1
2
luka, pus atau rabas, bau menusuk, menggigil atau demam (lebih dari
37,7oC/100oF). Sedangkan Lewis, S.M (2000: 1187) mengemukakan
bahwa manifestasi klinis pada Abses meliputi nyeri lokal, bengkak dan
kenaikan suhu tubuh. Leukositosis juga terjadi pada Abses (Lewis, S.M et
al, 2000: 589).
1.4. Patofisiologi (patway)
Sjamsuhidajat et al (1998: 5) mengemukakan bahwa kuman penyakit yang
masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan cara
mengeluarkan toksin. Underwood, J.C.E (1999: 232) menjelaskan bahwa
bakteri melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu sintesis, kimiawi
yang secara spesifik mengawali proses radang atau melepaskan endotoksin
yang ada hubungannya dengan dinding sel. Reaksi hipersensitivitas terjadi
bila perubahan kondisi respons imunologi mengakibatkan tidak sesuainya
atau berlebihannya reaksi imun yang akan merusak jaringan. Sedangkan
agen fisik dan bahan kimiawi yang iritan dan korosif akan menyebabkan
kerusakan jaringan. Kematian jaringan merupakan stimulus yang kuat untuk
terjadi infeksi.
Price, S.A et al (1995: 36) mengemukakan bahwa infeksi hanya merupakan
salah satu penyebab dari peradangan. Pada peradangan, kemerahan
merupakan tanda pertama yang terlihat pada daerah yang mengalami
peradangan akibat dilatasi arteriol yang mensuplai daerah tersebut akan
meningkatkan aliran darah ke mikrosirkulasi lokal. Kalor atau panas terjadi
bersamaan dengan kemerahan. Peningkatan suhu bersifat lokal. Namun
Underwood, J.C.E (1999: 246) mengemukakan bahwa peningkatan suhu
dapat terjadi secara sistemik akibat endogen pirogen yang dihasilkan
makrofag mempengaruhi termoregulasi pada temperatur lebih tinggi
sehingga produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi (Guyton, A.C,
1995: 647-648).
Underwood, J.C.E (1999: 234-235) mengemukakan bahwa pada
peradangan terjadi perubahan diameter pembuluh darah sehingga darah
mengalir ke seluruh kapiler, kemudian aliran darah mulai perlahan lagi, sel-
sel darah mulai mengalir mendekati dinding pembuluh darah di daerah zona
3
Pathway abses
6
6) B6 (Bone)
Hal yang paling banyak terjadi perubahan adalah pada
integumen pasien, dimana pada penderita abses akan
didapatkan benjolan pada kulitnya yang berisi pus,
kulitnya tampak kemerahan dan teraba panas, serta pasien
akan merasakan nyeri pada daerah abses.
Terjadi kerusakan jaringan kulit baik yang disebabkan oleh
pecahnya abses dengan sendirinya maupun karena
tindakan operasi pada abses tersebut
1.8.2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi
b. Resiko infeksi berhubungan dengan proses penyakit
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut
d. Resiko hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
e. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai
proses penyakit dan tindakan medis yang dilakukan
1.8.3. Nursing Care Planning
a. NOC
1) Diagnosa I :
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi.
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan rasa nyaman nyeri terpenuhi.
b) Kriteria hasil : Nyeri hilang / berkurang.
2) Diagnosa II :
Resiko infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak,
trauma jaringan, stasis jaringan tubuh.
a) Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
Infeksi tidak terjadi.
b) Kriteria hasil : tanda-tanda infeksi (-), Suhu normal.
3) Diagnosa III :
10
15
16
Defisiensi Insulin
Perfusi jaringan
perifer tidak efektif
Nyeri
2.5.2. B2 (Blood)
Pada penderita diabetes, insulin yang seharusnya berperan
memasukkan glukosa ke dalam sel tubuh, tidak bekerja dengan baik.
Akibatnya, glukosa yang seharusnya dipecah menjadi energi di dalam
sel tubuh tetap berkumpul dalam pembuluh darah bahkan ketika
kadarnya sudah terlalu tinggi.
Gula darah berlebih yang berada dalam pembuluh darah dapat
menyebabkan pembentukan aterosklerosis. Aterosklerosis adalah
suatu kondisi terbentuknya sumbatan kolesterol dalam pembuluh
darah, yang mengakibatkan pembuluh darah itu sendiri menjadi kaku.
2.5.3. B3 (Brain)
Tingkat kesadaran pasien DM Compos Mentis sampai menurun.
Kadar gula tinggi akan merusak tubuh, terutama saraf tepi.
Akibatnya, penderita akan merasa kesemutan, baal, atau nyeri. Dalam
beberapa kasus, Wismandari menemukan bahwa pasiennya merasa
tidak menapak tanah atau memegang sesuatu. Walaupun tidak
menyebab kematian, komplikasi saraf bisa sangat mengganggu. Bila
pasien tidak dapat merasakan tubuhnya, ada kemungkinan dia tidak
menyadari telah terluka. Selain itu, komplikasi saraf juga dapat
menyebabkan tekanan darah rendah (hipotensi), disfungsi ereksi,
gangguan pencernaan, dan inkontinensia atau ketidakmampuan
mengontrol buang air kecil dan besar.
2.5.4. B4 (Bladder)
Pasien diabetes akan mengalami perubahan pola kemih, penderita
akan lebih banyak kencing, urine akan lebih encer.
2.5.5. B5 (Bowel)
Penderita diabetes umumnya akan mengalami polidipsi atau perasaan
haus yang membuat ingin banyak minum, poliphagia atau banyak
makan, namun bisa jadi justru hilang nafsu makan, mual/muntah,
tidak mampu mengikuti diet, mengalami penurunan berat badan.
2.5.6. B6 (Bone)
19
Kadar GDP
-Plasma Vena <110 110-120 >126
-Darah Kapiler <90 90-110 >110
Kriteria diagnostik WHO untuk Diabetes Melitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
2.6.1. Glukosa Plasma sewaktu >200 mg/dl
2.6.2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl
2.6.3. Glukosa plasma 2JPP >200 mg/dl
2.7. Penatalaksanaan :
2.7.1. Medis
a. Obat
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
20
2.7.2. Keperawatan
a. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan
kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau
media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita
DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap
1 1/2 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin
resisten pada penderita dengan kegemukan atau menambah
jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin
dengan reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka
latihan akan dirangsang pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
2.7.3. Non-medis dan keperawatan
a. Diet
1) Syarat diet DM
a) Memperbaiki kesehatan umum penderita
b) Mengarahkan pada berat badan normal
c) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati
diabetik
d) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan
penderita
e) Menarik dan mudah diberikan
2) Prinsip diet DM
22
a. Identitas
Proses identifikasi Menjamin keselamatan pasien Rumah Sakit
dengan mencegah terjadinya kesalahan identifikasi pasien dalam
memberikan pelayanan kesehatan.
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan Utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri
abdomen, nafas pasien mungkin berbau aseton pernapasan
kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur,
kelemahan dan sakit kepala
2) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma
Hipoglikemik, KAD/ HONK), penyebab terjadinya penyakit
(Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang telah
dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya
penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah
di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang
penyakit, obesitas, riwayat pankreatitis kronik, riwayat
melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit)
atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretik tiasid,
kontrasepsi oral).
c. Pengkajian fisik
1) B1 (Breathing)
24
PK: Hipoglikemia
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan dapat mencegah atau meminimalkan
komplikasi dari hiperglikemi.
b) Kriteria Hasil :
Klien tidak merasa lemas
Klien tidak merasa letih
Klien merasa enak badan
6) Diagnosa VI
PK: Hiperglikemi
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan dapat mencegah atau meminimalkan
komplikasi dari hiperglikemi
b) Kriteria Hasil
Kadar glukosa dalam rentang normal
Kesadaran compos mentis
Tanda vital dalam rentang normal
Keseimbangan cairan dalam kadar normal
Perhatian penuh
Melaporkan perasaan nyaman
7) Diagnosa VII
Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan
a) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tidak ada gangguan pada statussirkulasi
pasien.
b) Kriteria Hasil
mendemonstrasikan status sirkulasi
- Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang
diharapkan
- Tidak ada ortostatik hipertensi
- Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
29
b) Hipovolemia Management
Monitor status cairan termasuk intake dan output
cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat HB dan Hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
Monitor berat badan
Dorong pasien untuk menambah intake oral
Pemberian cairan IV
monitor tanda gagal ginjal
5) Diagnosa V
PK: Hipoglikemia
a) Manajemen hipoglikemia
Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi
Monitor tanda dan gejala hipoglikemi ; kadar gula
darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab pucat,
tachikardi, peka rangsang, gelisah, tidak sadar ,
bingung, ngantuk.
Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk / sejenis
jahe setiap 15 menit sampai kadar gula darah > 69
mg/dl
Berikan glukosa 50 % dalam IV sesuai protokol
K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk dietnya.
6) Diagnosa VI
PK: Hiperglikemi
a) Managemen Hiperglikemia
Monitor GDR sesuai indikasi
Monitor tanda dan gejala diabetik ketoasidosis ; gula
darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit
kepala, pernafasan kusmaul, anoreksia, mual dan
muntah, tachikardi, TD rendah, polyuria,
33