HAM menurut Prof. Bagir Manan terbagi pada beberpa kategori yaitu: hak sipil, hak
politik, hak ekonomi, hak sosial dan budaya. Hak sipil terdiri dari hak diperlakukan sama
dimuka hukum, hak bebas dari kekerasan, hak khusus bagi kelompok anggota masyarakat
tertentu dan hak hidup dan kehidupan. Hak politik terdiri dari kebebasan berserikat dan
berkumpul, hak kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, dan hak
menyampaikan pendapat dimuka umum. Hak ekonomi terdiri dari hak jaminan sosial,
hak perlindungan kerja, hak perdagangan, dan hak pembangunan berkelanjutan. Hak
sosial budaya terdiri dari hak memperoleh kesehatan, dan hak memperoleh perumahan
dan pemukiman.
Sedangkan Prof. Baharudin Lopa mambagi HAM menjadi beberapa jenis yaitu hak
persamaan dan kebebasan, hak hidup, hak memperoleh perlindungan, hak penghormatan
pribadi, hak menikah dan berkeluarga, hak wanita sederajat dengan pria, hak anak dari
orang tua, hak memperoleh pendidikan, hak kebebasan memilih agama, hak kebebasan
bertindak dan mencari suaka, hak untuk bekerja, hak memperoleh kesempatan yang
sama, hak milik pribadi, hak menikmati hasil atau produk ilmu, hak tahan dan
narapidana.
Dalam Deklarasi Universal tentang HAM (Universan Declaration of Human Rights) atau
yang dikenal dengan istilah DUHAM, hak Asasi Manusia terbagi kedalam beberapa
jenis, yaitu hak personal (hak jaminan kebutuhan pribadi), hak legal (hak jaminan
perlindungan hukum), hak sipil dan politik, hak subtistensi (hak jaminan adanya sumber
daya untuk menunjang kehidupan) serta hak ekonomi, sosial dan budaya.
Hak personal, hak legal, hak sipil dan politik yang terdapat dalam pasal 3 – 21 dalam
DUHAM tersebut memuat:
1. hak untuk hidup, kebebasan dan keamanan pribadi;
2. hak bebas dari perbudakan dan penghambaan;
3. hak bebas dari penyiksaan atau perlakuan maupun hukuman yang kejam, tak
berprikemanusiaan maupun merendahkan derajat kemanusiaan;
4. hak untuk memperoleh pengakuan hukum dimana saja secara pribadi;
5. hak untuk pengakuan hukum secara efektif;
6. hak bebas dari penangkapan, penahanan atau pembuangan yang s ewenag-wenang;
7. hak untuk peradilan yang independen dan tidak memihak;
8. hak untuk praduga tak bersalah sampai terbukti bersalah;
9. hak bebas dari campur tangan yang sewenang-wenang terhadap kekuasaan pribadi,
keluarga, tempat tinggal maupun surat-surat;
10. hak bebas dari serangan terhadap kehorkehormatan dan nama baik;
11. hak atas perlindungan hukum terhadap serangan semacam itu;
12. hak bergerak;
13. hak memperoleh suaka;
14. hak atas suatu kebangsaan;
15. hak untuk menikah dan membentuk keluarga;
16. hak untuk mempunyai hak milik;
17. hak bebas berpikir, dan berkesadaran dan beragama;
18. hak bebas berpikir dan menyatakan pendapat;
19. hak untuk berhimpun dan berserikat;
20. hak untuk mengambil bagian dalam pemerintahan dan hak atas akses yang sama
terhadap pelayanan masyarakat.
Sedangkan hak ekonomi, sosial dan budaya berdasarkan pada pernyataan DUHAM
menyangkut hal-hal sebagai berikut, yaitu:
1. hak atas jaminan sosial;
2. hak untuk bekerja;
3. hak atas upah yang sama untuk pekerjaan yang sama;
4. hak untuk bergabung dalam serikat-serikat buruh;
5. hak atas istirahat dan waktu senggang;
6. hak atas standar hidup yang pantas dibidang kesehatan dan kesejahteraan;
7. hak atas pendidikan;
8. hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan yang berkebudayaan dari masyarakat.
Sementara itu dalam UUD 1945 (amandemen I – IV UUD1945) memuat hak asasi
manusia yang terdiri dari hak :
1. hak kebebasan untuk mengeluarkan pendapat;
2. hak kedudukan yang sama di dalam hukum;
3. hak kebebasan berkumpul;
4. hak kebebasan beragama;
5. hak penghidupan yang layak;
6. hak kebebasan berserikart;
7. hak memperoleh pengajaran atau pendidikan;
Selanjutnya secara operasional beberapa bentuk HAM yang terdapat dalam undang UU
Nomor 39 tahun 1999 tentang HAM sebagai berikut:
1. hak untuk hidup;
2. hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan;
3. hak mengembangkan diri;
4. hak memperoleh keadilan;
5. hak atas kebebasan pribadi;
6. hak atas rasa aman;
7. hak atas kesejahteraan;
8. hak urut turut serta dalam pemerintahan;
9. hak wanita;
10. hak anak.
E. NILAI-NILAI HAM: UNIVERSAL DAN PARTIKULAR.
Perdebatan tentang nilai-nilai HAM apakah universal (artinya nilai-nilai HAM berlaku
umum di semua negara) atau partikular (artinya nilai-nilai ham sangat konstekstual yaitu
mempunyai kekhususan dan tidak berlaku untuk setiap negara karena ada keterikatan
dengan nilai-nilai kultural yang tumbuh dan berkembang pada suatu negara) terus
berlanjut. Berkaitan dengan nilai-nilai HAM, adatiga teori yang dapat dijadikan kerangka
analisis yaitu teori realitas (realistic theory), teori relativisme kultural (cultural
relativision theory) dan teori radikal universalisme (radical universalism).
Teori realitas mendasari pendangannya pada asumsi adanya sifat manusia yang
menekankan self interest dan egoisme dalam bertindak anarkis. Dalam situasi anarkis,
seseorang mementingkan dirinya sendiri, sehingga menimbulkan chaos dan tindakan
tidak manusiawi diantara individu dalam memperjuangkan egoisme dan self interest-nya.
Dengan demikian, dalam situasi anarkis prinsip universalitas moral yang dimiliki setiap
individu tidak dapat berlaku dan berfungsi. Untukmengatasi situasi demikian negara
harus mengambil tindakan berdasarkan power dan security yang dimiliki dalam rangka
menjaga kepentingan nasional dan keharmonisan sosial dibenarkan. Tindakan yang
dilakukan negara yang seperti diatas tidak termasuk dalam kategori tindakan pelanggaran
HAM oleh negara.
Sementara itu teori relativitas kultural berpandangan bahwa nilai-nilai moral dan budaya
bersifat partikular (khusus). Halini berarti bahwa nilai-nlai moral HAM bersifat lokaldan
spesifik, sehingga berlaku khusus pada suatu negara.dalamkaitanya dengan penegakan
HAM, menurut teori ini ada tiga modelpenerapan HAM yaitu:
1. penerapan HAM yang lebih menekankan pada haksipil, hak politik, dan hak
kepemilikan pribadi;
2. penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak ekonomi dan sosial;
3. Penerapan HAM yang lebih menekankan pada hak penentuan nasib sendiri (self
administration) dan pembangunan ekonomi.
Model pertama banyak dilakukan oleh negara-negara yang tergolong dunia maju, model
kedua banyak diterapkan di dunia berkembang untuk model ketiga banyak dite rapkan di
dunia terbelakang. Selanjutnya, teori radikal universalitas berpandangan bahwa semua
nilai termasuk nilai-nilai HAM adalah be rsifat universal dan tidak sejarah suatu negara.
Kelompok radikal universal menganggap bahwa ada satu paket pemahaman mengenai
HAM bahwa nilai-nilai HAM berlaku sama di semua tempat dan disembarang waktu
serta dapat diterapkan pada masyarakat yang mempunyai latar belakang budaya dan
sejarah yang berbeda. Dengan demikian pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai
HAM berlakuk sama dan universal bagi semua negara dan bangsa.
Dalam kaitan dengan ketiga teori tentang nilai-nilai HAM itu ada dua arus pemikiran atau
pandangan yang saling tarik menarik dalam melihat relativitas nilai-nilai HAM yaitu
strong relativist dan weak relativist. Strong relativist beranggapan bahwa nilai HAM dan
nilai-nilai HAM lokal (partikular) dan nilai-nilai HAM yang universal. Sementara Weak
relativist memberi penekanan bahwa nilai-nilai HAM bersifat universal dan sulit untuk
dimodifikasi berdasarkan pertimbangan budaya tertentu. Berdasarkan pandangan ini
nampak tidak adanya pengakuan terhadap nilai-nilai HAM lokal melainkan hanya
mengakui adanya nilai-nilai HAM universal.
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah dan setiap orang, demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia (Pasal 1 angka 1 UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM).
NILAI UNIVERSAL DAN PARTIKULAR HAM
Wacana apakah HAM itu bersifat universal (berlaku untuk di semua negara) atau partikular (nilai
HAM sangat kontekstual pada suatu negara) terus berlanjut. Dalam hal ini memunculkan tiga
teori analisis, yaitu teori realitas (realistic theory), berpandangan adanya sifat manusia yang
condong pada dirinya sendiri serta bertindak anarkis, hak didasarkan pada pemenuhan haknya
sendiri secara berlebihan. Teori relativisme (cultural relativisme theory), nilai moral dan budaya
itu bersifat partikular atau khusus. Teori radikal universalisme (radical universalism),
berpandangan bahwa semua nilai-nilai HAM adalah bersifat universalitas.
HAM DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Banyak gagasan besar berkenaan dengan demokrasi dan HAM yang selaras dengan pemikiran
islam, kaidah hukum, prinsip dasar kepemimpinan demokratis, yurisprudensi islam (fiqih) sangat
sentral. Ini adalah konsep yang berakar pada Al-quran, yang berpijak pada ajaran tauhid yang
mengandung ide persamaan dan persaudaraan manusia. Ajaran Islam menempatkan manusia
sebagai makhluk terhormat dan mulia, sehingga perlindungan dan penghormatan terhadap
manusia merupakan sebuah tuntutan.
Menurut Maududi, HAM adalah hak kodrati yang dianugrahkan Allah kepada setiap manusia
dan tidak dapat dicabut atau dikurangi oleh kekuasaan atau badan apapun. Hak-hak yang
diberikan Allah itu bersifat permanen, kekal dan abadi, tidak boleh diubah atau dimodifikasi.
Sejarah keberpihakan islam terhadap HAM sudah ada sejak Deklarasi Madinah yang sangat
menonjolkan prinsip kemanusiaan dan toleransi yang kemudian dilanjutkan dengan Deklarasi
Kairo. Selanjutnya dilihat dari tingkatannya, ada tiga bentuk HAM dalam islam, hak daruri
(premier), hak hajjy (sekonder) dan hak tahsiny (tersier).
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi Manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak mendapatkan atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM).
Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak Asasi
Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM
meliputi :
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan.
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis, kelompok agama, dengan cara :
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan
secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
1. Pembunuhan;
2. Pemusnahan;
3. Perbudakan;
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional;
6. Penyiksaan;
7. Perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan
atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang setara;
8. Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan lain yang telah
diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional;
9. Penghilangan orang secara paksa; atau
10. Kejahatan apartheid.
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga menimbulkan rasa
sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani, pada seseoarang untuk
memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang dari orang ketiga, dengan
menghukumnya atau suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh
seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau
untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan
siapapun dan atau pejabat publik (Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh siapapun yang
menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Hak Pembangunan
Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan dengan
berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang penghapusan
segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak anak dan berbagai
instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia. Materi Undang-undang
ini disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan hukum nasional yang
berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI Nomor XVII/MPR/1998.
Hak-hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia terdiri dari :
1. Hak untuk hidup. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, meningkatkan
taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Setiap orang berhak untuk membentuk kelaurga
dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah atas kehendak yang bebas.
3. Hak mengembangkan diri. Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan
dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya.
4. Hak memperoleh keadilan. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh
keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara pidana,
perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan tidak
memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan secara obyektif oleh Hakim
yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan adil dan benar.
5. Hak atas kebebasan pribadi. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan
politik, mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk agama masing-masing, tidak boleh
diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan
bertempat tinggaldi wilayah Republik Indonesia.
6. Hak atas rasa aman. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap ancaman ketakutan
untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
7. Hak atas kesejahteraan. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun bersama-
sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat dengan cara tidak
melanggar hukum serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan, berhak atas pekerjaan,
kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi melindungi dan
memperjuangkan kehidupannya.
8. Hak turut serta dalam pemerintahan. Setiap warga negara berhak turut serta dalam
pemerintahan dengan langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan dapat
diangkat kembali dalam setiap jabatan pemerintahan.
9. Hak wanita. Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan, profesi
dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. Disamping itu
berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya terhadap
hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya.
10. Hak anak. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, kelaurga, masyarakat dan
negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri dan tidak
dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
Dibandingkan dengan UUDS 1950, ketentuan HAM di dalam UUD 1945 relatif sedikit, hanya 7
(tujuh) pasal saja masing-masing pasal 27, 28, 29, 30, 31, 31 dan 34, sedangkan di dalam UUDS
1950 didapati cukup lengkap pasal-pasal HAM, yaitu sejumlah 35 pasal, yakni dari pasal 2
sampai dengan pasal 42. Jumlah pasal di dalam UUDS 1950 hampir sama dengan yang
tercantum di dalam Universal Declaration of Human Rights.
Meskipun di dalam UUD 1945 tidak banyak dicantumkan pasal-pasal tentang HAM, namun
kekuarangan-kekurangan tersebut telah dipenuhi dengan lahirnya sejumlah Undang-undang
antara lain UU No. 14 Tahun 1970 dan UU No. 8 Tahun 1981 yang banyak mencantumkan
ketentuan tentang HAM. UU No. 14 Tahun 1970 memuat 8 pasal tentang HAM, sedangkan UU
No. 8 Tahun 1981 memuat 40 pasal. Lagipula di dalam Pembukaan UUD 45 didapati suatu
pernyataan yang mencerminkan tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan HAM yang
berbunyi, “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan”.
Timbul pertanyaan bagaimana dapat menegakkan HAM kalau di dalam konstitusinya tidak
diatur secara lengkap ? Memang di dalam UUD 1945 ketentuan-ketentuan yang mengatur
tentang HAM relatif terbatas tetapi hal ini tidak akan menghambat penegakan HAM karena
sudah diperlengkapi dengan Undang-undang lain, seperti UU Pokok Kekuasaan Kehakiman, UU
Hukum Acara Pidana (KUHAP), UU Hak Asasi Manusia, UU Pengadilan HAM dan peraturan
perundangan lainnya.
Sekalipun demikian, telah diusulkan juga untuk membuka kesempatan memasukkan pasal-pasal
HAM ke dalam Konstitusi UUD 1945 melalui amandemen. Upaya amandemen terhadap UUD
1945 ini telah melalui 2 tahapan usulan. Usulan draft amandemen Undang-undang Dasar 1945
yang kedua tanggal 18 Agustus 2000 telah menambahkan satu bab khusus yaitu Bab X-A tentang
Hak Asasi Manusia mulai pasal 28 A sampai dengan 28 J. Sebagian besar isi perubahan tersebut
mengatur mengani hak-hak sipil dan politik, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Adapun Hak
Asasi Manusia yang ditetapkan dalam Bab X A Undang-undang Dasar 1945 adalah sebagai
berikut :
KEWAJIBAN
a. APARAT
1) POLRI
Sesuai dengan peran Polri dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, memberikan perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat, maka dalam melaksanakan
tugasnya tersebut Polri wajib dan bertanggung jawab melindungi, menegakkan dan memajukan
Hak Asasi Manusia (HAM). yakni:
a) Dalam rangka perlindungan dan pelayanan masyarakat, antara lain:
(1) Melayani laporan dan pengaduan terjadinya pelanggaran hukum termasuk pelanggaran
HAM.
(2) Memberikan perlindungan terhadap tempat-tempat yang telah dan diperkirakan dapat
menjadi sasaran pelanggaran HAM
b) Dalam rangka pembimbingan masyarakat, antara lain :
(1) Memberikan informasi kepada masyarakat dalam meningkatkan kesadaran hukum dan
pemahaman HAM.
(2) Mengarahkan dan mendayagunakan masyarakat agar menghormati hukum dan ketentuan
HAM.
(3) Membimbing, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan unsur Satpam, Polsus dan unsur
potensi masyarakat lainnya untuk membantu Polri dalam penegakkan HAM.
c) Dalam kehidupan sehari-hari, antara lain :
(1) Melarang anggota masyarakat untuk tidak main hakim sendiri dalam menghadapi
pelanggaran HAM atau kejahatan yang terjadi di lingkungan masyarakat setempat.
(2) Memberi contoh/tauladan yang baik dalam kehidupan bermasyarakat seharhhari dengan
berperilaku yang baik dan sopan misalnya dalam menjalankan kendaraan bermotor dijalan umum
atau jalan raya dengan tidak mentang-mentang bahwa ia aparat kepolisian.
(3) Cepat tanggap dan membantu kesulitan yang terjadi di lingkungannya.
2) TNI Pada setiap bentuk pelibatan TNI, maka prajurit TNI wajib :
a) Menghormati Deklarasi Universal PBB tentang HAM.
b) Menghormati integritas individu dan martabat manusia dengan:
(1) Memberikan kesempatan pada masyarakat untuk melaksanakan hak-hak asasinya.
(2) Memberikan perlindungan terhadap masyarakat yang tidak mampu melindungi dirinya.
(3) Bersikap ramah tamah kepada masyarakat.
c) Melindungi nyawa, badan dan harta benda rakyat antara lain karena:
(1) Adanya ancaman, serangan terhadap kehormatan, jiwa dan harta benda sendiri maupun orang
lain.
(2) Terjadinya pembunuhan dan penganiayaan terhadap seseorang atau kelompok.
(3) Terjadinya pencurian, penjarahan, perampokan, pengrusakan dan pembakaran terhadap
bangunan dan harta benda rakyat.
d) Melakukan tindakan pembelaan diri.
Karena adanya serangan atau ancaman terhadap diri sendiri maupun orang lain, terhadap
kehormatan kesulitan atau harta benda sendiri maupun orang lain.
e) Dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
1) Memberi pertolongan baik di llingkungan tugasnya maupun di tempat-tempat lain bila ada
orang/anggota masyarakat yang memerlukan pertolongan.
2) Sopan berkendaraan di jalan raya/umum, dengan mengikuti peraturan/rambu-rambu lalulintas
yang berlaku.
3) Dalam menggunakan fasilitas Rumah Tangga di-usahakan tidak mengganggu lingkungan
disekitarnya.
4) Ikut berpartisipasi dalam menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan masyarakat dimana
ia bertempat tinggal.
b. Masyarakat.
Masyarakat dalam hal ini meliputi setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi
masyarakat. lembaga swadaya masyarakat atau lembaga kemasyarakatan lainnya, mempunyai
kewajiban dalam rangka perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM.
Dalam hubungan ini implementasinya dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1) Menahan diri apabila terjadi pertengkaran diantara sesama rekan atau tetangga dan berupaya
menyelesaikan pertengkaran tersebut dengan baik dan terhormat, serta jangan ikut-ikutan main
hakim sendiri.
2) Melakukan kegiatan rumah tangga dengan tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban
tetangganya.
3) Mentaati tata tertib lingkungan hidup sehari-hari di lingkungan masyarakat masing-masing.
4) Menghindari pertengkaran/adu fisik karena masing-masing merasa dirinya benar.
5) Jangan mengembangkan perselisihan antar anak menjadi perselisihan antar orang tua.
LARANGAN
Ketentuan-ketentuan dalam UU tentang HAM, tidak satupun boleh diartikan bahwa pemerintah,
partai, golongan atau pihak manapun dibenarkan mengurangi, merusak atau menghapuskan
HAM atau kebebasan dasar sebagaimana diatur dalam UU. siapapun tidak dibenarkan
mengambil keuntungan dan atau mendatangkan kerugian pihak lain dalam mengartikan
ketentuan dalam UU HAM yang mengakibatkan berkurangnya dan atau hapusnya HAM yang
dijamin dalam UU.
SUMBER BACAAN :
– fauzibowo.com
– dephan.go.id
– One.indoskripsi.com