Oleh:
Qonita Farah Faadhilah
04054821719162
Pembimbing:
Dr. Yulida Evelyn, SpM
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Bed-Side Teaching ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya periode 15 Januari – 19 Februari 2018.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dapat menyelesaikan laporan bed
side teaching yang berjudul “Katarak Senilis Mature OD + Pseudofakia OS + Dry
Eye Syndrome ODS”. Laporan bed side teaching ini disusun sebagai salah satu
syarat Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yulida
Evelyn, SpM selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan dan penyusunan laporan kasus ini.
Penulis
4
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. SM
Umur : 73 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Ario Kemuning, Kemuning, Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 23 Januari 2018
e. Riwayat Kebiasaan
Pasien rutin menggunakan kacamata bila keluar rumah
3. PemeriksaanFisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi nafas : 18 kali/menit
Suhu : 36,80C
Berat badan : 58 kg
Tinggi badan : 152 cm
IMT : 25,1 kg/m2
6
b. Status Oftalmologis
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus 3/60 ph (-) 6/15 ph 6/12
Tekanan
P = N+0 P = N+0
intraokular
KBM Ortoforia
GBM
0 0 0 0
0 0 0 0
0 0
0 0
5. Diagnosis banding
Katarak Senilis Matur OD + Pseudofakia OS + Dry Eye Syndrome ODS
Katarak Senilis Matur OD + Pseudofakia OS + Corpus alienum OS
6. Diagnosis Kerja
Katarak Senilis Mature OD + Pseudofakia OS + Dry Eye Syndrome ODS
7. Tatalaksana
Non farmakologis
KIE:
Menjelaskan bahwa pasien mengalami dry eye syndrome pada
kedua mata, Pseudofakia pada mata kiri, dan katarak pada mata
kanan
Menyarankan pasien untuk mengurangi paparan cahaya matahari
langsung, angin dan debu
Menyarankan pasien untuk menggunakan kacamata pelindung
bila keluar rumah
Menyarankan pasien untuk tidak mengucek mata
Menyarankan pasien untuk istirahat berkala bila bekerja terlalu
lama menggunakan mata
Koreksi visus mata kiri dengan kacamata
Rujuk ke dokter spesialis mata, konsul mengenai tatalaksana katarak
Farmakologis
Artificial tears Lyteers ED ODS 1 gtt/6 jam
8
8. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
9
ANALISIS KASUS
dan/atau musinus). Selain berdasarkan komponen tersebut, dikenal empat bentuk dry
eye syndrome berdasarkan etiologinya yaitu hipofungsi kelenjar lakrimal, defisiensi
musin, defisiensi lipid dan penyebaran film air mata yang kurang sempurna. Dry eye
syndrome biasanya terjadi menahun dimulai dari bertambahnya faktor risiko seperti
usia, perubahan hormonal, konsumsi obat-obatan jangka panjang, dan pasca trauma
kimia atau termal. Pada kasus ini, pasien seorang perempuan usia tua yang telah masuk
masa menopause, merupakan kelompok yang berpotensi mengalami dry eye syndrome.
Selain itu, pasien juga mengeluh penglihatan kabur pada kedua mata. Dari
anamnesis, didapatkan mata tidak merah dan pandangan kabur yang onsetnya perlahan.
Dari gejala yang dikeluhkan tersebut didapatkan petunjuk yaitu mata tenang visus turun
perlahan, dengan kemungkinan diagnosis banding berupa katarak, kelainan refraksi, dan
glaukoma kronik. Pada mata kiri didapatkan riwayat operasi katarak sebelumnya dan
tanam lensa. Hal ini menjadi petunjuk bahwa pada mata kiri pasien dengan pseudofakia.
Dari pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal. Pada pemeriksaan
oftalmologi didapatkan VOD 3/60 ph (-), VOS 6/15 ph 6/12. Pemeriksaan visus, mata
kanan dan kiri menujukkan adanya penurunan tajam penglihatan pasien. Untuk
mengetahui apakah berkurangnya tajam penglihatan disebabkan oleh kelainan refraksi
atau media refraksi, maka harus dilakukan pemeriksaan pinhole. Setelah pemeriksaan
pinhole tajam penglihatan tidak maju pada mata kanan. Hal ini menunjukkan adanya
gangguan pada media refraksi. Sedangkan pada mata kiri, didapatkan kemajuan
penglihatan dengan menggunakan pinhole sehingga disimpulkan terdapat gangguan
refraksi pada mata kiri.
Pemeriksaan oftalmologi lainnya seperti tekanan intraocular, kedudukan bola
mata, gerakan bola mata, dan segment anterior bola mata dalam batas normal kecuali
terdapat kekeruhan pada lensa mata kanan dan didapatkan lensa intraocular terpasang di
sentral mata kiri. Dari uraian ini, kemungkinan glaukoma kronik dapat disingkirkan dan
diagnosis yang paling mungkin adalah katarak. Hal ini ditegakkan dari keluhan
penglihatan yang semakin lama semakin kabur, penderita merasa pandangan seperti
berasap. Selain itu, dengan pemeriksaan oftalmologis didapatkan adanya kekeruhan
lensa yang menjadi pertimbangan penegakkan diagnosis katarak pada mata kanan
pasien.
Selain itu, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, pasien dapat
didiagnosis dengan dry eye syndrome. Diagnosis dan penentuan derajat dry eye
syndrome secara akurat dapat dilakukan dengan beberapa metode diagnostik seperti Uji
11
Schirmer dan uji tear film break up time. Uji Schirmer bertujuan sebagai uji penyaring
untuk menilai produksi air mata. Interpretasi hasil abnormal jika bagian basah kurang
dari 10 mm yang dilakukan setelah 5 menit strip Schirmer diletakkan pada cul de sac
konjuntiva inferior. Uji tear film break up time dapat menunjukkan defisiensi
komponen aquous dan musin sekaligus. Interpretasi abnormal dinyatakan jika break up
time kurang dari 15 detik.
Katarak pada pasien ini adalah katarak senilis, yaitu merupakan kekeruhan pada
lensa yang terjadi pada usia tua yaitu lebih dari 50 tahun. Berdasarkan hasil
pemeriksaan oftalmologi mata kanan dan kiri, didapatkan kekeruhan pada lensa dengan
Shadow Test (-), hal ini menunjukkan masih kekeruhan mengenai seluruh lapis lensa,
sehingga dapat disimpulkan diagnosis pada pasien ini adalah katarak senilis matur OD.
Untuk menentukan morfologi katarak dengan lebih pasti, maka perlu dilakukan
pemeriksaan slit lamp.
Tatalaksana pada kasus ini berupa terapi non-farmakologis dan farmakologis.
Pada terapi nonfarmakologis, pasien diberikan informasi tentang penyebab keluhan
utama yakni mata pedih dan gatal yang dialami adalah keringnya air mata pasien oleh
berbagai faktor seperti usia dan hormon. Pasien juga dijelaskan bahwa mata kering
adalah keaadaan menahun dan pemulihan total sukar terjadi. Tindakan yang akan
dilakukan yaitu pemberian obat tetes mata, efek samping obat dan waktu kunjungan
ulang dimintai persetujuannya terhadap pasien terlebih dahulu. Pasien juga dicontohkan
untuk perawatan mata kering di rumah seperti pemakaian moisture chamber (kacamata
kedap), dan menghindari faktor risiko dry eyes (obat-obat diuretik,
parasimpatomimetik).
Selain itu, pasien diberi informasi mengenai penyebab dari mata kanan yang
kabur adalah katarak, kemudian menjelaskan penatalaksanaan lebih lanjut yang akan
dilakukan dan kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Selain itu, pasien juga
diberikan edukasi bahwa katarak karena faktor penuaan tidak dapat dicegah, namun
dapat dilakukan pencegahan terhadap hal-hal yang memperberat seperti mengontrol
penyakit metabolik, mencegah paparan langsung sinar UV dengan kacamata, olahraga,
dan sebagainya. Pada penderita direncanakan terapi pro ekstraksi lensa + pemasangan
Intra Ocular Lens (IOL) OS. Pada pasien ini sudah diindikasikan untuk dilakukan terapi
pembedahan karena visus tersebut sudah mengganggu pasien dalam melakukan
pekerjaan sehari-harinya. Tindakan ini selain untuk tujuan terapeutik, yaitu
memperbaiki visus, juga untuk tujuan diagnostik, yaitu melihat segmen posterior.
12
Untuk keluhan penglihatan kabur pada mata kiri, pasien dengan pseudofakia
dianjurkan koreksi kekuatan tambahan untuk memfokuskan benda dekat dibandingkan
untuk melihat jauh. Akomodasi hilang dengan dengan diangkatnya lensa. Kekuatan
yang hilang pada sistem optik mata tersebut harus digantikan oleh kacamata afakia yang
tebal, lensa katarak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL) di dalam bola mata.
Terapi farmakologis pada dry eye syndrome bertujuan untuk memulihkan
kondisi permukaan mata dan mengatasi keringnya air mata. Artificial tears mengatasi
keringnya mata berupa natrium klorida ED 1 gtt / 6 jam ODS.
Prognosis dry eye syndrome pada kasus ini adalah dubia ad bonam. Komplikasi
seperti infeksi, jaringan parut dan berkembangnya pembuluh darah baru pada selaput
bening mata (kornea) dapat terjadi pada kasus yang lebih berat. Prognosis keadaan vital
pasien ini umumnya baik karena katarak senilis merupakan penyakit mata yang tidak
mengancam kehidupan, yaitu merupakan penyakit degeneratif akibat suatu proses
penuaan. Prognosis fungsi penglihatan pada pasien ini juga baik karena jika pasien
dioperasi katarak dengan pemasangan IOL atau tidak (menggunakan kacamata), maka
hasilnya dapat meningkatkan visus. Namun, penderita katarak memiliki risiko terjadi
komplikasi antara lain: glaukoma sekunder, uveitis, subluksasi lensa dan dislokasi lensa.
Untuk menghindari komplikasi tersebut, penderita diharapkan dapat kontrol secara
teratur.
13
LAMPIRAN