PerMenPU45 2007 PDF
PerMenPU45 2007 PDF
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI
PEKERJAAN UMUM
NOMOR: 45/PRT/M/2007
TENTANG
i
Teknis sebagai landasan dalam penyelenggaraan
pembangunannya;
ii
8. Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007
tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82);
9. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia;
10. Keputusan Presiden RI Nomor 187/M Tahun 2004
tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
11. Keputusan Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Negara RI jo Peraturan Presiden RI Nomor 15 Tahun
2005 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden
RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Negara RI;
12. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum
Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan dan Lingkungan;
13. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum
Nomor 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Manajemen Penanggulangan Kebakaran di
Perkotaan;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
286/PRT/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pekerjaan Umum;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan
Teknis Bangunan Gedung;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas
dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
iii
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Rumah
Susun Sederhana Bertingkat Tinggi;
18. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan.
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Pertama
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Bangunan Gedung Negara adalah bangunan gedung untuk keperluan
dinas yang menjadi/akan menjadi kekayaan milik negara seperti:
gedung kantor, gedung sekolah, gedung rumah sakit, gudang, dan
rumah negara, dan diadakan dengan sumber pembiayaan yang berasal
dari dana APBN, dan/atau perolehan lainnya yang sah.
2. Pembangunan adalah kegiatan mendirikan bangunan gedung yang
diselenggarakan melalui tahap perencanaan teknis, pelaksanaan
konstruksi dan pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik
merupakan pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya,
maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan/atau
lanjutan pembangunan bangunan gedung yang belum selesai,
dan/atau perawatan (rehabilitasi, renovasi, restorasi).
3. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara
iv
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
4. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan
Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
Bagian Kedua
Maksud, Tujuan, dan Lingkup
Pasal 2
(1) Pedoman Teknis ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan bagi
para penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan bangunan
gedung negara.
(2) Pedoman Teknis ini bertujuan terwujudnya bangunan gedung negara
sesuai dengan fungsinya, memenuhi persyaratan, keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, kemudahan, efisien dalam penggunaan
sumber daya, serasi dan selaras dengan lingkungannya, dan
diselenggarakan secara tertib, efektif dan efesien.
(3) Lingkup Pedoman Teknis ini meliputi substansi pedoman teknis dan
pengaturan penyelenggaraan bangunan gedung negara.
BAB II
PENGATURAN PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Bagian Pertama
Substansi Pedoman Teknis
Pasal 3
(1) Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara meliputi:
a. Persyaratan Bangunan Gedung Negara yang terdiri dari:
1. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara;
2. Tipe Bangunan Rumah Negara;
3. Standar Luas;
4. Persyaratan Teknis; dan
5. Persyaratan Administrasi.
b. Tahapan Pembangunan Bangunan Gedung Negara terdiri dari:
1. Tahap Persiapan;
2. Tahap Perencanaan Teknis; dan
3. Tahap Pelaksanaan Konstruksi.
v
c. Pembiayaan Pembangunan Bangunan Gedung Negara terdiri
dari:
1. Umum;
2. Standar Harga Satuan Tertinggi;
3. Komponen Biaya Pembangunan;
4. Pembiayaan Bangunan/Komponen Bangunan Tertentu;
5. Pembiayaan Pekerjaan Non Standar; dan
6. Prosentase Komponen Pekerjaan.
d. Tata cara pelaksanaan Pembangunan Bangunan Gedung
Negara meliputi:
1. Penyelenggara Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
2. Organisasi dan Tata Laksana;
3. Penyelenggaraan Pembangunan Tertentu; dan
4. Pemeliharaan/Perawatan Bangunan Gedung Negara.
e. Pendaftaran Bangunan Gedung Negara meliputi:
1. Tujuan Pendaftaran Bangunan Gedung Negara;
2. Sasaran dan Metode Pendaftaran;
3. Pelaksanaan Pendaftaran Bangunan gedung Negara; dan
4. Produk Pendaftaran Bangunan Gedung Negara.
f. Pembinaan dan Pengawasan Teknis.
(3) Setiap orang atau Badan Hukum termasuk instansi Pemerintah, dalam
penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung negara wajib
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
pasal ini.
Bagian Kedua
Pengaturan Penyelenggaraan
Pasal 4
(1) Setiap pembangunan Bangunan Gedung Negara yang dilaksanakan
oleh Kementerian/Lembaga harus mendapat bantuan teknis berupa
tenaga Pengelola Teknis dari Departemen Pekerjaan Umum dalam
rangka pembinaan teknis.
(2) Untuk pelaksanaan pembangunan Bangunan Gedung Milik Daerah
yang biayanya bersumber dari APBD diatur dengan Keputusan
vi
Gubernur/Bupati/Walikota yang didasarkan pada ketentuan-
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
(3) Untuk pelaksanaan pembangunan Bangunan Gedung Milik
BUMN/BUMD mengikuti ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini.
(4) Dalam hal Daerah belum mempunyai Keputusan Gubernur/
Bupati/Walikota pada ayat (2) pasal ini diberlakukan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 5.
(5) Daerah yang telah mempunyai Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini sebelum Peraturan
Menteri ini ditetapkan, harus menyesuaikan dengan ketentuan-
ketentuan persyaratan pembangunan bangunan gedung negara
sebagaimana dimaksud pada Pasal 3.
Pasal 5
(1) Dalam melaksanakan pembinaan pembangunan bangunan
gedung negara, Pemerintah melakukan peningkatan kemampuan
aparat Pemerintah Daerah, maupun masyarakat dalam memenuhi
ketentuan Pedoman Teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 3
untuk terwujudnya tertib pembangunan bangunan gedung negara.
(2) Dalam melaksanakan pengendalian pembangunan bangunan
gedung daerah Pemerintah Daerah wajib menggunakan Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2.
(3) Terhadap aparat Pemerintah Daerah, yang bertugas dalam
pembangunan bangunan gedung daerah yang melakukan
pelanggaran ketentuan dalam Pasal 3 dikenakan sanksi sesuai
ketentuan dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN dan Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
(4) Terhadap penyedia jasa konstruksi yang terlibat dalam pembangunan
bangunan gedung negara/daerah yang melakukan pelanggaran
ketentuan dalam Pasal 3 dikenakan sanksi dan atau ketentuan
pidana sesuai dengan Undang-undang No. 18 tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi dan peraturan-peraturan pelaksanaannya.
vii
BAB III
PEMBINAAN TEKNIS DAN PENGAWASAN TEKNIS
Pasal 6
(1) Pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan bangunan
gedung negara melakukan pembinaan teknis dan pengawasan teknis
kepada Pengguna Anggaran dan Penyedia Jasa Konstruksi.
(2) Pembinaan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui pemberian bantuan teknis berupa: bantuan
tenaga, bantuan informasi, bantuan kegiatan percontohan.
(3) Pengawasan teknis dilaksanakan dengan pengawasan terhadap
penerapan peraturan perundang-undangan terkait dengan
penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung negara.
(4) Pembinaan teknis dan pengawasan teknis bangunan gedung negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Departemen Pekerjaan Umum cq Direktorat Penataan Bangunan dan
Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya untuk tingkat nasional dan
wilayah DKI Jakarta; dan Dinas Pekerjaan Umum/Dinas Teknis Provinsi
yang bertanggung jawab dalam pembinaan bangunan gedung
untuk wilayah provinsi di luar DKI Jakarta.
BAB IV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 7
Peraturan Menteri tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara ini merupakan bagian dari Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara yang meliputi
pembangunan, pemanfaatan, dan penghapusan.
viii
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 8
(1) Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 332/KPTS/ M/2002
Tahun 2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan Gedung Negara dinyatakan tidak berlaku
lagi.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, semua ketentuan
Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang telah ada sepanjang
tidak bertentangan dengan Peraturan Menteri ini masih tetap berlaku
sampai digantikan dengan yang baru.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 9
(1) Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
(2) Peraturan Menteri ini wajib dilaksanakan bagi setiap penye-
lenggara pembangunan bangunan gedung negara oleh
Kementerian /Lembaga.
(3) Peraturan Menteri ini disebarluaskan kepada pihak-pihak yang
bersangkutan untuk diketahui dan dilaksanakan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 27 Desember 2007
DJOKO KIRMANTO
ix
Lampiran
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 45 /PRT/M/2007
Tanggal : 27 Desember 2007
Tentang : Pedoman Teknis
Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
BAB I
UMUM
A. PENGERTIAN
1. BANGUNAN GEDUNG
Yang dimaksud dengan bangunan gedung adalah wujud fisik
hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat dan
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi
sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan
usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
3. PENGADAAN
1
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
4. PEMBANGUNAN
Yang dimaksud dengan pembangunan adalah kegiatan
mendirikan bangunan gedung yang diselenggarakan melalui
tahap persiapan, perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi
dan pengawasan konstruksi/manajemen konstruksi (MK), baik
merupakan pembangunan baru, perbaikan sebagian atau
seluruhnya, maupun perluasan bangunan gedung yang
sudah ada, dan/atau lanjutan pembangunan bangunan
gedung yang belum selesai, dan/atau perawatan
(rehabilitasi, renovasi, restorasi).
2
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
3
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
4
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB II
PERSYARATAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA
1. BANGUNAN SEDERHANA
Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung
negara dengan karakter sederhana serta memiliki kom-
pleksitas dan teknologi sederhana. Masa penjaminan
kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Sederhana, antara lain:
gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau
bangunan gedung kantor dengan jumlah lantai s.d. 2
lantai dengan luas sampai dengan 500 m2;
bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak
bertingkat;
gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan
dengan jumlah lantai s.d. 2 lantai.
5
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
3. BANGUNAN KHUSUS
Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung
negara yang memiliki penggunaan dan persyaratan khusus,
yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya memer-
lukan penyelesaian/teknologi khusus. Masa penjaminan
kegagalan bangunannya paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
Yang termasuk klasifikasi Bangunan Khusus, antara lain:
Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil
presiden;
wisma negara;
gedung instalasi nuklir;
gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan
penggunaan dan persyaratan khusus;
gedung laboratorium;
gedung terminal udara/laut/darat;
stasiun kereta api;
stadion olah raga;
rumah tahanan;
gudang benda berbahaya;
gedung bersifat monumental; dan
gedung perwakilan negara R.I. di luar negeri.
6
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
1. GEDUNG KANTOR
Dalam menghitung luas ruang bangunan gedung kantor
yang diperlukan, dihitung berdasarkan ketentuan sebagai
berikut:
a. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang
termasuk klasifikasi sederhana rata-rata sebesar 9,6 m2
per-personil;
b. Standar luas ruang gedung kantor pemerintah yang
termasuk klasifikasi tidak sederhana rata-rata sebesar 10
m2 per-personil;
c. Untuk bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang-
ruang khusus atau ruang pelayanan masyarakat,
7
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. RUMAH NEGARA
Standar luas Rumah Negara ditentukan sesuai dengan tipe
peruntukannya, sebagai berikut:
Tipe Luas Bangunan Luas lahan *)
8
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
c. Ibukota Kab/Kota : 40 %
d. Perdesaan : 50 %
Perkecualian terhadap butir 3 apabila sesuai
dengan ketentuan RTRW setempat atau letak tanah
disudut.
D. PERSYARATAN ADMINISTRATIF
Setiap bangunan gedung negara harus memenuhi persyaratan
administratif baik pada tahap pembangunan maupun pada
tahap pemanfaatan bangunan gedung negara.
Persyaratan administratif bangunan gedung negara meliputi
pemenuhan persyaratan:
1. DOKUMEN PEMBIAYAAN
9
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
3. STATUS KEPEMILIKAN
4. PERIZINAN
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan
dokumen perizinan yang berupa: Izin Mendirikan Bangunan
Gedung (IMB), Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau keterangan
kelaikan fungsi sejenis bagi daerah yang belum melakukan
penyesuaian.
5. DOKUMEN PERENCANAAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen
perencanaan, yang dihasilkan dari proses perencanaan
teknis, baik yang dihasilkan oleh Penyedia Jasa Perencana
Konstruksi, Tim Swakelola Perencanaan, atau yang berupa
Disain Prototipe dari bangunan gedung negara yang
bersangkutan.
10
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
6. DOKUMEN PEMBANGUNAN
Setiap bangunan gedung negara harus dilengkapi dengan
dokumen pembangunan yang terdiri atas: Dokumen
Perencanaan, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Dokumen
Pelelangan, Dokumen Kontrak Kerja Konstruksi, dan As Built
Drawings, hasil uji coba/test run operational, Surat
Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari penyedia jasa
konstruksi), dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sesuai ketentuan.
7. DOKUMEN PENDAFTARAN
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen
pendaftaran untuk pencatatan dan penetapan Huruf
Daftar Nomor ( HDNo ) meliputi Fotokopi:
a. Dokumen Pembiayaan/DIPA (otorisasi pembiayaan);
b. Sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah;
c. Status kepemilikan bangunan gedung;
d. Kontrak Kerja Konstruksi Pelaksanaan;
e. Berita Acara Serah Terima I dan II;
f. As built drawings (gambar sesuai pelaksanaan konstruksi)
disertai arsip gambar/legger;
g. Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan Sertifikat Laik
Fungsi (SLF); dan
h. Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari
penyedia jasa konstruksi).
E. PERSYARATAN TEKNIS
Secara umum, persyaratan teknis bangunan gedung negara
mengikuti ketentuan yang diatur dalam:
Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung;
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Nomor
10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan
terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
11
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
12
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
13
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
14
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
15
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
16
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
17
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
18
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
19
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
20
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
21
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
22
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
23
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
24
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
26
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
27
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
28
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
29
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
a. Tangga Darurat
1) Setiap bangunan gedung negara yang bertingkat
lebih dari 3 lantai, harus mempunyai tangga
darurat/penyelamatan minimal 2 buah dengan jarak
30
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
31
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
32
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB III
TAHAPAN PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA
A. PERSIAPAN
33
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
34
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. PERSIAPAN KEGIATAN
a. Tahap persiapan kegiatan merupakan kegiatan persiapan
setelah program dan pembiayaan tahunan yang diajukan
telah disetujui atau Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL) telah diterima oleh
Kepala Satuan Kerja.
b. Tahap persiapan kegiatan dilakukan oleh Pengguna
Anggaran, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala
Satuan Kerja, berdasarkan program dan pembiayaan
yang telah disusun sebelumnya.
c. Kegiatan yang harus dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja
pembangunan bangunan gedung negara meliputi:
1) Pembentukan Organisasi Pengelola Kegiatan dan
Panitia Pengadaan Barang dan Jasa yang diperlukan;
2) Pengadaan Konsultan Manajemen Konstruksi untuk
kegiatan yang menggunakan penyedia jasa
manajemen konstruksi.
35
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
36
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
C. PELAKSANAAN KONSTRUKSI
1. Dalam pelaksanaan konstruksi bangunan gedung negara
sudah termasuk tahap pemeliharaan konstruksi.
2. Pelaksanaan konstruksi merupakan tahap pelaksanaan
mendirikan bangunan gedung, baik merupakan
pembangunan baru, perbaikan sebagian atau seluruhnya,
maupun perluasan yang sudah ada, dan/atau lanjutan
pembangunan yang belum selesai, dan/atau perawatan
(rehabilitasi, renovasi, restorasi) dilakukan dengan
menggunakan penyedia jasa pelaksana konstruksi sesuai
ketentuan.
3. Pelaksanaan konstruksi dilakukan berdasarkan dokumen
pelelangan yang telah disusun oleh perencana konstruksi,
dengan segala tambahan dan perubahannya pada saat
penjelasan pekerjaan/aanwijzing pelelangan, serta ketentuan
teknis (pedoman dan standar teknis) yang dipersyaratkan.
4. Pelaksanaan konstruksi dilakukan sesuai dengan: kualitas
masukan (bahan, tenaga, dan alat), kualitas proses (tata cara
pelaksanaan pekerjaan), dan kualitas hasil pekerjaan, seperti
yang tercantum dalam RKS.
5. Pelaksanaan konstruksi harus mendapatkan pengawasan dari
penyedia jasa pengawasan konstruksi atau penyedia jasa
manajemen konstruksi.
6. Pelaksanaan konstruksi harus sesuai dengan ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
37
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
38
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
39
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB IV
PEMBIAYAAN
PEMBANGUNAN BANGUNAN
GEDUNG NEGARA
A. UMUM
40
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
41
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
42
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
43
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
44
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
4) sewa kendaraan;
5) biaya rapat-rapat;
45
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
46
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
47
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
48
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
49
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
Fungsi
Harga Satuan per m2 Tertinggi
Bangunan/Ruang
ICU/ICCU/UGD/CMU 1,50 standar harga bangunan
Ruang Operasi 2,00 standar harga bangunan
Ruang Radiology 1,25 standar harga bangunan
Rawat inap 1,10 standar harga bangunan
Laboratorium 1,10 standar harga bangunan
Ruang Kebidanan dan 1,20 standar harga bangunan
Kandungan
Ruang Gawat Darurat 1,10 standar harga bangunan
Power House 1,25 standar harga bangunan
Ruang Rawat Jalan 1,10 standar harga bangunan
Dapur dan Laundri 1,10 standar harga bangunan
Bengkel 1,00 standar harga bangunan
Lab. SLTP/SMA/SMK 1,15 standar harga bangunan
Selasar Luar 0,50 standar harga bangunan
Beratap/Teras
50
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
51
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
52
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2
Basement (per m ) 120% dari Y
Peningkatan Mutu *) 15-30% dari Z
Catatan : *) = peningkatan mutu termasuk
peningkatan penampilan arsitektur dan
peningkatan struktur terhadap aspek
keselamatan bangunan, hanya dapat
dilakukan dengan memberikan
penjelasan yang secara teknis dapat
diterima dan harus mendapatkan
rekomendasi dari Instansi teknis.
X = total biaya konstruksi fisik pekerjaan
standar.
Y = Standar Harga Satuan Tertinggi per m2.
Z = total biaya komponen pekerjaan yang
ditingkatkan mutunya
F. PROSENTASE KOMPONEN PEKERJAAN BANGUNAN GEDUNG
NEGARA
Untuk pekerjaan standar bangunan gedung dan rumah negara,
sebagai pedoman penyusunan anggaran pembangunan,
pembangunan yang lebih dari satu tahun anggaran, dan
peningkatan mutu dapat berpedoman pada prosentase
komponen-komponen pekerjaan sebagai berikut:
Komponen Gedung Negara Rumah Negara
Pondasi 5%-10% 3%-7%
Struktur 25%-35% 20%-25%
Lantai 5%-10% 10%-15%
Dinding 7%-10% 10%-15%
Plafond 6%-8% 8%-10%
Atap 8%-10% 10%-15%
Utilitas 5%-8% 8%-10%
Finishing 10%-15% 15%-20%
53
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB V
1. PENGUNA ANGGARAN
a. Pengguna Anggaran adalah Kementerian/lembaga atau
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) penyelenggara
pembangunan bangunan gedung negara untuk
keperluan dinas, yang mempunyai program dan
pembiayaan pembangunan.
b. Pengguna Anggaran bertanggung jawab untuk menyusun
program dan kebutuhan biaya pembangunan yang
diperlukan, melaksanakan pembangunan, mengendalikan
pembangunan, memanfaatkan, dan memelihara, serta
merawat bangunan yang telah selesai.
c. Pengguna Anggaran dalam menyelenggarakan pem-
bangunan dapat pula melaksanakan melalui upaya tukar
menukar/tukar bangun, kerjasama pemanfaatan (Bangun
Guna Serah, Bangun Serah Guna, dll.), hibah, atau cara
lainnya sesuai peraturan perundang-undangan.
d. Pengguna Anggaran dapat melimpahkan pelaksanaan
penyelenggaraan pembangunannya kepada Instansi
Teknis setempat.
2. PEMBINA TEKNIS
a. Sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
54
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
1. PENGELOLA KEGIATAN
a. Organisasi Pengelola Kegiatan
Organisasi Pengelola Kegiatan untuk pembangunan
bangunan gedung negara terdiri atas:
1) Kepala Satuan Kerja/Pejabat Pembuat Komitmen yaitu
pejabat yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran;
2) Pengelola Keuangan Satuan Kerja yaitu
Bendaharawan dan Pejabat Verifikasi yang ditetapkan
oleh Pengguna Anggaran;
3) Pengelola Administrasi Satuan Kerja yaitu staf satuan
kerja yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Satuan
Kerja, yang sesuai ketentuan dapat terdiri atas
beberapa staf;
4) Pengelola Teknis yaitu tenaga bantuan dari Instansi
Teknis Setempat.
55
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
56
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
57
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
58
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
59
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
60
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
61
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
62
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
63
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
64
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
65
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
66
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
67
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
69
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
70
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
71
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
72
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
73
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
74
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
75
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
76
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
77
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2) Pengulangan kedua : 65 %
3) Pengulangan ketiga, dan
seterusnya masing-masing sebesar : 50 %
terhadap komponen biaya perencanaan.
e. Untuk pekerjaan disain berulang penyedia jasa
perencanaan dapat ditunjuk langsung.
Dalam hal ini, biaya perencanaan yang dihemat dapat
langsung ditambahkan kedalam biaya konstruksi fisik untuk
penambahan kegiatan dan atau peningkatan mutu. Untuk
daerah yang sukar terjangkau (remote area), penghematan
biaya tersebut dapat digunakan untuk biaya perjalanan
konsultasi dalam kegiatan survei, penjelasan pekerjaan
(aanwijzing), pengawasan berkala, dan lain-lain dengan
mengajukan revisi dokumen pembiayaan.
3. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DENGAN DESAIN PROTOTIPE
78
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
79
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
2. KERUSAKAN BANGUNAN
80
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
4. PEMELIHARAAN BANGUNAN
81
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
82
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB VI
PENDAFTARAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA
83
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
84
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
85
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB VII
86
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
87
Pedoman Teknis Pembangunan BGN
BAB VIII
PENUTUP
88
TABEL A1
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA
KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
9. Pagar Halaman **) Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu) , besi, baja , kayu, dan bahan
lainnya yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitektur bangunan.
10. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Lingkungan *)
- parkir kendaraan minimal 1 parkir kendaraan untuk 60 m2 luas bangunan gedung Dihitung berdasarkan
- aksesibiltas tersedia sarana aksesibilitas bagi penyandang cacat kebutuhan sesuai fungsi
- drainase tersedia drainase sesuai SNI yang berlaku bangunan dan
SNI/ketentuan yang
- pembuangan sampah tersedia tempat pembuangan sampah sementara
berlaku.
- pembuangan limbah tersedia sarana pengolahan limbah, khususnya untuk limbah berbahaya
- penerangan halaman tersedia penerangan halaman
TABEL A1
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA
KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
3. Kolom beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-225 atau beton bertulang K-225 atau
kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II
4. Balok beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-225 atau beton bertulang K-225 atau
kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II lebih,baja,kayu klas kuat II
5. Rangka Atap kayu klas kuat II, baja kayu klas kuat II, baja dilapis kayu klas kuat II, baja dilapis
anti karat anti karat
6. Kemiringan Atap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap
min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15
TABEL A1
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA TINGGI/TERTINGGI NEGARA
KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS
11. Aksesibilitas bagi Sesuai ketentuan dalam Per.Men. PU No. 30/KPTS/2006, minimal ramp untuk bangunan
penyandang cacat*) klasifikasi sederhana.
12. Telepon *) sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan sesuai kebutuhan
13. Penangkal petir penangkal petir lokal penangkal petir lokal penangkal petir lokal
9. Pagar Halaman Menggunakan bahan dinding batu bata/bataco (1/2 batu), besi, baja , kayu, dan bahan Biayanya mengikuti
lainnya yang disesuaikan dengan rancangan wujud arsitektur bangunan rumah negara. standar harga satuan
per-m' pagar
10. Tandon Air Bersih min. 3 m3 min. 2 m3 min. 1 m3
5. Bahan Kosen dan Daun Pintu/ kayu dipelitur/dicat kayu dicat kayu dicat
Jendela
TABEL A2
SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN RUMAH NEGARA
KLASIFIKASI
NO. URAIAN KETERANGAN
Khusus & Tipe A Tipe B Tipe C,D, dan E
3. Kolom beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-200, baja,
kayu klas kuat/awet II kayu klas kuat/awet II kayu klas kuat/awet II
4. Balok beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-200, baja, beton bertulang K-200, baja,
kayu klas kuat/awet II kayu klas kuat/awet II kayu klas kuat/awet II
5. Rangka Atap kayu klas kuat/awet II, baja kayu klas kuat/awet II, baja kayu klas kuat/awet II, baja
6. Kemiringan Atap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap genteng min. 30 , sirap
min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15 min.22.5, seng min 15
93
2. Tanda Penunjuk Arah Keluar tidak dipersyaratkan tidak dipersyaratkan tidak dipersyaratkan
3. Pintu lebar min.=0,90 m lebar min.=0,90 m lebar min.=0,90 m
4. Koridor/selasar lebar min.=1,80 m lebar min.=1,80 m lebar min.=1,80 m
2
*) pembiayaannya tidak termasuk dalam standar harga satuan tertinggi per-m , dan harus dianggarkan tersendiri sebagai biaya non-standar.
- untuk Rumah Negara klas C, D, dan E, pelaksanaan pembangunannya disamping seperti ketentuan pada tabel tersebut diatas, dibangun berdasarkan
"Dokumen Pelelangan Disain Prototip Daerah Setempat" yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya atau menggunakan disain Perum Perumnas
yang telah disetujui oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya.
- untuk bangunan rumah negara yang dibangun dalam bangunan gedung bertingkat banyak (rumah susun), maka ketentuan-ketentuan teknisnya
mengikuti ketentuan teknis untuk bangunan gedung negara sesuai ketentuan yang berlaku.
94
- apabila bahan-bahan tersebut sukar diperoleh atau harganya tidak sesuai, dapat diganti dengan bahan lain yang sederajat tanpa mengurangi
persyaratan fungsi dan mutu dengan pengesahan Instansi Teknis Setempat.
TABEL B1
PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI SEDERHANA SEDERHANA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. PERENCANAAN 8.23 6.83 5.63 4.65 3.90 3.28 2.82 2.44 2.16 1.94
KONSTRUKSI 8.23 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
95
(dalam %) 6.83 5.63 4.65 3.90 3.28 2.82 2.44 2.16 1.94 1.80
2. PENGAWASAN 5.35 4.62 3.90 3.27 2.73 2.27 1.92 1.65 1.43 1.26
KONSTRUKSI 5.35 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 4.62 3.90 3.27 2.73 2.27 1.92 1.65 1.43 1.26 1.18
3. PENGELOLAAN 14.00 10.00 6.75 4.20 2.85 1.90 1.20 0.80 0.50 0.28
KEGIATAN 14.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 10.00 6.75 4.20 2.85 1.90 1.20 0.80 0.50 0.28 0.18
TABEL B2
PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI TIDAK SEDERHANA TIDAK SEDERHANA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. PERENCANAAN 9.00 7.55 6.35 5.37 4.55 3.92 3.42 3.02 2.72 2.50
KONSTRUKSI 9.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 7.55 6.35 5.37 4.55 3.92 3.42 3.02 2.72 2.50 2.32
96
2. MANAJEMEN 7.25 6.20 5.25 4.50 3.80 3.25 2.80 2.48 2.19 2.00
KONSTRUKSI 7.25 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 6.20 5.25 4.50 3.80 3.25 2.80 2.48 2.19 2.00 1.89
atau
3. PENGAWASAN 6.00 5.20 4.45 3.80 3.20 2.70 2.30 2.00 1.78 1.60
KONSTRUKSI 6.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 5.20 4.45 3.80 3.20 2.70 2.30 2.00 1.78 1.60 1.50
4. PENGELOLAAN 16.00 11.25 7.75 5.10 3.28 2.15 1.42 0.93 0.58 0.31
KEGIATAN 16.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 11.25 7.75 5.10 3.28 2.15 1.42 0.93 0.58 0.31 0.19
TABEL B3
PROSENTASE KOMPONEN BIAYA PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA KLASIFIKASI KHUSUS KHUSUS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. PERENCANAAN 9.75 8.20 6.89 5.85 5.00 4.35 3.85 3.45 3.10 2.90
KONSTRUKSI 9.75 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
97
(dalam %) 8.20 6.89 5.85 5.00 4.35 3.85 3.45 3.10 2.90 2.75
2. MANAJEMEN 7.95 6.68 5.70 4.87 4.15 3.60 3.10 2.77 2.49 2.30
KONSTRUKSI 7.95 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 6.68 5.70 4.87 4.15 3.60 3.10 2.77 2.49 2.30 2.17
3 PENGELOLAAN 16.00 11.25 7.75 5.10 3.28 2.15 1.42 0.93 0.58 0.31
KEGIATAN 16.00 s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d. s.d.
(dalam %) 11.25 7.75 5.10 3.28 2.15 1.42 0.93 0.58 0.31 0.19
TABEL C
STANDAR LUAS RUANG GEDUNG KANTOR
A. RUANG KERJA
6 Eselon IIIA 12.00 6.00 0.00 0.00 3.00 0.00 3.00 0.00 0.00 24.00 berdasarkan
7 Eselon IIIB 12.00 6.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3.00 0.00 0.00 21.00 fungsi/sifat tiap
eselon/jabatan.
8 Eselon IV 8.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.00 0.00 10.00
9 Eselon V 4.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.00 0.00 0.00 6.00
10 Staf 2.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 2.20
B. RUANG PENUNJANG
1. Ruang Rapat = 40 m2
2
2. Ruang Studio = 4 m / orang (pemakai = 10% dari staf)
3. Ruang Arsip = 0,4 m2/ orang (pemakai = staf)
4. WC = 2 m2/ 25 orang
5. Musholla = 0,8 m2/ orang (pemakai 20% dari personil
TABEL D
KETENTUAN JENIS & JUMLAH RUANG BANGUNAN RUMAH NEGARA
TIPE
NO. URAIAN 2 2
KETERANGAN
Khusus A/250 m B/120 m C/70 m2 D/50 m2 E/36 m2
1 2 3 4 5 6
100
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
101
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
102
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
103
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
104
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
105
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
106
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
107
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
108
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
109
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
110
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
111
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
112
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
113
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
114
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
115
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
116
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
117
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
118
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
119
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
120
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
121
Klasifikasi : SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
122
TABEL E2
DAFTAR BIAYA KOMPONEN KEGIATAN
PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
123
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
124
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
125
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
126
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
127
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
128
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
129
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
130
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
131
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
132
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
133
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
134
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
135
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
136
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
137
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
138
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
139
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
140
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
141
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
142
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
143
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
144
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
145
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
146
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
147
Klasifikasi : TIDAK SEDERHANA
(dalam ribuan rupiah)
TOTAL BIAYA PEMBANGUNAN
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA DENGAN
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN DENGAN
KONSTRUKSI FISIK MANAJEMEN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN PENGAWASAN
KONSTRUKSI
1 2 3 4 5 6 7
148
TABEL E3
DAFTAR BIAYA KOMPONEN KEGIATAN
PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
149
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
150
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
151
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
152
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
153
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
154
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
155
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
156
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
157
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
158
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
159
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
160
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
161
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
162
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
163
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
164
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
165
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
166
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
167
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
168
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
169
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
170
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
171
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
172
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
173
Klasifikasi: KHUSUS
(dalam ribuan rupiah)
BIAYA BIAYA BIAYA BIAYA
BIAYA TOTAL BIAYA
PERENCANAAN MANAJEMEN PENGAWASAN PENGELOLAAN
KONSTRUKSI FISIK PEMBANGUNAN
KONSTRUKSI KONSTRUKSI KONSTRUKSI KEGIATAN
1 2 3 4 5 6
174