STRIKTUR URETRA
oleh:
Muhammad Rifqi Khairi
I1A010058
Pembimbing:
dr Eka Yudha Rahman M,kes Sp.U
Pendahuluan
(miksi) dan biasanya merupakan kondisi simptomatik dari prekursor kondisi lain
yang memerlukan penanganan medis yang segera. Kateterisasi uretra adalah prosedur
medis rutin yang memfasilitasi drainase langsung dari kandung kemih. 1 Pemasangan
kateter uretra menjadi terapi akut pada pasien yang mengalami retensi urin akut.
Salah satu penyebab striktur uretra adalah pemasangan kateter dalam waktu
yang cukup lama. Pola penyakit striktur uretra yang ditemukan di Rumah Sakit Hasan
Sadikin Bandung menyebutkan sebagian besar pasien (82%) masuk dengan retensi
urin. Penyebab utama terjadinya striktur adalah manipulasi uretra (44%) dan trauma
meliputi trauma pelvis (54%), post-kateterisasi (21,1%), infeksi (15,2%), dan post-
oleh Lumen,et all juga mendapatkan hasil7 sebanyak 45,5% striktur uretra disebabkan
1
prosedur rutin pada penanganan kasus retensi urin akut seperti benign prostat
uretra merupakan tindakan invasif. Pasien akan dipasangkan sejenis alat yang disebut
kateter Dower pada muara uretra. Dalam melakukan prosedur ini diperlukan
keprofesionalan. Banyak pasien merasa cemas, takut akan rasa nyeri, dan tidak
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I.1 Identitas
Nama : Tn. I
Umur : 46 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat : jl.Salino rt 002 rw 002 Kota Baru
Pekerjaan : swasta
MRS : 22 Agustus 2015
I.2 Anamnesis
Keluhan Utama:
Tidak bisa buang air kecil (BAK)
3
- Riwayat sakit kencing manis (-)
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat trauma tidak ada
B. Status Urologikus
Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra et sinistra:
Inspeksi : Bulging (-)
Palpasi : Ballotement (-)
Palpasi : Nyeri ketok -/-
4
Regio Suprapubik:
Inspeksi : Bulging (+), distensi (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
5
I.5 Diagnosis Banding
Hiperplasia prostat
I.7 Penatalaksanaan
- Uretrotomi interna (Sachse)
I.8 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
6
Laporan operasi tanggal 25-08-2015
Folow up pasien
23-08-2015 Pasin MRS dari poliklinik urologi.
7
Keluhan : kencing tidak lampias
TD : 120/80 nadi : 90 x/menit
RR : 20x/menit
Terapi :
Pro uretroscopy sache
24-08-2015
Keluhan : kencing tidak lampias masih ada
TD : 130/80 nadi : 87 x/menit
RR : 22x/menit
Terapi :
Pro uretroscopy sache
25-02-2015
Keluhan : kencing tidak lampias
TD : 120/70 nadi : 85 x/menit
RR : 21x/menit
Terapi :
Pro uretroscopy sache hari ini
Pkl 12.00 pasien kembali dari ruang OK ke ruang perawatan
Instruksi post op
OBS TNRS
Bed rest 24 jam
IVFD RD5 : NaCl 3:1 28 tpm
Inj Ceftriaxone 2x1
Antrain 3x1
As tranexamat 3x1
Vit k 3x1
8
Lasix 1x1
Pertahankan silicon cath 4 minggu
26-02-2015
Keluhan : nyeri post op
TD : 130/70 nadi : 98 x/menit
RR : 20x/menit
Terapi :
OBS TNRS
Diet biasa
IVFD RD5 : NaCl 3:1 28 tpm
Inj Ceftriaxone 2x1 (h2)
Antrain 3x1
As tranexamat 3x1
Vit k 3x1
Lasix 1x1
Pertahankan silicon cath 4 minggu
27-02-2015
Keluhan : nyeri post op
TD : 120/80 nadi : 87 x/menit
RR : 20x/menit
Terapi :
OBS TNRS
Diet biasa
IVFD RD5 : NaCl 3:1 28 tpm
Inj Ceftriaxone 2x1 (h3)
Antrain 3x1
As tranexamat 3x1
9
Vit k 3x1
Lasix 1x1
Pertahankan silicon cath 4 minggu
28-02-2015
Keluhan : nyeri post op
TD : 130/70 nadi : 88 x/menit
RR : 20x/menit
Terapi :
OBS TNRS
Diet biasa
IVFD RD5 : NaCl 3:1 28 tpm
Inj Ceftriaxone 2x1 (h4)
Antrain 3x1
As tranexamat 3x1
Vit k 3x1
Lasix 1x1
Pertahankan silicon cath 4 minggu
Besok obat ganti oral
29-02-2015
Keluhan : -
TD : 130/80 nadi : 94 x/menit
RR : 20x/menit
Terapi :
OBS TNRS
Diet biasa
Cifrofloxacin 2x500
As mefenamat 3x500
10
Pertahankan silicon cath 4 minggu
BLPL dg terpasang cateter
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pendahuluan
Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita,
uretra mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran
uretra juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Uretra
Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya
jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam
berkemih, mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat
mengalirkan urin keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat
Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian dunia
tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra
pada wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai
uretra dapat menyebabkan striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra,
12
II.2 Anatomi Uretra
Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-
buli sampai orifisium uretra eksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi.
Uretra pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior.
Uretra posterior dibagi menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea.
Uretra anterior dibagi menjadi meatus uretra, pendulare uretra dan bulbus uretra.
Dalam keadaan normal lumen uretra laki-laki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch =
dimulai dari meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior
ini berupa tabung yang lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga kalau
13
Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang
bagian uretra, sukar untuk dilatasi dan pada bagian ini terdapat otot yang
II.3 Etiologi
posterior
mengenai uretra pars bulbosa, dapat terjadi pada anak yang naik sepeda dan
kakinya terpeleset dari pedal sepeda sehingga jatuh dengan uretra pada
14
4. Post operasi, beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan
utama tapi dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan individu yang
II.4 Patofisiologi
Struktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan
mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal.
Mukosanya terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna
epitelnya skuamosa dan berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vaskular.
Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara
epimorfosis, artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat)
yang tidak sama dengan semula. Jaringan ikat ini menyebabkan hilangnya elastisitas
15
Gambar 2. Patofisiologi Striktur Uretra
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra
3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra
16
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras di korpus
Gejala dari striktur uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan
bercabang. Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi,
membengkak, infiltrat, abses dan fistel. Gejala lebih lanjutnya adalah retensi urin.
1. Pemeriksaan Fisik
Anamnesa:
Untuk mencari gejala dan tanda adanya striktur uretra dan juga mencari
Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra,
2. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Uroflowmetri
urin. Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya
17
proses miksi. Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik
dan pada wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga
Radiologi
cara memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara
retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui
Instrumentasi
kateter Foley ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter
dengan ukuran yang lebih kecil sampai dapat masuk ke buli-buli. Apabila
lumen uretra.
Uretroskopi
18
II.7 Diagnosis
Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis
pasti striktur uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang
II.8 Penatalaksanaan
Pasien yang datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik
untuk mengeluarkan urin, jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan
tergantung panjang dan lokasi dari striktur, serta derajat penyempitan lumen uretra.
1. Bougie (Dilatasi)
Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa adanya
glukosa dan protein dalam urin. Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie bengkok
merupakan satu batang logam yang ditekuk sesuai dengan kelengkungan uretra pria;
bougie lurus, yang juga terbuat dari logam, mempunyai ujung yang tumpul dan
lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak. Berikan sedatif ringan sebelum
selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus uretra dengan cermat dan persiapkan
kulit dengan antiseptik yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam uretra dan
19
dipertahankan selama 5 menit. Tutupi pasien dengan sebuah duk lubang untuk
mengisolasi penis. Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan
sebuah bougie filiformis; biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan
bougie filiformis lain sampai bougie dapat melewati striktur tersebut. Kemudian
Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok atau lurus
Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang
kasar tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada
akhirnya menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang
bertugas di pusat kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk
bahkan dengan pembentukan jalan yang salah (false passage). Perkecil kemungkinan
terjadinya bakteremi, septikemi, dan syok septic dengan tindakan asepsis dan dengan
penggunaan antibiotik.
2. Uretrotomi interna
jaringan sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse, laser atau
elektrokoter. Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama bagian
distal dari pendulans uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi juga dilakukan pada
wanita dengan striktur uretra. Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat
Sachse adalah striktur uretra anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil
20
dan panjang tidak lebih dari 2 cm serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2-3
hari pasca tindakan. Setelah pasien dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu
selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali
3. Uretrotomi eksterna
dilakukan anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini
tidak dapat dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm. Cara Johansson; dilakukan
bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan fibrotik. Stadium I, daerah striktur
distalnya, lalu jaringan fibrotik dieksisi. Mukosa uretra dijahit ke penis pendulans dan
dipasang kateter selama 5-7 hari. Stadium II, beberapa bulan kemudian bila daerah
4. Uretroplasti
Dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau
dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca Uretrotomi Sachse.
Operasi
uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan dengan free graft atau
pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit preputium/kulit penis dengan
21
II.9 Komplikasi
Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot
kalau diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saat
kemudian akan melemah. Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula
akan menebal terjadi trabekulasi pada fase kompensasi, setelah itu pada fase
divertikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih di dalam otot
2. Residu urin
Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidak
timbul residu. Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu
adalah keadaan dimana setelah kencing masih ada urine dalam kandung
Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli-buli
melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang
meninggi maka akan terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buli
22
Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh
terkena infeksi. Adanya kuman yang berkembang biak di buli-buli dan timbul
refluks, maka akan timbul pyelonefritis akut maupun kronik yang akhirnya
Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisa
timbul inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urine
yang terinfeksi keluar dari buli buli atau uretra menyebabkan timbulnya
infiltrat urine, kalau tidak diobati infiltrat urine akan timbul abses, abses pecah
II.13 Prognosis
Striktur uretra kerap kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan yang teratur oleh dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah
23
BAB III
ANALISIS KASUS
Dari kasus di atas, Tn. I usia 46 tahun datang dengan keluhan tidak bisa
buang air kecil (miksi) sejak 3 minggu yang lalu. Keadaan ini disebut sebagai
retensio urin yaitu suatu keadaan dimana penderita tidak dapat kencing padahal
kandung kemih penuh. Keadaan ini disebabkan oleh sumbatan mekanis pada uretra
setelah BAK penderita merasa tidak puas dan diikuti oleh pancaran urine yang lemah,
kesimpulan yang diambil bahwa penderita mengalami suatu gejala obstruktif saluran
kemih. Dan juga ditemukan adanya keluhan sering berkemih (frequency) terutama
pada malam hari (nocturia), sehingga pasien ini disimpulkan mengalami gejala iritatif
dari saluran kemih. Berdasarkan kondisi faktual diatas pasien ini mengalami gejala
obstruktif dan gejala iritatif saluran kemih yang dikenal dengan LUTS (Lower
saluran kemih bagian bawah yang meliputi gejala obstruktif dan iritatif pada saluran
kemih. Gejala obstruktif pada saluran kemih yaitu mengedan ketika miksi (straining),
24
terputus (intermitten), dan tidak lampias setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif
meliputi rasa ingin miksi yang tidak bisa ditahan (urgency), sering miksi (frequency),
sering miksi pada malam hari (nocturia), dan nyeri ketika miksi (dysuria). Dari
keluhan utama dan anamnesis pada pasien ini terjadi suatu retentio urine yang
disebabkan adanya sumbatan pada saluran kemih bagian bawah yang bisa disebabkan
oleh gangguan pada vesika urinaria atau infravesika. Gangguan pada vesika urinaria
bisa berupa batu vesika atau gangguan neurogenic pada vesika. Sedangkan gangguan
infravesika berupa pembesaran prostat dan striktur uretra. Kemudian pada riwayat
penyakit dahulu, riwayat kencing manis dan riwayat pernah trauma disangkal.
dalam batas normal, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterik. Pada inspeksi
regio CVA dan regio supra pubik didapatkan dalam keadaan distensi dan nyeri tekan,
regio genitalia externa tidak ditemukan bloody discharge. Pada pemeriksaan Digital
Rectal Examination (Rectal Toucher) didapatkan tonus spingter ani dalam keadaan
baik sehingga hal ini dapat menyingkirkan diagnosis bahwa retensio urine yang
terjadi diakibatkan oleh neurogenic bladder. Selain itu juga prostat dalam keadaan
disingkirkan.
Pada pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan kimia klinik dalam batas
normal.
25
Pada pasien ini akan ditatalaksana dengan pemberian antibiotik dan
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Syamsuhidayat, R. Wim de Jong. Buku ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta : 1997
2. Purnomo, Basuki. Dasar-dasar urologi Edisi kedua. CV. Sagung Seto. Jakarta :
2003
http://www.emedicine.medscape.com.
27