Anda di halaman 1dari 9

Editorial

Advokasi sebagai Usaha untuk


Membangun Budaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Masyarakat

Endang Basuki,* Hadi S. Topobroto**

*Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas


**Masyarakat Peduli Keselamatan, Kesehatan dan Lingkungan Kerja (MPK2LK)
Society for Occupational Safety, Health and Work Environment (SOSHWE)

Pendahuluan Belum semua instansi/perusahaan memberikan


Tujuan pembangunan adalah mensejahterakan rakyat, perlindungan yang menjamin terlaksananya K3. Kalaupun
termasuk di dalamnya pekerja. Ancaman terhadap ada, tampaknya belum ada usaha yang optimal dalam
menurunnya kesejahteraan terutama yang berkaitan dengan melakukan peningkatan pemahaman pekerja tentang K3
keselamatan dan kesehatan pekerja perlu menjadi perhatian sehingga mereka dapat menerapkan prinsip K3 dalam
berbagai pihak. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan melaksanakan pekerjaannya sehari-hari. Hanya 16,7% petugas
Kerja (K3) merupakan tugas dan tanggungjawab semua sektor, kesehatan mempunyai pengetahuan yang baik tentang
baik sektor kesehatan, industri, pertanian, pertambangan dan kewaspadaan universal, dan tingkat kepatuhan petugas dalam
sebagainya. Penerapan K3 di industri skala kecil-menengah menerapkan kewaspadaan universal pada setiap tindakan
masih jauh dari memuaskan, sementara itu penerapan K3 di hanya sebesar 18,3%.1 Penelitian di pabrik plywood di Jawa
industri skala besar atau di instansi pemerintah masih perlu Barat menunjukkan bahwa 57% supervisor tidak secara rutin
perbaikan. Hal ini ditunjukkan oleh masih tingginya angka mengontrol penggunaan alat pelindung diri oleh pegawainya.
kecelakaan kerja. Delapan orang pekerja setiap hari meninggal Ketersediaan alat pelindung diri juga sering tidak dimonitor
dunia karena kecelakaan kerja dan 36 orang setiap hari dengan baik. Sekitar 86% pekerja merasa belum pernah
mengalami cacat yang disebabkan oleh kecelakaan kerja. mendapat penyuluhan tentang pentingnya menggunakan alat
Penyakit akibat kerja juga merupakan ancaman. Sebagai pelindung diri terhadap bising. Penelitian juga menunjukkan
contoh, penelitian pada 114 petugas kesehatan di 10 bahwa 77,27% pekerja tidak pernah menggunakan alat
puskesmas DKI Jakarta menunjukkan sekitar 84% di pelindung telinga.2 Kenyataan tersebut tentunya sangat jauh
antaranya pernah tertusuk jarum bekas. Ditemukan berbeda dengan jiwa dan tujuan kebijakan serta peraturan
prevalensi HBsAg positif sebesar 12,5% pada kelompok perundangan keselamatan dan kesehatan kerja yang
dokter gigi dan 13,3% pada petugas laboratorium, padahal dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
prevalensi pada petugas kesehatan umumnya sekitar 4%.1 (Depnakertrans) Republik Indonesia.

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 3, Mei 2007 135


Advokasi Sebagai Usaha untuk Membangun Budaya Keselamatan dan Kesehatan

Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja bentuk aktivitas yang dilakukan dapat terencana dan
Dalam Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. terkoordinir serta terlaksana dengan baik.
245/Men/1990 tertanggal 12 Mei 1990, tertulis bahwa 1) Tulisan ini berusaha untuk membahas prinsip advokasi,
Budaya K3 adalah perilaku kinerja, pola asumsi yang cara melaksanakannya serta relevansinya dengan pembu-
mendasari persepsi, pikiran dan perasaan seseorang yang dayaan K3 di Indonesia. Dengan bekal ini diharapkan semua
berkaitan dengan K3; 2) Memberdayakan adalah upaya untuk pemerhati K3 dapat berperan lebih baik sesuai dengan tugas
mengembangkan kemandirian yang dilakukan dengan cara dan tanggungjawabnya masing-masing. Kesadaran mengenai
menumbuhkan kesadaran, kemauan dan kemampuan dalam pentingnya K3 perlu digugah, ditingkatkan dan bahkan
bertindak dan memahami suatu permasalahan, dan 3) dibudayakan, mengingat keselamatan dan kesehatan kerja
Pembudayaan adalah upaya/proses memberdayakan pekerja merupakan bagian dari hak azasi manusia. Sejalan dengan
sehingga mereka mengetahui, memahami, bertindak sesuai makin modernnya paradigma pembangunan, di mana hak azasi
norma dan aturan serta menjadi panutan atau acuan bagi pekerja perlu dihargai dan dihormati secara proporsionmal,
pekerja lainnya.3 maka kebijakan K3 merupakan hal yang sangat penting
Menjadi pengetahuan kita bersama bahwa struktur diwujudkan dalam mendukung dan menyukseskan
masyarakat Indonesia bersifat kompleks. Di samping struktur pembangunan industri dan pembangunan ketenagakerjaan.
etnik yang beragam, juga beberapa variabel lainnya ikut
menjadi penyebab masalah budaya K3, misalnya masalah Prinsip Advokasi
pendidikan pekerja, jenis pekerjaan, teknologi yang dipakai, Advokasi adalah suatu kata yang telah digunakan
gender dan sebagainya. berpuluh-puluh tahun dalam kesehatan dan kedokteran.
Otonomi daerah ternyata juga menjadi penyumbang Manifestasi awal advokasi digambarkan sebagai langkah
masalah budaya. Makin kerasnya kehidupan, serta kehidupan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu lembaga/organisasi
yang individualistik yang menjadi ciri kehidupan di kota besar untuk mewakili konsumen kesehatan dan pelayanan publik
akan makin memperbesar masalah yang mendasari budaya yang kurang beruntung. Beberapa rumah sakit misalnya,
K3. Struktur demikian yang bersifat multikompleks, tentunya mempunyai advokat bagi pasien, yang merupakan cikal bakal
memerlukan perhatian, bila kita ingin menggerakkan pembela hak pasien pada dewasa ini. Sejak 1983, istilah
pembudayaan K3 dalam masyarakat Indonesia dengan advokasi menjadi salah satu istilah dalam kesehatan
harapan memperoleh keberhasilan. masyarakat, dan merupakan salah satu kunci dari Ottawa
Agar pelaksanaan K3 dapat berjalan secara optimal dan Charter of Public Health.4
terarah, Depnakertrans RI telah menetapkan visi K3 secara Advokasi adalah suatu alat untuk melaksanakan suatu
nasional yaitu menjadikan K3 sebagai kebutuhan masyarakat. tindakan (aksi), merupakan ikhtiar politis yang memerlukan
Sebagai kelanjutannya ditetapkan program dan kegiatan yang perencanaan yang cermat untuk dapat mencapai tujuan yang
terintegrasi dengan misi Depnakertrans RI yang diemban diinginkan. Diperlukan langkah-langkah sistematis dengan
melalui strategi nasional di bidang K3 yang meliputi: (1) melibatkan “masyarakat” yang akan diwakili. Penggunaan
Penyempurnaan peraturan perundangan, standar dan tanda kutip pada masyarakat, penulis gunakan karena
pedoman K3, (2) Peningkatan sumber daya manusia K3 baik masyarakat di sini bisa bervariasi tergantung siapa yang
internal maupun eksternal, (3) Pengembangan dan melakukan advokasi. Masyarakat atau suatu komunitas
pemantauan jejaring informasi baik pada tataran nasional tertentu suatu saat bisa berperan sebagai advokat, tetapi di
maupun internasional, (4) Pemberdayaan masyarakat dalam lain waktu bisa juga berperan sebagai saluran advokasi itu
pembinaan dan pengawasan K3, (5) Pembentukan sistem sendiri, dan pada saat lain bisa berperan sebagai kelompok
informasi dengan menggunakan teknologi informasi yang yang diwakili oleh seseorang dalam melakukan suatu
modern, (6) Peningkatan pelayanan kepada masyarakat advokasi.5 Dalam contoh kasus flu burung, seorang petugas
menuju pelayanan prima, dan (7) Penegakan hukum. Dalam peternakan yang menyadari penyakit akibat kerja yang dapat
pelaksanaannya di lapangan, strategi tersebut harus diperolehnya, bisa berperan sebagai advokat dengan mewakili
dimasyarakatkan pada semua tingkatan baik pada tingkat teman-temannya sesama pekerja di peternakan. Di lain pihak
Pemerintah Pusat, propinsi, kabupaten melalui instansi- dia dapat juga berperan sebagai kelompok yang diwakili, bila
instansi yang bertanggungjawab dalam bidang kete- seorang pemerhati K3 berperan sebagai advokat mem-
nagakerjaan.3 perjuangkan nasib pekerja peternakan tersebut. Dalam
Berbagai pihak sebenarnya dapat berperan dalam melakukan advokasi, pemerhati K3 tersebut dapat meng-
pembudayaan K3 yang pada gilirannya nanti dapat gunakan pekerja peternakan sebagai saluran advokasinya
menurunkan angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja. atau mungkin dengan menggunakan media lain.
Sebagai hasil akhir, maka efisiensi perusahaan akan tercapai. Perlu diingat bahwa advokasi merupakan suatu strategi,
Bentuk peranan yang dapat disumbangkan bisa bermacam- bukan merupakan tujuan. Setiap advokasi yang dilakukan
macam, tetapi pada umumnya untuk dapat mencapai hasil harus selalu dipertimbangkan dengan cermat tujuannya serta
yang optimal diperlukan pemahaman tentang advokasi agar kemudian dievaluasi seberapa jauh sumbangannya terhadap

136 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007


Advokasi Sebagai Usaha untuk Membangun Budaya Keselamatan dan Kesehatan

tujuan kesehatan masyarakat yang akan kita atasi perma- dia advisory, press release, surat kepada editor, the op-ed,
salahannya. Berarti setiap langkah advokasi harus diren- editorial dan memberikan wawancara.
canakan secara rinci dan cermat, sampai akhirnya dicapai Media advisory digunakan untuk mengingatkan atau
tujuan yang diinginkan. Dalam merencanakan program memberikan informasi kepada media tentang kegiatan yang
advokasi, pengalaman yang telah dilakukan oleh kelompok akan dilaksanakan oleh kita. Media advisory harus ringkas,
lain dalam bidang yang sama atau yang mirip akan sangat sederhana, mencakup beberapa hal antara lain: Apa, siapa,
berharga. Penelaahan mendalam terhadap berbagai penga- kapan, di mana, dan sponsor bila ada. Selain itu yang paling
laman yang lalu merupakan keharusan dalam menyusun penting harus berisi informasi mengapa kegiatan tersebut
strategi advokasi. Contoh tujuan kesehatan masyarakat yang sangat penting dan perlu diliput oleh media.
dapat diatasi dengan advokasi antara lain: Press release berguna untuk menjelaskan suatu ke-
§ Mengubah “political will” untuk kepentingan kesehatan giatan/isu secara detail.
masyarakat The op-ed merupakan tulisan tentang isu tersebut yang
§ Mengubah “social climate” untuk mendukung kesehatan dibuat oleh seseorang, siapa pun, tentunya yang mempunyai
masyarakat kompetensi untuk menulis isu tersebut. Di media nasional
§ Menerbitkan atau memperbaharui undang-undang atau biasanya ditulis oleh seseorang yang cukup terkenal di
peraturan bidang tersebut.6
§ Pelaksanaan undang-undang yang seolah-olah tertidur
Tujuan advokasi melalui media bisa mencakup beberapa
§ Mengubah alokasi sumberdaya serta pendanaan
hal antara lain:
§ Mengubah pelaksanaan serta prioritas suatu institusi
1. Mengemas sebaik-baiknya definisi isu kesehatan yang
§ Meningkatkan pengawasan pelayanan bagi publik
sedang ditangani, sebagai contoh: mempromosikan
§ Mempercepat modifikasi produk.4 bahwa rokok merupakan suatu bahan yang bisa
Resistensi dari beberapa pihak atau oposisi pasti ada menimbulkan adiksi, bukan merupakan suatu pilihan.
dalam melakukan advokasi. Sebagai contoh pada waktu kasus 2. Mengemas kembali definisi lainnya tentang isu kesehatan
Buyat mencuat ke permukaan, ada dua kubu yang berha- tersebut yang kiranya akan merupakan penghambat pro-
dapan yakni masyarakat Teluk Buyat yang diwakili oleh gram kita
lembaga swadaya masyarakat dan oposisinya yakni PT. 3. Mengenalkan dan menekankan informasi terbaru tentang
Newmont. Dua kubu tersebut saling menyerang dan isu kesehatan tersebut
pertentangan tersebut terlihat dengan jelas baik di media 4. Mengurangi atau menekan jumlah liputan media dari
cetak maupun media audiovisual. Sementara pada beberapa oposisi kita
kasus misalnya pada masalah rokok. atau flu burung 5. Meningkatkan kredibilitas advokat
pertentangan tersebut tidak terlalu signifikan. 6. Menurunkan kredibilitas oposisi kita (misalnya dengan
mengingatkan masyarakat terhadap motif komersial
Saluran Advokasi dibalik riset yang dibiayai oleh industri rokok).6
Semua ide dapat dikomunikasikan melalui berbagai cara
misalnya dengan menulis surat, menelepon, berkunjung, Perencanaan Strategik pada Advokasi Kesehatan Masya-
buletin, demonstrasi, laporan di media baik media cetak atau rakat
elektronik dan sebagainya.6 Badan legislatif/legislator dapat Semua perencana advokasi perlu untuk secara terus-
merupakan saluran apabila tujuan akhir yang diinginkan menerus bertanya kepada dirinya sendiri mengenai tiga hal:
adalah perbaikan situasi yang memerlukan adanya 1. Berbekal dengan masalah kesehatan yang ada, apakah
pemberlakuan undang-undang. Jadi selain dapat berfungsi kebijakan kesehatan masyarakat yang menjadi tujuan
sebagai sasaran, ia juga dapat berperan sebagai saluran saya?
advokasi. Saluran apa yang akan dipakai tentunya 2. Apakah tujuan advokasi media saya?
bergantung pada lingkup masalah, siapa yang melakukan 3. Bagaimana tujuan advokasi media saya akan dapat
advokasi, siapa yang diwakili serta siapa yang akan menjadi memfasilitasi tujuan kebijakan kesehatan masyarakat
sasaran advokasi tersebut. Semakin kuat posisi oposisi, tentu saya?4
dibutuhkan saluran yang bervariasi, yang tentunya
membutuhkan dana yang cukup besar. Sedangkan untuk melakukan perencanaan strategik
Dibandingkan dengan saluran advokasi lainnya, media dengan baik ada sembilan pertanyaan penting yang perlu
merupakan saluran yang sangat efektif dalam advokasi diajukan oleh pembuat perencanaan tersebut.
karena media menjangkau lebih banyak sasaran advokasi, 1. Apakah isu kesehatan yang diangkat tersebut cukup
dan juga orang-orang atau instansi yang bisa menjadi bermakna bagi kesehatan masyarakat? Bagaimanakah
saluran, bahkan masyarakat yang diwakili. Ada beberapa dampak isu kesehatan yang ada terhadap kesehatan
bentuk pemanfaatan media untuk advokasi, antara lain me- masyarakat?

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007 137


Advokasi Sebagai Usaha untuk Membangun Budaya Keselamatan dan Kesehatan

2. Apakah tujuan kesehatan masyarakat anda? Nyatakan 9. Media bites: Reporter menginginkan komentar dari anda
secara sederhana dan langsung apa yang ingin anda mengenai isu tersebut. Kemas sebuah “media bite” (kira-
capai dengan melakukan advokasi sebagai jawaban kira 20 kata atau 15 menit) yang kiranya akan mendukung
terhadap masalah kesehatan tersebut. Bila advokasi anda dan menunjukkan tujuan anda. Bila ada waktu buat
berhasil perbedaan apa yang yang akan anda lihat? beberapa.7
3. Kemudian “kemas” tujuan tersebut menjadi tujuan
komunikasi yang sederhana. Ruang Lingkup Advokasi
4. Apakah kekuatan dan kelemahan posisi oposisi anda? Ruang lingkup advokasi sangat bervariasi. Bisa bersifat
5. Strategi akses dan pengemasan (framing). Inisiatif seperti lokal, nasional bahkan internasional. Kasus yang sebenarnya
apa yang dapat menghasilkan liputan yang maksimal bersifat lokal kadang menjadi kasus nasional karena pada
(framing for access) serta pencapaian tujuan yang opti- kenyataannya pihak oposisi melibatkan instansi yang bersifat
mal (framing for content)? Lakukan curah pendapat nasional. Sebaliknya kasus yang bersifat nasional, dapat
(brainstorming)! Lakukan secara ekstensif, jangan ditarik oleh seorang pemerhati menjadi kasus lokal atau bahkan
berhenti bila telah menemukan satu atau dua strategi, dalam dimensi yang lebih sempit misalnya ke dalam lingkup
belakangan anda dapat membuang ide yang kurang instansi. Pada kasus flu burung, setelah ditemukannya
cocok. Cari contoh yang mungkin dapat direplikasi. beberapa kasus di Indonesia pada 2005 serta ditemukannya
6. Cari strategi advokasi selain media yang kiranya dapat virus H5N1 pada populasi unggas di beberapa negara di
mempunyai sumbangan terhadap tujuan yang anda Eropa, kasus yang tadinya bersifat regional berkembang
inginkan. menjadi kasus internasional. Dampaknya adanya antisipasi
7. Pertimbangkan mungkin ada suara atau pendapat dari alokasi penyediaan dana yang lebih besar dari negara donor
masyarakat yang dapat dipakai dalam debat tersebut yang serta kesiapan tiap-tiap negara dalam mengantisipasi pandemi
tentunya amat penting dalam mengemas kasus anda. flu burung.
8. Riset epidemiologi dan strategi yang kreatif: Apakah ada
fakta, perspektif serta perbandingan yang dapat anda Peran Advokasi dalam Pembudayaan K3
pakai dalam menanggapi oposisi anda? Dari mana kiranya Tujuan utama pembudayaan K3 adalah penurunan angka
anda dapat memperoleh informasi tersebut? kecelakaan serta penyakit akibat kerja. Pembudayaan yang

Tabel 1. Contoh Advokat, Populasi Terwakili, Ruang Lingkup serta Saluran Advokasi yang Digunakan

Advokasi Populasi Terwakili Sasaran Advokasi Ruang Lingkup Saluran Advokasi

Dokter perusahaan Karyawan sakit/berisiko Pimpinan perusahaan Intern perusahaan Face-to face
Menulis surat
Seorang karyawan yang sakit Karyawan sakit/berisiko Pimpinan perusahaan Intern perusahaan Dokter perusahaan
Menulis surat

Dokter perusahaan Karyawan berisiko Karyawan berisiko Intern perusahaan Face to face
(penggunaan alat pelindung diri) Buletin Role-play

Karyawan yang sakit/berisiko Karyawan berisiko di semua Pimpinan semua perusahaan Nasional Legislator
di 1 perusahaan perusahaan yang sejenis sejenis MediaDemonstrasi
LSM
Karyawan berisiko di semua Pimpinan semua perusahaan Nasional Legislator
perusahaan sejenis sejenis Depnakertrans
Depkes, press release,
demonstrasi
TheOp-Ed, media
advisory,

Serikat pekerja Karyawan berisiko Pimpinan perusahaan Nasional Depnakertrans


Depkes, Legislator

Pemerhati K3 Karyawan berisiko Depnakertrans Depkes Nasional Surat kepada editor,


The Op-EdLegislator
dan lain sebagainya

Depnakertrans/Depkes Karyawan berisiko Pimpinan perusahaan Nasional/regional Media advisory, Press


release

138 Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007


Advokasi Sebagai Usaha untuk Membangun Budaya Keselamatan dan Kesehatan

berhasil akan meningkatkan penyediaan alat pelindung diri langkah-langkah advokasi - bahkan seyogianya - pelatihan
yang efektif, eliminasi risiko pajanan yang dapat me- advokasi dapat dilakukan oleh instansi terkait misalnya
ngakibatkan penyakit, serta penerapan peraturan yang Depnakertrans atau Departemen Kesehatan.
berhubungan dengan perlindungan tenaga kerja oleh
perusahaan. Di sisi lain pembudayaan yang berhasil akan Daftar Pustaka
meningkatkan penggunaan alat pelindung diri oleh pekerja 1. Hudoyo KS. Hubungan Kewaspadaan Universal Dengan Status
yang dilaksanakan secara sadar oleh pekerja untuk melin- HBsAg Petugas Kesehatan Puskesmas Kecamatan di Jakarta
dungi dirinya sendiri. Timur. Program Studi Kedokteran Kerja Pasca Sarjana Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta, Indonesia. 2004.
Advokasi jelas sangat diperlukan dalam pembudayaan 2. Lusiana T. Gangguan Pendengaran Akibat Bising Pada Tenaga
K3. Siapa yang melakukan, mewakili siapa, sasarannya siapa, Kerja di Perusahaan Plywood PT.X, Jawa Barat. Program Pasca
serta salurannya apa tentunya akan sangat bergantung pada Sarjana Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kekhususan Hiperkes
besar masalah, ruang lingkup masalah, serta apa tujuan Medis, Universitas Indonesia; Jakarta, Indonesia, 1998.
3. Sub. Departemen Kedokteran Okupasi. Departemen Ilmu
advokasi tersebut. Pada tabel berikut dapat dilihat contoh Kedokteran Komunitas FKUI bekerjasama dengan Panitia Lulusan
advokasi secara umum yang dapat dilakukan oleh berbagai Dokter FKUI 2005. Bahan Pelatihan Dokter Hiperkes Bagi
pihak yang merasa terpanggil membudayakan K3. Dokter Lulusan FKUI, Jakarta 8-19 Agustus 2005.
4. Chapman S. Media Advocacy for Public Health. ASEAN Tobacco
Control Fellowship Program: First Workshop on Advocacy 19-
Penutup 20 Dec 2003, Bangkok, Thailand, 2003.
Untuk membudayakan K3 tampaknya budaya advokasi 5. Indonesia-Australia Specialised Training Project Phase III. Ad-
harus digalakkan, terutama advokasi yang dilakukan oleh vocacy for Health Services Training Manual. Collaboration of
Australian Government and State Secretariat Republic of Indone-
dokter perusahaan, serikat pekerja ataupun oleh pekerja yang sia, Jakarta 2005.
mempunyai risiko untuk mendapat kecelakaan dan penyakit 6. Global Health Advocacy. diunduh dari http://www. global-
akibat kerja. Sudah barang tentu, untuk penerapan K3 peran health.org, 15 October 2005.
serta Pimpinan dan Pemilik perusahaan sangat mendasar. 7. Chapman Simon. Advocacy for Public Health. ASEAN Tobacco
Control Fellowship Program: First Workshop on Advocacy 19-
Pemerhati K3, baik praktisi K3 maupun unsur dari 20 Dec 2003, Bangkok, Thailand, 2003.
perguruan tinggi sangat diharapkan partisipasinya memulai
kegiatan tersebut. Untuk dapat merencanakan strategi
advokasi yang baik dan nantinya diharapkan bisa
RP
mendapatkan hasil yang memuaskan, penyebarluasan

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 5, Mei 2007 139


AR
TI
KE
L
BU
LA
N
IN
I

MAJALAH
KEDOKTERAN INDONESIA
(The Journal of the Indonesian Medical Association)

Yayasan Penerbitan IDI ISSN


Maj Kedokt Indon Vol: 57 Nomor: 6 P. 135-182
Juni 2007 0377 - 1121
Nutritional Status of Adolescent Girls in Rural Coastal Area

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 3, Maret 2007


Nutritional Status of Adolescent Girls in Rural Coastal Area

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 3, Maret 2007


Nutritional Status of Adolescent Girls in Rural Coastal Area

Turut Berduka Cita Atas Meninggalnya


Ayahanda Dr. Yulherina, PKK
Semoga Amal dan Kebaikan Semasa Hidupnya
Diterima oleh Allah SWT, Amiiiin
dan yang Ditinggal Diberikan Ketabahan Amiiiin

Kel. Besar YP IDI

Dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, PhD, SpOk

Maj Kedokt Indon, Volum: 57, Nomor: 1, Januari 2007

Anda mungkin juga menyukai