terlepasnya plasenta dari tempat implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan
definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau
berat janin di atas 500 gram .

Gambar 1.Solusio Plasenta (Placental abrubtion).

2. Etiologi

Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang menjadi predisposisi :
1. Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan
eklamsia . Pada penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada
separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi
tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang

18
disebabkan oleh kehamilan. Dapat terlihat solusio plasenta cenderung berhubungan
dengan adanya hipertensi pada ibu.
2. Faktor trauma
Trauma yang dapat terjadi antara lain :
-Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
-Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak/bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan.
-Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
Dari penelitian yang dilakukan Slava di Amerika Serikat diketahui bahwa
trauma yang terjadi pada ibu (kecelakaan, pukulan, jatuh, dan lain-lain) merupakan
penyebab 1,5-9,4% dari seluruh kasus solusio plasenta. Di RSUPNCM dilaporkan
1,2% kasus solusio plasenta disertai trauma.
3. Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Holmer mencatat
bahwa dari 83 kasus solusio plasenta yang diteliti dijumpai 45 kasus terjadi pada
wanita multipara dan 18 pada primipara. Pengalaman di RSUPNCM menunjukkan
peningkatan kejadian solusio plasenta pada ibu-ibu dengan paritas tinggi. Hal ini
dapat diterangkan karena makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan
endometrium.
4. Faktor usia ibu
Dalam penelitian Prawirohardjo di RSUPNCM dilaporkan bahwa terjadinya
peningkatan kejadian solusio plasenta sejalan dengan meningkatnya umur ibu. Hal
ini dapat diterangkan karena makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi
menahun.

5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat menyebabkan


solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas bagian yang mengandung
leiomioma.
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin, yang mana bertanggung jawab atas terjadinya
vasospasme pembuluh darah uterus dan dapat berakibat terlepasnya plasenta.

19
Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif. Angka kejadian solusio
plasenta pada ibu-ibu penggunan kokain dilaporkan berkisar antara 13-35% .
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok ≤ 1 (satu) bungkus per hari.
Ini dapat diterangkan pada ibu yang perokok plasenta menjadi tipis, diameter
lebih luas dan beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya . Deering dalam
penelitiannya melaporkan bahwa resiko terjadinya solusio plasenta meningkat
40% untuk setiap tahun ibu merokok sampai terjadinya kehamilan.
8. Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan
berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil lainnya yang tidak
memiliki riwayat solusio plasenta sebelumnya.
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus
pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
kehamilan, dan lain-lain.

3. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala dari abrupsio plasenta ada empat :

1. Perdarahan per vagina atau perdarahan yang tersembunyi di belakang


plasenta.
2. Uterus menjadi lunak dan lembek.
3. Aktifitas uterus berlebih tanpa relaksasi diantara keduanya.
4. Nyeri abdomen.

Dua tipe utama dari kasus abrupsio plasenta adalah sebagai berikut :

 Abrupsio plasenta dengan perdarahan yang tertutup, yang berarti


perdarahan terjadi di belakang plasenta, tetapi memiliki batas tegas karena
posisi hematom.

20
 Abrupsio plasenta dengan perdarahan terbuka yaitu perdarahan yang
terlihat ketika pemisahan atau pemotongan membran juga lapisan
endometrium dan darah mengalir melalui vagina. Perdarahan yang terlihat
tidak selalu sama jumlahnya dengan jumlah darah yang hilang. Tanda-
tanda syok (takikardi, hipertensi, pucat, demam, dan berkeringat) mungkin
akan timbul ketika sedikit atau tidak ada perdarahan luar yang muncul.
Nyeri abdomen juga dihubungkan dengan jenis pemisahan
plasenta. Sifat nyerinya bisa jadi tiba-tiba dan hebat ketika perdaraha
muncul ke miometrium atau intermiten serta sulit untuk membedakan
dengan rasa sakit karena kontraksi. Uterus mungkin menjadi keras
sehingga janin sulit untuk di palpasi. Tes ultraound akanmembantu
menyingkirkan kemungkinan plasenta previa sebagai penyebab
pendarahan, tetapi ini tidak dapat digunakan sebagian diagnosa abrupsio
plasenta, karena pemisahan plasenta dan perdarahan mungkin tidak terjadi
pada ultrasonogafi (USG).

4. Penatalaksanaan Medis

Beberapa wanita hamil yang menunjukkan tanda-tanda abrupsio palsenta


harus dirawat di rumah sakit dan dievaluasi pada waktu tertentu. Evaluasi wajib
dilakukan untuk mengetahui keadaan kardiovaskular ibu hamil dan kondisi janin.
Jika kondisi sudah sedikit membaik, janin belum matur, dan tidak menunjukkan
tanda distress, maka dianjurkan untuk melakukan tindakan konservatif. Hal ini
termasuk bed rest, dan mungkin termasuk pemberian mukolitik untuk
menurunkan aktivitas uterus.
Kelahiran janin dengan segera penting dilakukan bila tanda kehidupan
janin atau ibu hamil menunjukkan adanya tanda perdarahan terlalu banyak, bai
perdarahan yang terlihat atau yang tersembunyi. Penanganan yang intensif
terhadap ibu dan janin merupakan hal penting, karena penurunan kondisi yang
cepat adri iu dan janin dapat terjadi. Jumlah darah yang digunakan untuk
penggantian harus sesuai dengan kebutuhan.

21
Wanita dengan pengalaman trauma abdomen akan meningkatkan resiko
abrupsio plasenta, maka harus dipantau 24 jam setelah trauma.
Penanganan solusio plasenta berdasarkan tingkatannya:
1. Solusio plasenta ringan
 Perut tegang sedikit, perdarahan tidak terlalu banyak.
 Keadaan janin masih baik dapat dilakukan penanganan secara
konservatif
 Perdarahan berlangsung terus ketegangan makin meningkat, dengan
janin yang masih baik dilakukan seksio sesarea.
 Perdarahan yang berhenti dan keadaan baik pada kehamilan
prematur dilakukan rawat inap.
2. Solusio plasenta tingkat sedang dan berat
Penanganan dilakukan di rumah sakit karena dapat membahayakan jiwa
penderita. Tatalaksananya adalah:
 Pemasangan infus dan transfusi darah.
 Memecahkan ketuban.
 Induksi persalinan atau dilakukan seksio sesarea.
Oleh karena itu, penanganan solusio plasenta ringan dan berat harus
dilkakukan dirumah sakit dengan fasilitas yang mencukupi.

5. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta dikemukakan sebagai berikut:
1. Komplikasi ibu
a. Perdarahan dapat menimbulkan:
 Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok
 Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita anemis
sampai syok
 Keasadaran bervariasi dari baik sampai koma
b. Gangguan pembekuan darah

22
 Masuksnya tromboplastin ke dalam sirkulasi darah
menyebabkan pembekuan darah intravaskular dan disertai
hemolisis
 Terjadi penurunan finrinogen sehingga hipofibrinogen dapat
mengganggu pembekuan darah.
c. Oliguria
 Terjadi nya sumbatan glomerulus ginjal dan dapat
menimbulkan produksi urin makin berkurang ataupun gagal
ginjal.
d. Perdarahan postpartum
 Pada solusio plasenta sedang sampai berat terjadi infiltrasi
darah ke otot rahim, sehingga mengganggu kontraksi dan
menimbulkan perdarahan karena atonia uteri.
 Kegagalan pembekuan darah menambah beratnya
perdarahan.
e. Ruptur uterus
2. Komplikasi pada bayi
Perdarahan yang tertimbun pada plasenta mengganggu sirkulasi dan
nutrisi ke arah janin sehingga dapat menimbulkan afiksia ringan sampai
berat dan kematian dalam rahim. Rintangan kejadian asfiksia sampai
kematian janin dalam rahim tergantung pada seberapa bagian plasenta telah
lepas dari implantasi di fundis uteri.

6. Prognosis

Prognosis ibu tergantung luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus,
banyaknya perdarahan, ada atau tidak hipertensi menahun atau preeklamsia,
tersembunyi tidaknya perdarahan, dan selisih waktu terjadinya solusio plasenta
sampai selesainya persalinan. Angka kematian ibu pada kasus solusio plasenta berat
berkisar antara 0,5-5%. Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh
perdarahan, gagal jantung dan gagal ginjal.

23
Hampir 100% janin pada kasus solusio plasenta berat mengalami kematian.
Tetapi ada literatur yang menyebutkan angka kematian pada kasus berat berkisar
antara 50-80%. Pada kasus solusio plasenta ringan sampai sedang, keadaan janin
tergantung pada luasnya plasenta yang lepas dari dinding uterus, lamanya solusio
plasenta berlangsung dan usia kehamilan. Perdarahan lebih dari 2000 ml biasanya
menyebabkan kematian janin. Pada kasus-kasus tertentu tindakan seksio sesaria
dapat mengurangi angka kematian janin.

2. 4 Plasenta Previa

A. Konsep dasar

1 Pengertian

Plasenta previa adalah tertanamnya bagian plasenta dalam segmenbawah


uterus. Istilah ini menggambarkan hubungan anotomik antara letakplasenta dan
segmen bawah uterus. Suatu plaenta previa telah melewatibatas atau menutup
(secara lengkap atau tidak lengkap) ostium uteriinternum. Plasenta previa
marginalis disebut demikian bila sebagian dariplasenta melekat pada segmen
bawah uterus dan meluas ke setiap bagianosteum uteri internum, tetapi tidak
menutupinya. Plasenta previa parsialisdikatakan demikian bila bagian dari
plasenta menutup sebagian osteumuteri internum. Plasenta previa totalis dikatakan
demikian bila setiapbagian plasenta secara total menutupi osteum uteri internum.
Insidenplasenta previa hampir mendekati 1 dalam 200-400 kelahiran. (
Taber,1994:337 )

Plasenta previa adalah dimana letak plasenta berimplantasi padatempat


abnormal yaitu pada segemen bawah rahim sehingga menutupisebagian / seluruh
jalan lahir. ( Nugroho,2011:14 )

2 Etiologi

24
Belum diketahui pasti frekuensi plasenta previa meningkat pada
grandemultipara, primi gravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi, kelainan
janin, dan leiumioma uteri. ( Mansjoer,2006:276 )

Faktor-faktor yang meningkatkan kejadian placenta previer:

a. Umur penderita:

1) Umur muda karena endometrium masih belum sempurna

2) Umur diatas 35 tahun karena tumbuh endometrium yang kurangsubur

b. ParitasPada paritas yang tinggi kejadian placenta previa makin besar


karenaendometrium belum sempat tumbuh.

C.Endometrium yang cacat

1) Bekas persalinan berulang dengan jarak pendek

2) Bekas operasi, bekas kuretage atau placenta manual

3. Patofisiologi

Perdarahan anterpartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan10


minggu saat segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebarserta
menipis. Umumnya terjadi pada trimester ke 3 karena segmen bawahuterus lebih
banyak mengalami perubahan. Pelebaran segmen bawahuterus dan pembukaan
serviks menyebabkan sinus uterus robek karenalepasnya plasenta dari dinding
uterus atau karena robekan sinusmarginalis dari pla senta. Perdarahan tak dapat
dihindarkan karenaketidakmampuan serabut otot segmen bawah. Uterus untuk
berkontraksi seperti pada plasenta letak normal.( Mansjoer,2006:276 )

4. Pemeriksaan diagnostik

a. Hitung darah lengkap harus dilakukan terhadap setiap pasien


dengantujuan menilai derajat anemia.

b. Urinalis biasanya normal.

25
c. Golongan darah dan rhesus: 2-4 unit darah harus dipersiapkan
untukkemungkinan transfusi. Kecepatan dan luasnya perdarahanmenentukan
perlunya penggantian darah. d. Pemeriksaan ultrasonografi : dapat ditentukan
implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium.2.8.5
Pemeriksaandarah: Hemoglobin, Hematokrit. ( Taber,1994:339 )

5. Penatalaksanaan

A. Terapi spesifik

Terapi ekspektatif Tujuan terapi ekspektatif ialah agar janin tidak terlahir
prematur,penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui
kanalisservisis. Upaya diagnosis dilakukan secara noninvasif.

Syarat-syarat terapi ekspektatif:

∙ Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudianberhenti.

∙ Belum ada tanda-tanda in partum.

∙ Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batasnormal).

∙ Janin masih hidup.

a) Rawat inap, tirah baring dan berikan anti biotik profilaksis.

b) Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantansi plasenta, usia


kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.

c) Berikan tokolitik (mencegah terjadinya persalinan prematur) bila


adakontraksi: Betamethason 24 mg IV dosis tinggal untuk pematanganparuh
janin.

d) Uji pematangan paru janin dengan test kocok (bluble test ). Dari
hasilamniosentesis.

e) Bila setelah usia kehamilan diatas 34 minggu, plasenta masih


beradadisekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previamenjadi jelas,

26
sehingga perlu dilakukan observasi dan konselinguntuk menghadapai
kemungkinan kegawatdaruratan.

f) Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggumasih lama,


pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecualiapabila rumah pasien diluar
kota dan jarak untuk mencapai RS lebihdari 2 jam) dengan pesan untuk segera
kembali ke RS apabila terjadipendarahan ulang. ( Abdul,2002:164,)

B. Terapi Aktif (tindakan segera)

a) Wanita hamil diatas 22 minggu dengan pendarahan pervagina yangaktif dan


banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpamemandang maturitas janin.

b) Untuk diagnosis plasenta previa dan menentukan caramenyelesaikan


persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi,lakukan PDMO (Periksa Dalam di
Meja Operasi) jika:

- Infus atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.

- Kehamilan ≥ 37 minggu ( BB ≥ 2500 gr) dan in partu

- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (mis:anensefali).

- Pendarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh melewatipintu atas panggul
(2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).( Abdul,2002:164 )

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa ialah:

1.Seksio sesarea

1) Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untukmenyelamatkan


ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punyaharapan untuk hidup,
tindakan ini tetap dilaksanakan. Tujuan seksiosesarea:

-Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segeraberkontraksi dan


menghentikan pendarahan.

-Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada servik uteri, jika janin


dilahirkan pervagilna.

27
2) Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga
servik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu,
bekas tempat implantasi plasenta seringmenjadi sumber pendarahan karena
adanya perbedan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.

- Siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu

- Lakukan perawatan lanjut pasca bedah termasuk pemantauan pendarahan,


infeksi dan keseimbangnan cairan masuk keluar.

2. Melahirkan Pervagina

Pendarahan akan berhenti jika ada penekanan pada plasenta.Penekanan tersebut


dapat dilakukan dengan cara-cara sbb:

1) Amniotomi dan akselerasi Umumnya dilakukan pada plasenta previa lateralis


ataumarjinalis dengan pembukaan > 3 cm serta presentasi kepala.Dengan
memecah ketuban, plasenta akan mengikuti segmen bawahrahim dan ditekan oleh
kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah, akselerasi dengan
infus oksitosin.- Versi braxton hicksTujuan melakukan versi braxton hicks ialah
mengadakan tamponade plasnta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi
braxtonhicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.- Traksi dengan Cunam
WilletKulit kepala janin dijepit dengan cunam willet, kemudian beri beban
secukupnya sampai pendarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk
menekan plasenta dan sering kali menyebabkan pendarahanpada kulit kepala.
Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan
pendarahan yang tidak aktif

( Taber,1994:342 )

1.6 Komplikasi

Meliputi syok hipovolemik, kelahiran prematur dan plasenta akreta. Padaibu dapat
terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemiakarena perdarahan,
plasentitis, dan endometris pasca persalinan. Pada janin biasanya terjadi
persalinan premature dan komplikasinya sepertiaasfiksia berat.

28
( Mansjoer,2006:27 )

1.7 Prognosis

Prognosis ibu pada plasenta previa dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan
perdarahan serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari
apabila penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan
pembedahan seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih burik oleh karena
kelahiran yang prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui
proses persalinan spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan.
Namun perawatan yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi
kematian perinatal (Cunningham, 2005).

29
A. ASUHAN KEPERAWATAN

ABORSI
1. Pengkajian
Menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan
ke- , lamanya perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya
perdarahan pervaginam berulang pervaginam berulang
c. Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar
siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
e. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
f. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
g. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji
kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya
h. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan
anaknya.

30
i. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.
j. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi
oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
k. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum
dan saat sakit.
l. Pemeriksaan fisik, meliputi :
 Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
 Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
 Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya.
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding
perut atau tidak

31
 Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan
stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

2. NANDA-NOC NIC

DIAGNOSA 1
NANDA:Defisit Volume Cairan s.d Perdarahan
NOC:Keseimbangan Cairan
Tujuan :Tidak terjadi defisit volume cairan, seimbang antara intake dan output
baik jumlah maupun kualitas.

NIC:Manajemen Cairan
Intervensi Rasional Evaluasi
1) Kaji kondisi status Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal S:Pasien mengatakan bahwa
hemodinamika sebagai akibat abortus memiliki karekteristik bibir nya tidak kering lagi
bervariasi O:Pasien tidak terlihat pucat lagi
A:Tujuan Tercapai
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
2) Ukur pengeluaran P:Mengajarkan bagaimana cara
kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
harian menjaga cairan di dalam tubuh
cairan yang hilang pervaginal
tetap utuh
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada
3) Berikan sejumlah kondisi perdarahan massif
cairan pengganti
harian
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara
4) Evaluasi status
harian melalui pemeriksaan fisik
hemodinamika

32
DIAGNOSA 2
NANDA:Gangguan Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
NOC:Toleransi Terhadap Aktivitas
Tujuan :Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
NIC:Terapi Aktivitas

Intervensi Rasional Evaluasi


1)Kaji tingkat Rasional : Mungkin klien tidak mengalami S:Klien mengatakan telah dapat
kemampuan klien perubahan berarti, tetapi perdarahan masif beraktifitas walaupun tidak
sempurna
untuk beraktivitas perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi O:Klien terlihat bisa berjalan
klien lebih buruk lagi
A:Tujuan Tercapai sebagian
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan P:Mengajarkan mobilisasi yang
2)Kaji pengaruh baik dengan kondisi yang
vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
aktivitas terhadap dialami klien
kondisi
uterus/kandungan

3).Bantu klien untuk


Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
memenuhi
kebutuhan aktivitas
sehari-hari

DIAGNOSA 3
NANDA:Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri

33
NOC:Status Kenyamanan
Tujuan :Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

1) Kaji kondisi nyeri Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri S:Klien mengatakan nyerinya
yang dialami klien dapat dilakukan dengan skala maupun berkurang
O:Klien sudah tampak nyaman
dsekripsi. A:Tujuan tercapai sebagian
P:Mengajarkan teknik relaksasi
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam yang lain untuk menghilangkan
2) Terangkan nyeri
melakukan guidance mengatasi nyeri nyeri pada pasien
yang diderita klien
dan penyebabnya

3) Kolaborasi Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri


pemberian dapat dilakukan dengan pemberian analgetika
analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik

DIAGNOSA 4
NANDA:Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
NOC:Kaparahan Infeksi
Tujuan :Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
NIC: Kontrol Infeksi

1) Kaji kondisi Rasional : Perubahan yang terjadi pada S:Pasien mengatakan Tidak ada
keluaran/dischart yang dishart dikaji setiap saat dischart keluar. tanda-tanda infeksi
keluar ; jumlah, warna, Adanya warna yang lebih gelap disertai O:Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi pada klien
dan bau bau tidak enak mungkin merupakan tanda
A:Tujuan tercapai seluruhnya
infeksi
P:Mengajarkan cuci tangan agar

34
tidak terjadi infeksi

2) Terangkan pada klien Rasional : Infeksi dapat timbul akibat


pentingnya perawatan kurangnya kebersihan genital yang lebih
vulva selama masa luar
perdarahan

3)Lakukanpemeriksaan
biakan pada dischart

4)Lakukan perawatan Rasional : Berbagai kuman dapat

vulva teridentifikasi melalui dischart

5).Ajarkan bagaimana
melihat tanda-tanda
infeksi. Rasional : Inkubasi kuman pada area
genital yang relatif cepat dapat
menyebabkan infeksi.

Rasional : Berbagai manivestasi klinik


dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi;
demam dan peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakan gejala infeksi

35
KEHAMILAN EKTOPIK

1. Pengkajian
1. Anamnesis dan gejala klinis
 Riwayat terlambat haid
 Gejala dan tanda kehamilan muda
 Dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginan
 Terdapat aminore
 Ada nyeri mendadak di sertai rasa nyeri bahu dan seluruh abdomen,
terutama abdomen bagian kanan / kiri bawah
 Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang
terkumpul dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan fisik

36
 Inspeksi
a. Mulut : bibir pucat
b. Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris
c. Abdomen : terdapat pembesaran abdomen.
d. Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
e. Ekstremitas : dingin
 Palpasi
a. Abdomen : uterus teraba lembek, TFU lebih kecil daripada
UK, nyeri tekan, perut teraba tegang, messa pada adnexa.
b. Genetalia : Nyeri goyang porsio, kavum douglas menonjol.
 Auskultasi
Abdomen : bising usus (+), DJJ (-)

 Perkusi
Ekstremitas : reflek patella + / +

3. Pemeriksaan fisik umum:


 Pasien tampak anemis dan sakit
 Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah
adneksa.
 Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma tidak sadar.
 Daerah ujung (ekstremitas) dingin
 Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat, adanya
tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan
dan nyeri lepas dinding abdomen.
 Pemeriksa nadi meningkat, tekanan darah menurun sampai syok
 Pemeriksaan abdomen: perut kembung, terdapat cairan bebas darah,
nyeri saat perabaan.
4. Pemeriksaan khusus:

37
 Nyeri goyang pada pemeriksaan serviks
 Kavum douglas menonjol dan nyeri
 Mungkin tersa tumor di samping uterus
 Pada hematokel tumor dan uterus sulit dibedakan.
 Pemeriksaan ginekologis: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada
uteris kanan dan kiri

2. NANDA-NOC NIC

DIAGNOSA 1: Nyeri akut berhubungan dengan Perdarahan

NOC: Pengetahuan: Manajemen Nyeri


Tujuan : diharapkan nyeri dapat terkontrol.

NIC: Manajemen Nyeri

Intervensi Rasional Evaluasi

1. Lakukan 1. Membantu dalam S : Pasien mengatakan


pengkajian nyeri mendiagnosis dan bahwa dia sudah mampu
komprehensif yang menentukan tindakan mengontrol rasa nyeri

meliputi lokasi, yang akan dilakukan


O : Pasien tidak meringis
karakteristik, kualitas
atau menunjukan raut
dan intensitas
muka yang kesakitan
2. Kaji steres
2. Ansietas terhadap A : Tujuan tercapai
psikologi

38
ibu/pasangan dan situasi darurat dapat P : Mengajarkan
respons emosional memperberat ketidak bagaimana cara
terhadap kejadian. nyamanan karena mengontrol rasa nyeri
3. Berikan syndrome
lingkungan yang ketegangan,
tenang dan aktivitas ketakutan, dan nyeri
untuk menurunkan 3. Dapat membantu
rasa nyeri. dalam menurunkan
Instruksikan klien tingkat ansietas dan
untuk menggunakan karenanya mereduksi
metode relaksasi, ketidaknyamanan.
misalnya: napas
dalam, visualisasi
distraksi, dan
jelaskan prosedur.

DIAGNOSA 2
NANDA: Defisit Volume Cairan b.d Perdarahan
NOC: Keseimbangan Cairan
Tujuan : agar tidak terjadi defisit volume cairan, seimbang antara intake dan
output

NIC:Manajemen Cairan
Intervensi RaRasional Evaluasi
1. Lakukan Rasional : Pasien dan keluarga lebih kooperatif S:Pasien mengatakan bahwa
pendekatan kepada bibirnya tidak pecah pecah dan
pasien dan keluarga. kering

39
2. Memberikan O: Pasien tidak terlihat pucat
penjelasan mengenai A: Tujuan Tercapai
Rasional : pasien mengerti tentang keadaan
kondisi pasien saat P: Mengajarkan bagaimana
dirinya dan lebih kooperatif terhadap tindakan.
ini cara menjaga cairan di dalam
tubuh tetap utuh
3. Observasi TTV
dan observasi tanda Rasional : parameter deteksi dini adanya
akut abdomen komplikasi yang terjadi.

4) Pantau input dan


output cairan Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan

5. Pemeriksa kadar cairan dalam tubuh


Hb

Rasional: mengetahui kadar Hb klien


sehubungan dengan perdarahan.

ABRUPSIO PLASENTA
a. Pengkajian

 Anamnesis
 Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang
pasien dapat menunjukkan tempat yang dirasa paling
sakit
 Perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat dan
sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari darah

40
segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna
kehitaman.
 Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
akhirnya berhenti (anaktidakbergeraklagi).
 Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata
berkunang-kunang. Ibu terlihat anemis yang tidak
sesuai dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
 Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor
kausal yang lain.
 Inspeksi
 Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
 Pucat, sianosis dan berkeringat dingin.
 Terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
 Palpasi
 Tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
 Uterus tegang dan keras seperti papan yang disebut
uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun
di luar his.
 Nyeri tekan di tempat plasenta terlepas.
 Bagian-bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus)
tegang.
 Auskultasi Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila denyut
jantung terdengar biasanya di atas 140, kemudian turun di
bawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas
lebih dari satu per tiga bagian.
 Pemeriksaan dalam
 Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup.

41
 Kalau sudah terbuka maka plasenta dapat teraba
menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun di luar
his.
 Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas
seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba
pada pemeriksaan, disebut prolapsus placenta, ini sering
meragukan dengan plasenta previa.
 Pemeriksaan umum
Tekanan darah semula mungkin tinggi karena pasien
sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun
turun dan pasien jatuh dalam keadaan syok. Nadi cepat, kecil
dan filiformis.
 Pemeriksaan laboratorium
Urin : Albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat
ditemukan silinder dan leukosit.
Darah : Hbmenurun, periksagolongandarah, lakukan cross-
match test.
Karenapadasolusioplasentaseringterjadikelainanpembekuandar
ahhipofibrinogenemia, makadiperiksakan pula COT (Clot
Observation test) tiap l jam, teskualitatif fibrinogen
(fiberindex), danteskuantitatif fibrinogen (kadarnormalnya 15O
mg%).
 Pemeriksaan plasenta.
Plasenta dapat diperiksa setelah dilahirkan. Biasanya tampak
tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (kreater) dan
terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel di
belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
 Pemeriksaaan Ultrasonografi (USG)
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan antara lain :
 Terlihat daerah terlepasnya plasenta
 Janin dan kandung kemih ibu

42
 Darah
 Tepian plasenta
a. NANDA, NOC, NIC

DIAGNOSA 1

NANDA : penurunan curah jantung b.d perdarahan dalam jumlah berlebih

NOC : perfusi jaringan

Tujuan : untuk memepertahankan aliran darah melalui organ tubuh yang berfungsi
pada tingkat sel.

NIC : manajemen energi

Intervensi Rasional Evaluasi

1. Kaji status Rasional : keadaan S : pasien tidak


fisiologis pasien fisiologis pasien berbeda- merasakan kelelahan
yang menyebabkan beda sesuai dengan
O : pasien tidak terlihat
kelelahan sesuai tingkatan usianya
lelah
dengan konteks
usia dan A : tujuan tercapai

perkembangan P : mengajarkan cara


2. Anjurkan pasien mengatasi kelelahan
mengungkapkan
Rasional : pasien dapat
perasaan secara
mengungkapkan
verbal mengenai
perasaannya mengenai
keterbatasan yang
kesulitan yang dialami
dialami
3. Monitor
intake/asupan
nutrisi untuk
Rasional :
mengetahui
sumber energi memperhitungkan asupan

43
yang adekuat nutrisi yang sesuai bagi
pasien

DIAGNOSA 2

NANDA : Ansietas b.d kurang pengetahuan.

NOC : tingkat kecemasan

Tujuan : untuk mengurangi rasa cemas, takut, terhadap suatu sumber

NIC : pengurangan kecemasan

Intervensi Rasional Evaluasi

1. Gunakan Rasional : dengan S : pasien tidak


pendekatan yang menggunakan merasakan kecemasan
tenang dan pendekatan yang tenang lagi
menyakinkan maka pasien dapat lebih
O : pasien lebih rileks
rileks dan nyaman
A : tujuan tercapai

P : mengajarkan cara
2. Pahami situasi Rasional : memahami
mengatasi kecemasan
krisis yang terjadi kondisi yang dialami oleh
dari perspektif pasien
klien
3. Bantu klien
mengidentifikasi Rasional : membantu

situasi yang klien menangani hal yang


memicu dapat membangkitkan

kecemasan kecemasannya

44
PLASENTA PREVIA

45
1. Pengkajian

A. Identitas Klien

Kaji nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan
tempat tinggal klien. Selain itu perlu juga dikaji nama dan alamat penanggung
jawab serta hubungannya dengan klien.

B. Keluhan Utama

Gejala pertama; perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu/ trimester III.

1) Sifat pendarahan; tanpa nyeri, berulang

2) Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang robek.

3) Sedikit banuaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya robekan


pembuluh darah dan placenta.

C. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Obstetri

Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan sebelumnya agar


perawat dapt menentukan kemungkinan masalah pada kehamilan sekarang.
Riwayat obstersi meliputi:

1) Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)

2) Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi

3) Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan


penolong persalinan

4) Jenis anetesi dan kesulitan persalinan

5) Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi dan pendarahan.

46
6) Komplikasi pada bayi

7) Rencana menyusui bayi

b) Riwayat menstrurasi

Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menentukan taksiran persalinan (TP). TP


ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT). Untuk menentukan TP
berdasarkan HPHT dapat digunakan rumus neagle, yaitu hari ditambah tujuh,
bulang dikuranga tiga, tahun disesuaikan.

c) Riwayat konstrasepsi

Beberapa bentuk konstrasepsi dapat berakibat buruk pada janin, Ibu, atau
keduanya. Riwayat konstrasepsi yang lengkap harus didapatkan pada saat
kunjugan pertama. Penggunaan konstrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut
pada kepthamilan yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan
orgal seksual pada janin.

D. Riwayat Penyakit dan operasi :

Kondisi kronis seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa
berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adnya riwayat infeksi, prosedur
operasi, dan trauma pada persalinan sebelumnya harus di dokumentasikan.

E. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Fisik

1) Rambut

Laju pertumbuhan rambut berkembang

2) Mata : pucat,anemis

3) Gigi dan mulut

47
4) Leher

5) Buah dada/payudara

a. Peningkatan pigmentasi areola puting susu

b. Bertambahnya ukuran

6) Jantung dan paru

a. Volume darah menurun

b. Peningkatan frekuensi nadi

c. Penurunan resistensi pembuluh darah sistemetik dan pembuluh darah


pulmonal

d. Terjadi hiperventilasi selama kehamilan

7) Abdomen

a. Menentukan letak janin

b. Menentukan tinggi fundus uteri

8) Vagina

a. Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan (tanda


Chandwick)

b. Hipertropi epithelium

9) Musculoskeletal

a. Persendian tulang punggul yang mengendur

b. Gaya berjalan yang canggung

c. Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastastis


rectal.

48
2. Khusus

1) Tinggi fundus uteri

2) Posisi dan presentasi janin

3) Panggul dan janin lahir

4) Denyut jantung janin

2.2 Diagnosis

1. Gangguan perpusi jaringan b.d perdarahan

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan vaskuler berlebihan.

3. Intoleransi aktifitas b.d suplai O2 menurun

No Tujuan Intervensi Rasional Evaluasi

1 Setelah 1. Monitor 1. Mengetahui S: Pasien


dilakukan tanda-tanda derajat / adekuatan mengatakan
tindakan vital, warna perfusi jaringan. mengalami
keperawatan 1 kulit /
2. Dispnea, perdarahan
x 24 jam membran pervagina
gemericik
perfusi mukosa, dasar
menunjukkan GJK sedikit.
jaringan kuku.
karena regangan
adekuat.
2. Monitor jantung lama /
KH: upaya peningkatan O:

pernafasan: kompensasi curah A:


-Tanda vital masalah
auskultasi jantung
normal belum
bunyi nafas.
3. Dapat teratasi
-Membran
3. Kaji respon mengidentifikasikan
mukosa warna P: mengganti

49
merah muda, verbal gangguan fungsi darah yang
tidak ada melambat, serebral karena hilang
sianosi mudah hipoksia
terangsang,
4. Memaksimalkan
agiatasi,
transfer oksigen ke
gangguan
jaringan
memori,
bingung. 5. Mengidentifikasi
defisiensi darah dan
4.Berikan
kebutuhan
oksigen.
pengobatan
5.Kolaborasi
6. Mengganti darah
dengan dokter
yang hilang.
di dalam
pemeriksaan
laboratorium
darah, produk
darah.

6. Transfusi
darah

2 Setelah 1. Monitor 1. Tekanan darah S:pasien


dilakukan tanda vital. menurun dan nadi mengalami
tindakan meningkat kekurangan
2. Monitor
keperawatan 1 perkiraan cairan
tanda-tanda
x 24 jam kehilangan darah
anemia: pucat, O: tidak ada
volume cairan
lemah, 2. Mengukur
adekuat KH: tanda-tanda
hipotensi, berat atau tidaknya
anemia
-Tanda vital takikaradi anemia
normal A: tujuan
3. Monitor
tercapai

50
-Membran kehilangan 3. Memberikan sebagian
mukosa darah. pedoman untuk
P:mengganti
lembab penggantian cairan
4. cairan
-Tidak ada Pertahankan 4. Pencegahan
tanda-tanda tirah baring pendarahan lebih
anemia : parah.
5. Transfusi
pucat, lemah,
darah 5. Mengganti
hipotensi,
darah yang hilang
takikaradi

3 Setelah 1. 1. Menunjukkan S:klien


dilakukan Monitoring perubahan mengalami
tindakan gangguan neurologi karena kekurangan
keperawatan 1 keseimbangan defisiensi Vitamin oksigen
x 24 jam klien gaya jalan, B12 resiko cidera
O:
dapat kelemahan
2. Meningkatkan
melakukan otot. A: tujuan
istirahat
aktivitas tanpa tercapai
2. Berikan menurunkan
ada keletihan. sebagian
lingkungan oksigen tubuh
KH:
tenang,
3. Membantu P:
-Tanda vital pertahankan
mobilasi pasien
normal tirah baring.
4. Deteksi sedini
-Membaran 3. Ubah
mungkin adanya
mukosa warna posisi pasien
perubahan tanda-
merah muda dengan
tanda vital
perlahan
-Melaporkan
5. Mengurangi
toleransi 4. Observasi
resiko cidera
aktivitas tanda-tanda
(termaksuk vital
aktivitas

51
sehari-hari) 5. Berikan
bantuan
aktifitas pada
pasien

BAB III

ANALISIS JURNAL

52
A. ABORSI
3.1.Ringkasan Hasil Penelitian yang Dipublikasikan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang perbedaan karakteristik
ibu pada penderita abortus dan tidak abortus di RS. Dr. M.Djamil Padang dalam
lima tahun terakhir ini, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
perbedaan karakteristik ibu pada penderita abortus dan tidak abortus di RSUP. Dr.
M. Djamil Padang periode Januari 2011-Desember 2012.
Jenis penelitian ini merupakan suatu study comparative yang
membandingkan antara kelompok ibu hamil dengan abortus dan kelompok ibu
hamil tanpa abortus menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien ibu hamil yang menjalani rawat inap di bagian
Obstetri dan Ginekologi RS Dr. M. Djamil Padang selama periode Januari 2011 -
Desember 2012. Sampel penelitian adalah seluruh pasien ibu hamil yang
menjalani rawat inap di bagian Obstetri dan Ginekologi RS Dr. M. Djamil
Padang selama periode Januari 2011-Desember 2012 yang memenuhi kriteria
inklusi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 300 orang yang
diperoleh berdasarkan rumus sampel minimal. Sampel diambil dengan
menggunakan teknik simple random sampling.
Kriteria inklusi meliputi kelompok ibu hamil dengan abortus, yaitu
seluruh ibu hamil yang didiagnosis menderita abortus di bagian Obstetri dan
Ginekologi RS Dr. M. Djamil Padang selama periode Januari 2011-Desember
2012, dan kelompok ibu hamil tanpa abortus, yaitu ibu hamil trimester I, II dan III
yang tidak didiagnosis menderita abortus di bagian Obstetri dan Ginekologi RS
Dr. M. Djamil Padang selama periode Januari 2011 sampai Desember
2012.Kriteria eksklusi meliputi seluruh ibu hamil yang tidak memiliki catatan
rekam medis lengkap yang memuatdata usia ibu, paritas, riwayat abortus, usia
kehamilan, pekerjaan, pendidikan dan pasien yang catatan rekam medisnya tidak
ditemukan di bagian Rekam Medis RS Dr. M. Djamil Padang.

3.2.Implikasi Dari Hasil Penelitian

53
Umur, usia kehamilan, pekerjaan dan pendidikan memengaruhi
terjadinya abortus (p<0,05) dan paritas dan riwayat abortus sebelumnya
tidak memengaruhi terjadinya abortus (p>0,05)

B. KEHAMILAN EKTOPIK

3.1 Ringkasan Hasil Penelitian yang Dipublikasikan

Jurnal ini membahas mengenai kehamilan ektopik yang terjadi pada di Blu
RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO periode 1 Januari 2010 – 31
Desember 2011
Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan dibagian rekam medis di BLU
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada periode 1 Januari 2010-31
Desember 2011, ditemukan total sebanyak 85 kasus yang terdiagnosis Kehamilan
Ektopik. Dengan rincian, pada periode 1 Januari-31 Desember 2010 sebanyak
24 kasus dan pada periode 1 Januari-31 Desember 2011 sebanyak 61 kasus.
Namun, dari 85 kasus tersebut, sampel yang diambil hanya 41 kasus saja karena
data yang tersedia di rekam medis hanya sebanyak 41 kasus.

Hasil penelitian Suparman di RSUP Manado tahun 2001 Kehamilan


Ektopik Terganggu (KET) banyak terjadi umur 25- 29 tahun berjumlah 23 jiwa
(34,33%).

Penelitian di RSUD Arifin Achmad di Pekan Baru selama periode 1


Januari 2003-31 Desember 2005 melaporkan bahwa kehamilan ektopik terganggu
terbanyak terjadi pada penderita paritas satu (35,34%). Selanjutnya, penderita
kehamilan ektopik di RSU Prof. Dr. R.D. Kandou Manado paling banyak terdapat
pada kelompok tanpa riwayat abortus, yaitu sebanyak 32 kasus (78,05%).
Sedangkan angka kejadian kehamilan ektopik dengan riwayat abortus sebanyak
21,95% dan ter- banyak diantaranya adalah kasus dengan riwayat abortus
sebanyak satu kali, yaitu 17,07%. Didapatkan penderita kehamilan ektopik di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado paling banyak terdapat pada kelompok

54
dengan riwayat tidak menggunakan kontrasepsi sebanyak 28 ka- sus 68,30%,
sedangkan riwayat yang meng-gunakan suntikan enam kasus (46,15%) dan
kontrasepsi kondom sebanyak enam kasus (46,15%). Kelompok paling rendah
dengan riwayat menggunakan kontrasepsi pil progesteron sebanyak satu kasus
(7,70%) dan tidak ditemui pada kelompok yang menggunakan kontrasepsi AKDR
dan susuk (0%). Data yang didapatkan tidak sesuai dengan kepustakaan yang
menya- takan bahwa pengguna kontrasepsi dapat meningkatkan terjadinya
kehamilan ekto- pik, khususnya yang menggunakan progesteron karena dapat
mengganggu peristaltik tuba sedangkan pengguna IUD tergantung perilaku
seksual

3.2 .Implikasi Dari Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan dibagian Rekan Medik RSUP. Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado, dapat disimpulkan bahwa selama dua tahun (1 Januari 2010 -
31 Desember 2011) ditemukan kasus kehamilan ektopik sebanyak 41 kasus.
Kasus kehamilan ektopik paling banyak ditemukan pada golongan umur 25-34
tahun, dengan kelompok riwayat tanpa menggunakan kontrasepsi paling banyak
ditemukan.

C. ABRUPSIO PLASENTA

a. Ringkasan hasil penelitian yang dipublikasikan


Jurnal ini membahas mengenai pendarahan yang terjadi pada ibu hamil
pada masa antepartum, intrapartum, dan postpartum. Perdarahan antepartum
merupakan perdarahan dari vagina yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 22
minggu (trimester II dan III) serta saat persalinan sebelum bayi lahir (Admin,
2007). Perdarahan antepartum terjadi pada kira – kira 3% dari semua persalinan,
yang terbagi kira – kira antara plasenta previa, solusio plasenta dan perdarahan

55
yang belum jelas sumbernya (Wiknjosastro, 2002). Perdarahan antepartum bisa
disebabkan oleh plasenta previa (32%), solusio plasenta (30%), vasa previa
(0,1%), inpartu biasa (10%), perdarahan yang tidak diketahui sebabnya (23,9%)
(Yoseph, 2006). Solusio plasenta merupakan perdarahan yang terjadi akibat
lepasnya sebagian atau seluruh plasenta dari tempat melekatnya atau etrjadi
perdarahan dibelakang plasenta (Admin, 2007). Factor – factor yang dapat
meningkatkan kejadian solusio plasenta yaitu ibu hamil dengan hipertensi, paritas
ibu, kehamilan ganda, trauma, usia ibu dan riwayat solusio seblumnya (Admin,
2007). Factor paritas yang dapat mempengaruhi terjadinya solusio plasenta lebih
banyak terjadi pada multipara daripada primipara (Mochtar, 1998). Berdasarkan
survei yang dilakukan terdapat sekitar 19 kasus abrupsio plasenta yang terjadi.
Dari penelitian yang dilakukan penulis didapatkan kesimpulan bahwa kejadian
abrupsio plasenta atau solusio plasenta dipengaruhi oleh umur si Ibu, semakin tua
umur seorang wanita maka akan semakin besar risiko terkena abrupsio plasenta
atau solusio plasenta ini.

b. Implikasi dari hasil penelitian

Sebagian besar karakteristik kejadiansolusio plasenta pada umur sebagian besar


kasus pada umur > 35 tahun sebanyak 10 kasus dari total 19 kasus. Dan
karakteristik lainnya pada paritas kasus terbanyak adalah paritas > 3 sebnayak 14
kasus dari total 19 kasus.

D. PLASENTA PREVIA

3.1 Ringkasan hasil penelitian


Pada kasus ini, dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang berupa
ultrasonografi sehingga dapat disimpulkan penyebab perdarahan pervaginam
berupa plasenta previa totalis dengan janin tunggal hidup presentasi bokong.
Plasenta previa merupakan plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen

56
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus.57
Adapun pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosa placenta previa meliputi: keadaan umum dan tanda vital, inspeksi
genitalia eksternal pemeriksaan inspekulo dan leopold. Pemeriksaan keadaan
umum dan tanda vital dapat dinilai jumlah perdarahan yang terjadi pada pasien.
Pada pasien tampak keadaan vital dalam batas normal. Pada pinspeksi genitalian
eksterna tampak bekuan darah pada sekitar vulva, uretra tampak tenang. Pada
pemeriksaan genitalia eksterna dapatdilihat melalui banyaknya darah yangkeluar
melalui vagina, darah beku, dansebagainya. Apabila dijumpai perdarahanyang
banyak makaibu akan terlihat pucat.
Pemeriksan yang digunakan yaitu : ultrasonografi bertujuan untuk menilai
keadaan janin yaitu berupa pertumbuhan janin yang dinilai dari nilai Biparietal
Diameter (BPD), Head Circumference (HC), Abdominal Circumference (AC),
Fmur Length (FL). Dimana berdasarkan data biometri dapat disimpulkan
pertumbuhan janin intrauterine berupa taksiran berat janin serta perkiraan usia
kehamilan. Selain itu, pemeriksaan ultrasonografi berfungsi untuk menilai apakah
terdapat keadaan patologis intrauterineseperti berkurang/bertambahnya jumlah
cairan amnion diatas normal maupun letak implantasi plasenta yang abnormal.
Pada placenta previa implantasi terjadi pada segmen bawah rahim, dimana dapat
diklasifikasikan menjadi placenta previa totalis, parsialis, marginalis, dan letak
rendah. Dimana, pada pasien didapatkan placenta menutupi seluruh ostium uteri
interna sehingga didiagnosa sebagai plasenta previa totalis.3,4,57
 Penatalaksanaan pada pasien berupa observasi tanda vital, perdarahan,
pemberian tokolitik, pematangan paru, dan terminasi kehamilan. Pemberian
tokolitik berupa nifedipin 10 mg diberikan 3 kali dengan interval 20 menit
dilanjutkan pemberian nifedipine 30 mg per hari. Pemberian nifedipin yang
merupakan golongan penyekat kanal kalsium berfungsi untuk menurunkan
konsentrasi kadar kalsium intra miosit sehingga secara langsung menurunkan
aktivitas miometri yang berkaitan dengan terjadinya kontraksi (his).

57
Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayiyaitu: Selama kehamilan pada
ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum. Selain itu juga dapat
mengakibatkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, munculnya asfiksia,
berat badan lahir rendah, kematian janin intrauterus, dll. Pada kasus ini, bayi lahir
dengan BBL: 1550 gram, PB: 42 cm, LK: 30 cm, LD: 25 cm; LP: 23 cm, LILA: 8
cm dan Apgar Score:7/8. Permasalahan bayi berupa Neonatus Kurang Bulan -
Sesuai Masa Kehamilan dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah dan
Respiratory Distress Syndrome. Hal ini merupakan bentuk komplikasi plasenta
previa pada fetal berkaitan dengan risiko intrauterine Growth restriction dan
Prematuritas.

3.2 Implikasi hasil penelitian


Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada bagian segmen
bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus. Faktor risiko timbulnyaplasenta previa belum
diketahui secara pasti namun dari beberapa penelitian dilaporkanbahwa frekuensi
plasenta previa tertinggi terjadi pada ibu yang berusia lanjut,multipara, riwayat
seksiosesarea dan aborsisebelumnya serta gaya hidup yang jugadapat
mempengaruhi peningkatan resiko terjadi plesenta previa. Plasenta previa dapat
meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin.

BAB IV

PENUTUP

58
4.1.KESIMPULAN

Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan sebuah proses yang normal


tapi adakala kehamilan bisa menjadi sebuah kondisi yang abnormal karna terjadi
masalah-masalah dalam kehamilan seperti,abortus,kehamilan ektopik,plasenta
previa, dan abrusio plasenta.Masalah pada kehamilan dapat berakibat bagi ibu dan
janin bahkan dapat mengilangkan nyawa si ibu maupun calon buah hati.Maka dari
itu sangat penting mengetahui keadaan yang abnormal ini pada masa awal
kehamilan karna dapat mengantisipasi keadaan buruk terjadi.

4.2.SARAN

1.Bagi mahasiswa keperawatan dapat menjadikan makalah ini sebagai acuan atau
referensi terkait masalah dalam kehamilan

2.Bagi Perawat dapat menjadikan makalah ini sebagai bahan bacaan atau sumber
ilmu pengetahuan terhadap asuhan keperawatan dalam masalah kehamilan

3.Bagi mahasiswa kesehatan lainnya dapat menjadikan makalah ini sebagai


referensi terbaru dalam penyelesaian masalah pada kehamilan

DAFTAR PUSTAKA

59
Jensen,lowdermilk.dkk,1996.Buku Ajar Keperawatan
Maternitas.Ed.4.Jakarta:EGC

Reeder,Martin,Griffin koniak,2011.Keperawatan Maternitas.Ed.18.Jakarta:EGC

Mitayani,2009.Asuhan Keperawatan Maternitas.Jakarta:Salemba Medika

Ed.Herman T.H.and Komitsuru.S.2014.Nanda Internasional Nursing


Diagnosis,Definition and clasification 2015-2017
Carpenito,Lynda Juall,2000.Diagnosa Keperawatan.Ed.8.Jakarta:EGC
Moorhead, Sue, dkk. Nursing Outcomes Classification (NOC) pengukuran
outcomes kesehatan. Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor. Jakarta :
CV. Mocomedia. Terjemahan dari : Elsevier Inc.

Bulecheck, Gloria M., dkk. Nursing Interventions Classification (NIC). Intansari


Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor. Jakarta : CV. Mocomedia. Terjemahan
dari : Elsevier Inc.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Pranoko, Azizi H., 2012, REFERAT OBSTETRI DAN GINEKOLOGI SOLUSIO


PLASENTA, dalam : melengkapi tugas ujian kepaniteraan senior bagian Obstetri
dan Ginekologi, semarang.

Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung :


FK UNPAD

Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP

Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta : YBP-SP

Doenges, Marlyn. E . 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed 3. Jakarta : EGC

60
Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid I. Media
Aesculapius FKUI

Sarwono, 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.


jakarta : EGC.

61

Anda mungkin juga menyukai