Bertahan disetiap tantangan
berasa seperti nobita yang lama
Sebagai seorang alumni yang
sering dibina untuk punya mimpi
besar, terkadang sering
terganggu dengan sikon yang
sedang kita hadapi. Kondisi
*kegalauan* yang mungkin
pernah kita utarakan adalah
“Tuhan, kalau aku seperti ini,
Bagaimana mungkin aku akan
seperti itu.
Saya seorang alumni yang 5 bulan
yang lalu harus memutuskan
hubungan kerja dengan salah
satu perusahan yang sudah dijalin
selama lebih dari 7 tahun (kalau
teringat kemesraan ini jadi baper
rasanya) . Ya, kebetulan tempat
kerjanya ada di area kalimantan,
orang bilang sih, di Pedalaman,
yang kalau mau kirim SMS harus
keluar rumah dan menemukan
bukit “cinta” dimana orang-orang
galau berusaha berkomunikasi
dengan manusia modern diluar
sana. Yang kebetulan selanjutnya
jika ingin ke gereja harus naik
perahu kecil mendaki gunung,
lewati lembah, sungai mengalir
indah ke samudra… eh maaf (ini
soundtrack ninja hatori, maaf
anak 90an). Back to topic, ya
kebetulan 2 tahun pertama, kalau
mau ke gereja harus naik perahu
dan menyusuri sungai.
Untungnya perahunya full AC
(Angin Cepoy-cepoy) dan kalo
hujan bisa sekalian mandi. Ya
sudah lah… anggap aja tiap hari
minggu lagi wisata arum jeram…
yang kebetulan juga waktu
cutinya regular hanya 12hari(dulu
mungkin karena terpotong cuti
bersama juga), jadi saat pulang
menyediakan teman-teman
gag ketemu doraemon. Yang
kebetulan banyak kondisi-kondisi
lainnya yang rasanya tidak cocok
dengan apa yang diharapkan.
Kebetulan *dulu* saya bergelar
S.T., iya, sarjana teknik beneran
yang kata orang “berkwalitas”.
Tapi, Yang akhirnya kerja di site
yang gag banyak bisa dibuat. Saya
pernah 1 bulan standby tanpa ada
prestasi apa-apa di bidang yang
saya ampuhi. Beberapa bulan
berlalu hal yang saya hadapi
adalah mencoba mengumuli
ulang mengenai pekerjaan ini…
menggumuli ulang, menggumuli
ulang…, menggumuli ulang…,
menggumuli ulang, menggumuli
ulang…, (AH! SAMPE BOSAN
DENGAN BAHASA INI!). tapi
yasudah lah…, kita jalani saja luka
ini(hahay…).
2 tahun ditempat itu, kemudian di
mutasi ke site yang baru yang gag
kalah uniknya. Kali ini diantara
150 kepala keluarga, hanya 4
orang yang KTP nya tertera
Kristen (Cobaan apa lagi ini
Tuhan). Ke gereja terbentrok
dengan fasilitas dari perusahaan
yang karna kami sangat sedikit.
Tapi, walaupun rasanya aneh
menjalani pekerjaan seperti ini,
Saya masih dikuatkan dan
diyakinkan kalau ‘TUHAN MASIH
PIMPIN SAYA!. Kalau dipikir-
pikir,saya akhirnya punya waktu
untuk baca buku rohani…
(kayaknya hampir semua karya
bang sam tumanggor sudah saya
baca… ), dan untuk mendapatkan
hal-hal seperti ini Tuhan
Alumni yang mau membantu
saya, men-support,
mengingatkan tentang hedonism
yang ada di tempat kerja seperti
saya, Godaan-godaan seks yang
mudah ditemui, dan yang lainnya.
Tentu saja kejatuhan yang saya
alami tidak bisa dipungkiri, Tapi
pertolongan Tuhan memang
tentunya lebih besar sehingga
tidak terjerumus ke dalam.
Ditengah kondisi seperti ini, saya
diijinkan Tuhan dapat
melanjutkan Studi S2 di UI
dengan status freelance.
Sangking lancarnya bisa lulus 1.5
tahun saja. Selesai studi balik lagi
ke Kalimantan mengabdi 2 tahun
di tempat yang sama yang adalah
Industri sawit yang terakhir 2017
merupakan penyumbang
terbesar devisa Negara( jauh
diatas Pariwisata dan
pertambangan-bisa dicek). 6
bulan yang lalu saya mengajukan
surat resign perihal
kemenristekdikti meloloskan saya
untuk menjadi Salah satu dosen di
tanah kelahiran saya, di Manado.
Menjalani hidup sperti ini
memang tidak seberat yang
“yusuf” jalani. Setiap kita punya
tantangan masing-masing. Yakin
saja! yakin terus! TUHAN TETAP
PIMPIN KITA!.
Stieven Netanel Rumokoy