PENDAHULUAN
Abses adalah rongga yang berisi nanah. Tanda utamanya dari suatu abses
adalah fluktuasi, meskipun tidak selalu terdeteksi. Rasa hangat yang terlokalisir,
bengkak dan nyeri tekan langsung pada rongga abses adalah tanda yang khas (1).
Abses disebabkan oleh flora bacterial campuran yang berkisar sekitar 2,5
spesies bakteri 1,6 diantaranya merupakan bakteri anaerob sementara 0,9 lainnya
adalah bakteri aerob atau fakultatif. Bakteri komensal dari tempat-tempat
disekitarnya merupakan penyebab abses yang biasa ditemukan sehingga spesies
bakteri dalam abses secara tipikal merupakan spesies yang ditemukan dalam flora
normal (1).
Berikut di bawah ini dilaporkan suatu kasus abses muscularis, pasien anak
perempuan berusia 12 tahun yang dirawat dan menjalani drainase abses di RSUD
Ulin Banjarmasin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Abses adalah pengumpulan eksudat purulen yang terjebak di dalam
jaringan yang kemudian membentuk rongga yang secara anatomis sebelumnya
tidak ada dengan jaringan fibrotik disekitarnya sebagai respon tubuh terhadap
adanya infeksi (1).
Etiologi
Penyebab utama terjadinya abses yaitu adanya benda asing yang diikuti
bakteri pyogenic. (Stapilococcus Spp, Esceriscia coli, Streptokokkus beta
haemoliticus Spp, Pseudomonas, Mycobakteria, Pasteurella multocida, Corino
bacteria, Achinomicetes) dan juga bakteri yang bersifat obligat anaerob
(Bakteriodes sp, Clostridium, peptostreptokokkus,fasobakterium (1,2).
Infeksi bisa menyebar, baik secara lokal maupun sistemik. Penyebaran
infeksi melalui aliran darah bisa menyebabkan sepsis. Jika abses akan pecah,
maka daerah pusat benjolan akan lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
Kemungkinan terbentuknya abses meningkat pada (3):
Patofisiologi
Abses bermula dari trauma mayor ataupun minor yang diikuti masuknya
bakteri. Kemudian terbentuklah eksudat, jika tidak segera diekskresikan atau di
absorbsi tubuh, maka akan memicu terbentuknya kapsul fibrous sebagai respon
tubuh untuk melokalisir untuk membatasi penyebaran lebih lanjut (4).
Abses bisa terjadi dimanapun dibagian tubuh dan bisa terjadi setelah suatu luka
ringan, cedera atau sebagai komplikasi dari folikulitis (3,4).
Manifestasi Klinis
Terbentuk indurasi disertai reaksi inflamasi disekitarnya yang lamakelamaan akan terbentuk masa kistik dengan temperatur yang lebih hangat
dibandingkan jaringan sehat. Pada palpasi akan didapatkan adanya fluktuasi
sebagai akibat banyaknya eksudat yang terbetuk (4).
Gejala sistemik yang terjadi bisa timbul demam yang berulang. Adapun
manifestasi klinisyang muncul adalah (1):
adanya masa
nyeri
teraba hangat
pembengkakan
kemerahan
Jika masih ragu, lakukan aspirasi dengan spuit berjarum besar di daerah yang
paling fluktuatif. Pada pemeriksaan laboratorium bisa menunjukan penigkatan
leukosit (1).
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum pasien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat
kesadaran biasanya compos metis. Pada Tanda vital sering didapatkan adanya
perubahan suhu tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan,
frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut nadi.
Tekanan darah tidak terjadi perubahan secara signifikan kecuali adanya penyakit
hipertensi renal (3).
4
Pemeriksaan Penunjang
1.
Radiografi :
Penatalaksanaan
Terapi utama adalah drainase sebagai kontrol sumber infeksi (source
control). Drainase dilakukan dengan menginsisi bagian yang paling fluktuatif dan
dinding yang paling tipis. Adakalanya terbentuk septa-septa dalam satu abses
sehingga diperlukan multiple insisi (2).
Pemberian antibiotik idealnya adalah sesuai dengan tes kultur dan
resistensi, namun mengingat hasil kultur setidaknya membutuhkan waktu 3 hari,
maka diberikan antibiotik broad spectrum sesuai pola kuman penyebab terbanyak
dan pola resistensi yang berbeda di setiap daerah (1,2).
Teknik Operasi
1.
Tindakan dan antiseptik, jika abses setelah pecah, maka mulai painting
dari arah luar kedalam (bagian yang kotor diusap terakhir).
2.
Drepping
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
BAB III
LAPORAN KASUS
I.1
I.2
Identitas
Nama
: An. S
Umur
: 12 tahun
Jenis Kelamin
: perempuan
Status
: belum Menikah
Agama
: Islam
Bangsa
: Indonesia
Alamat
Pekerjaan
: pelajar
MRS
: 26 februari 2015
Anamnesis
Keluhan Utama:
Benjolan berair di pinggang kiri
I.3
Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
Pernafasan
: 20x/ menit
Nadi
: 98x/menit
Suhu
: 37,8 0C
Kepala
Leher
Pupil
KGB
Thorax
Abdomen
Genitalia Eksterna
B. Status Urologikus
Regio Costo Vertebrae Angle (CVA) dextra et sinistra:
Inspeksi
Palpasi
Regio Suprapubik:
Inspeksi
Palpasi
Inspeksi
I.4
Pemeriksaan Penunjang
26 Februari 2015
HASIL
Hemoglobi
n
Leukosit
12.7
NILAI
NORMAL
14,0-18,0
SATUAN
8.3
4,0-10,5
ribu/ul
Eritrosit
4.75
4,5-6,0
juta/ul
Hematokrit
37.7
42,0-52,0
vol%
Trombosit
671
150-450
ribu/ul
RDW-CV
16,3
11,5-14,7
MCV
78.5
80,0-97,0
Fl
MCH
26.7
27,0-32,0
Pg
MCHC
34.1
32,0-38,0
g/dl
HASIL
NILAI NORMAL
SATUAN
Gran%
74.0
50-70
Limfosit%
16.1
25-40
10
Gran#
6.24
2.5-7
ribu/ul
Limfosit#
1.2
1.25-4
ribu/ul
27 Februari 2015
HASIL
NILAI NORMAL
SATUAN
Hemoglobin
13.7
14,0-18,0
g/dl
Leukosit
6.4
4,0-10,5
ribu/ul
Eritrosit
4.97
4,5-6,0
juta/ul
Hematokrit
38,8
42,0-52,0
vol%
Trombosit
648
150-450
ribu/ul
RDW-CV
14,9
11,5-14,7
MCV
78.1
80,0-97,0
fl
MCH
26,4
27,0-32,0
pg
MCHC
33,8
32,0-38,0
HASIL
NILAI NORMAL
SATUAN
Gran%
62.1.0
50-70
Limfosit%
22.1
25-40
Gran#
3.94
2.5-7
ribu/ul
Limfosit#
1.4
1.25-4
ribu/ul
HASIL
NILAI NORMAL
11
SATUAN
Kolestrol total
167
150-220
Mg/dl
GDP
96
70-105
Mg/dl
G2PP
130
<140
mg/dl
SGOT
39
0-46
U/I
SGPT
71
0-45
U/I
Ureum
23
10-50
mg/dl
Kreatinin
0,4
0,7-1,4
mg/dl
GDS
114
<200
GOD-PAP
Natrium
138.1
10-50
Mmol/l
Kalium
4.2
3.4-5.4
Mmol/l
Klorida
100.5
95-100
Mmol/l
PT
10.5
9.9-13.5
nephelometri
Control normal PT
11.4
APTT
22.2
Control normal PT
26.1
nephelometri
22.2-37.0
nephelometri
nephelometri
NILAI NORMAL
Warna
Kuning-
Kuning-jernih
BJ
jernih
1,025
pH
7,5
5,0-6,5
Keton
Negatif
Negatif
Prot-albumin
trace
Negatif
Glukosa
Negatif
Negatif
Bilirubin
Negatif
Negatif
Darah samar
Negatif
Negatif
1,005-1,030
12
Nitrit
Negatif
Negatif
Urobilinogen
0,1
0.1-1.0
Leukosit
Negatif
Negatif
HASIL
NILAI NORMAL
Leukosit
5-10
0-3
Eritrosit
0-2
0-2
Silinder
Negatif
Negatif
Epitel
2+
1+
Bakteri
Negatif
Negatif
Kristal
Negatif
Negatif
Lain-lain
Negatif
Negatif
USG (2/2/1025)
13
Hasil:
Ukuran hepar normal, bata/ intake tidak terdapat tanda tanda laerasi tegas,
tampak cairan bebas.
Kesan:
Abses perirenal posterior
BNO IVP
14
15
Tidak tampak tanda tanda laserasi ginjal kiri atau ekstravasasi kontras
keluar dari PCS/ginjal kiri, ginjal kanan baik
RONTGEN THORAX
16
17
Kesan:
o Liver : ukuran normal, sudut tajam, tepi rata, bilier normal, tak tampak
nodul
o GB, lien, pankreas normal
o Ren kanan dan kiri ukuran normal tak tampak ectasis/abses
o VU : kateter (+)
o Tak tampak abses regio punggung
Kesimpulan : Abses submuscularis punggung, tak tampak perirenal abses kiri,
liver, buli, pankreas, VU normal
Saran ct scan abdomen dengan kontras
CT Scan Abdomen (12 Maret 2015)
18
19
20
FOLLOW UP
27 Februari 2015 (H.I)
S) subjektif
O)Objektif
Pemeriksaan fisik
K/L
Thorax
Cor
Abdomen
Ekstremitas
A)Diagnosis
P) Terapi
Program
CT Scan Abdomen
O)Objektif
Pemeriksaan fisik
K/L
Thorax
Cor
Abdomen
Ekstremitas
A)Diagnosis
P) Terapi
punggung (+)
HR 98 x/menit
RR 20 x/menit
T
TD
36.50C
110/80
Program
CT Scan Abdomen
Thorax
22
Cor
Abdomen
Ekstremitas
A)Diagnosis
P) Terapi
P=FV simetris
P= sonor/sonor, redup pada batas jantung
A=Sn.vesikular, Rh(-/-), Wh(-/-)
S1>S2 tunggal, bising (-)
I=datar
A= BU (+)
P=H/L/M tidak teraba
P=timpani
Akral hangat, edema (-)
Flank Mass sin ec susp. Abses Perirenal dd Urinoma
IVFD D5 NS 15tpm
cateter
Inj. Ceftriaxone 2x500 mg
Inj. Antrain 2x400 mg
Inj. Ranitidin 2x1amp
Posisi lateralkiri
R/ insisi abses
Rawat luka
Program
CT Scan Abdomen
Thorax
Cor
Abdomen
Ekstremitas
A)Diagnosis
P) Terapi
Program
CT Scan Abdomen
Thorax
Cor
Abdomen
Ekstremitas
A)Diagnosis
P) Terapi
24
Thorax
Cor
Abdomen
Ekstremitas
A)Diagnosis
P) Terapi
25
Pemeriksaan fisik
K/L
Thorax
Cor
Abdomen
Ekstremitas
A) Diagnosis
P) Terapi
: Abses Muscularis
: Decubitus
: Konstipasi
26
I.7 Penatalaksanaan
Drainase abses
I.8
Prognosis
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus di atas, An. S usia 12 tahun datang dengan keluhan terdapat
benjolan berair di pinggang kiri. Dari anamnesa didapatkan keluhan berupa
benjolan berair di pinggang sebelah kiri, air berwarna kecoklatan. Air kencing
pasien berwarna coklat seperti teh. Konstipasi selama 1 minggu. Nafsu makan
menurun makan sedikit, demam dan nyeri didaerah kostovetebra.
Kemudian pada riwayat penyakit dahulu,
trauma 2 minggu sebelum mengeluh keluhan ini. Hal ini bisa saja mengakibatkan
terjadi perdangan pada daerah tauma dan mengakibatkn infeksi pada daerah yang
terjadi truma karena di daerah berongga.
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada status generalis didapatkan vital
sign didapatkan pasien mengalami demam 37,8 C hal ini menandakan terjadi
27
reaksi infeksi bakteri dalam tubuh pasien, konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak
ikterik. Pada inspeksi regio CVA dan regio supra pubik didapatkan adanya
benjolan berair pada sebelah kiri dengan cairan berwarna coklat dan nyeri tekan
pada benjolan dan area sekitar benjolan, regio genitalia externa tidak ditemukan
bloody discharge.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pada darah rutin
didaptkan peningkatan trombosit, pemeriksaan urinalisis didapat peningkatan PH
urin, rotgen thorax didapatkan efusi pleura kanan, hasil USG didapatkan hasil
abses perirenal posterior sedangkan pada pemeriksaan BNO didapatkan hasil
dalam batas normal. Setelah dilakukan ct scan pada tanggal 12 maret 2015
didapatkan kesimpulan Muscular Abses (M. Obliqus kiri).
Abses bisa terjadi dimanapun dibagian tubuh dan bisa terjadi setelah suatu
luka ringan, cedera atau sebagai komplikasi dari folikulitis. Pada pasien ini abses
yang terbentuk terletak pada musculus di dinding abdomen yakni Musculus
Obliqus Externus sebelah kiri. Origo dari musculus ini adalah permukaan luar
costa 5-12 dengan insertio serabut superior di Vagina Musculi Recti abdominis
dan serabut inferior ligamentum inguinale, labium crista illiaca sedangkan
inervasinya pada n. Intercostalis 5-12, n. Illiohipogastricus, n. Illioinguinali.
28
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan suatu kasus an. S yang berusia 12 tahun. Dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa abses
muscularis yaitu pada musculus obliqus sinistra. Untuk penanganan pada kasus ini
pasien dilakukan draines abses.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Col Rs Rai*, Col Sc Karan. Col Rs Rai*, Col Sc Karan. Mjafi, Vol. 63,
No. 3, 2007.
2. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 13. jakarta : EGC.
1999.
3. Siregar, R,S. Atlas Berwarnt. Editor Huriawati Hartanta. Edisi 2.
Jakarta:EGC,2004.
30
31