Anda di halaman 1dari 79

LaporanPemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat

HUBUNGAN STATUS MEROKOK DI DALAM RUMAH DENGAN KEJADIAN


PENYAKIT NASOFARINGITIS AKUT DI DUSUN PENCENGAN, DESA
KEDUNDANG, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULONPROGO.

Proposal Pemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat ini diajukan dalam rangka pembelajaran
modul Community Health Problem Solving, sekaligus sebagai bagian dari persyaratan
penyelesaian koasistensi Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat

Diajukan Kepada:
1. dr. Jarir At Thobari, MD, PhD, (Dosen Pembimbing Fakultas)
2. dr. Yohannes Trishartanta (Dosen Pembimbing Lapangan)

Disusun oleh:
1. Arinda Restya Rini
2. Gusti Nugroho
3. Liong Kar Woon Benita
4. Mohd Fahmi Bin Mohd Kamran

KULIAH KERJA KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JUNI 2011-JULI 2011

Halaman Pengesahan

Laporan Pemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat

JUDUL : HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DI DALAM RUMAH DENGAN


ANGKA KEJADIAN PENYAKIT NASOFARINGITIS AKUT WARGA
MASYARAKAT DUSUN PENCENGAN, DESA KEDUNDANG, KECAMATAN
TEMON, KABUPATEN KULONPROGO PROVINSI DIY

Laporan Pemecahan Masalah Kesehatan Masyarakat ini diajukan dalam rangka pembelajaran
modul social medicine, sekaligus sebagai bagian dari persyaratan menyelesaikan koasistensi
Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M) di Fakultas Kedokteran UGM

Disusun Oleh:
1. Arinda Restya Rini
2. Gusti Nugroho
3. Liong Kar Woon Benita
4. Mohd Fahmi Bin Mohd Kamran

Telahdiperiksa dan disetujui

Dosen Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan

dr. Jarir At Thobari MD, Phd. dr. Yohannes Trishartanta.


NIP : 132314552 NIP: 19600225198711100
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena berkat rahmat dan hidayahnya,
maka kami dapat menyelesaikan laporan penelitian dan kegiatan Pembelajaran Kerja
Kesehatan Masyarakat ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan koasisten di
bagian Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M) Universitas Gadjah Mada. Kegiatan K3M
ini dilaksanakan di puskesmasTemon 1, Kecamatan Temon Kabupaten KulonProgo, Jawa
Tengah. Rangkaian kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan lancar antara lain tak lepas
dari dukungan dan masukan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. dr. Ali Gufron Mukti M.Sc, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
gadjah Mada
2. dr. YohannesTrishartanta selaku Kepala Puskesmas Temon 1 dan Dosen Pembimbing
lapangan yang telah memberi kesempatan kami menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan
motivasi.
3. dr. JarirAtThobari, MD, Phd, selaku Dosen Pembimbing Fakultas dan drs. Qomarudin,
M.Kes. selaku koordinator lapangan yang telah memberikan ilmu, bimbingan, dan arahan.
4. dr. FitriNurkhamidah, selaku Clinical Supervisor yang telah memberi kami kesempatan
untuk melakukan praktek klinis keluarga dan telah membimbing kami dalam pelaksanaan
Balai Pengobatan sebagai kegiatan sehari-hari di puskesmas.
5. Segenap tenaga medis, paramedis, dan nonparamedis Puskesmas Temon 1 yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan K3M di
PuskesmasTemon 1.
6. Bapak Suyatno beserta keluarga yang telah menerima kami dengan baik.
7. Bapak KepalaDesaKedundang, atas izin dan dukungan yang diberikan.
8. Bapak Kepala DusunPencengan, DesaKedundang yang telah memberikan informasi dan
saran untuk penelitian ini.
9. Pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
penelitian ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penyusun selalu menerima kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan laporan
ini. Penyusun berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi segenap
masyarakat, khususnya bagi seluruh warga Desa Kedundang, DusunPencengan, dan
umumnya bagi seluruh Desa yang ada di Kecamatan Temon Kabupaten KulonProgo serta
dapat digunakan untuk perkembangan ilmu baik bagi kami sendiri maupun bagi Kuliah Kerja
Kesehatan Masyarakat FK UGM. Kami berharap semogakerjasama ini tidak hanya berhenti
sampai di sini dan laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkaitan.
Temon, Juli 2011

Penyusun
Kelompok K3M PuskesmasTemon
DAFTAR ISI

HalamanMuka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...i

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..ii

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ….iii

Bab I IdentifikasiMasalahKesehatanPrioritas di Level Komunitas . . . . .. . . . …….1

I.1 GambaranPuskesmasTemon 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . ...1

I.2 ProfilPedukuhan V DesaKedundang . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………….. …6

I.3 DaftarMasalahKesehatan di Komunita……………………………………..10

I.4 DaftarMasalahKesehatanPrioritas ………………………………………...12

Bab II IdentifikasiFaktorResiko . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………15

II.1 LatarBelakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ….15

II.2 RumusanMasalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …..20

II.3 TujuanPenelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ….20

II.4 ManfaatPenelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……...21

II.5 KajianLiteratur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ……..21

II.5.2 SistemPernafasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22

II.5.3 Bagian-bagiandalamSistemPernafasan . . . .. . . . . . . . . ……………..23

II.5.4 MekanismePertahananSistemPennafasan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23

II.5.4 AnatomiParu . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …….23

II.5.6FungsiSistemPernafasan……………………………………………...24

II.5.7 MekanismeKerjaSistemPernafasan …………………………………24

II.5.8 Sebab-sebabUtamaPenyakitPernafasan ……………………………..24

II.5.9 Tanda-tandadanGejalaGangguanPernafasan ……………………….25

II.5.10 Faktor-faktor yang menyebabkanTimbulnyaGangguanParu ……....26

II.5.11 DampakAsapRokokterhadapSistemPernafasan …………………..28

II.6 LandasanTeori……………………………………………………………...30

4
II.7 KerangkaTeori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ….31

II.8 KerangkaKonseptual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ....32

II.9 Metodologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..32

II.9.1 RancanganPenelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .32

II.9.2 SubjekPenelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..33

II.10 TempatdanWaktu……………………………………………… . . . . . ...33

II.11 PopulasidanSampelPenelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..33

II.12 DefinisiOperasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………...34

II.13 AlatUkurPenelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . …....34

II.14 Analisis Data ……………………………………………………………...35

II.15 EtikaPenelitian …………………………………………………………...35

II.16 JalannyaPenelitian……………………………………………………….36

II.17 JadwalPenelitian ………………………………………………………....37

II.18 HasilPenelitian…………………………..………………………………..39

II.19 Pembahasan ………………………………………………………………59

II.20 Kesimpulandan Saran …………………………………………………....63

Bab III TindakanPemecahanMasalahKesehatan …………………………………..64

III.1 Rencanadan Program Kerja ………………………………………………64

III.2 PelaksanaandanPemantauan………………………………………………69

Bab IV EvaluasidanRekomendasi…………………………………………………..72

DaftarPustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ………74

5
BAB 1

IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN PRIORITAS DI KOMUNITAS

Untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam pelayanan kesehatan masyarakat,


fakultas kedokteran UGM mengadakan kegiatan Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M).
K3M mengintegrasikan pembelajaran akademik dengan penelitian dan pengabdian. Lokasi
K3M periode ini adalah di wilayah kerja Puskesmas Temon 1, Kecamatan Temon, Kabupaten
KulonProgo, DIY. Kegiatan ini dilakukan selama 6 minggu dari tanggal 27 Juni 2011 hingga
4 Agustus 2011.

A. Gambaran Puskesmas Temon I.


1. Latar Belakang.
Puskesmas Temon I merupakan salah satu dari 20 puskesmas yang ada di kabupaten
Kulon Progo, merupakan Puskesmas yang berada di perbatasan dengan kabupaten Purworejo.
Dengan luas wilayah kira-kira 1, 367 km2, yang mencakup 15 desa yang terdiri dari 50
Dusun. Jumlah penduduk tahun 2010 adalah 32705 jiwa. Sebagian besar penduduknya
bekerja sebagai petani (22,3%), wiraswasta (17%), mahasiswa/pelajar (16,3%). Sedangkan
pendidikan penduduknya sebagian besar adalah SLTA/sederajat (34%), tamat SD/sederajat
(20,7%), SLTP/sederajat (15,5%).

Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan masyarakat, Puskesmas berfungsi


sebagai pusat pelayanan kesehatan , pengembangan peranserta masyarakat dan pusat
pembinaan masyarakat di wilayah kerja.

2. Gambaran Umum Wilayah Puskesmas Temon I.


a. Geografi
Puskesmas Temon I merupakan salah satu dari Puskesmas yang ada di Kabupaten
Kulon Progo, merupakan Puskesmas perawatan dengan batas wilayah :

Sebelah Utara :Kelurahan Hargorejo, Kecamatan Kokap.

Sebelah Selatan:Kelurahan Karangwuni, Kecamatan Wates.

Sebelah Barat :Kelurahan Kebonrejo, Kecamatan Temon.

Sebelah Timur :Kelurahan Tawangsari,Kecamatan Pengasih.

1
Wilayah Puskesmas termaksuk wilayah dataran rendah datar. Tidak terdapat gunung,
bukit, atau rawa-rawa. Sebagai wilayah kerja berada di aliran sungai Progo dan di pesisiran
Laut Selatan sehingga sangat berpengaruh pada kasus-kasus yang disebabkan oleh air,
misalnya : diarrhea, cacingan, penyakit kulit, penyakit mata, dan kasus-kasus yang
berhubungan dengan penyakit tersebut misalnya : defisiensi gizi, anemia, KEP, defisiensi
vitamin dan pruritus.

Puskesmas Temon I memiliki 15 wilayah kerja yaitu :

1. Desa Jangkaran.
2. Desa Sindutan.
3. Desa Palihan.
4. Desa Glagah.
5. Desa Kalidengen.
6. Desa Plumbon.
7. Desa Kedundang.
8. Desa Demen.
9. Desa Kulur.
10. Desa Kaligintung.
11. Desa Temon Wetan.
12. Desa Temon Kulon.
13. Desa Kebon Rejo.
14. Desa Janten.
15. Desa Karang Wuluh.
Selain itu, puskesmas Temon I memiliki 3 Puskesmas pembantu, terdiri dari :

1. Puskesmas Pembantu Kulur.


2. Puskesmas Pembantu Plumbon.
3. Puskesmas Pembantu Kedundang.

b. Topografi.
1. Letak Ketinggian : 5-10meter diatas permukaan laut.
2. Iklim : Penghujan dan kemarau.
3. Suhu : 23-34o Celcius.

2
c. Demografi.
Puskesmas Temon I mempunyai 15 Desa binaan yaitu Jangkaran, Sindutan, Plaihan, Glagah,
Kalidengen, Plumbon, Kedundang, Demen, Kulur, Kaligintung, Temon Wetan, Temon
Kulon, Kebon Rejo, Janten, dan karang Wuluh. Serta terdiri dari 50 Dusun dan 220 Rukun
Tetangga. Jumlah penduduk 32705 jiwa terdiri dari 15.979 jiwa laki-laki dan 16.726 jiwa
perempuan dengan 4384 kepala keluarga.

Tabel 1.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas
Temon tahun 2011.

Jenis Kelamin Jumlah Jiwa Prosentase (%)


Laki-laki 15.979 48,9
Perempuan 16.726 51,1
Total 32.705 100
sumber: data monografi pendataan keluarga Kecamatan Temon tahun 2011.

Gambar 1.1 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Temon
tahun 2011.

16800

16600

16400

16200 Jumlah Jiwa

16000

15800

15600
Laki-Laki Perempuan

Dari tabel dan gambar 1.1 dihalaman sebelumnya dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di
Wilayah Kerja Puskesmas Temon tahun 2011, wanita sebanyak 16.726 (51,1%), lebih banyak
daripada penduduk laki-laki yang hanya 15.979 (48,9%).

3
d. Sarana dan Prasarana Kesehatan.
Tabel 1.1 Jumlah Sarana Kesehatan di Puskesmas Temon I 2007

No Jenis Sarana Jumlah Keterangan


1 Puskesmas Induk dengan TT 1
2 Puskesmas Pembantu 3
3 Bidan Praktek Swasta 3
4 Klinik Bersalin 1
5 Posyandu 50
6 Mobil Pusling 3
7 Mobil Jenazah 1
8 Kendaraan Roda Dua 6
9 Komputer 4
10 Alat Rontgen 1 Paket
11 USG 1 Paket
12 EKG 1 Buah
Sumber: data sekunder dari puskesmas temon I 2007

4
e. Sumber Daya Manusia.
Sumber daya manusia di Puskesmas Temon I seluruhnya ada 62 orang dan dapat
dilihat dalam tabel berikut.

No Nama Jabatan Jumlah Keterangan


1 Dokter Umum 4 Kurang 1
2 Dokter Gigi 2
3 Analisis Lab 2
4 Asisten Apoteker 2
5 Perawat 11
6 Perawat Gigi 2
7 Bidan 3
8 Bidan di desa 5
9 Nutrisionis 1 Di UKM
10 Penata Ruang 2
11 Sanitarian 2
12 PKM 1 1 pensiun
13 TU 9
14 Sopir 1 Pendaftaran 2
15 Pembantu Perawat 7
16 Jaga Malam 2
17 Tenaga Pembersih 2
18 Juru Masak 2
19 JMD 3

Sumber : data sekunder dari Puskesmas Temon I 2007

5
B. Profil Pedukuhan V Desa Kedundang.

1. Kondisi Pedukuhan V Desa Kedundang

Kedundang merupakan daerah yan terdiri dari dataran rendah dan perbukitan dengan
luas area kurang lebih 1.332.600km2. dan terdiri dari 6 pedukuhan ( I, II, III, IV, V, VI).
Kepadatan penduduk sekitar 480/km2. Dengan batas-batas wilayah yaitu:

Sebelah Utara : Pedukuhan Nagung.

Sebelah Barat : Pedukuhan Pandohan.

Sebelah Timur : Desa Tawang Sari.

Sebelah Selatan : Desa Plumbon

2. Kependudukan
Jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah 491 jiwa dengan komposisi laki-laki sekitar
250 jiwa dan perempuan sekitar 241 jiwa. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian
sebagai petani.

Tabel 1.3 Distribusi Penduduk di Wilayah Pedukuhan Pencengan Menurut Jenis


Kelamin.

Jumlah
No Jenis Kelamin
Total %
1 Laki-Laki 250 50,9
2 Perempuan 241 49,1
Jumlah 491 100

Sumber : Potensi penduduk Pendukuhan.

6
Gambar 1.3 Distribusi Penduduk di Wilayah Pedukuhan Pencengan Menurut Jenis Kelamin.

Jumlah Jiwa

Laki-Laki
Perempuan

Sumber : Potensi penduduk Pendukuhan.

Dari tabel dan gambar 1.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di Wilayah
Pedukuhan Pencengan tahun 2010, laki-laki sebanyak 250 (50,9%), lebih banyak daripada
penduduk perempuan yang hanya 241 (49,1%).

Tabel 1. 4 Sumber daya Manusia di Dukuh Pencengan 2010

No Nama Jabatan Jumlah


1 Petani 351
2 Buruh 117
3 PNS 5
4 Penrangkat desa 4
5 TNI 3
6 Guru 5
7 Bidan 1
8 Pensiunan 5
Sumber : potensi penduduk pendukuhan 2010

7
Gambar 1.4 Sumber daya Manusia di Dukuh Pencengan 2010

Jumlah

Petani (71,5%)
Buruh (23,8%)
PNS (1,02%)
Perangkat Desa (0,8%)
TNI (0,6%)
Guru (1,02%)
Bidan (0,2%)
Pensiunan (1,02%)

Sumber : potensi penduduk pendukuhan 2010

Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk
pedukuhan Pencengan adalah berkerja sebagai petani (71,5%) disusul buruh (23%) dan
Pegawai Negri Sipil (1,02%).

Tabel 1. 5 Distribusi Penduduk di Desa Kedundang Pedukuhan Pencengan Berdasarkan Usia


pada Tahun 2010

No Usia (tahun) Jumlah


Laki-laki Perempuan %
1 0–5 18 17 7,1
2 5 – 12 22 24 9,3
3 12 – 20 21 29 10
4 20 – 60 142 132 55,8
5 >60 31 39 14,2
Sumber : potensi penduduk pendukuhan 2010

8
Gambar 1. 5 Distribusi Penduduk di Desa Kedundang Pedukuhan Pencengan Berdasarkan
Usia pada Tahun 2010

Usia (tahun)
160

140

120

100
Laki-laki
80
Perempuan
60

40

20

0
0 - 5 thn 5 - 12 thn 12 - 20 thn 20 - 60 thn >60 thn

Sumber : potensi penduduk pendukuhan 2010

Berdasarkan tabel dan gambar diatas tentang jumlah penduduk Pedukuhan Pencengan
berdasarkan usia, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah pada usia sekitar
20 – 60 tahunan. Dan paling sedikit adalah pada usia sekitar 0 – 5 tahunan.

9
C. Daftar Masalah Kesehatan di Komunitas
Berdasarkan data Sekunder yang diperoleh dari Puskesmas Temon I, diperoleh 10
besar masalah kesehatan di wilayah Kerja Puskesmas Temon I sebagai Berikut.

Tabel 1.2 Daftar Masalah Kesehatan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Temon
1 Tahun 2011

No ICD X Diagnosa Terbanyak Total

1 J00 NSF akut 6560

2 M13 Artritis 3869

3 R51 Headache 2421

4 I10 Hipertensi 1812

5 K29 Dyspepsia 1795

6 R50 Demam (FUO) 1599

7 K05 Penyakit periodontal 1132

8 E11 DM type 2 482

9 Z34 Kontrol Bersalin 321

10 R53 Malaise & fatigue 165

Sumber : data sekunder dari puskesmas Temon I 2010

10
Gambar 1.2 Daftar Masalah Kesehatan Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Temon 1
Tahun 2011

10 besar masalah kesehatan masyarakat


wilayah kerja Puskesmas Temon I tahun 2010
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
NSF akut

Kontrol Bersalin
Headache

Hipertensi

Demam (FUO)
Dyspepsia

DM type 2

Malaise & fatigue


Penyakit periodontal
Artritis

Total

J00 M13 R51 I10 K29 R50 K05 E11 Z34 R53
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Dari tabel dan gambar 1.2 dapat dilihat bahwa masalah penyakit nasofaringitis
merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Temon I, kemudian disusul artritis dan headache pada ke-2 dan ke-3. Masalah
malaise dan fatigue merupakan masalah yang paling jarang dijumpai pada masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas Temon I.

11
D. Masalah Kesehatan Prioritas.
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari puskesmas Temon I dan data primer dari
hasil wawancara dan diskusi yang ditanyakan pada warga maupun tokoh masyarakat, kader
kesehatan di Desa Temon Wetan diperoleh daftar masalah kesehatan Masyarakat sebagai
berikut :

Tabel 1.6 Prioritas Masalah Kesehatan Masyarakat di Wilayah Desa Kedundang.

Kriteria Prioritas Skor


No Masalah Kesehatan
M Sc T U F Sp Os prioritas
1 Nasofaringitis 10 10 9,5 4 9 8,5 - 51*
2 Arthritis 9 5,5 5,5 3,5 6 4 - 33,5
3 Headache 8 6 5 7 8 7 - 41
4 Dermatitis 7 8,5 7 3,5 7 5 - 38
5 Hipertensi 6 6,5 8,5 9 8 8,5 - 46,5
6 Gangguan 5 4 4 3 4 5 - 25
pertumbuhan dan
erupsi gigi
7 Dyspepsia/diare 4 7 6,5 10 9 8 - 44.5
8 Kontrasepsi 3 3 2 2 5 6 - 21
9 KIR 2 4,5 2 2 7 5 - 22,5
10 DM2NO 1 5 6 8,5 8,5 8.5 - 38,5
Ket *:skor prioritas tertinggi

Rasional Pemberian Ranking:

Magnitude (M)

Masalah penyakit nasofaringitis dinilai paling tinggi karena dari data sekunder
menunjukkan bahwa penyakit nasofaringitis ini merupakan masalah yang paling banyak
dijumpai pada masyarakat di desa Kedundang. Sementara itu, arthritis menjadi masalah kedua
yang paling sering diderita oleh masyarakat desa Kedundang, disusul oleh sakit kepala,
dermatitis, hipertensi dan seterusnya. Penyakit DM2NO merupakan masalah yang paling
jarang dijumpai pada masyarakat desa Kedundang dibanding dengan kesembilan masalah
yang lain.

12
Scope (Sc)

Nasofaringitis dan dermatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang paling


luas di desa Kedundang karena penyakit ini terdapat diseluruh wilayah desa Kedundang,
sedangkan masalah kontrasepsi jarang menjadi masalah kesehatan karena hanya terdapat pada
beberapa wilayah desa Kedundang.

Trend (T)

Nilai trend tertinggi adalah nasofaringitis dan hipertensi karena terjadi kecendrungan
peningkatan prevalensi penyakit tersebut yang cukup signifikan dalam 3 bulan terakhir.
Sementara itu pemeriksaan kesehatan dan kontrasepsi tidak mengalami peningkatan angka
kejadian yang signifikan dalam 3 bulan terakhir.

Urgensi (U)

Diare dinilai memiliki urgensi paling tinggi dibanding sembilan masalah lainnya
karena bila tidak segera diatasi akan menimbulkan akibat yang fatal, baik bisa berupa
dehidrasi, shock, gagal ginjal, dan kematian. Sementara itu pemeriksaan kesehatan
merupakan masalah kesehatan yang tingkat urgensinya dinilai paling rendah karena tidak
menimbulkan akibat fatal secara langsung.

Feasibility (F)

Berdasarkan aspek sumber daya, waktu, teknologi, dan metode, Nasofaringitis dan
diare merupakan masalah yang memiliki feasibility paling tinggi dibandingkan dengan
masalah lainnya. Banyak warga yang menderita penyakit nasofaringitis dan diare langsung
mencari pengobatan dan didukung dengan biaya serta metode yang murah dan mudah untuk
menangani masalah tersebut. Sementara itu gangguan pertumbuhan dan erupsi gigi dinilai
paling sulit karena warga kurang menyadari penyakit ini sehingga jarang untuk mencari
pengobatan dan juga karena metode dan sarana yang digunakan cukup mahal bagi warga.

Support (Sp)

Masalah nasofaringitis dan hipertensi mendapat dukungan paling besar baik dari
masyarakat, dosen pembimbing fakultas maupun dari dosen pembimbing lapangan sekaligus
kepala puskesmas Temon I untuk diberikan intervensi, sementara itu masalah yang kurang
didukung oleh stakeholder untuk diintervensi dalam Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat

13
(K3M) adalah artritis karena penyakit ini sulit untuk dihindari dan dicegah sehingga
intervensi paling efektif adalah dengan terapi kuratif.

Others (Os)

Tidak ada kriteria lain yang ditambahkan.

14
BAB II
IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO

II.1. Latar belakang

Merokok sekarang ini sudah menjadi kebiasaan yang sudah mendarah daging
bagaikan tradisi masyarakat. Hal ini tampak dari pernyataan Yurekli dan Bayer (2002) yang
menyatakan, pada tahun 1996 konsumsi rokok dunia dan meningkat menjadi 72% pada
tahun 2001. Serta terdokumentasi bahwa besarnya populasi dan tingginya prevalensi merokok
menempatkan Indonesia pada urutan kelima diantara Negara-negara dengan konsumsi rokok
tertinggi di dunia pada tahun 2002 dengan tingkat konsumsi sebesar 182 milyar batang.
Konsumsi rokok ini meningkat secara persissten sejak tahun 1970-an, dari 33 milyar batang
pada tahun tersebut menjadi 182 milyar batang tahun 2002 (World Health Organitation
WHO, 2002, disitasi oleh Departemen Kesehatan DEPKES 2004).
Lebih dari 70.000 publikasi hasil penelitian medis yang membuktikan pengaruh buruk
akibat rokok.Dari data di Indonesia, sebagian besar perokok berasal dari kalangan penduduk
miskin.Secara tidak disadari, keluarga miskin meningkatkan alokasi anggaran untuk rokok
yang mengakibatkan anggaran untuk makanan pokok harus dikurangi. Bila dalam keluarga
semacam ini terdapat anak kelompok balita, akan mengakibatkan kebutuhan gizi yang
kurang, sehingga dapat menyebabkan penyakit busung lapar (djmanshiro ,2008).
Penyakit dan kematian pada perokok diakibatkan oleh kandungan dalam asap
tembakau rokok, antara lain 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua di antaranya
adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik (Asril Bahar, 2002 :
19). Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu
terjadinya kanker.Pada awalnya rokok mengandung 8-20 mg nikotin dan setelah dibakar
nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%.Walau demikian jumlah kecil
tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke otak manusia.
Nikotin diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian terbagi ke jalur
imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasa nikmat, memacu
sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih
cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan
mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin.
Meningkatnya sorotin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari
rokok lagi (Tineke, Kompas Minggu 5 Mei 2002 : 22). Hal inilah yang menyebabkan perokok
sangat sulit meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin.Efek dari

15
rokok/tembakau memberi stomulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan,
alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya
rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap
gawat (Roan, Ilmu kedokteran jiwa, Psikiatri, 1979 : 33)
Selain efek ketergantungan, rokok juga memberi factor resiko pada beberapa penyakit
seperti yang diungkapkan oleh Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2004 yang
menyebutkan bahwa Di Indonesia rokok menyebabkan 9,8% kematian karena penyakit paru
kronik dan emfisima pada tahun 2001, serta rokok merupakan penyebab dari sekitar 5 %
stroke di Indonesia.Selain itu wanita yang merokok mungkin mengalami penurunan atau
penundaan kemampuan hamil, pada pria meningkatkan risiko impotensi sebesar 50%, begitu
pula ibu hamil yang merokok selama masa kehamilan ataupun terkena asap rokok dirumah
atau di lingkungannya beresiko mengalami proses kelahiran yang bermasalah.Survei tersebut
juga mengungkapkan Seorang bukan perokok yang menikah dengan perokok mempunyai
risiko kanker paru sebesar 20-30% lebih tinggi daripada mereka yang pasangannya bukan
perokok dan juga risiko mendapatkan penyakit jantung. Dan yang lebih mengejutkan adalah
lebih dari 43 juta anak Indonesia berusia 0-14 tahun tinggal dengan perokok di lingkungannya
mengalami pertumbuhan paru yang lambat, dan lebih mudah terkena infeksi saluran
pernafasan, infeksi telinga dan asma.
Di Indonesia banyaknya kematian yang disebabkan oleh konsumsi rokok belum
mendapat perhatian lebih baik dari pemerintah ataupun masyarakat. Hal ini diperlihatkan
Sekitar 69.1% pria Indonesia berusia 20 tahun atau lebih merokok secara reguler dengan
jumlah yang lebih tinggi(74%) di daerah pedesaan (World Health Organitation Indonesia,
2002). Data lain menunjukkan bahwa dari 14 propinsi yang ada di Indonesia, 59,04% laki-
laki usia 10 tahun ke atas dan 4,83% wanita pada usia yang sama saat ini adalah perokok
(Aditama dkk, 1997). Angka statistiknya: rata-rata 11.000 orang mati tiap hari yang
ditengarai berbiangkeladikan racun kandungan asap rokok. Diprakirakan nanti, dalam kurun
tahun 2020 sampai 2030, rata-rata 27.000 orang mati tiap hari lantaran racun serupa(Yayasan
Jantung Indonesia,2003-2008). Data ini memberikan gambaran bahwa angka merokok di
Indonesia dikategorikan tinggi. Sebagai salah satu bentuk perilaku berisiko kesehatan
semakin menggejala di kalangan usia muda bahkan remaja awal (Sarafino, 1998; Smet,
1994). Terdapat kecenderungan usia mulai merokok semakin muda. Menurut penelitian
tahun 1994 menunjukkan bahwa kebanyakan remaja mulai merokok pada usia 15 – 17
tahun (Prabandari, 1994).

16
Sudah merupakan kesepakatan masyarakat dunia untuk membuat Perjanjian
Internasional dalam pengendalian rokok, yang dimulai oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO)
secara sistematik sejak tahun 1999 dan perumusannya selesai tahun 2003. Indonesia termasuk
negara yang aktif memberikan sumbangan pikiran yang melahirkan Framework Convention
on Tobacco Control (FCTC).Namun Indonesia tidak bersedia menandatanganinya pada tahun
2003 oleh karena pemerintah menganggap Indonesia belum siap.
Menurut Framework Convention on Tobacco Control (FCTC)-WHO, produk
tembakau adalah produk yang dibuat dengan menggunakan seluruh atau sebagian dari daun
tembakau sebagai bahan dasar yang diproduksi untuk digunakan sebagai rokok yang
dikonsumsi dengan cara dihisap, dikunyah, atau disedot. Produk tembakau ksususnya rokok
dapat berbentuk sigaret, kretek, cerutu, lintingan, menggunakan pipa, tembakau yang disedot,
dan tembakau tanpa asap(WHO,2003).
Peryataan dari WHO yang melahirkan FCTC yang diharapkan dapat mengurangi
angka konsumsi rokok oleh masyarakat kurang menunjukan hasil yang menggembirakan.Hal
ini dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat yang cenderung kurang memperhatikan
bahaya merokok yang sudah sering diungkapkan pada kampanye anti tembakau ataupun yang
tertera pada bungkus rokok itu sendiri. Berdasarkan penelitian penggunaan rokok
diperkirakan mengakibatkan 70 % kematian yang disebabkan oleh penyakit paru kronik,
bronchitis kronis, dan emfisema, 40 % kematian karena stroke, dan 90 % kematian karena
kanker paru. Secara global, rokok merupakan sekitar 8,8 % dari semua kematian pada tahun
2000 (WHO, 2002, disitasi oleh DEPKES RI, 2004). Angka tersebut menunjukan
peningkatan kematian lebih dari 1 juta dibandingkan dengan kematian yang terjadi pada
tahun 1990 (WHO, 2003, disitasi oleh DEPKES, 2004).
Pengendalian tembakau memiliki prioritas rendah dalam agenda kesehatan
masyarakat di indonesia selama bertahun-tahun tidak ada kebijakan pengendalian tembakau
sampai suatu akhir tahun 1990an. Ketika presiden Habibie mengeluarkan PP no 81 tahun
1999 tentang ”Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan” yang isinya menjabarkan pasal 44 UU
kesehatan no 23 tahun 1992 tentang pengamanan Zat adiktif. Salah satunya dengan cara
pemberian izin iklan dimedia cetak dan media luar ruangan setiap iklan dimedia harus
mencantumkan peringatan bahaya merokok. PP no 81/1999 mengalammi perubahhan
sebanyak 2 kali sebelum di berlakukan sepenuhnya. Perubahan pertama tahun 2000 menjadi
PP No 38 tahun 2000 yang meliputi dua hal yaitu mengijinkan penayangan iklan rokok di
media elektronik antara jam 21.00-05.00 serta batas waktu pelaksanaan penyesuaian kadar tar
dan nikotin menjadi 2 tahun untuk rokok putih mesin, 7 tahun untuk rokok kretek mesin dan
17
10 tahun untuk rokok kretek tangan. Perubahan yang kedua menjadi PP no 19 Tahun 2003
dengan ditambahkannya point penting yaitu penghilangan penetapan kadar TAR dan nikotin
akan tetapi mewajibkan pengujian setiap batch produk oleh laboratorium yang terakreditasi
dan tetap mencantumkan kadar keduanya di setiap bungkus rokok yang disetujui oleh
Presiden Megawati(Profil Tembakau Indonesia, Tobacco Control Suport Center (TCSC)-
IAKMI)
Kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah akan perlindungan tersebut kurang
mendapat respon yang menyeluruh dari tiap daaerah di seluruh Indonesia. Hal ini ditunjukan
dengan baru beberapa Gubernur daerah yang mengeluarkan PERDA untuk mendukung
program pemerintah tersebut. Beberapa daerah yang telah berpartisipasi mendukung
kebijakan pemerintah ini antara lain Gubernur DKI dengan PERDA No 2 tahun 2005 tentang
pengendalian pencemaran lingkungan menyelipkan 1 pasal yaitu pasal 13 yang berisi tentang
kawasan tanpa rokok. Setelah itu disusul beberapa daerah lain yang mengeluarkan PERDA
tentang kawasan bebas rokok seperti PEMDA kota Bogor,PEMDA kota Cirebon,dan
PEMDA kota Palembang (Profil Tembakau Indonesia ,Tobacco Control Suport Center
(TCSC)-IAKMI).
Asap rokok (second hand smoke) adalah sisa racun dari pembakaran tembakau, asap
ini merupakan kombinasi dari asap tembakau, pembakaran dari ujung rokok, pipa, dan cerutu
dan juga asap yang dihembuskan oleh perokok. Kebiasaan merokok didalam bangunan
memberikan paparan terhadap orang yang tidak merokok terhadap sisa pembakaran dalam
kondisi dimana peredaran udara itu perlahan dan tidak menentu. Dalam dua dekade terakhir,
ilmu kedokteran menyatakan bahwa orang yang tidak merokok menderita penyakit-penyakit
yang dipunyai oleh perokok aktif apabila mereka menghirup asap rokok (second hand smoke)
dari perokok aktif.
Susenas 2001, menunjukkan proporsi perokok pasif di Indonesia pada semua umur, 66%
wanita dan 31,8% laki-laki. Jadi 66% wanita indonesia merupakan perokok pasif. 70% anak
usia 10-17thn merupakan perokok pasif.
Merokok merupakan faktor resiko untuk terjadinya infeksi saluran nafas, karena
pengaruhnya terhadap sistem pertahanan bagi saluran pernafasan manusia.Merokok terkait
erat dengan morbiditas dan mortalitas dari pneumonia dan influenza, serta ketiadaan dari
faktor pekerjaan karena infeksi saluran nafas yang lebih ringan.Perokok mempunyai
kemungkinan lebih tinggi untuk menghidap nasofaringitis akut, influenza, pneumonia,
tuberkulosis, dan tuberkulosis varicella.

18
Merokok adalah penyebab terbanyak penyakit-penyakit yang bisa dihindari di
Amerika Serikat dan kaitannya dengan kanker paru dan penyakit paru obstruktif kronis telah
banyak diketahui. Merokok juga mempengaruhi insidensi, keparahan, dan perjalanan
penyakit untuk penyakit respirasi dan paru yang lain.
Merokok dipercayai dapat menyebakan kerusakan pada sistem pertahanan saluran
pernafasan. Pembakaran tembakau dapat menghasilkan asap yang mengandung zat kimia dan
partikel-partikel yang terdiri dari nikotin, zat-zat karsinogenik, oksidan, dan karbon
monoksida. Sifat fisik dari asap rokok itu sendiri bisa menyebabkan deposit partikel-partikel
di saluran pernafasan bagian bawah, dimana partikel-partikel yang terdeposisi itu dapat
merusak sistem pertahanan di bagian tersebut.
Secara spesifik, asap rokok dapat menyebabkan :
1. Kerusakan sistem Mukosiliaris yang dapat mengganggu pembersihan zat-zat atau
partikel-partikel yang masuk saat bernafas.
2. Meningktakan perlengketan bakteri pada sel-sel epithelial. Perokok yang mempunyai
fungsi pernafasan yang normal juga mempunyai flora-flora dari orofaring di saluran
parnapasan bagian bawah, yang normalnya adalah steril.
3. Merokok juga meningkatkan permeabilitas dari saluran darah di alveolar dan sel-sel
epithelial.
4. Asap rokok juga dapat merusak komposisi, keberadaan dan fungsi dari sel-sel
inflammasi pulmonal. Perokok mempunyai persentase makrofag dan neutrofil yang
lebih banyak pada pemeriksaan pembilasan bronko alveolar dibandingkan dengan
orang yang tidak merokok. Makrofag yang terdapat di alveolar adalah penting untuk
pembersihan partikel-partikel melalui mekanisme fagositosis dan untuk mengatur
immunitas seluler dan immunitas inflammasi. Perokok mempunyai makrofag alveolar
yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok, dengan inklusi intra
sitoplasmik yang tidak terdapat di sel makrofag orang yang tidak merokok. Fungsi
‘Antigen Presenting Cells’ (APC) bagi orang yang merokok juga akan terganggu.
5. Penekanan dari fungsi ‘Natural Killer Cell’ (NKC).

Perokok mempunyai faktor resiko lebih tinggi untuk diserang nasofaringitis akut dan
nasofaringitis akut yang lebih parah dari orang yang tidak merokok. Kajian-kajian cohort
awal yang dilakukan sejak tahun 1960, menyimpulkan bahawa perokok-perokok muda lebih
mudah diserang nasofaringitis akut (common colds) jika dibandingkan dengan orang-orang
yang tidak merokok pada usia mereka.
19
Beberapa studi telah menemukanbahwaperokokmemiliki tingkatyang lebih tinggiuntuk
terkena infeksi influenza dibandingkan dengan yang bukan perokok, daninfeksilebih parah
pada orang yang merokok.RogotdanMurray menjalankan kajian kohort yang besar terhadap
veteranmiliter ASdan menemukan bahwaperokokmemiliki tingkat kematianyang1,78kalilebih
tinggidari yang diharapkan.Finkleaetal secara prospektiftelah menjalankan studi terhadap
siswaselamaepidemik kejadian influenzadan menemukan bahwaperokokmemiliki angka
kejadian yang lebih tinggiuntuk kejadian infeksiklinis daninfeksi subklinis(seperti yang
dideteksi oleh titerantibodi).Karketalmempelajari perwira militerIsraeldan menemukan
bahwaperokokmemiliki resikolebih tinggiuntuk menghidap klinisinfluenza (rasio odds
2,42)dan kejadian influenzaitu lebihparah.

II.2.Rumusan masalah

Berdasar uraian latar belakang dengan inti permasalahan perilaku merokok didalam rumah
warga masyarakat dusun Pencengan Desa Kedundang Kecamatan Temon Kabupaten
KulonProgo Provinsi DIY.

Maka dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana kebiasaan para perokok aktif yang
merokok di dalam rumah dengan kejadian nasofarinigtis akut bagi warga Dusun Pencengan,
Desa Kedundang, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.

II.3.Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar jumlah perokok yang merokok di
dalam rumah di Dusun Pencengan, Desa Kedundang.dan mengetahui apakah perokok
merokok didalam rumah sehingga memberikan akibat buruk dalam hal kesehatan seperti
kejadian nasofaringitis akut dalam satu bulan terakhir. Diharapkan nantinya warga akan dapat
mewujudkan kebiasaan merokok diluar rumah. Dengan tidak merokok didalam rumah dapat
mengurangi faktor resiko penyakit yang bias disebabkan oleh paparan asap rokok
sepertiterjadinya infeksi saluran pernafasan akut pada anak-anak.

20
II.4.Manfaat penelitian

II.4.1. Untuk Peneliti


Memberikan pengalaman di lapangan bagi penulis yang merupakan penerapan dari
teori-teori yang diperoleh selama mengikuti kuliah, serta sebagai salah satu upaya dalam
rangka meningkatkan kemampuan dan ketrampilan peneliti untuk melakukan penelitian dan
penulisan ilmiah.

II.4.2. Untuk Fakultas

Menambah bahan untuk kepustakaan dan menambah informasi mengenai jumlah perokok
aktif di dusun pencengan desa kedundang. Mengetahui kebiasaan merokok di dalam rumah
di masyarakat dusun pencengan desa kedundang.Mengetahui jumlah perokok pasif di dalam
masyarakat desa kedundang.Mengetahui tingkat kejadian nasofaringitis akut di Dusun
Pencengan.

II.4.3. Untuk Puskesmas


Menambah data dan menambah informasi mengenai kebiasaan merokok di dalam rumah di
masyarakat dusun pencengan desa kedundang.Mengetahui jumlah perokok pasif di dalam
masyarakat desa kedundang.Mengetahui tingkat kejadian nasofaringitis akut di Dusun
Pencengan.

II.4.4. Untuk warga Dusun Pencengan, Desa Kedundang.

Menambah informasi mengenai faktor-faktor resikokejadian nasofaringitis akut di


Dusun Pencengan dan hubungannya dengan kebiasaan merokok di dalam rumah serta cara-
cara menangani.

II.5.Kajian literatur

Di Nepal kebiasaan merokok sudah sangat membudaya, prevalensi merokok mencapai


84,7% pada pria dan 71,7% pada wanita 21 tahun ke atas. Rokok tradisional di daerah
pedesaan ialah bidi dan sulpa sedangkan sigaret atau rokok putih mulai banyak diisap di
daerah perkotaan. Kebiasaan merokok ini dimulai pada usia relatif muda, pada golongan

21
umur 8 tahun sekitar 12% sudah menjadi perokok (sekurangnya 1 batang sehari).Survai di
Kandy (Srilangka) mendapatkan prevalensi merokok pada 48.2% pria dan 1,6% wanita
dewasa, pada kelompok dokter hanya 30%, sedangkan 18% lainnya adalah bekas perokok.
Pada anak sekolah usia 6-20 tahun di Colombo didapatkan 27% pernah merokok; 12%
merokok setiap hari

Di Thailand, survai kesehatan rumah tangga tahun 1981 menunjukkan prevalensi


merokok sebesar 51,2% pada pria dan 4,4% pada wanita golongan umur 10 tahun ke atas,
sedangkan survai kebiasaan merokok di kalangan dokter pria adalah sebesar 20,5%, 2,5% di
kalangan dokter wanita dan 25,5% diantaranya telah berhenti merokok Penelitian S.B.
Duggirala (1977) dengan cara kuesioner atas` 440 mahasiswa kedokteran menghasilkan
prevalensi kebiasaan merokok di lingkungan mahasiswa kedokteran tersebut sebesar 38,2%,
bekas perokok 12,3% (ex-smokers) dan yang tidak merokok 49,5%

Begitu pula di Indonesi dapat kita lihat dari beberapa penelitian yaitu Survai
Kesehatan Rumah Tangga 1986, menghasilkan data kebiasaan merokok pada laki-laki 14
tahun ke atas sebesar 45,8% dan pada wanita 14 tahun ke atas 2,9%. Survai di Lombok dan
Yogyakarta menunjukkan bahwa 75% dari 61% dari pria dewasa adalah perokok, pada wanita
angka tersebut sekitar 3%19 th ke atas. Survai di Semarang menunjukkan prevalensi merokok
96,1% pada tukang becak, 79,0% pada pegawai paramedik, 51,9% pada pegawai negeri dan
36,8% pada dokter. Sekitar 13% dari penduduk Semarang adalah perokok berat (lebih dari 20
batang sehari).

II.5.2 Sistem Pernapasan

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
O2 (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh.Penghisapan ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi (Syaifuddin, 1996).

Sistem pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan
jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang berfungsi untuk menyediakan oksigen untuk
darah dan membuang karbondioksida.

22
II.5.3 Sistem pernapasan secara umum terbagi atas :

1. Bagian Konduksi

Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan
bronkiolus.Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan dari
paru-paru untuk membersihkan, membasahi, dan menghangatkan udara yang diinspirasi.

2. Bagian Respirasi

Bagian ini terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan.Pertukaran gas antara udara dan
darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti
bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang masuk.
Sistem pernafasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan yang
masuk yang dapat merusak (Alsagaff, 2002).

II.5.4 Terdapat tiga kelompok mekanisme pertahanan yaitu :

a. Arsitektur saluran nafas; bentuk, struktur, dan caliber saluran nafas yang berbeda-beda
merupakan saringan mekanik terhadap udara yang dihirup, mulai dari hidung, nasofaring,
laring, serta percabangan trakeobronkial. Iritasi mekanik atau kimiawi merangsang reseptor
disaluran nafas, sehingga terjadi bronkokonstriksi serta bersin atau batuk yang mampu
mengurangi penetrasi debu dan gas toksik kedalam saluran nafas (Tabrani Rab, 1996).

b. Lapisan cairan serta silia yang melapisi saluran nafas, yang mampu menangkap partikel
debu dan mengeluarkannya.

c. Mekanisme pertahanan spesifik, yaitu sistem imunitas di paru yang berperan terhadap
partikel-partikel biokimiawi yang tertumpuk di saluran nafas (Tabrani Rab, 1996).

II.5.5 Anatomi Paru

Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, dan
paru.Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni saluran pernafasan atas dan
saluran pernafasan bawah.Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan external,
oksigen di pungut melalui hidung dan mulut.Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris.

23
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan darah, oksigen
menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobinn dalam sel darah merah dan dibawa
ke jantung. Dari sini dipompa didalam arteri keseluruh bagian tubuh. Darah meninggalkan
paru-paru pada tekanan oksigen 100 mm hg dan tingkat ini hemoglobinnya 95%.

II.5.6 Fungsi Sistem Pernapasan

Pertukaran karbon dioksida dan oksigen antara darah dan udara berlangsung di alveolus
paru.Pertukaran tersebut diatur oleh kecepatan dan dalamnya aliran udara timbal balik
(pernapasan), dan tergantung pada difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah kapiler dinding
alveoli. Hal yang sama juga berlaku untuk gas dan uap yang dihirup

II.5.7 Mekanisme Kerja Sistem Pernapasan

Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk-batuk atau spasme laring
(penghentian bernapas).Kalau zat-zat ini menembus kedalam paru-paru, dapat terjadi
bronchitis toksik, edema paru-paru atau pneumonitis.Partikel-partikel debu dan aerosol yang
berdiameter lebih dari 15 μm tersaring keluar pada saluran napas.Partikel 5-15 μm tertangkap
pada mukosa saluran yang lebih rendah dan kembali disapu ke laring oleh kerja mukosiliar,
selanjutnya ditelan.Bila partikel ini mengatasi saluran nafas atau melepaskan zat-zat yang
merangsang respon imun dapat timbul penyakit pernafasan seperti bronchitis (WHO, 1995).

Partikel-partikel berukuran 0,5 dan 5 μm (debu yang ikut dengan pernafasan) dapat
melewati sistem pembersihan mukosiliar dan masuk ke saluran nafas terminal serta alveoli.
Dari sana debu ini akan dikumpulkan oleh sel-sel scavenger (makrofag) dan dihantarkan
pulang kembali ke sistem mukosiliar atau ke sistem limfatik. Partikel berdiameter kurang dari
0,5 μm mungkin akan mengambang dalam udara dan tidak diretensi. Partikel-partikel panjang
dan serat yang diameternya lebih dari 3 μm dengan panjang 100 μm dapat mencapai saluran
nafas termina, namun tidak dibersihkan oleh makrofag ; akan tetapi partikel ini mungkin pula
ditelan lebih dari satu makrofag dan dibungkus dengan bahan protein kaya besi sehingga
terbentuk badan-badan besar “asbes” yang khas.

II.5.8 Sebab-sebab utama penyakit pernafasan adalah :

1. Mikroorganisme pathogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis

2. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian makrofag yang

24
menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan merangsang reaksi jaringan.

3. Partikel-partikel organik yang merangsang respon imun.

4. Kelebihan beban sistem akibat paparan terus-menerus terhadap debu respirasi berkadar

tinggi yang menumpuk di sekitar saluran nafas terminal.

Stimulasi saluran nafas berulang (bahkan mungkin juga oleh partikel-partikel inert),
menyebabkan penebalan dinding bronki, meningkatkan sekresi mucus, merendahkan ambang
refleks penyempitan dan batuk, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pernafasan dan
gejala-gejala asmatik.Daerah perifer paru-paru terutama dirusak oleh debu
fibrogenik.Umumnya partikel fibrogenik yang masuk paru-paru dibersihkan sebagian dan
diendapkan pada kelenjar-kelenjar limfe hilus. Di sana, partikel-partikel tersebut merangsang
reaksi jaringan, penebalan dan pembentukan jaringan parut pada kelenjar-kelenjar tersebut.
Drainase limfatik menjadi tersebut, sehingga partikel-partikel pada paparan lebih lanjut akan
menumpuk di dekat kelenjar-kelenjar yang berparut tersebut, dan secara progresif
memperbesar daerah parut. Pembentukan jaringan parut dengan berbagai cara ini
mengakibatkan pengerutan paru-paru, peregangan berlebihan pada jaringan paru-paru yang
tersisa, ventilasi tidak merata dan tipe emfisema tertentu (Amin, 1992).

II.5.9 Tanda-Tanda Dan Gejala Gangguan Pernafasan

Gangguan pada saluran pernafasan ditandai dengan gejala-gejala yaitu :

1. Gejala Lokal

a. Batuk

Batuk merupakan gejala yang paling umum akibat penyakit pernafasan.Batuk bisa bersifat
kering atau basah tergantung dari pada produksi sekrit.

b. Sesak

Keadaan ini merupakan akibat kurang lancarnya pemasukan udara saat inspirasi ataupun
pengeluaran udara saat ekspirasi, yang disebabkan oleh adanya penyempitan ataupun
penyumbatan pada tingkat bronkeolus/bronkus/trakea/larings.

25
c. Pengeluaran Dahak

Dahak orang dewasa normal membentuk sputum sekitar 100 ml per hari dalam saluran nafas,
sedangkan dalam keadaan gangguan pernafasan sputum dihasilkan melebihi 100 ml per hari.

d. Batuk Darah

Adanya lesi saluran pernafasan dari hidung paru yang juga mengenai pembuluh darah.

e. Nyeri Dada

Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari penyakit paru-paru
adalah akibat radang pleura.

2. Gejala Umum

Gejala-gejala yang disebut di atas bersifat setempat.Beberapa penyakit memberi juga gejala
umum, seperti suhu badan meninggi, pusing dan mabuk kepala, tidak suka makan, rasa
lesu/lemah, keringat dingin dan sebagainya (Danosantoso, 1998).Masalah pernafasan pada
pekerja di tempat pengolahan telah dikenal selama 2 dekade ini.Gejala-gejala dada akut
seperti batuk, sesak, dada terasa berat dan iritasi saluran nafas atas muncul pada saat kerja
biasa (Alsagaff, 2002).

II.5.10 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Gangguan Paru

Gangguan saluran pernafasan dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain :

1 Faktor debu

Yaitu ukuran partikelnya, daya larut, konsentrasi, sifat kimiawi, lama perjalanan dan faktor
individu berupa mekanisme pertahanan selain itu faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
gangguan paru dapat berupa jenis debu, ukuran partikel, konsentrasi partikel, lama pajanan,
dan kerentanan individu.Tingkat kelarutan debu pada air, kalau debu larut dalam air, bahan
dalam debu larut dan masuk pembuluh darah kapiler alveoli. Bila debu tidak mudah larut
tetapi ukurannya kecil maka partikel-partikel tersebut dapat masuk ke dinding
alveoli.Konsentrasi debu, makin tinggi konsentrasinya makin besar kemungkinan
menimbulkan keracunan.

26
2. Faktor Umur

Umur merupakan salah satu karateristik yang mempunyai resiko tinggi terhadap gangguan
paru terutama yang berumur 40 tahun keatas, dimana kualitas paru dapat memburuk dengan
cepat.Menurut penelitian Juli Soemirat dan kawan-kawan dalam Rosbinawati (2002),
mengungkapkan bahwa umur berpengaruh terhadap perkembangan paru-paru.Semakin
bertambahnya umur maka terjadi penurunan fungsi paru di dalam tubuh.Menurut hasil
penelitian Rosbinawati (2002) ada hubungan yang bermakna secara statistik antara umur
dengan gejala pernapasan.Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit dan
gangguan kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan :
potensi kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas
kekebalan tubuh, aktivitas fisiologis berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan
penyakit seseorang. Bermacam-macam perubahan biologis berlangsung seiring dengan
bertambahnya usia dan ini akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bekerja.

3. Riwayat merokok

Riwayat merokok merupakan faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena asap
rokok yang terhisap dalam saluran nafas akan mengganggu lapisan mukosa saluran napas.
Dengan demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam saluran napas. Merokok
dapat menyebabkan perubahan struktur jalan nafas.Perubahan struktur jalan nafas besar
berupa hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus. Sedangkan perubahan struktur jalan nafas
kecil bervariasi dari inflamasi ringan sampai penyempitan dan obstruksi jalan nafas karena
proses inflamasi, hiperplasia sel goblet dan penumpukan secret intraluminar. Perubahan
struktur karena merokok biasanya di hubungkan dengan perubahan/kerusakan fungsi.
Perokok berat dikatakan apabila menghabiskan rata-rata dua bungkus rokok sehari, memiliki
resiko memperpendek usia harapan hidupnya 0,9 tahun lebih cepat ketimbang perokok yang
menghabiskan 20 batang sigaret sehari (Antaruddin, 2003).

4. Riwayat penyakit

Riwayat penyakit merupakan faktor yang dianggap juga sebagai pencetus timbulnya
gangguan pernapasan, karena penyakit yang di derita seseorang akan mempengaruhi kondisi
kesehatan dalam lingkungan kerja. Apabila seseorang pernah atau sementara menderita
penyakit sistem pernafasan, maka akan meningkatkan resiko timbulnya penyakit sistem
pernapasan jika terpapar debu.

27
II.5.11 Dampak Asap Rokok Terhadap Sistem Pernafasan

Fungsi paru kita adalah untuk bernafas, yaitu dengan memasukkan udara bersih dan
mengeluarkan udara kotor dari dalam tubuh. Bahan kimia yang dihisap dari asap rokok
merangsang permukaan sel saluran pernafasan sehingga mengakibatkan keluarnya lendir atau
dahak. Mirip dengan rangsangan debu, virus, atau bakteri pada saat kita flu. Bedanya adalah
bahwa dahak yang ditimbulkan karena virus flu akan disorong keluar oleh bulu getar
sepanjang saluran nafas dengan menstimulasi reflek batuk. Pada perokok, bulu getar tersebut
sebagian besar dilumpuhkan oleh asap rokok sehingga lendir di saluran nafas tidak dapat
keluar sepenuhnya. Lendir yang lama tertahan di saluran nafas, dapat menjadi ajang
berkembangnya bakteri yang akan menyebabkan bronhkitis kronis. Rokok memang telah
terbukti mengakibatkan 75% kematian akibat bronkhitis.

Partiker tar dalam asap rokok akan mengendap dalam lendir yang berada cukup waktu
lama di saluran pernafasan. Rangsangan kronis dari tar terhadap dinding saluran pernafasan
tersebut akan mengubah bentuk sel paru (dimulai dengan pra-kanker, yang akhirnya menjadi
kanker paru-paru). Kebiasaan merokok memang mengakibatkan terjadinya 80-90% kanker
paru.Seorang perokok mempunyai kemungkinan 4-14 kali lebih tinggi menderita kanker paru
dibanding yang bukan perokok.Umumnya pasien datang sudah terlambat sehingga kanker
diketahui telah stadium lanjut.Kanker paru merupakan kasus kanker nomor 2 di
dunia.Padahal sebenarnya kanker paru termasuk golongan kanker yng bisa dicegah, yaitu
dengan menghindarkan diri dari kebiasaan merokok.

Paru-paru kita terdiri dari kantong-kantong udara yang berfungsi memompa keluar-
masuknya udara bersih dan udara kotor seperti balon karet. Daya pompa ini dimungkinkan
karena adanya serat elastin pada jaringan paru (sama saeperti serat elastin yang terdapat di
kulit). Asap rokok melumpuhkan serat elastin tubuh termasuk yang ada di paru-paru,
sehingga udara yang masuk sulit untuk dikeluarkan sepenuhnya. Dengan demikian, ada udara
yang masih tertinggal di katong udara. Semakin lama, desakan udara akan menyebabkan
pecahnya kantong udara. Iniliah yang disebut dengan emfisema.

28
Paparan Asap Rokok Ganggu Proses Macrophage alveolar untuk Melawan Bakteri
Nontypeable Haemophilus Influenzae (NTHI)

Paparan asap rokok dapat mengganggu kemampuan sel kekebalan menghadapi infeksi
bakteri secara jelas dalam paru-paru, khususnya nontypeable Haemophilus influenzae
(NTHI), patogen sering dikaitkan dengan infeksi pernapasan dan perkembangan penyakit
pernapasan.

Para peneliti dari Spanyol dan Inggris melaporkan temuan mereka pada edisi Oktober
2009 jurnal Infection and Immunity.NTHI, umumnya ditemukan pada saluran pernafasan
manusia, dapat tetap asimtomatik pada individu yang sehat.Namun juga bertanggung jawab
atas penyakit invasif seperti meningitis, sinusitis, pneumonia, dan bronkitis.Patogen yang
paling sering terisolasi di saluran pernapasan pasien dengan chronic obstructive pulmonary
disease (COPD) dan chronic bronchitis.Alveolar macrophage merupakan bagian dari paru-
paru, bawaan sistem pertahanan dan memainkan peranan penting terhadap pembersihan
infeksi bakteri.

29
Sebelum menghubungkan antara asap rokok dan infeksi saluran pernafasan yang
disebabkan oleh NTHI, peneliti mengemukakan hipotesa bahwa asap rokok dapat
mengganggu kemampuan macrophage alveolar untuk membersihkan NTHI dari paru-paru.
Dalam studi pertama peneliti meneliti interaksi antara NTHI dan alveolar macrophage dan
menemukan bahwa macrophage membersihkan NTHI, sebuah proses yang dikenal sebagai
fagositosis.

Para peneliti juga mengamati efek asap rokok di baris sel macrophage dan
macrophage alveolar yang diambil dari para perokok dan pasien dengan PPOK. Hasilnya
ditemukan bahwa ekstrak asap rokok mempengaruhi proses alveolar macrophage. Selain itu,
peneliti juga menguji sel-sel yang terpapar ekstrak asap rokok dengan glukokortikoid, anti-
inflamasi yang umum digunakan untuk mengobati kondisi pernafasan. Hasilnya menunjukkan
bahwa obat tidak memberikan jaminan pemulihan proses macrophage alveolar yang
disebabkan oleh asap rokok.

II.6. Landasan Teori

Lebih dari separuh (57%) rumah tangga di Indonesia mempunyai sedikitnya 1 orang
perokok dan hampir semua perokok (91,8%) merokok dalam rumah. Data terakhir
menunjukkan total perokok aktif di Indonesia mencapai 70% dati total penduduk atau 141,44
juta orang dan 30%nya berasal dari ekonomi rendah. Lelaki dewasa (15 tahun) yang merokok
= 63,1% sedangkan wanita dewasa (15 tahun) yang merokok 4,5%.

Dalam masyarakat 84,2% perokok di indonesia merokok di dalam rumah bersama


dengan keluarga lainnya (susenas,2004). Sedangkan 63% remaja terpapar asap roko di rumah
(mackay erricson, 2005).

Dengan berdasarkan data diatas kami berharap dapat mengetahui angka kejadian
merokok dalam masyarakat dusun pencengan dan kebiasan merokok didalam rumah dan
diharapkan dapat mengurangi angka kejadian penyakit akibat rokok.

30
II.7. Kerangka Teori
Saluran Pernapasan Normal

• Paparan individu yang terinfeksi.

• Menyentuh hidung, mulut atau mata dengan jari-jari yang terkontaminasi.

• Riwayat alergi (memperpanjang durasi flu).

• Stres.

• Merokok atau paparan asap rokok sering untuk karena resistensi

• Perokok Aktif
• Perokok Pasif

Kerusakan Sistem Pertahanan Infeksi Virus


Saluran Pernapasan
• Rhinovirus
1. Kerusakan sistem Mukosiliaris
• Corona Virus
2. Meningktakan perlengketan bakteri
pada sel-sel epithelial. • adenovirus
3. Merokok juga meningkatkan • Virus Coxsackie
permeabilitas dari saluran darah di • paramyxovirus
alveolar dan sel-sel epithelial.
4. Asap rokok juga dapat merusak • Parainfluenza virus
komposisi, keberadaan dan fungsi • Virus Pernapasan syncytial
dari sel-sel inflammasi pulmonal
5. Penekanan dari fungsi ‘Natural Killer
Cell’ (NKC).

Nasofaringitis Akut
• Batuk
• Penurunan nafsu makan
• Sakit kepala
• Nyeri otot
• postnasal drip
• Sakit tenggorokan
• hidung tersumbat
• tenggorokan gatal
• bersin
• hidung berair
31
II.8.Kerangka konseptual

Perokok Perokok
pasif aktif

Intervensi
Kebiasaan Merokok Di  Penyuluhan rumah
dalam Rumah bebas asap rokok
 Peresmian Klinik
Bebas Rokok Di
Puskesmas Temon 1
 Penyuluhan
Kejadian penyakit Nasofaringitis akut
Kesehatan di
dalam satu bulan terakhir
Posyandu Lansia
Desa Kedundang
 Penyebaran Leaflet
Berhenti Merokok di
Bulan Ramadhan

II.9.Metodologi

II.9.1. Rancangan penelitian

Tujan penelitian disini untuk mengetahui jumlah perokok aktif dusun pencengan,
mengetahui apakah perokok ini merokok didalam rumah sehingga mengakibatkan anggota
keluarga yang bukan perokok menjadi terpapar asap rokok. Dan melihat pula angka kejadian
penyakit nasofaringitis akut yang disebabkan karena rokok dengan jumlah perokok pasif
dalam masyarakat dusun pencengan ini. Dengan demikian rancangan penelitian yang peneliti
gunakan adalah metode ANALITIK dimana peneliti menganalisis dua faktor yaitu angka
kejadian merokok didalam rumah dengan kejadian penyakit nasofaringitis akut yang
disebabkan oleh kebiasaan merokok di dalam rumah. Sedang pendekatan yang peneliti
lakukan dengan menggunakan pendekatan potong lintang (cross sectional) karena
pengambilan data dilakukan secara bersamaan dalam satu waktu dan tanpa urutan waktu yang
32
dilazimkan. Sedangkan observasi disini dilakukan dengan cara mewawancara warga dengan
kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data dan akan di analisis dengan
menggunakan spss untuk mengetahui prevalensi perokok aktif, perokok pasif,kebiasaan
merokok di dalam rumah dan dihubungkan dengan angka kejadian penyakit nasofaringitis
akut.

II.9.2.Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah masyarakat Dusun Pencengan, Desa Kedundang,


Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.

II.10 Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di wilayah Dusun Pencengan, Desa Kedundang, Kecamatan


Temon, Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 17 Juli– 22 Juli 2011.

II.11 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah warga yang bertempat tinggal di Dusun Pencengan, Desa
Kedundang, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo.Subjek penelitian ini adalah
sebagian dari populasi dengan kriteria inklusi sebagai berikut :

1. Warga berusia > 17 tahun.


2. Bersedia menjadi subjek penelitian.
3. Mempunyai kebiasaan merokok atau mempunyai anggota keluarga yang merokok.
4. Bertempat tinggal menetap di dusun pencengan setahun terakhir sampai saat
penelitian dilakukan.

Dan dengan kriteria eksklusi sebagai berikut :


1. Warga berusia < 17 tahun.
2. Menggunakan kompor arang atau mempunyai sumber asap yang lain selain merokok
di dalam rumah.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan secara acak kelompok
(cluster random sampling) dimana randomisasi awal berdasar kan kabupaten di yogyakarta ini
merupakan one stage simple cluster sampling. Lalu terpilih kabupaten kulon progo. Lalu

33
dipilih kecamatan Temon yang merupakan two stage simple cluster sampling. Lalu terpilih
desa kedundang untuk dilakukan penelitian dimana ini merupakan three stage simple cluster
sampling. Dan kami memilih warga dusun pencengan untuk dilakukan penelitian ini
merupakan fourth stage simple cluster sampling. Dari satu dusun ini diambil 50 laki-laki atau
perempuan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak ada kriteria eksklusi untuk mewakili
populasi dimana ini merupakan five stage cluster sampling.

II.12 Definisi Operasional

1. Usia
Usia yang dimaksud merupakan usia responden dalam satuan tahun yang dihitung
berdasarkan ulang tahun terakhir pada saat penelitian, penentuannya sesuai dengan
pengakuan responden. Skala pengukuran adalah rasio.

2. Riwayat Merokok
Riwayat merokok merupakan kebiasaan responden merokok sehari-hari minimal 1
batang perhari, penentuannya berdasarkan hasil wawancara dengan responden.Skala
pengukuran adalah nominal.

3.Perokok Pasif
4.Perokok Aktif
5.Nasofaringitis akut

II.13 Alat Ukur Penelitian

1.Alat Penelitian
Menggunakan kuesioner yang diadopsi dan dimodifikasi dari kuesioner Survei
Perilaku Merokok Dalam Keluarga DARI Quit Tobacco Indonesia (QTI). Kuesioner
digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden penelitian terkait tentang perilaku
merokok di dalam rumah dan angka kejadian penyakit nasofaringitis akut. Kuesioner ini
berisi pertanyaan yang terdiri atas lima item tentang identitas responden, karakteristik
responden, perokok aktif dalam keluarga, perokok pasif dalam keluarga dan kebiasaan
merokok di rumah.

34
2. Teknik Pengumpulan Data

a. Data primer
Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang telah
disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Data ini diperoleh langsung dari penelitian
dengan mewawancarai responden sesuai dengan pertanyaan yang ada dalam kuesioner
tersebut.Tiap rumah diwakilkan oleh satu responden dalam menjawab pertanyaan
wawancara sesuai dengan kuesioner tersebut.

b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Temon 1. Data sekunder yang digunakan
adalah data mengenai demografi Kecamatan Temon 1, kejadian 10 besar penyakit
warga dusun pencengan yang berobat ke Puskesmas Temon 1 dari bulan Mei sampai
Juli dan jumlah penduduk dusun setempat yang akan diteliti.

II.14 Analisis Data

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengukuran angka kejadian merokok


berhubungan dengan kebiasaan merokok di dalam rumah. Selain itu dengan pengukuran
jumlah perokok pasif dan kebiasaan merokok di dalam rumah dihubungkan dengan angka
kejadian penyakit nasofaringitis akut.

II.15Etika Penelitian

Subjek penelitian ini berhubungan dengan manusia, sehingga etika penelitian harus
diutamakan. Beberapa hal yang akan dilakukan oleh peneliti berkaitan dengan etika penelitian
adalah:

1. Sebelum pelaksanaan penelitian maka harus mendapatkan izin dari institusi yang
digunakan sebagai tempat penelitian.
2. Sebelum melakukan wawancara pada subjek penelitian, peneliti terlebih dahulu
memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan meminta persetujuan dengan
tanda tangan (informed consent).

35
3. Peneliti berusaha seobjektif mungkin dalam kegiatan penelitian ini, misalnya tidak
memaksakan kehendak agar subjek penelitian memberikan jawaban yang tidak
diinginkan, tidak menambah atau mengurangi jawaban subjek penelitian.
4. Untuk memperlancar penelitian ini, peneliti dibantu oleh beberapa pendamping
peneliti.

II.16Jalannya Penelitian

Penelitian dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :


a. Persiapan

1. Pengumpulan data awal dan menyusun kuesioner


2. Mengurus izin penelitian dari Kepala Desa Kedundang, Kepala Dusun Pencengan,
Kepala Puskesmas Temon 1,Ketua RW 04, Ketua RT 09. RT10, dan RT 11.
b. Pelaksanaan

Sebelum melakukan penelitian, dilakukan diskusi dengan anggota tim peneliti untuk
membentuk kuesioner dan pelaksanaan dalam memperoleh data melalui kuesioner tersebut.
Penelitian dilaksanakan dengan mendatangi rumah responden satu persatu kemudian
melakukan wawancara sesuai dengan pertanyaan dalam kuesioner kepada responden.
Sebelum melakukan wawancara, responden dijelaskan mengenai maksud kedatangan dan
tujuan dilakukan wawancara tersebut.Setelah melakukan wawancara, peneliti melakukan
observasi terhadap kondisi pengudaraan dan lingkungan di sekitar rumah
responden.Kemudian setelah melakukan wawancara dan observasi, peneliti meneliti kembali
kelengkapan kuesioner yang belum sempat ditanyakan kepada responden sebelum
meninggalkan rumah responden.

c. Pelaporan
Setelah seluruh kuesioner terkumpul, dilakukan tabulasi, pengolahan data, dan analisis
data. Tahap akhir adalah penyusunan laporan penelitian dan dilanjutkan dengan presentasi
hasil penelitian kepada pihak pihak yang terkait.Pelaporan data penelitian dibuat dalam
bentuk laporan penelitian yang mencakup latar belakang permasalahan, hasil penelitian,
pembahasan, dan usulan usulan yang didasarkan pada temuan penelitian.

36
II.17 Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 28 Juni 2011 sampai dengan 4 Agustus 2011.
Jadwal pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel : Jadwal Penelitian

Tanggal Aktivitas

28 Juni 2011  Melapor ke camat dan kepala puskesmas.

 Melapor ke kelurahan.
 Mengumpulkan data - data sekunder dan
4 Juli 2011 data - data dasar serta data demografis
Kelurahan/Desa Kedundang.
 Menentukan topik penelitian.

 Melapor kepada kepala dusun setempat


dan kader kesehatan setempat.
5 Juli 2011-9 Juli 2011
 Menyusun proposal dan kuesioner
bersama dengan tim.

10 Juli 2011  Bertemu DPF

 Diskusi materi Kuestioner dengan tim


11 Juli 2011- 16 Juli 2011 peneliti.
 Mencari bahan rujukan dari internet

17 Juli 2011  Bertemu DPF

 Pelatihan Kounselor Berhenti Merokok di


18 Juli 2011 Unit Bio Etik Fakultas Kedokteran
Gadjah Mada

 Seminar proposal terhadap dosen


19 Juli 2011 pembimbing Lapangan dan Petugas
Kesehatandi Puskesmas Temon .

37
 Melakukan revisi proposal dan kuesioner.
19 Juli 2011
 Validasi kuesioner.

 Meminta izin ke kepala dusun dan kepala


RT 9,10,11 Dusun Pencengan, Desa
Kedundang untuk melakukan pembagian
19 Juli 2011- 21 Juli 2011
kuisioner.
 Melakukan wawancara terhadap
responden sesuai dengan kuesioner.

 Membuat sistem skor terhadap kuesioner.


21 Juli 2011  Melakukan skoring hasil kuesioner.
 Mengentri Data ke SPSS

 Persiapan Penyuluhan ’Rumah Bebas


22 Juli 2011 Asap Rokok’.
 Penyuluhan ’Rumah Bebas Asap Rokok’.

 Melakukan pengolahan dan analisis data.


23 Juli 2011 – 24 Juli 2011
 Membuat laporan penelitian.

 Melakukan konsultasi laporan penelitian


dengan DPL dan DPK.
24 Juli 2011-30 Juli 2011  Persiapan peresmian ‘Klinik Berhenti
Merokok’.
 Mengerjakan revisi laporan penelitian.

1 Agustus 2011  Peresmian Klinik Berhenti Merokok

2 Agustus 2011  Seminar Hasil

38
II.18HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jumlah Perokok Mengikut Usia Perokok

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Usia 44 20 69 40,09 10,002

Histogram

10

6
Frequency

Mean =40.09
Std. Dev. =10.002
N =44
0
20 30 40 50 60 70

Usia

Dari hasil survey, terdapat umur responden berkisar dari usia 20 hingga 69 tahun. Terdapat 2
responden yang berumur 20 tahun, 5 yang berumur 25 tahun, 7 yang berumur 30 tahun, 5
yang berumur 35 tahun, 9 yang berumur 40 tahun, 9 yang berumur 45 tahun, 5 yang berumur
50 tahun, 1 yang berumur 55 tahun dan 1 responden berumur 65 tahun. Rata-rata umur
responden 40,09 tahun dengan standard deviasi 10,002.

39
Table Hubungan Pendapatan dan Pengeluaran Untuk Rokok Setiap Bulan

Pengeluaran Untuk Rokok Total


Rp Rp
Rp 0-Rp 100,000- 200,000- > Rp
Pendapatan
100,000 Rp Rp 300,000
200,000 300,000
>Rp300,000 Jumlah 1 0 0 0 1

% within
Pengeluaran Untuk 4,5% ,0% ,0% ,0% 2,3%
Rokok

Rp300,000- Jumlah 5 2 1 0 8
Rp600,000

% within
Pengeluaran Untuk 22,7% 20,0% 10,0% ,0% 18,2%
Rokok

Rp600,000-
Jumlah 11 8 8 1 28
Rp900,000

% within
Pengeluaran Untuk 50,0% 80,0% 80,0% 50,0% 63,6%
Rokok

Rp900,000 Jumlah 5 0 1 1 7

% within
Pengeluaran Untuk 22,7% ,0% 10,0% 50,0% 15,9%
Rokok

Total Jumlah 22 10 10 2 44

% within
Pengeluaran Untuk 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
Rokok

40
Bar Chart

12
Pengeluaran Untuk
Rokok
1
2
10 3
4

8
Count

0
1 2 3 4

Pendapatan

Dari table hubungan antara pendapatan dan pengeluaran untuk membeli rokok, terdapat 29
orang responden yang menerima pendapatan Rp600,000-Rp900,000 per bulan, 8 orang yang
menerima pendapatan Rp300,000-Rp600,000 per bulan, 7 orang yang menerima pendapatan
>Rp900,000 per bulan dan 1 orang yang mendapat <Rp300,000 per bulan. Dari hasil
penelitian, didapatkan responden yang mendapat <Rp300,000 per bulan mengeluarkan
<Rp100,000 untuk pembelian rokok per bulan. Antara yang mendapat Rp300,000-
Rp600,000, ada 5 orang yang mengeluarkan <Rp100,000, 2 orang yang mengeluarkan
Rp100,000-Rp200,000, dan 1 yang mengeluarkan Rp200,000-Rp300,000 per bulan untuk
pembelian rokok. Antara responden yang mendapat Rp600,000-Rp900,000, terdapat 11 yang
mengeluarkan<Rp100,000, 8 orang yang mengeluarkan Rp100,000-Rp200,000, 8 orang yang
mengeluarkan Rp200,000-Rp300,000 dan 1 orang yang mengeluarkan >Rp300,000 per bulan
untuk pembelian rokok. Dari 7 orang yang mendapat lebih dari Rp900,000 per bulan, 5 orang
tersebut mengeluarkan <Rp100,000, 1 orang yang mengeluarkan Rp200,000-Rp300,000 dan
1 orang yang mengeluarkan lebih dari Rp300,000 per bulan untuk pembelian rokok.

41
Jumlah responden yang merokok

Table Jumlahperokok di Rumah Tangga

Frequency Percent
Valid no 12 27,3
yes 32 72,7
Total 44 100,0

Jumlahperokok_code1

40

30
Frequency

20

10

0
no yes

Jumlahperokok_code1

Dari table jumlah orang yang merokok dalam rumah tangga, terdapat 32 responden iaitu
72.7% yang menyatakan bahwa di rumah tangga mereka ada minimal seorang perokok dan
12 responden iaitu 27.3% yang menyatakan tidak ada perokok di rumah tangga.

42
Jumlah responden berdasarkan jenis pekerjaan

Jumlah yang
Jenis Pekerjaan Persentase(%)
merokok
Bidan 1 2,3
Buruh 3 6,8
Guru 1 2,3
Ibu Rumah Tangga 10 22,7
Karyawan 2 4,5
Pedagang 3 6,8
perangkat desa 1 2,3
Petani 20 45,5
PRT 2 4,5
Swasta 1 2,3
Total 44 100,0

Pekerjaan

20

15
Frequency

10

0
Bidan Buruh Guru Ibu Rumah Karyawan Pedagang perangkat Petani PRT Swasta
Tangga desa

Pekerjaan

Dari hasil table jenis pekerjaan,antara 44 orang, 1 responden (2.3%) yang bekerja sebagai
bidan, 3 responden (6.8%) yang bekerja sebagai buruh, 1 responden (2.3%) yang bekerja
sebagai guru, 10 orang (22.7%) sebagai ibu rumah tangga, 2 responden (4.5%) yang bekerja
sebagai karyawan, 3 (6.8%) pedagang, 1 responden (2.3%) yang bekerja sebagai perangkat
desa, 20 orang (45.5%) petani, 2 orang (4.5%) pembantu rumah tangga dan seorang (2.3%)
sebagai pekerja swasta.

43
Jumlah perokok berdasarkan jenis pekerjaan

Bar Chart

Jumlahperokok_code1
no
yes
12.5

10.0
Count

7.5

5.0

2.5

0.0
Bidan Buruh Guru Ibu Karyawan Pedagang perangkat Petani PRT Swasta
Rumah desa
Tangga

Pekerjaan

Dari hasil table jenis pekerjaan dan status merokok, terdapat 32 orang responden yang
merokok dan 12 yang tidak merokok. 1 responden yang bekerja sebagai bidan merupakan
perokok, 3 responden yang bekerja sebagai buruh semuanya merupakan perokok, 1 responden
yang bekerja sebagai guru merokok, antara 10 orang ibu rumah tangga, 7 yang merokok dan 3
yang tidak merokok, 2 responden yang bekerja sebagai karyawan merokok semua, antara 3
pedagang, 2 yang merokok dan 1 orang tidak merokok, 1 responden yang bekerja sebagai
perangkat desa yang tidak merokok, antara 20 orang petani, 13 yang merupakan perokok dan
7 orang yang bukan perokok, 2 pembantu rumah tangga merokok kedua-duanya, dan seorang
pekerja swasta yang merokok.

44
Table Frekuensi Perokok merokok di dalam rumah
Jenis Kekerapan Frequency Percent (%)
always 6 13.6
often 18 40.9
sometimes 8 18.2
rare 1 2.3
never 11 25.0
total 44 100.0

Frekuensi Merokok dalam Rumah

20

15
Frequency

10

0
always often sometimes rare never

Frekuensi Merokok dalam Rumah

Dari hasil survey frekuensi perokok yang mempunyai kebiasaan untuk merokok di dalam
rumah, dijumpai 33 orang responden (75%) merokok di dalam rumah. Antara 33 orang
tersebut, 6 orang responden (13.6%) mengaku selalu merokok di dalam rumah, 18 orang
(40.9%) mengatakan sering, 8 orang (18.2%) mengatakan kadang-kadang, 1 orang (2.3%)
mengatakan jarang dan terdapat 11 orang (25%) mengatakan tidak pernah merokok di dalam
rumah.

45
Hubungan Merokok dengan kejadian Infeksi Saluran Napas (Nasofaringitis Akut)

Infeksi Saluran Nafas Total


Status Merokok
YES NO
4 8 12
Bukan Perokok 33,3% 66,7% 100,0%

27 5 32
Perokok 84,4% 15,6% 100,0%

31 13 44
Total 70,5% 29,5% 100,0%

Bar Chart

30
Infeksi Saluran Nafas
YES
NO

20
Count

10

0
no yes

Jumlahperokok_code1

Chi-Square Tests

46
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 10,923(b) 1 ,001
Continuity
8,608 1 ,003
Correction(a)
Likelihood Ratio 10,399 1 ,001
Fisher's Exact Test ,002 ,002
Linear-by-Linear
10,674 1 ,001
Association
N of Valid Cases 44
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,55.

Relative Risk

ARI No ARI Total

Smoker 27 5 32

Non
4 8 12
Smoker

total 13 31 44

(A/A+B)= 0,84
(C/C+D) 0,33
RR = 2.55

Antara 32 perokok, 27 (84,4%) menderita ISPA dan 5 (15.6%) tidak menderita penyakit
infeksi saluran pernafasan akut dalam 1 bulan ini.
Antara 12 bukan perokok,4 (33.3%) menderita ISPA dan 8 (66.7%) tidak menderita penyakit
infeksi saluran pernafasan akut dalam 1 bulan ini.
Dari penghitungan relative risk, didapatkan bahwa perokok mempunyai 2.55 kali lebih
beresiko untuk mendapat penyakit infeksi saluran pernafasan akut.

47
Kekerapan terpapar asap rokok dan kejadian nasofaringitis akut

Kekerapan anggota keluarga Infeksi Saluran Nafas Total


terpapar asap rokok YES NO
Rare Count 6 8 14
% 42,9% 57,1% 100,0%
Sometimes Count 14 5 19
% 73,7% 26,3% 100,0%
Often Count 9 0 9
% 100,0% ,0% 100,0%
Always Count 2 0 2
% 100,0% ,0% 100,0%
Total Count 31 13 44
% 70,5% 29,5% 100,0%

Bar Chart

Infeksi Saluran Nafas


YES
NO
12.5

10.0
Count

7.5

5.0

2.5

0.0
Rare Sometimes Often Always

Kekerapan anggota keluarga terpapar asap rokok

Dari Table di atas yang menghubungkan kekerapan anggota keluarga terpapar asap rokok dan
frekuensi kejadian nasofaringitis akut, dapat dilihat bahwa yang jarang terpapar dengan asap
rokok, hanya 6 dari 14 orang iaitu 42.9% yang menderita nasopharingits akut. Dari golongan
yang kadang-kadang terpapar yang terdiri dari 19 orang, 14 orang iaitu 73.7% yang
menderitanasopharingits akut. Dari golongan yang sering terpapar dengan asap rokok yang
melingkupi 9 orang, semua 9 orang tersebut menderitanasopharingits akut, iaitu 100%. Dari
golongan yang selalu terpapar dengan asap rokok, iaitu 2 orang, 100% dari 2 orang itu
menderitanasopharingits akut.

48
Hubungan Merokok dengan Kejadian Asma

Asma Total
YES NO
Count 2 10 12
Non Smokers
% 16,7% 83,3% 100,0%
Count 8 24 32
Smokers
% 25,0% 75,0% 100,0%

Count 10 34 44
Total
% 22,7% 77,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,345(b) 1 ,557
Continuity
,034 1 ,854
Correction(a)
Likelihood Ratio ,362 1 ,548
Fisher's Exact Test ,702 ,441
Linear-by-Linear
,337 1 ,561
Association
N of Valid Cases 44

a Computed only for a 2x2 table


b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,73.

49
Bar Chart

25
Asma
YES
NO

20

15
Count

10

0
no yes

Jumlahperokok_code1

Dari Table hubungan antara status merokok dan angka kejadian penyakit asma, didapatkan
dari 44 orang responden, sejumlah 10 orang yang menderita penyakit asma dan 34 orang yang
tidak menderita penyakit asma. Antara 10 orang yang menderita penyakit asma, sebanyak 8
orang iaitu 80% merupakan perokok, dan 2 orang yang lain iaitu 20% bukan perokok. Antara
yang merokok, terdapat 8 orang (25%) yang menderita asma dan 24 orang (75%) yang tidak
menderita asma.

50
Hubungan antara Merokok dan Infeksi Saluran Telinga

Infeksi Saluran
Total
\ Telinga
YES NO YES
Count 0 12 12
NO
% ,0% 100,0% 100,0%
Count 6 26 32
YES
% 18,8% 81,3% 100,0%
Count 6 38 44
Total
% 13,6% 86,4% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. (1-


Value df
(2-sided) (2-sided) sided)
Pearson Chi-Square 2,605(b) 1 ,107
Continuity
1,256 1 ,262
Correction(a)
Likelihood Ratio 4,166 1 ,041
Fisher's Exact Test ,167 ,128
Linear-by-Linear
2,546 1 ,111
Association
N of Valid Cases 44
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,64.

51
Bar Chart

30
Infeksi Saluran Telinga
YES
NO

20
Count

10

0
no yes

Jumlahperokok_code1

Dari table hubungan antara status merokok dan infeksi saluran telinga, didapatkan bahwa
sejumlah 6 orang, iaitu 13.6%, dari jumlah angka respoden itu menderita penyakit infeksi
saluran telinga, dan keenam-enam penderita itu merupakan perokok. Dari kelompok yang
tidak merokok, 12 orang yang tidak merokok iaitu 86.4% dari jumlah responden, semuanya
tidak menderitapenyakit infeksi saluran telinga. Dari kelompok yang merokok itu sendiri, 6
orang (18.8%) menderitapenyakit infeksi saluran telinga dan 26 orang (81.3%) tidak
menderitapenyakit infeksi saluran telinga.

52
Hubungan Merokok dan Kejadian TB Paru

TB paru Total
YES NO YES
Count 0 12 12
Non smokers
% ,0% 100,0% 100,0%

Count 3 29 32
Smokers
% 9,4% 90,6% 100,0%
Count 3 41 44
Total
% 6,8% 93,2% 100,0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.


Value df
(2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,207(b) 1 ,272
Continuity
,183 1 ,669
Correction(a)
Likelihood Ratio 1,992 1 ,158
Fisher's Exact Test ,551 ,375
Linear-by-Linear
1,180 1 ,277
Association
N of Valid Cases 44

a Computed only for a 2x2 table


b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,82.

53
Bar Chart

30
TB paru
YES
NO

20
Count

10

0
no yes

Jumlahperokok_code1

Dari Table Hubungan merokok dan angka kejadian Tuberkulosis Paru, didapatkan bahwa
tidak ada non-smokers yang menderita TB paru iaitu jumlah 12 orang (100%). Antara yang
merokok, terdapat 3 orang (9.4%) yang menderita TB paru dan 29 orang (90.6%) yang tidak
menderita TB paru. Dari jumlah 44 orang responden, sejumlah 3 orang (6.8%) yang
menderita TB paru.

54
Hubungan antara Merokok dan Kejadian Pneumonia

Pneumonia Total
YES NO YES
Count 0 12 12
NO
% 0% 100,0% 100,0%
Count 2 30 32
YES
% 6,3% 93,8% 100,0%
Count 2 42 44
Total
% 4,5% 95,5% 100,0%

Bar Chart

30
Pneumonia
YES
NO

20
Count

10

0
no yes

Jumlahperokok_code1

Dari Table Hubungan antara merokok dan kejadian Pneumonia, dari kelompok yang tidak
merokok, tidak ada yang menderita pneumonia.12 orang yang tidak merokok (100%) tidak
menderita pneumonia. Dari kelompok yang merokok, terdapat 2 orang (6.3%) yang menderita
pneumonia dan 30 orang (93.8%) yang tidak menderita pneumonia. Dari jumlah 44 orang
responden, 2 orang (4,5%) menderita pneumonia dan 42 orang (95.5%) yang tidak menderita
pneumonia.

55
Jumlah responden yang mendukung larangan merokok di rumah

Dukungan larangan
Frequency Percent(%)
merokok di rumah
Yes 36 81,8
No 4 9,1
doesnt Know 4 9,1
Total 44 100,0

Dukungan Larangan Merokok Di Dalam Rumah

40

30
Frequency

20

10

0
Yes No doesnt Know

Dukungan Larangan Merokok Di Dalam Rumah

Dari hasil ini yang mengenai dukungan para istri untuk melarang suami mereka merokok di
dalam rumah, terdapat 36 orang (81.8%) yang mendukung.Terdapat 4 orang (9.1%) yang
mengatakan tidak mendukung, dan 4 orang (9.1%) yang mengatakan tidak tau.

56
Keikutsertaan dalam kampanye bebas asap rokok

Keikutsertaan kampanye Frequency Percent(%)

Yes 33 75,0
No 4 9,1
doesnt Know 7 15,9
Total 44 100,0

Keikutsertaan dalam Kampanye Rumah Bebas Asap Rokok

40

30
Frequency

20

10

0
Yes No doesnt Know

Keikutsertaan dalam Kampanye Rumah Bebas Asap Rokok

Dari hasil pertanyaan kesediaan para istri untuk mengikutsertakan rumah mereka ke dalam
kampanye rumah bebas asap rokok, 33 orang (75%) bersedia mengikutsertakan rumah
mereka, dan 4 orang (9.1%) yang tidak bersedia. Terdapat 7 orang (15.9%) yang tidak pasti
atau ragu-ragu dalam kesediaan untukmengikutsertakan rumah mereka ke dalam kampanye
rumah bebas asap rokok.

57
Kesediaan Memilik Sticker Rumah Bebas Asap Rokok

Frequency Percent
Yes 39 88,6
No 4 9,1
Doesnt Know 1 2,3
Total 44 100,0

Kesediaan Memilik Sticker Rumah Bebas Asap Rokok

40

30
Frequency

20

10

0
Yes No Doesnt Know

Kesediaan Memilik Sticker Rumah Bebas Asap Rokok

Dari hasil pertanyaan kesediaan para ibu memiliki stiker rumah bebas asap rokok untuk
ditempel di pintu depan rumah mereka, didapatkan 39 orang (88.6%) mengatakan mereka
bersedia, 4 orang (9.1%) yang tidak bersedia dan seorang (2.3%) yang ragu-ragu tentang
kesediaan untuk memiliki stiker rumah bebas asap rokok ditempel di pintu depan rumah.

58
II.19 Pembahasan

Angka kesakitan penduduk didapat dari data yang berasal dari masyarakat(Community

BasedData) melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan

dalam hal inibersumber dari puskesmas maupun dari sarana pelayanan kesehatan (Facility

Based Data) yangdiperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

Berdasarkan data kesakitan baik di puskesmas maupun rumah sakit pada tahun 2010

diKabupaten Kulonprogo, diketahui bahwa jenis penyakit nasofaringitis (ISPA) merupakan

masalah yang paling banyak dijumpai pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Temon I,

kemudian disusul artritis dan headache pada ke-2 dan ke-3. Masalah malaise dan fatigue

merupakan masalah yang paling jarang dijumpai pada masyarakat di wilayah kerja

Puskesmas Temon I. dari penyebabnya penyakit-penyakit tersebut lebih dikarenakan perilaku

hidup yang tidak sehat,terutama dari sisi gaya hidup meliputi diet makan, aktifitas fisik serta

kebiasaan merokok.

Didapatkan adanya keterkaitan kuat antara besarnya angka kesakitan nasofaringitis

(ISPA) pada masyarakat kabupaten kulonprogo denganperilaku masyarakatnya yang

merokok, khususnya merokok di dalam rumah, 72% rumah di desa kedundang setidaknya

mempunyai 1orang perokok di dalam rumahnya. Data ini didukung oleh temuan survei

lainnya bahwa 84% individu yang merokok tersebut setidaknya pernah menderita

nasofaringitis akut dalam satu bulan terakhir. Dengan relative Risk sebesar 2,2.

Diketahui bahwa Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA mengandung 3 unsur, yaitu

infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah

sebagai berikut :

a. Yang dimaksud dengan infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam

tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

59
b. Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga

alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Dengan demikian ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran

pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran

pernafasan. Dengan batasan ini maka jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan

(respiratory tract).

c. Yang dimaksud dengan infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14

hari. Batas 14 hari ini diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari

(DepKes. RI, 1998 : 3 dan 4).

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah

penyebab utama timbulnya ISPA.Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan

perubahan mukosiliar pada saluran pernafasan atas, penurunan VEP (volume ekspirasi paksa)

1 detik.Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan

metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

Merokok merupakan faktor resiko untuk terjadinya infeksi saluran nafas, karena

pengaruhnya terhadap sistem pertahanan bagi saluran pernafasan manusia.Merokok terkait

erat dengan morbiditas dan mortalitas dari pneumonia dan influenza, serta ketiadaan dari

faktor pekerjaan karena infeksi saluran nafas yang lebih ringan.Perokok mempunyai

kemungkinan lebih tinggi untuk menghidap nasofaringitis akut, influenza, pneumonia,

tuberkulosis, dan tuberkulosis varicella.

Terlihat juga adanya hubungan lainnya antara jumlah penerimaan keluarga dalam

rupiah dengan angka pengeluaran untuk rokok dalam rupiah perbulannya. Dari data yang

60
diperoleh, didapatkan semakin besar pendapatan, semakin besar pengeluaran yang

dibelanjakan untuk membeli rokok.

Peryataan dari WHO yang melahirkan FCTC yang diharapkan dapat mengurangi

angka konsumsi rokok oleh masyarakat kurang menunjukan hasil yang menggembirakan.Hal

ini dipengaruhi oleh tingkat kesadaran masyarakat yang cenderung kurang memperhatikan

bahaya merokok yang sudah sering diungkapkan pada kampanye anti tembakau ataupun yang

tertera pada bungkus rokok itu sendiri. Berdasarkan penelitian penggunaan rokok

diperkirakan mengakibatkan 70 % kematian yang disebabkan oleh penyakit paru kronik,

bronchitis kronis, dan emfisema, 40 % kematian karena stroke, dan 90 % kematian karena

kanker paru. Secara global, rokok merupakan sekitar 8,8 % dari semua kematian pada tahun

2000 (WHO, 2002, disitasi oleh DEPKES RI, 2004). Angka tersebut menunjukan

peningkatan kematian lebih dari 1 juta dibandingkan dengan kematian yang terjadi pada

tahun 1990 (WHO, 2003, disitasi oleh DEPKES, 2004).

Kesadaran masyarakat desa Kedundang akan bahaya merokok dan keperduliannya

untuk menjaga kesehatan keluarga dinilai rendah dilihat dari 72% rumah di desa Kedundang

mempunyai anggota keluarga yang merokok didalam rumah. Akan tetapi terlihat adanya hasil

yang menggembirakan dimana tingkat kesadaran para ibu terhadap bahaya merokok di Desa

Kedundang cenderung keberatan jika suaminya merokok di dalam rumah.Sebanyak 45.5%

ibu-ibu keberatan suami mereka merokok di dalam rumah tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

50% dari ibu-ibu tersebut sering meminta suami untuk tidak merokok di dalam rumah.

Kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah akan perlindungan tersebut kurang

mendapat respon yang menyeluruh dari tiap daaerah di seluruh Indonesia. Hal ini ditunjukan

dengan baru beberapa Gubernur daerah yang mengeluarkan PERDA untuk mendukung

program pemerintah tersebut. Beberapa daerah yang telah berpartisipasi mendukung

kebijakan pemerintah ini antara lain Gubernur DKI dengan PERDA No 2 tahun 2005 tentang

61
pengendalian pencemaran lingkungan menyelipkan 1 pasal yaitu pasal 13 yang berisi tentang

kawasan tanpa rokok. Setelah itu disusul beberapa daerah lain yang mengeluarkan PERDA

tentang kawasan bebas rokok seperti PEMDA kota Bogor,PEMDA kota Cirebon,dan

PEMDA kota Palembang (Profil Tembakau Indonesia ,Tobacco Control Suport Center

(TCSC)-IAKMI).

Kesediaan Para Istri untuk mengikutsertakan rumah ke dalam Kampanye Rumah

Bebas Asap Rokok menunjukkan tren positif, yaitu 75% istri di Desa Kedundang mendukung

kampanye Rumah Bebas Asap Rokok dan 82% Istri menginginkan suami merokok diluar

rumah, dimana ini menunjukkan bahwa terjadinya tren postif terhadap tingkat kesadaran

masyarakat khususnya para ibu untuk tetap menjaga kesehatan anggota keluarganya pada

bahaya terpaparnya asap rokok. Oleh sebab itu diperlukan suatu tindak lanjut terhadap

keberhasilan program Rumah Bebas Asap Rokok di Desa Kedundang, dengan melakukan

kegiatan-kegiatan seperti Penyuluhan Bahaya Merokok maupun dibentuknya suatu klinik

berhrnti merokok.

62
II.20 Kesimpulan Dan Saran

II.20.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan, didapati bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan
Merokok di dalam rumah dan kejadian nasofaringitis akut di dalam warga masyarakat
Dusun Pencengan, Desa Kedundang.
Berikut merupakan keterbatasan penelitian ini:
1. Perokok yang terdiri dari kalangan laki-laki kurang berminat ikut serta dalam
penelitian ini.
2. Faktor-faktor lain penyebab nasofaringitis akut selain terpapar asap rokok tidak
terkontrol.
3. Kesukaran komunikasi karena tidak semua dari tim peneliti bisa berbahasa jawa.

II.20.2 Saran

Peneliti menyarankan agar:


1. Tenaga kesehatan harus memainkan peran aktif dalam meningkatkan kesadaran warga
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo terhadap bahaya merokok dan
hubungannya dengan sebagai faktor resiko pelbagai jenis penyakit terutamanya
nasofaringitis akut.
2. Perokok ( perokok aktif ) harus diberi kesadaran tentang bahaya asap rokok terhadap
diri sendiri dan orang di sekitarnya ( perokok pasif ).
3. Diadakan deklarasi ‘Rumah Bebas Asap Rokok’ untuk mengurangkan kebiasaan
merokok di dalam rumah bagi setiap warga yang merokok.
4. Diwujudkan Klinik Berhenti Merokok di Puskesmas Temon 1 untuk membantu
memeberikan kounseling terhadap warga yang ingin berhenti merokok.

63
BAB III

TINDAKAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN

III.1 Rencana dan Program Kerja


Salah satu masalah kesehatan prioritas yang telah ditentukan pada warga Dusun
Pencengan, Desa Kedundang, Kabupaten Temon adalah nasofaringitis akut.Masalah
kesehatan ini dianggap prioritas berdasarkan sokongan dan dukungan yang telah diberikan
dari Pembimbing Klinis dan juga dari Pembimbing Lapangan.Dari masalah kesehatan
tersebut, kemudian dikembangkan suatu rencana dan program untuk intervensi. Berikut ini
dipaparkan rencana dan program kerja kegiatan Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M)
Dusun Pencengan, Desa Kedundang, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, sebagai
berikut :

Rencana dan Program Kerja Kegiatan Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat (K3M), Dusun
Pencengan, Desa Kedundang, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo Juni 2011 - Juli
2011

No. Kegiatan Waktu dan Sasaran Indikator


Tempat Keberhasilan
Pelaksanaan
1. -Melapor ke  Kamis, 28 Juni  DPL  Menentukan judul
kelurahan. 2011  Mahasiswa K3M penelitian yang
 Puskewsmas sesuai berdasarkan
-Mengumpulkan data
Temon 1 prioritas masalh
data sekunder dan
kesehatan di Dusun
data - data dasar serta
Pencengan Desa
data demografis
Kedundang.
Kelurahan/Desa
Kedundang.

-Menentukan topik
penelitian

64
2. Konsultasi judul,  FK UGM  DPF  Mahasiswa
kuesioner dan  10 Juli 2011,  Mahasiswa K3M memahami lebih
keseluruhan proposal Minggu Fakultas jelas tentang
dengan DPF  Pukul 9.00 – Kedokteran kekurangan dan
11.00 UGM kelebihan pada
judul penelitian dan
kuesioner yang
telah disediakan.
 Revisi kuesioner
dan proposal
penelitian.

3. Pelatihan Kounselor  FK UGM  Mahasiswa K3M Mahasiswa dan wakil


Berhenti Merokok  18 Juli 2011, Fakultas dari puskesmas lebih
Senin Kedokteran memahami konseling
 Pukul 8.00- 15.00 UGM berhenti merokok.
 Wakil dari
Puskesmas
Temon 1
4. Seminar Proposal  Puskesmas  DPL Mendapat persetujuan
Penelitian ‘Hubungan Temon 1  Pembimbing dan pemahaman dari
kebiasaan merokok di  19 Juli 2011, Klinis pihak-pihak terkait
dalam rumah dengan Rabu  Wakil Dinas mengenai penelitian
angka kejadian  Pukul 9.00– 10.00 Kesehatan yang diajukan.
penyakit  Petugas
nasofaringitis akut Kesehatan di
dalam warga Puskesmas
masyarakat Dusun Temon 1.
Pencengan, Desa
Kedundang,
Kecamatan Temon’

65
5.  Meminta izin ke  Rumah Kepala  Kepala setiap RT  Mendapat
kepala dusun dan setiap RT (RT 9- (RT 9-11) RW 4 pemahaman dan
kepala RT 11) RW 4 Dusun Dusun izin dari Kepala
9,10,11 Dusun Pencengan. Pencengan. setiap RT (RT 9-11)
Pencengan, Desa  19 Juli 2011-21  Warga setiap RT RW 4 Dusun
Kedundang untuk Juli 2011, (RT 9-11) RW 4 Pencengan.untuk
melakukan  Pukul 14.00-17.30 Dusun penyebaran
pembagian Pencengan. kuesioner kepada
kuisioner. warga.
 Melakukan  Mendapat
wawancara kerjasama dan
terhadap pemahaman dari
responden sesuai warga RT (RT 9-11)
dengan kuesioner RW 4 Dusun
Pencengan.tentang
penelitian dan
kuesioner yang
diberikan.

6. • Persiapan Dusun Pencengan,  Mahasiswa  Warga entusias


Penyuluhan ’Rumah 22 Juli 2011, Jumat K3M dengan materi
Bebas Asap Rokok’.  Warga RT (RT yang
• Penyuluhan 9-11) RW 4 dipresentasikan
’Rumah Bebas Asap Dusun 1.Rumah Bebas
Rokok’ Pencengan Asap Rokok
2.Bahaya Perokok
Pasif
 Kehadiran 45
orang warga.

66
7. Analisa data hasil Dusun Pencengan, Mahasiswa K3M Menganalisa hasil
penelitian. 23 Juli 2011, Sabtu penelitian untuk
sehingga 24 Juli mendapatkan
2011, Minggu kesimpulan.

8. Melakukan konsultasi FK UGM, 24 Juli  Mahasiswa Mengetahui cara


laporan penelitian 2011, Minggu, K3M menyusun laporan
dengan DPL dan sehingga 25 Juli  DPL dan DPF penelitian.
DPK. 2011, Senin
9. Persiapan peresmian Puskesmas Temon  Mahasiswa  Pemilihan pojok
‘Klinik Berhenti 1, 25 Juli 2011, K3M DOTS sebagai
Merokok’. Minggu, sehingga  Puskesmas ruangan klinik
• Mengerjakan 31 Agustus 2011, Temon 1 berhenti merokok
revisi laporan Minggu  Persediaan
penelitian ruangan dengan
leaflet, poster dan
rekam medis
berhenti merokok.
6.  Peresmian Klinik  Puskesmas  Puskesmas  Banyaknya jumlah
Berhenti Merokok. Temon 1 Temon 1 warga yang hadir
 31 Juli 2011, telah memahami
Senin tentang Diabetes
 Pukul 10.00- Mellitus Tipe 2.
selesai  Hasil dari
anamnesis dan cek
gula darah gratis
,warga yang
menderita Diabetes
Mellitus terdeteksi.
7. Seminar Hasil  Puskesmas  DPF Mendapat
penelitian ‘Hubungan Temon 1  DPL pemahaman dari
kebiasaan merokok di  2 Agustus 2011,  Pembimbing pihak-pihak terkait
dalam rumah dengan Selasa Klinis mengenai hasil dan

67
angka kejadian  Pukul 09-00 –  Kepala Desa kepentingan
penyakit selesai. Kedundang penelitian. Dengan
nasofaringitis akut  Kepala Dusun penelitian ini,
dalam warga Pencengan diharapkan dapat
masyarakat Dusun  KESRA Desa menjadi dasar untuk
Pencengan, Desa Kedundang penanganan kejadian
Kedundang, nasofaringitis di
Kecamatan Temon’ kalangan warga.

Disamping melaksanakan pemecahan masalah kesehatan prioritas yang telah


ditentukan pada warga RW 4, RT 9,10, dan 11 Dusun Pencengan, Desa Kedundang,
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, mahasiswa juga melaksanakan kegiatanlain
sesuai dengan program yang ada di Puskesmas Temon 1. Kegiatan lain yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut :

Rencana Kegiatan lain Mahasiswa K3M di Wilayah Kerja Puskesmas Temon 1 Juni
2011 hingga Juli 2011

No. Kegiatan Waktu dan Sasaran Indikator


Tempat Keberhasilan
Pelaksanaan
1. Mengikuti kegiatan  Rumah Kader di  Para lansia Para lansia
Posyandu Lansia di Desa Kedundang megetahui tahap
Desa Kedundang  11 Juli 2011, kesehatan mereka
Senin terutamnya
 Pukul 11.00- tekanan darah
selesai mereka dan cara
menjaga
kesehatan.
2. Mengikuti kegiatan  Rumah Kader di  Para Lansia Para lansia
Posyandu Lansia di Desa Kedundang megetahui tahap
Desa Kedundang  14 Juli 2011, kesehatan mereka
Kamis terutamnya

68
 Pukul 9.00-selesai tekanan darah
mereka dan cara
menjaga
kesehatan.
3. Penyuluhan tentang  SMK Siswa SMP Meningkatnya
Kesehatan Muhamadiyah, Muhamadiyah pengetahuan siswa
Reproduksi Remaja Temon 1 Temon 1 tentang Kesehatan
(KRR)  12 Juli 2011, Reproduksi
Selasa Remaja (KRR).
 Pukul 9.00-selesai
4. Penyuluhan tentang  SMK Kelautan. Siswa SMK Meningkatnya
Kesehatan  13 Juli 2011, Kelautan pengetahuan siswa
Reproduksi Remaja Selasa tentang Kesehatan
(KRR)  Pukul 9.00-selesai Reproduksi
. Remaja (KRR).

4. Mengikuti Program  Puskesmas Warga dalam Mengetahui


Pemeriksaan Temon 1 wilayah kerja tingkat kesehatan
Keseshatan  4 Juli 2011 Puskesmas Temon warga Temon.
Masyarakat Temon 1  Jam 09.00-selesa 1.
dengan kerjasama
dari CITO lab

69
III.2. Pelaksanaan dan Pemantauan
Pelaksanaan dan Pemantauan Program Kerja Utama Desa Kedundang, Kecamtan Temon,
Kabupaten Kulon Progo Juni 2011- Juli 2011

No. Kegiatan Pelaksanaan dan Pemantauan


1. Seminar Proposal Penelitian Tanggal : Rabu, 19 Juli 2011
Hubungan kebiasaan merokok di Waktu : Pukul 9.30 – 11.00
dalam rumah dengan angka Kegiatan : Pemaparan mengenai latar belakang,
kejadian penyakit nasofaringitis maksud dan tujuan penelitian untuk mendapatkan
akut dalam warga masyarakat persetujuan pelaksanaan penelitian dari pihak-pihak
Dusun Pencengan, Desa terkait.
Kedundang, Kecamatan Dihadiri oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL)
Temon’”. , Pembimbing Klinis (CF), Petugas Kesehatan
Puskesmas Temon 1, dan wakil dari Dinas
Kesehatan.
2. Konsultasi tajuk, kuesioner dan Tanggal : Minggu, 17 Juli 2011
keseluruhan proposal dengan Waktu : Pukul 9.00 – 11.00
DPF Kegiatan : Meminta konsultasi dan pendapat dari
Dosen Pembimbing Fakultas (DPF) tentang
keseluruhan desain penelitian.
Mahasiswa K3M Fakultas Kedokteran UGM
mendapat pemahaman dan lebih banyak idea untuk
pelaksanaan penelitian.

3. Meminta izin ke kepala dusun Tanggal : Rabu, 19 Juli 2011 dan Kamis, 21 Juli
dan kepala RT 9,10,11 Dusun 2011
Pencengan, Desa Kedundang Waktu : Pukul 14.00-17.30
untuk melakukan pembagian Kegiatan : Meminta izin untuk menyebarkan
kuisioner. kuesioner kepada warga dari ketua RT dan juga
memberikan penjelasan kepada ketua RT tentang
penelitian yang dilakukan . Kuesioner disebarkan
kepada warga di RW 4, Dusun Pencengan.
Ketua RT memberi izin dan memahami tentang

70
penelitian yang dilakukan. Jumlah responden yang
bersedia mengisi kuesioner adalah sebanyak 45
orang.
4. Penyuluhan ’Rumah Bebas Asap Tanggal : Jumat, 23 Juli 2011
Rokok’2. Waktu : Pukul 19.00-selesai
Kegiatan : Memberikan penyuluhan tentang ‘
Rumah Bebas Asap Rokok’ dan ‘Bahaya Perokok
Dihadiri oleh warga RW 4, Desa Kedundang
seramai ±45 orang.
5. Seminar hasil penelitian Tanggal : Selasa, 2 Agustus 2011
Waktu : Pukul 9.00-selesai
Kegiatan : Menjelaskan tentang hasil penelitian
yang telah dilakukan sehingga diharapkan pihak
Puskesmas dan Perangkat Desa memahami tentang
penyakit Nasofaringitis akut dan hubungannya
dengan kebiasaan merokok di dalam rumah dan
diharapkan menjadi dasar penanganan kejadian
nasofaringitis akut selanjutnya.

71
Pelaksanaan dan Pemantauan Kegiatan Lain Mahasiswa K3M di Wilayah Kerja Puskesmas
Temon 1 Juni 2011 hingga Juli 2011

No. Kegiatan Pelaksanaan dan Pemantauan


1. Mengikuti kegiatan Posyandu Tanggal : Senin, 11 Juli 2011 (Desa Kedundang)
Lansia dan Kamis, 14 Juli 2011 (Desa Kedundang)
Waktu : Pukul 11.00-selesai (Desa Kedundang)
dan pukul 9.00-selesai (Desa Kedundang)
Kegiatan : Mengikuti program pemeriksaan
tekanan darah bagi lansia dan pengobatan sesuai
gejala.Jumlah lansia yang hadir ±20 orang (Desa
Kedundang) dan ±25 orang (Desa Kedundang).

2. Penyuluhan tentang Kesehatan Tanggal : Senin, 30 Mei 2011


Reproduksi Remaja (KRR) Waktu : Pukul 9.00-selesai
Kegiatan : Memberikan penyuluhan tentang
kesehatan reproduksi remaja.
Jumlah siswa yang hadir adalah seramai ±70 orang
yang terdiri dari siswa perempuan dan siswa lelaki.

3. Mengikuti Program Tanggal : Senin, 4 Juli 2011


Pemeriksaan Keseshatan Waktu : Pukul 9.00-selesai
Masyarakat Temon 1 dengan Kegiatan :Memeriksa tahap kesehatan secara fisik
kerjasama dari CITO lab sebagian masyarakat Temon dengan kerjasama dari
CITO lab.
Jumlah warga yang hadir adalah seramai ±40 orang.

72
BAB IV
EVALUASI DAN REKOMENDASI
IV.1 Evaluasi

IV.1.1 Desain Evaluasi

Desain evaluasi yang digunakan pada penelitian ini adalah mengadakan Penyuluhan
Kesehatan tentang Bahaya Merokok dan Meresmikan ‘Klinik Berhenti Merokok’ di
Puskesmas Temon 1.

IV.1.2 Hasil

1. Masyarakat Desa Kedundang begitu entusias mendengarkan penyuluhan kesehatan


yang diberikan oleh wakil dari mahasiswa Kuliah Kerja Kesehatan Masyarakat.
Masyarakat banyak bertanya tentang cara yang paling sesuai untuk berhenti merokok
dan bagaimana cara supaya ahli keluarga berhenti merokok. Perangkat Desa
Kedundang menyambut baik acara Penyuuhan Kesehatan yang dilaksanakan.

2. Pimpinan Puskesmas Temon 1 bersedia untuk mewujudkan Klinik Berhenti Merokok


DI Puskesmas Temon 1. Wakil Bupati datang untuk merasmikan Klinik Berhenti
Merokok. Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Kecamatan, Kepala Puskesmas Temon 2,
Perangkat Desa Kedundang dan petugas Puskesmas Temon 1 juga hadir dalam majlis
Perasmian Klinik Berhenti Merokok.

IV.1.3 Kesimpulan

Kegiatan yang direncanakan berjalan dengan lancar.

IV.2 Rekomendasi

Peneliti merasa perlu adanya tindak lanjut dalam rangka memantau keadaan Klinik Berhenti
Merokok.

73
74

Anda mungkin juga menyukai