Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS WAIMITAL
Jl. Tukirin Desa Waimital Kec. Kairatu Kab SBB Kode Pos 97566
Email: puseksmas.waimital@gmail.com

Nomor : / SOP / KIA / 2018


Revisi Ke : 0
Berlaku Tgl :

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PERDARAHAN PASCASALIN

Ditetapkan Kepala
UPTD Puskesmas Waimital

Drs. Ali Wafah, Mh.Sc


Nip : 19720702 199503 1 006

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS WAIMITAL
Jl. Tukirin Desa Waimital Kec. Kairatu Kab SBB Kode Pos 97566
Email: puseksmas.waimital@gmail.com
PERDARAHAN PASCASALIN

No. Dokumen : / SOP / KIA / 2018

No. Revisi : 0
SOP
Tanggal Terbit :

Halaman : 1/6

UPTD Drs. Ali Wafah, Mh.Sc


PUSKESMAS Nip
WAIMITAL 19720704 199503 1 006

1. Pengertian Perdarahan pascasalin adalah perdarahan ≥ 500 ml setelah bayi lahir atau yang
berpotensi mempengaruhi hemodinamik ibu.
Perdarahan pascasalin primer terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan,
sementara perdarahan pascasalin sekunder adalah perdarahan pervaginam yang
lebih banyak dari normal antara 24 jam hingga 12 minggu setelah persalinan.

2. Tujuan Sebagai acuan petugas dalam rangka penanganan perdarahan pascasalin.

3. Kebijakan
4. Referensi Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan.

5. Prosedur/ a. Tatalaksana Umum


Langkah- 1. Petugas memanggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan.
langkah 2. Petugas menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.
3. Petugas melakukan penatalaksanaan syok bila menemukan tanda – tanda
syok.
4. Petugas memberikan oksigen.
5. Petugas memasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau
18) dan memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer
Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi ibu.
6. Petugas melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.
7. Petugas memeriksa kondisi abdomen : kontraksi uterus, nyeri tekan, parut
luka, dan tinggi fundus uteri.
8. Petugas memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan
dan laserasi (jika ada, misal : robekan serviks atau robekan vagina).
9. Petugas memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.
10. Petugas memasang kateter Folley untuk memantau volume urin
dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk. (CATATAN : produksi
urin normal 0.5-1 ml/kgBB/jam atau sekitar 30 ml/jam)
11. Petugas menentukan penyebab dari perdarahannya dan lakukan tatalaksana
spesifik sesuai penyebab.
12. Petugas melakukan tata laksana khusus atau rujuk ke rumah sakit
b. Tatalaksana Khusus/konsul dengan dokter obgyn
1. ATONIA UTERI
1) Melakukan pemijatan uterus.
2) Memastikan plasenta lahir lengkap.
3) Memberikan 20 – 40 unit oksitosin dalam 1000ml larutan NaCl 0,9% /
RL dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti.
4) Bila tidak tersedia oksitosin atau bila perdarahan tidak berhenti, berikan
Ergometrin 0,2 mg IM atau IV (lambat), dapat diikuti pemberian 0,2 mg
IM / IV (lambat) setiap 4 jam bila diperlukan. JANGAN BERIKAN
LEBIH DARI 5 DOSIS (1 mg).
CATATAN :
 Jangan berikan lebih dari 3 liter larutan intravena yang mengandung
oksitosin.
 Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi berat / tidak
terkontrol, penderita sakit jantung dan penyakit pembuluh darah tepi.
5) Jika perdarahan berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV (bolus
selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit)
6) Melakukan pemasangan kondom kateter atau kompresi bimanual
internal selama 5 menit.
7) Menyiapkan tindakan operatif atau rujuk ke fasilitas yang lebih
memadai sebagai antisipasi bila pedarahan tidak berhenti

2. ROBEKAN JALAN LAHIR


Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina
1) Melakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan.
2) Melakukan irigasi pada tempat luka dan membersihkan dengan
antiseptik.
3) Menghentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian mengikat
dengan benang yang dapat diserap.
4) Melakukan penjahitan.
5) Bila perdarahan masih berlanjut, memberikan 1g asam traneksamat IV
(bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit) lalu rujuk pasien.
3. RETENSIO PLASENTA
1) Memberikan 20 – 40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% /
Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan
berhenti
2) Melakukan tarikan tali pusat terkendali.
3) Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, melakukan plasenta
manual secara hati – hati.
4) Memberikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan
metronidazol 500 mg IV).
5) Segera mengatasi atau merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terjadi
komplikasi perdarahan hebat atau infeksi

4. SISA PLASENTA
1) Memberikan 20 – 40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% /
Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes / menit hingga perdarahan
berhenti.
2) Melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan
darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen,
melakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau
dilatasi dan kuretase.
3) Memberikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV dan
metronidazole 500 mg).
4) Jika perdarahan berlanjut, melakukan tatalaksana seperti kasus atonia
uteri.
6. Hal-hal 1. Pantau terus kondisi ibu meliputi tanda – tanda vital, jumlah perdarahan, dan
yang perlu jumlah urin.
diperhatikan 2. Lakukan penilaian secara teliti penyebab dari perdarahan dan lakukan
tatalaksana spesifik sesuai penyebab dan rujuk ke fasilitas yang memadai.
7. Unit terkait Ruang bersalin
8. Dokumen 1. Lembar observasi dan partograf
terkait 2. Rekam Medis pasien
3. Blangko rujukan
9. Bagan Alir

Petugas memanggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan

petugas menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien

Petugas melakukan penatalaksanaan syok bila menemukan tanda – tanda syok

petugas memberikan oksigen

petugas memasang infus

petugas melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu

petugas memeriksa kondisi abdomen : kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan TFU

petugas memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi

petugas memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban

petugas memasang kateter Folley

petugas menentukan penyebab dari perdarahannya, meliputi Atonia Uteri, Robekan Jalan
Lahir, Retensio Plasenta, atau Sisa Plasenta

Rujuk ke fasilitas yang memadai

10. Rekaman Historis


Tanggal mulai
No Yang diubah Isi Perubahan
diberlakukan
PERDARAHAN PASCASALIN

No. Dokumen : / SOP / KIA / 2018

No. Revisi : 0
DAFTAR
TILIK Tanggal Terbit :

Halaman : 6/6

Ali Wafah
PUSKESMAS Nip
WAIMITAL 19720704 199503 1 006

No Uraian Kegiatan Ya Tidak

1. Petugas memanggil bantuan tim untuk tatalaksana secara simultan

2. Petugas menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien

3. Petugas melakukan penatalaksanaan syok bila menemukan tanda – tanda syok

4. Petugas memberikan oksigen

5. Petugas memasang infus sambil melakukan pengambilan sampel darah untuk


pemeriksaan

6. Petugas melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu

7. Petugas memeriksa kondisi abdomen : kontraksi uterus, nyeri tekan, parut


luka, dan TFU

8. Petugas memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan
dan laserasi

9. Petugas memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban

10. Petugas memasang kateter Folley

11. Petugas menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL jika ditemukan
keadaan anemia berat

12. Petugas menentukan penyebab dari perdarahannya, meliputi Atonia Uteri,


Robekan Jalan Lahir, Retensio Plasenta, atau Sisa Plasenta

13. Petugas melakukan tata laksana khusus

Jumlah

∑ 𝑦𝑎
CR (Compliance Rate) = x 100 % = ........................................%
∑𝑦𝑎+Tidak

Anda mungkin juga menyukai