Anda di halaman 1dari 143

Medical Nutrition Therapy for

Gastrointestinal Tract Disorders


Food assimilation is
the major function of the
gastrointestinal tract.
Many gastrointestinal
diseases have important
nutritional effects.
Common Symptoms of
Gastrointestinal Disease
Riwayat pangan yang menjadi cerminan penyakit saluran cerna
Gejala Bagian yang terganggu
Konsumsi makanan padat menyebabkan Sriktura/tumor esofagus
nyeri/ ketidaknyamanan, makanan cair tidak.
Susah menelan, terasa lengket di Spasme esofagus, atau akhalasia
tenggorokan
Bila makan nyeri ulu hati. Tukak lambung.
Nyeri 2-5 jam sesudah makan dan sembuh Tukak duodenum.
ketika makan.
Nyeri perut beberapa jam sesusah makan Penyakit pankreas atau saluran
lemak. empedu.
Kram, distensi dan kentut yang beberapa jam Intoleransi laktose yang mungkin
setelah minum susu. disebabkan oleh defisiensi laktase.
Rasa panas pada ulu hati sesudah makan Hernia hiatal, akhalasia, masalah
lemak. motilitas esofagus.
Penetapan Status Gizi
Subjective Global Assessment (SGA),
Mini Nutritional Assessment (MNA),
Nutrition Risk Score (NRS),
Nutrition Risk Index (NRI), Malnutrition
Universal Screening Tool (MUST),
Geriatric Nutrition Risk Index (GNRI), dan
Instant Nutritional Assessment (INA).
Penapisan Risiko Gizi (tahap awal) [NRS 2002]
Ya Tidak
BMI < 20,5
Kehilangan berat badan 3 bulan terakhir?
Asupan makanan berkurang dalam minggu terakhir
Pasien berpenyakit berat?
Penapisan Risiko Gizi (tahap akhir)
Status Gizi Memburuk Derajat Keparahan Penyakit
Tak ada Tak ada
Status gizi normal Kebutuhan gizi normal
Skor = 0 Skor = 0
BB berkurang > 5% dalam 3 bulan, Fraktur hip, pasien
atau … berpenyakit kronis (terutama
Ringan Asupan makanan < 50% - 75% dari Ringan dengan komplikasi akut):
Skor = 1 yang seharusnya Skor = 1 PPOM, sirosis.
Hemodialisis kronis, DM,
onkologi.
BB berkurang > 5% dalam 2 bu-lan Bedah perut mayor.
Sedang dalam minggu terakhir, atau Sedang Stroke.
Skor = 2 Asupan makanan < 25% - 60% dari Skor = 2 Pneumonia berat, keganasan
yang seharusnya hematologik.
BB berkurang > 5% dalam 1 bu-lan Trauma kepala.
(> 15% dalam 3 bulan ), atau BMI Transplantasi sumsum
<18,5 (ditambah pemburuk-an tulang.
keadan kesehatan umum) atau Pasien rawat intensif
Parah Parah
Asupan makanan < 0% - 25% dari menggunakan
Skor = 3 Skor = 3
yang seharusnya system APACHE (Acute
Physio-logic and Chronic
Health Evaluation system )
> 10
Usia: Skor ditambah 1 jika usia > 70 tahun Skor total = status gizi + keparahan
penyakit
Keterangan:
Status gizi skor ≥ 3 artinya pasien terindikasi berisiko gizi, dan
perlu dilakukan perawatan gizi.Status gizi skor < 3 artinya pasien
mesti menjalani penapisan ulang setiap minggu. Jika pasien
dijadwalkan untuk pembedahan mayor, perawatan gizi preventif
mesti disegerakan untuk mencegah pertambahan risiko.
Keparahan penyakit skor 1 ialah pasien berpenyakit kronis
dengan komplikasi. Pasien tampak lemah, namun tidak sama
sekali berbaring di tempat tidur.
Keparahan penyakit skor 2 ialah pasien yang menjalani
perawatan hanya di tempat tidur karena penyakit (setelah bedah
mayor perut)
Keparahan penyakit skor 3 ialah pasien yang menjalani
perawatan intensif dengan, misalkan, alat bantu pernapasan.
Nutritional Risk Index (NRI)
BBS
NRI = 1,519 x albumin serum + 0,417 x x 100
BBB
NRI > 100 : tidak ada risiko (tidak malnutrisi)
NRI > 97,5 : risiko borderline (malnutrisi ringan)
NRI = 83,5 – 97,5 : risiko sedang (malnutrisi sedang)
NRI < 83,5 : risiko berat (malnutrisi berat)
Keterangan: albumin (g/l),
Sumber: W. Scott Butsch and Douglas C. Heimburger: “Malnutrition and
Disease Outcome”. In: Mark H. DeLegge (ed). Nutrition and Gastrointestinal
Disease. Humana Press, 2008.
Tabel . Pengaruh Obat Saluran Cerna pada Zat-Zat Gizi
Jenis obat Cara kerja Efek sampingan
Antasida Meningkatkan pH lambung ke aras tertentu Edem (oleh kandungan natrium).
Aluminium hidroksida. sehingga kegitan pepsin menurun. Defisiensi thiamine (kebanyakan antasida menginaktifkan
Magnesium hidroksida. tiamin).
Kombinasi keduanya: Menurunkan penyerapan (terutama) vitamin A dan besi.
dengan simethicone. Hiperkalsemia, terutama bila dimakan bersama dengan
Natrium bikarbonat susu (milk-alkali syndrome).
Aluminium hidroksida menurunkan penyerapan fosfor.
Magnesium hidroksida mengimbas diare dan steatore.
Natrium bikarbonat mengimbas retensi natrium dan
asidosis metabolik.

Obat tukak (Sucralfate) Berikatan dengan protein (membentuk protein Sembelit (asupan serat dan harus ditingkatkan).
kom-pleks) pada dasar tukak sehingga terbentuk Serostomia (mengisap batu es, atau permen bila asupan
penutup yang mencegah perusakan lebih lanjut kalori tidak dibatasi; satu jam sebelum makan atau
oleh asam lam-bung dan pepsin (memper-cepat setengah jam sebelum makan antasid sebelum tidur).
penyembuhan, terutama tukak duodenum).

Obat diare (lomotil, Memperlambat motilitas usus Perut tidak nyaman, pembengkakan gusi, mulut kering,
Imodium) nek, sembelit (asupan serat dan laktose dikurangi, namun
cairn harus diberikan dalam jumlah cukup)
Manifestasi Oral Penyakit Lokal dan Sistemik
Klinis Gejala terkait Gangguan terkait Gizi
Serostomia Karies dentis, Serostomia diimbas Nilai kariogenisiti makanan,
kandidiasis, obat, sindrom modifikasi konsistensi makanan
disfagia, Sjogren dan pilih makanan pereda nyeri.
Mulut dan lidah Gangguan jaringan Nilai keefisienan mengunyah dan
rasa terbakar ikat modifikasi pilihan makanan.
Diabletes Evaluasi kendali glukosa dan
modifiasi diet
Mulut, dan Dengan atau Anemia, diabetes, Menentukan etiologi defisiensi,
lidah rasa tanpa eritema, kandidiasis menentukan penyebab jeleknya
terbakar edem (stoma- kendali glukosa, modifikasi diet,
titis) menilai kariogenisiti, mengeva-
luasi disgesia dan disfagi.
Glositis Defisiensi besi, asam
Menentukan etiologi,
folat, B6, B12, niasin,
pemberlakuan diet dan/atau
riboflavin.
pemberian suplementasi jika
Lidah pucat, Defisiensi besi dan
diperlukan.
licin dan atrofi. folat.
Fisura di Bibir kering Defisiensi niasin, B6, Menentukan etiologi.
sudut bibir dan pecah- riboflavin, besi, atau
pecah dehidrasi.
Thrush Bercak putih di Kandidiasis Menentukan etiologi.
mukosa
palatum dan
pipi yang
mudah dikerok.
Susah meng- Edentulism Modifikasi konsistensi makanan,
gigit dan total atau yang mudah digigit (jika gigi
mengunyah parsial. depan tanggal) atau yang mudah
makanan Gigi goyah, dikunyah (jika gigi belakang
dan/atau tanggal).
tanggal
Sumber: Touger-Decker R, Sirois DA. Physical assessment of the oral cavity Support Line. 1996;
18(5):1-6
Tabel . Pengaruh deplesi zat gizi terhadap saluran cerna
Zat gizi Pengaruh
KKP (terutama Atrofi villi secara total atau subtotal, dan hipoplasia
kwashiorkor) kripta.
Defisiensi asam folat Atrofi villi secara total atau subtotal, hipoplasia kripta,
Defisiensi vitamin B12 makrositik dan/atau megaloblastik enterosit.
Defisiensi vitamin A Ceroidosis usus kecil (brown-bowel syndrome).
Defisiensi vitamin E Jumlah sel Goblet usus kecil berkurang.
“The gut is a major potential
portal of entry into the body for
foreign antigens. Only its intact
mucosal barrier protects the body
from foreign antigen entry and
systemic exposure.”
Leaky Gut Syndrome
The Systemic Consequences
of Faulty Digestion
More formal term: increased
intestinal permeability
Balancing the pH is a major step
toward well-being and greater health.
pH scale is from 0 - 14 Healthy = 7.35
- 7.45 Human blood pH should be
slightly alkaline ( 7.35 - 7.45 ).
Below or above this range means
symptoms and disease.
A pH of 7.0 is neutral. A pH below 7.0
is acidic. A pH above 7.0 is alkaline.
An acidic pH can occur from an
acid forming diet, emotional
stress, toxic overload, and/or
immune reactions or any
process that deprives the cells
of oxygen and other nutrients.
How Did
We Get
So Acidic?
Our epidemic of acid accumulation is a
direct consequence of our current
lifestyle habits.
High acidity enters our bodies by eating
processed foods, pre-packaged foods, sugary
foods, white flour products, dairy products,
including milk, cheese, ice cream, alcoholic
beverages, drugs, processed table salt, foods
grown and processed with pesticides,
preservatives, antibiotics, or hormones.
Meats, including beef, chicken and turkey, also
promote acidity.
Our epidemic of acid
accumulation is a direct
consequence of our current
lifestyle habits.

Because of the acid overload in our


environment, most of our drinking
water now contains acid. Even stress
creates excess acid.
“The doctor of the future will
give no medicine, but will
interest his patients in the care
of the human frame, in diet
and in the cause and
prevention of disease.”
[Thomas Edison Sitorus]
Several Features of The Modern Lifestyle
Directly Contribute to Unhealthy
Gut Flora:

• Antibiotics and other medications like birth control


and NSAIDs
• Diets high in refined carbohydrates, sugar and
processed foods
• Diets low in fermentable fibers
• Dietary toxins like wheat and industrial seed oils
that cause leaky gut
• Chronic stress
• Chronic infections
The most obvious first step in
maintaining a healthy gut is
to avoid all of the things
listed above that destroy gut
flora and damage the
intestinal barrier.
But of course that’s not always
possible, especially in the case of
chronic stress and infections.
Nor did we have any control over
whether we were breast-fed or
whether our mothers had healthy
guts when they gave birth to us.
Average person consumes 12
grams of fiber daily, falls far short
of the recommendation of 20 to
30 grams and is half of what
people ate 150 years ago.
We often overeat socially and
emotionally. Contributing to
digestive illness.
We eat to give nourishment to our
bodies, but meals are also a time
for relaxation, rest, refreshment,
and renewal.
Once a plant is picked or an animal killed,
a grain split or milk homogenized, it
begins to lose its enzymatic activity.
Transporting foods over long distances
diminishes their life-giving capacity.
Preservation and packaging of food has
killed much of the bacteria that cause
food to spoil, helping to lengthen shelf
life. But at the same time, we have also
destroyed the beneficial bacteria and
enzymes that help maintain our health.
Many of hybridized foods look or
taste better than their old
counterparts, but corn, for instance,
has 14 percent less protein now than
it did forty years ago.
After the bran and germ are removed
from the whole wheat kernel, 98
percent of pyridoxine (vitamin B6),
91 percent of manganese, 84 percent
of magnesium, and 87 percent of
fiber are extracted.
One of the many lost nutrients is
chromium.
Many researchers have found that
additives caused significant
behavior and learning problems in
children who are sensitive to them.
What are the long-term effects?
No one really knows.
Studies show that when breast milk has
been microwaved to 98.6° Fahrenheit,
almost all the antibodies and lysozymes
that protect us from infection are
destroyed and vitamin C levels are
diminished.
Irradiation: milk loses 70
percent of vitamin A,
thiamine, and riboflavin.
Antibiotics also disrupt the natural
symbiosis of the gut and can cause
gross imbalance of the natural
flora, leading to chronic and
systemic illness.
“Normal microbial flora provide a passive
mechanism to prevent infection.”
Friendly flora also manufacture many
vitamins including the B complex vitamins
biotin, thiamine (B1), riboflavin (B2),
niacin (B3), pantothenic acid (B5),
pyridoxine (B6), cobalamine (B12), and
folic acid, and vitamin K.
Lactobacillus acidophilus and bifido
bacteria increase the absorption of
minerals that require acid for
absorption, such as calcium, copper,
iron, magnesium, and manganese.
Farm animals are routinely given
supplemental flora, which enhance
absorption of both vitamins and
minerals.
Candida infections are usually triggered by
use of antibiotics, birth control pills, steroid
medications, and consumption of sugar.
These drugs change the balance of the
intestinal tract, kill the bacteria that keep
candida in check, and the fungus quickly
takes hold. Candida are like bullies that
push their way into the intestinal lining,
destroying cells and brush borders.
Greater numbers of candida produce
greater amounts of toxins, which
further irritate and break down the
intestinal lining. This damage allows
macromolecules of partially digested
food to pass through. The macro-
molecules are the perfect size for
antibodies to respond to
Daily, we are exposed to hundreds
of chemicals: secondhand smoke,
chlorine and fluoride from water,
air pollution, cosmetics, toiletries,
household cleaning supplies,
medications, and workplace
toxins.
Your immune system then goes on
alert for these specific foods so the
next time you eat them, your anti-
bodies will be waiting. The net result
is increased sensitivity to foods and
other food substances and the
environment.
Most people live an acidic
lifestyle and
die from acidic
degenerative diseases.
Unhappily for their patients,
mainstream doctors view
symptoms of illness
as signs of disease
rather than as reactions
to metabolically inappropriate
foods.
Acidic waste gas molecules in
the stomach open the valve
that closes off the stomach
from the esophagus by causing
it to go into a spasm.
Alkaline enzyme ptyalin in the
mouth breaks down starch.
Hydrochloric acid and acidic
gastric juices, such as pepsin,
break up protein in the stomach.
In the small intestine alkaline
pancreatic enzymes complete
the digestion of protein, and
emulsifies fats and oils.
Acid reflux can disrupt this
acid-alkaline sequence by
changing the pH factor in the
stomach and small intestine.
The alkaline-forming bile in the
stomach alkalinizes the acidic
gastric juices, thus interfering with
the stomach’s breakdown of
protein.
As a result not only does the
undigested protein turn into acid
waste, but the alternating acid-
alkaline balance in the digestive
tract is disrupted.
A high-protein diet reduces the blood
pH to the lower normal range, forcing
the body to take steps to raise the
blood’s pH by extracting calcium
compounds out of bone.
“The high incidence of hip fracture in
industrialized countries is caused by the
cumulative effects on bone of the body’s
chronic high net acid load. This high net
acid load, in turn, is the result of
disproportionate consumption of animal
(acid) foods relative to vegetable (alkaline)
foods.
Bone Mineral Density (BMD) Tests
or Bone Calcium Density Test.

Boron • Copper • Fluoride • Folic


Acid • Essential Fatty Acids •
Magnesium* Manganese •
Phosphorus • Protein • Silica •
Zinc • Vitamin A • Vitamin C*
Vitamin B6 • Vitamin B12 •
Vitamin D • Vitamin K
Three of the criteria
that have been linked
to gallstones.
Low-cholesterol diet for years, had
been constipated for the same period
of time, and had been taking birth
control pills.
Bile salts stimulate peristalsis, a
diet low in cholesterol can result
in a deficiency of bile salts with
the consequent slowing up of
the movement of the muscles in
the colon: …. Constipation.
Constipation increases the
likelihood of gallstones by
causing the waste matter in
the colon to putrefy and
give off toxins.
If these toxins can not be detoxified
by the liver or kidneys, the liver
incorporates them in bile.
The bile is released into the
gallbladder.
There, it bonds with cholesterol and
hardens into stone.
Allergy-causing foods most likely trigger
gallbladder attacks in this way:
The digestive enzymes receive a signal
from the immune cells that the food is
a foreign substance, so they stay way
from it.
As a result, the food remains
undigested and degenerates into acidic
waste.
When acidic waste level reaches a
critical point, it flows into the small
intestine and from there through the bile
duct to the gallbladder.
Once in the gallbladder it becomes raw
material for the formation of gallstones.
Uji niasin menggambarkan kadar HCl
lambung sekaligus menyiratkan kadar enzim
serta produksi empedu dalam saluran cerna.
Jika kadar HCl normal, maka empedu,
pankreas, dan usus halus akan enzim dan
empedu sebanyak yang diperlukan. Dalam
jumlah normal HCl berperan bukan hanya
sebagai penyeimbang proses pencernaan,
tetapi juga membunuh bakteri penyebab
keracunan makan
Jika dalam waktu setengah jam
setelah itu anda merasakan kulit jadi
merah (terutama di daerah leher dan
muka), merasa panas di sekujur
tubuh, atau merasa gatal di vagina
(akibat iritasi); berarti anda tergolong
sebagai meat-eater metabolism.
Manakala setelah setengah jam
berlalu anda tidak merasakan
perubahan, berarti anda
terkelaskan ke dalam grain-
eater metabolisme.
Omonivore metabolism akan
merasa panas, dengan sedikit
warna pink muda di wajah,
merasa penuh, dan terkadang
mengalami eupohoric.
Jika anda tidak merasakan
perubahan apapun, berarti anda
tergolong omnivore metabolism.
Kalau anda merasa ada
penambahan energi, tidur lebih
pulas, dan merasa lebih senang
dan nyaman, berarti anda
termasuk grain-eater.
Pulse Test:
Blood pressure reeading more than 5
increased.
Duduk santai, hitung RR, santap, tunggu 15-
20 menit, hitung lagi RR (bertambah lebih
dari 10 denyutan per menit).
Uji vitamin C. Dengan cara ini, orang yang
akan diuji diwajibkan mengkonsumsi
vitamin C sebanyak 8 gram selama 3 hari
berturut-turut; ditambah satu garam setiap
habis sarapan. Jika anda kemudian
mengalami depresi, letargi, capek
berlebihan (exhaust), irritabel (gampang
marah) atau iritasi vagina, berarti tergolong
ke dalam meat-eater metabolism.
Jika anda tidak merasakan perubahan
apapun, berarti anda tergolong
omnivore metabolism. Kalau anda
merasa ada penambahan energi, tidur
lebih pulas, dan merasa lebih senang
dan nyaman, berarti anda termasuk
grain-eater.
Clinical Assessment
of Nutritional Status

• Subjective GlobalAssessment
Baseline activity refers to the
light-intensity activities of
daily life, such as standing,
walking slowly, and lifting
lightweight objects. People vary
in how much baseline activity they
do. People who do only baseline
activity are considered to be
inactive.
Total Energy Expenditure
TEE = BMR + AF + SDA (FIT)
Formula Harris-Bennedict
BMR (♂) = 66,42+(13,75 BB)+ (5 TB) -(6,78
U)
BMR (♀) = 655,1+( 9,65BB) +(1,85 TB)-(4,68
U)
Derajat dan nilai energi berdasarkan jenis kelamin dan kegiatan
Derajat Nilai energi semenit
Energi Jenis kegiatan
♀ ♂
1 Tidur atau tetap berbaring - -
2 Duduk atau berdiri [termasuk kegiatan menjahit,
0,001-0,007 0,003-0,012
makan, atau menulis]
3 Kegiatan sangat ringan [mengemudikan mobil,
0,009-0,016 0,014-0,022
berjalan perlahan di tanah datar]
4 Kegiatan ringan [berjalan normal sambil membawa
0,018-0,035 0,023-0,040
buku, menyapu]
5 Kegiatan sedang [berdansa, berjalan cepat, mendayung
sepeda, memindahkan lemari/kursi, membersihkan 0,036-0,053 0,042-0,060
(menyapu, mengepel dengan bergegas)]
Kegiatan berat [menari dengan sangat cepat, berjalan
6 0,055 0,062
cepat mendaki bukit, bermain tennis, berenang, senam]
Nilai energi fisik berdasarkan derajat kegiatan
Derajat Jumlah Nilai energi Energi total/kg
energi menit semenit (Kkl/kg)
1 x 0,000 =
♀ ♂
2 x 0,001-0,007 0,003-0,012 =
3 x 0,009-0,016 0,014-0,022 =
4 x 0,018-0,035 0,023-0,040 =
5 x 0,036-0,053 0,042-0,060 =
6 x 0,055 0,062 =
Subtotal 1.440
Energi ekstra
 Naik tangga x 0,036 =
 Turun tangga x 0,012 =
Kalori total/kg/24 jam =
Kalikan kg BB = Kg
Jumlah energi total dalam sehari (24 jam) = Kkl
Catatan: 15 anak tangga dihitung satu kali naik/turun tangga.
Catu energi menurut WHO 1990
1. Jumlah lemak total sebesar 15-30%, dengan
rincian lemak jenuh sebesar 0-10% dan lemak tak
jenuh 3-7%.
2. Jumlah karbohidrat kompleks sebesar 50-70%,
gula olahan hanya diperbolehkan 0- 10%
3. Jumlah protein total 10-15%
4. Jumlah serat 27-40 gram (rataan 35 gram).
5. Garam 6 gram.
6. Kolesterol 0-300 gram.
7. Buah dan sayuran minimal 400 gram
Diet: “
A Way
of Living”
Eating is our most
intimate contact
with our
environment
Go into your cabinets, refrigerator,
and freezer and toss out any foods
that contain hydrogenated
vegetable oil, vegetable
shortening, or partially
hydrogenated vegetable oils.
If you read labels, you’ll find them
in margarine, cookies, crackers,
cereals, frozen foods, packaged
foods, breads, snack foods, salad
dressings, mayonnaise, and so on.
While you’re cleaning out your kitchen,
toss out the following foods: high-sugar
foods, highly processed foods including
white flour products and enriched foods,
foods that contain a lot of food additives
and colorings, and foods that have an
expiration date of more than a few years
from now.
Read food labels carefully: The
foods that you bring into your
home need to provide
excellent nourishment.
Rules for Eating,
Cooking,
and Shopping
Meats, fish and dairy products
commonly contain PCBs, dioxins,
mercury, pesticides, brominated
flame retardants and perfluorinated
chemicals (PFCs).
Novel ingredients introduced to
the food supply via food
processing, such as mercury in
high fructose corn syrup or
synthetic food dyes, may provide
additional routes of exposure to
toxins.
Chemicals in food packaging and
cookware, like bisphenol A (BPA),
phthalates and PFCs, also provide
routine exposures to toxins.
Natural Therapies
for Common
Digestive Problems
Starting journey
at the mouth
and moving southern
Tabel . Penyakit-penyakit saluran cerna
Salcer atas Salcer bawah Organ
Stomatitis Polip Hepatitis virus
Hemoroid
Gastritis Dumping syndrome Pankreatitis
Gastroenteritis Hernia (inguinal, femoral, Kholesistitis
umbilical, insisional)
GERD Obstruksi usus
Hernia hiatal Apendisitis
Ulkus peptikum Peritonitis
Akhalasia Penyakit Crohn
Kolitis ulseratif
IBS
Divertikulitis
Penyebab stomatitis
Penyebab Keterangan
Trauma Gigi goyah, tergigit mukosa pipi, sikat gigi terlalu keras.
Iritasi Minuman dan makanan panas, bernapas dengan mulut, penggunaan
alkohol dan tembakau berlebihan, kepekaan terhadap pasta gigi
(biasanya pasta yang mengandung cinnamon), cairan pembersih
mulut, serta lipstik.
Defisiensi vit. C Gusi berubah warna menjadi abu-abu, bengkak, dan berdarah. Di
mukosa juga tampak sariawan terbuka dengan tanda-tanda
peradangan.
Keterangan: Penyebab lain ialah herpes simpleks yang terjadi karena kontak langsung
dengan seseorang dengan berciuman atau berkebiasaan seks oral, gonore, HIV/AIDS,
rubeola, leukemia, dan infeksi jamur.
Sumber (antara lain): Marlene Hurst (2008). HurstReviews: “Pathophysiology
Review”. McGraw-Hill Companies, Inc.
Esophageal dyssynergia, akhalasia merupakan
gangguan peristaltik "tabung" esofagus serta
kegagalan sfingter esofagus bawah berelaksasi
agar makanan dan minuman dapat dengan
mudah memasuki lambung.
["cardiospasm" dan "megaesofagus" (istilah
terakhir hanya mengacu kepada akhalasia yang
disebabkanan oleh penyakit chagas).
Boks . Perawatan Gizi Penderita Akhalasia
Beri makanan cair atau setengah padat, jika dapat ditolerir.
Beri makanan sedikit-sedikit dan sering; jika dapat ditolerir.
Mengurangi kandungan protein, karbohidrat, dan lemak dalam
makanan; dengan tujuan untuk mengurangi sekresi lambung
dan menurunkan tekanan sfingter esofagus bagian bawah.
Tidak menyantap makanan yang masih panas.
Menghindari makanan yang dapat merusak mukosa bila terlalu
lama tertahan dalam esofagus: jeruk, makanan berbumbu.
Jika penderita dapat menelan lebih mudah, gunakan
diet rendah serat.
Membujuk penderita agar mau makan lebih perlahan.
GERD is caused by lower esophageal sphincter
(LES) relaxation not related to
swallowing and due to stimulation of
mechanoreceptors programmed in the
brainstem.
Gastric distension is a major trigger for this
stimulation, so how one eats may be as
important as what one eats.
A number of dietary and lifestyle
factors have been demonstrated to
trigger reflux, including portion
size, late-night eating, fried foods,
spicy foods, citrus, tomato-based
foods, caffeine, alcohol, chocolate,
mint, and smoking.
These trigger reflux for a variety of
reasons. Mint relaxes the lower
esophageal sphincter tone, spicy
foods increase parietal cell activity,
deep-fried foods delay gastric
emptying, and late-night eating
leads to being horizontal on a full
stomach.
Boks . Produk yang berpengaruh
memperburuk gejala GERD
Vitamin C dosis tinggi.
Fosamax (jika dikonsumsi tidak dengan air yang cukup,
atau segera berbaring usai menelan preparat ini.
Suplementasi kalium.
AINS (antiinflamasi nonsteroid).
Aspirin.
Calcium channel blockers pengobat hipertensi
Teofilin.
Antibiotika tertentu.
Glukosamin.
Kapsul minyak ikan.
Ragi beras merah.
Sumber: Leslie Bonci (2003). American Dietetic Association guide to better
digestion. John Wiley & Sons, Inc.
Boks . Penanganan Esofagitis Refluks
Mengurangi berat badan (bagi yang obes)
Mengkonsumsi santapan mengandung lemak rendah dan tinggi protein untuk
`mengurangi produksi asam.
Membatasi atau menghindari coklat, makanan berlemak, dan mint yang
melemahkan LES.
Makan porsi kecil tapi sering (4 sampai 6 kali sehari) untuk membantu
mengurangi tekanan dalam lambung.
Tidak bersantap dalam 3 jam sebelum tidur.
Menghindari makanan berbumbu banyak dan berkeasaman tinggi karena dapat
mengiritasi esofagus.
Menghindari minuman beralkohol, terutama di tengah malam sebelum tidur.

Meningkatkan asupan cairan untuk membilas isi lambung yang masuk ke dalam
esofagus.
Lain-2: menghentikan AINS, meninggikan kepala 15-30 cm atau lebih untuk
mencegah refluks selagi tidur, menghentikan rokok untuk memperbaiki tekanan
LES, serta tidak mengenakan pakaian sempit.
Boks. Perawatan Gizi pada Refluks Gastroesofageal
Peningkatan tekanan sfingter esofagus bawah: ...
 Meningkatkan protein dalam makanan
 Menurunkan lemak dalam makanan < 45 g/hari
 Menghidari alkohol, peppermint, dan spearmint
 Menghindari kopi, teh kental, dan coklat menggunkan susu skim
Penurunan iritasi esofagus: ...
 Menghindari zat iritan: air jeruk, tomat, kopi, makanan berbumbu, minuman berkarbon
 Menghindari setiap makanan yang selalu menyebabkan nyeri lambung
Perbaikan clearing esofagus: ...
 Tidak berbaring lsebelum 2 jam sesudah makan
 Meninggikan kepala di tempat tidur
Penurunan frekuensi dan volume refluks: ...
 Meninggikan kepala di tempat tidur
 Tidak berbaring sebelum 2 jam setelah makan
 Jika perlu, makan sedikit-sedikit dalam porsi kecil
 Jika obes, kurangi berat badan
 Sewaktu makan, minum sedikit saja
 Memperbanyak minum di antara 2 waktu makan
 Banyak makan serat untuk mencegah sembelit (serat yang meningkatkan ketegangan
perut
Hal lain yang perlu dipertimbangkan
 Memantau pengaruh penghindaran jeruk dan tomat terhadap status vitamin C: jika perlu
beri suplement
 Memantau pengaruh antasid terhadap status zat besi dan jika perlu beri suplemen
 Jangan mengunyah permen karet, dapat terteguk udara
 Jangan merokok segera setelah makan
Tabel . Faktor-faktor risiko yang mengarah ke heartburn
Makanan Makanan berlemak, makanan berbumbu, garam meja, coklat,
bawang merah dan putih, mint (peppermint, spearmint),
alkohol, minuman berkafein, minuman bersoda, jeruk sitrun
atau jus jeruk sitrun, tomat atau jus tomat.
Obat Bifosfonat, aspirin (AINS), besi, kalium, quinine, tetrasiklin,
zidovudin, preparat antikolinergik, antagonis adrenergik alfa
dan beta-2, barbiturat, calcium channel-blocker, benzodiaze-
pin, dopamin, estrogen, progesteron, prostaglandin, analgetik
narkotik, nitrat, teofilin, TCA, dan preparat kemoterapi.
Gaya hidup Olahraga, obesitas, merokok, stress, posisi tubuh berbaring
(supine body position), berpakaian sempit, dan kehamilan.
Penyakit Gangguan gerak saluran cerna (gastroparesis), scleroderma,
PUD, sindrom Zollinger-Ellison.
Lain-lain Genetik.
Tanda dan gejala gastritis
Nyeri (tidak Nyeri epigastrik terjadi cepat akibat peradangan atau
nyaman) nekrosis mukosa lambung. Nyeri akibat gastritis kronis
reda oleh makanan.
Dispepsia Biasanya terjadi akibat erosi mukosa lambung.
Rasa terbakar Peradangan mukosa lambung akibat asam, infeksi, atau
di lambung pengobatan yang menyebabkan sensasi terbakar di
atas lambung.
Mual-muntah Mual-muntah terjadi setiap waktu ketika mukosa
lambung mengalami erosi.
Anoreksia Nyeri dan rasa penuh dalam perut, serta pencernaan yang
tidak sempurna mengurangi hasrat bersantap oleh karena
gejala itu diyakini berlatar-belakang makanan.
Kembung Akibat peningkatan produksi asam lambung
BB turun Akibat tidak bernapsu makan
Pendarahan Iritasi mukosa lambung terlalu lama menyebabkan
pendarahan, yang termanifestasi sebagai hematemesis
atau melena. Pendarahan berlangsung lama berujung
sebagai anemia.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keasaman Lambung
PENINGKAT KEASAMAN LAMBUNG
A. Pencernaan fase sefalik
Pikiran, penciuman, dan pengecapan makanan, mengunyah dan menelan, mememulai
perangsangan nervus vagus terhadap sel parietal pada mukosa fundus mensekresikan asam
lambung.
A. Pencernaan fase gastrik
Pengaruh makanan dalam lambung:
1. Distensi fundus merangsang sel parietal untuk mensekresikan asam.
2. Akilinisasi antrum menyebabkan pengeluaran gastrin.
3. Disitensi antrum menyebabkan pengeluaran gastrin, yang merangsang
sekresi asam lambung.
4. Substansi dalam makanan dan hasil pencernaan yang dapat meningkatkan
keasaman, yaitu: alkohol, kafein, kopi ekstrak, minuman cola, lada
merah, serta peptida-peptida dan asam amino.
PENURUN KEASAMAN LAMBUNG
A. Pencernaan fase gastrik
Pengasaman bagian antrum mereduksi pengeluaran gastrin, yang kemudian menyusutkan
sekresi asam. Makanan, terutama protein.
A. Pencernaan fase intestinal
Lemak, asam, dan keadaan hiperosmolaritas dalam saluran usus halus merangsang satu atau
lebih hormon-hormon gastrointestinal yang dapat menghambat sekresi asam lambung.
Catatan:
Makanan yang berkemampuan meningkatkan sekresi asam lambung ialah merica hitam (black pepper), cabe bubuk (chilli powder), biji mustard, nutmeg, jus sitrun atau buah
(orange, grapefruit, pineapple, lemon, tangerine), cocoa, coklat, minuman, ekstrak daging (kaldu), kopi dan teh, serta alkohol.
Tukak diartikan sebagai lesi ulseratif pada
lambung dan duodenum, bagian yang terpapar
dengan sekresi asam-pepsin.
Letak tukak menentukan cara penamaannya.
Bila tukak terjadi di lambung, namanya menjadi
tukak lambung; di duodenum dinamai tukak
duodenum.
Perbedaan Antara Tukak Lambung dan Tukak Duodenum
Kriteria Tukak Lambung Tukak Duodenum
Prevalensi Jarang Lebih sering
Usia VI – VII V – VI
Rasio L:W 3:4 3:1
Gol. Darah Tak ada beda Biasanya O
Status Gizi Sering malnutrisi Biasanya baik
Lokasi Tersering: anthrum 3 cm pylorus
Produksi HCl Normal/hiposekresi Hipersekresi
Etiologi Alir balik asam empedu ke lambung Chyme yang asam terlampau cepat
menyebabkan kerusakan mukosa masuk duodenum, dan tak sempat
dinetralkan.
Nyeri 1/2-1 jam sesudah makan, jarang 2-3 jam sesudah makan dan
malam hari; muntah meredakan malam hari; makanan dapat
nyeri, tapi makanan menyebabkan meredakan nyeri.
nyeri.
Muntah Lazim Tidak lazim
Pendarahan Hematemesis lebih sering ketimbang Melena lebih sering tinimbang
melena hematemesis.
Anemia Sering Sering
Tabel . Prinsip pengobatan gizi pengidap TUKAK PEPTIK
1. Santap makanan teratur setiap waktu makan (3 kali).
2. Santap sedikit-sedikit agar perut tidak tegang.
3. Tidak minum kopi, teh, cola, dan minuman lain yang mengandung
kafein dan alkohol.
4. Mengurangi, atau menghentikan merokok.
5. Tidak menggunakan aspirin dosis tinggi, atau obat lain yang
diketahui merusak lambung.
6. Tidak menggunakan lada secara berlebihan untuk masakan atau
makanan.
7. Menghindari makanan atau minuman yang menyebabkan
ketidaknyamanan.
8. Setiap makan sebisa mungkin di tempat dan pada suasana santai.
9. Makan antasida 1-3 jam sesudah makan dan sebelum tidur.
Makanan yang berpotensi menimbulkan gas
Kacang polong, kacang kedelai, kacang buncis, merica
hijau, miju-miju, bawang putih, brambang, bawang perai,
lobak, lobak cina, apel mentah, asinan kubis, broccoli,
kembang kol, watermelon, pokat, kelimu, kol brusel,
semangka, jagung, kubis, semangka putih, pisang, bayam,
cauliflower, jagung, ketimun, anggur, susu dan olahannya,
oat dan makanan berserat tinggi, bawang putih, kismis,
sorbitol, anggur turnip, minuman berkarbonat.
Penyebab Sembelit
Penyakit sistemik Efek samping obat, ketidaknormalan metabolik dan endokrin
(misal hipotiroid, uremia, hiperkalsemia), tidak/kurang
olahraga, kebiasaan social, penyakit buluh darah usus besar,
penyakit neuromuskuler sistemik, menyebabkan gangguan
otot polos usus.
Penyakit saluran celiac sprue, tukak duodenum, kanker lambung,
cerna atas fibrosis kistik.
Penyakit usus besar Penyakit ini mengakibatkan inersia kolon dan obstruksi
outlet.
Kapasitas absopsi Gangguan inervasi (penyakit Hirschprung, sklerosis
mukosa usus besar multipel, Parkinson atau paraplegi).
berlebihan Gangguan struktur usus besar (tumor, hernia, striktura,
divertikulosis, kolon irritabel, fisura anus).
• Inactivity, Obesity, Hormonal changes, Pregnancy,
Irritable bowel syndrome, Inadequate fluid intake,
Inadequate fiber intake.
• Certain diseases and condition including: Parkinson’s
disease, Multiple sclerosis. Stroke
• Spinal cord injuries, Diabetes, Disorders of the
thyroid gland, Lupus, Scleroderma
• Certain medications, including: Diuretics, Calcium or
aluminum antacids. Parkinson’s medications, Pain
medications with codeine, Antidepressant,
Antihistamines, Iron supplements, Calcium
supplements
• Excessive use of laxatives
Kebutuhan serat
• Usia < 50 th = 38 g (L) hingga 25 g (W)
• Usia > 50 th = 30 g (L) hingga 21 g (W)
• Usia 2 – 18 = (Usia + 5) g
Malnutrisi IBD
Asupan oral Terimbas penyakit (sakit perut dan siare usai santap, sitophobia,
berkurang anoreksia, nausea, dan muntah);
iatrogenik (diet terbatas, atau fad diet).
Malabsorpsi Permukaan serap berkurang (pemendekan usus kecil akibat
operasi, sebagian segmen usus sakit).
Pertumbuhan bakteri berlebihan (terkait dengan striktura, atau
stasis).
Defisiensi garam empedu setelah reseksi ileum (kegagalan
pembentukan micelle dan steatore).
Defisiensi laktase (terkait dengan penyakit usus halus)
Malabsorpsi dimbas oleh obat.
Kehilangan zat gizi Kehilangan protein akibat enteropati.
bertambah Kehilangan elektrolit, mineral dan elemen kelumit akibat diare
(seng dan kalium). Kehilangan darah lewat saluran cerna (besi).
Malabsorpsi diimbas Cholestyramine (asam empedu, lemak, vitamin yang larut dalam
obat lemak)
Sulfasalazine (defisiensi asam folat tertali dengan penurunan
penyerapan dan peningkatan kebutuhan akibat hemolisis.
Steroid (absorpsi dan mobilisasi kalsium).
Kebutuhan Peradangan kronis, demam, infeksi yang menunggangi.
meningkat
Penyebab malnutrisi pada IBD
Faktor Penyebab Dampak
Anoreksia, aspan kurang TNF-α; pro-inflammatory cytokinines Asupan gizi berkurang.
lain
Nausea, vomitus Abses, striktura Asupan gizi berkurang.
Nyeri perut, diare Peradangan, obstruksi Variasi-jumlah makanan berkurang.
Restriksi diet Anjuran teman, dokter, keluarga. Asupan gizi berkurang.
Maldigesti Sclerosing cholangitis, pertum-buhan Penyerapan lemak dan vitamin
bakteri usus berlebihan, dan defisiensi yang larut lemak berkurang.
asam empedu.
Malabsorpsi Permukaan serap berkurang, Defisiensi vitamin dan mineral
ileum terminal tidak ada, interaksi (vitamin B12 tak terserap).
obat-zat gizi.
Kebutuhan meningkat Demam, radang, cell turnover Berat badan berkurang
meningkat
Kehilangan lewat saluran cerna Radang, pendarahan Protein-mineral hilang, anemia
bertambah defisiensi zat besi
Metabolisme interme-dier berubah TNFα, IL-1β, dan IL-6 Sintesis albumin dan protein lain
menurun/
Serapan kalsium ↓, magnesuria ↑,
Steroid
pengecilan otot ↑
Interaksi obat-zat gizi
Penyerapan folat dan reduksi menjadi
Sulfasalazine
tetrahidrofolat berkurang.
Keterangan: obat lain ialah kolestiramin, kolestipol, siklosporin, dan azatioprin.
Sumber: Jeejeebhoy KN. Management of nutritional problems of patients with Chron’s disease.
CMAJ 2002;163:913-918.
Celiac Disease
• Classic Symptoms
• • Abdominal pain
• • Abdominal bloating
• • Cramps
• • Diarrhea
• • Abnormally-colored or foul-smelling stools
• • Constipation
• • Excessive gas
• • Chronic fatigue
• • Muscle wasting
• • Weight loss
Celiac Disease
• Nongastrointestinal Symptoms
• • Breathlessness
• • Anemia
• • Migraines
• • Infertility
• • Bone pain
• • Dental changes
• • Delayed growth (in children)
• • Changes in behavior
• • Learning challenges
GLuten
• Wheat, Rye, Triticale, Barley, Wheat germ,
Wheat bran, Graham flour, Oats, Oat bran,
Bulgur
Therapeutic Options for (GERD)

I. Lifestyle and Dietary Recommendations for


Treatment of GERD
II. Treatment of Microbial Imbalances or
Infections
III. Use of Digestive Enzymes and Hydrochloric
Acid
IV. Probiotics and Prebiotics
V. Nutrients for Gut Repair
Lifestyle and Dietary
Recommendations for
Treatment of GERD

B. Lifestyle and Behavioral Factors: • Avoid


large meals • Finish eating within 3 hours of
bedtime • Practice active relaxation to
increase parasympathetic tone • Eat slowly •
Chew food completely • Ensure adequate
quality sleep • Stop smoking • Raise the
head of the bed 6–8 inches • Lose weight
Lifestyle and Dietary
Recommendations for
Treatment of GERD

A. Dietary Triggers: Caffeine, alcohol,


chocolate, garlic, onions, and
peppermint; and spicy, fried or fatty,
citrus- or tomato-based, and processed
or junk foods
Lifestyle and Dietary
Recommendations for
Treatment of GERD

C. Medications Induce Reflux:


• Calcium channel blockers • Beta-blockers
• Alpha-adrenergic agonists • Theophylline
• Nitrates • Progesterone • Aspirin • NSAIDs
D. Food Allergy Elimination Diet
• A 2-week trial of an oligo-antigenic diet
followed by food challenge* Gluten,
dairy, eggs, yeast, corn, soy, citrus,
nightshades, and nuts
Nutrients for Gut Repair
A. Gut Food
• Glutamine 1000–10,000 mg/day
This is a nonessential amino acid that is the
preferred fuel for the lining of the small
intestine and can greatly facilitate healing. It
can be taken for 1 to 2 months. It generally
comes in powder form and is often combined
with other compounds that facilitate gut
repair.
Nutrients for Gut Repair
B. Nutrients and Antioxidants
• Zinc carnosine 75–150 mg twice a day between meals
• Zinc 20–50 mg
• Vitamin A 5000–10,000 U/day
• Vitamin B5 pantothenic acid 100–500 mg/day
• Vitamin E 400 to 800 IU/day in the form of mixed
tocopherols
These can be taken separately, or as part of a good high-potency
multivitamin.
Nutrients for Gut Repair
C. Essential Fats and Oils
• GLA (gamma linolenic acid) 2–6 g/day
• Gamma-oryzanol (rice brain or rice brain oil)
100 mg three times a day
• Omega 3 fatty acids 3 to 6 g/day of EPA/DHA
Nutrients for Gut Repair
D. Anti-infl ammatories and Gut
Detoxifi ers
• N-acetylcysteine 500 mg twice a day
• Reduced glutathione 300 mg twice a
day
• Quercitin 500 mg twice a day and
other biofl avonoids

Anda mungkin juga menyukai