Anda di halaman 1dari 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendekatan Teknis


2.1.1 Tinjauan peraturan dan perundangan
2.1.1.1 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran

Angkutan di perairan diatur pada BAB V ANGKUTAN DI PERAIRAN dimulai dari pasal 6
hingga pasal 59. Pada bagian kesatu diatur mengenai jenis angkutan di perairan. Angkutan
di perairan terdiri atas:
a. angkutan laut;
b. angkutan sungai dan danau; dan
c. angkutan penyeberangan.

Angkutan laut sendiri terdiri atas:


a. angkutan laut dalam negeri;
b. angkutan laut luar negeri;
c. angkutan laut khusus; dan
d. angkutan laut pelayaran rakyat.

Pada bagian ketujuh diatur tentang Usaha Jasa terkait dengan Angkutan di Perairan. Usaha
jasa tersebut dapat berupa:
a. bongkar muat barang;
b. jasa pengurusan transportasi;
c. angkutan perairan pelabuhan;
d. penyewaan peralatan angkutan laut atau peralatan jasa terkait dengan angkutan laut;
e. tally mandiri;
f. depo peti kemas;
g. pengelolaan kapal (ship management);
h. perantara jual beli dan/atau sewa kapal (ship broker);
i. keagenan awak kapal (ship manning agency);
j. keagenan kapal; dan
k. perawatan dan perbaikan kapal (ship repairing and maintenance).

2.1.1.2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2010 tentang


Angkutan di Perairan

Kegiatan usaha angkutan perairan pelabuhan diatur pada pasal 83 bahwa:


a. Kegiatan usaha angkutan perairan pelabuhan merupakan kegiatan usaha untuk
memindahkan penumpang dan/atau barang dari dermaga ke kapal atau sebaliknya, dan
dari kapal ke kapal di perairan pelabuhan. 

b. Kegiatan usaha angkutan perairan pelabuhan dilakukan oleh badan usaha yang didirikan
khusus untuk usaha angkutan perairan pelabuhan. 

c. Selain badan usaha, kegiatan usaha angkutan perairan pelabuhan dapat dilakukan oleh
perusahaan angkutan laut nasional. 

d. Kegiatan usaha angkutan perairan pelabuhan yang dilakukan oleh perusahaan angkutan
laut, izin usahanya melekat pada izin usaha pokoknya. 


2.1.1.3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2011 tentang


Angkutan Multimoda

Kegiatan angkutan multimoda diatur pada pasal 2 dan pasal 3 sebagai berikut.

Angkutan multimoda hanya dapat dilakukan oleh badan usaha angkutan multimoda.
Angkutan multimoda diselenggarakan oleh badan usaha angkutan multimoda nasional dan
badan usaha angkutan multimoda asing. Kegiatan angkutan multimoda meliputi kegiatan
yang dimulai sejak diterimanya barang oleh badan usaha angkutan multimoda dari pengguna
jasa angkutan multimoda sampai dengan dierahkannya barang kepada penerima barang dari
bada usaha angkutan multimoda sesuai dengan yang diperjanjikan dalam dokumen angkutan
multimoda. Dalam menyelenggarakan kegiatan angkutan multimoda badan usaha angkutan
multimoda bertanggung jawab terhadap kegiatan penunjang angkutan multimoda yang
meliputi pengurusan:
a. transportasi;
b. pergudangan;
c. konsolidasi muatan;
d. penyediaan ruang muatan; dan/atau
e. kepabeanan untuk angkutan multimoda ke luar negeri dan ke dalam negeri.

Kegiatan angkutan multimoda dapat dilakukan dengan menggunakan alat angkut moda
transportasi darat, perkeretaapian, laut dan/atau udara. Alat angkut moda transportasi terdiri
atas kendaraan bermotor, kereta api, kapal dan pesawat udara. Pengusahaan masing-masing
alat angkut moda transportasi dapat dilakukan oleh badan usaha angkutan moda transportasi.

2.1.1.4 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 93 tahun 2013 tentang


Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut

Pada peraturan ini hal yang terkait dengan efisiensi biaya dapat dilihat pada bagian tarif yang
diatur pada BAB VIII PENARIFAN. Tarif angkutan laut terdiri atas tarif angkutan penumpang
dan tarif angkutan barang. Tarif angkutan penumpang terdiri atas jenis tarif kelas ekonomi
dan non-ekonomi. Struktur tarif angkutan penumpang kelas ekonomi terdiri atas tarif dasar
dan tarif jarak. Struktur tarif angkutan penumpang kelas non-ekonomi terdiri atas tarif dasar,
tarif jarak dan tarif pelayanan tambahan.
Tarif angkutan barang ditetapkan oleh penyedia jasa angkutan berdasarkan kesepakatan
antara pengguna dan penyedia jasa angkutan sesuai dengan jenis, struktur dan golongan tarif
yang ditetapkan oleh Menteri. Jenis tarif angkutan barang terdiri atas:
a. barang yang sesuai bentuk dan sifatnya memerlukan penanganan secara umum;
b. barang khusus yang karena sifat dan ukurannya memerlukan penanganan khusus
antara lain kayu gelondongan, barang curah, rel dan ternak;
c. barang berbahaya yang karena sifat, ciri khas, dan keadaannya dapat membahayakan
jiwa manusia dan lingkungan yang dapat berbentuk bahan cair, bahan padat, dan
bahan gas; dan
d. kendaraan beserta muatannya yang diangkut kapal Ro-Ro.
Strtuktur tarif angkutan barang merupakan kerangka tarif yang dikaitkan dengan:
a. kekhususan jenis barang;
b. bentuk kemasan;
c. volume atau berat barang; dan
d. jarak atau waktu tempuh.
Golongan tarif angkutan barang merupakan penggolongan tarif yang ditetapkan berdasarkan:
a. jenis barang yang diangkut;
b. jenis pelayanan;
c. klasifikasi; dan
d. fasilitas angkutan.

2.1.1.5 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 152 tahun 2016 tentang


Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang Dari dan Ke Kapal

Pada PM 152 tahun 2016 diatur pada Pasal 2 bahwa kegiatan usaha bongkar muat barang
merupakan kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar muat barang dari dan ke
kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan:
a. Stevedoring;
b. Cargodoring; dan
c. Receiving/ delivery.

Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga/ tongkang/ truk
atau memuat barang dari dermaga/ tongkang/ truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun
dalam palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat. Cargodoring adalah
pekerjaan melepaskan barang dari tali/ jala-jala (ex tackle) di dermaga dan mengangkut dari
dermaga ke gudang/ lapangan penumpukan barang atau sebaliknya. Receiving/ Delivery
adalah pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/ tempat penumpukan di gudang/
lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun di atas kendaraan di pintu gudang/
lapangan penumpukan atau sebaliknya.

Kegiatan usaha bongkar muat barang dilakukan oleh pelaksana kegiatan bongkar muat yang
terdiri atas:
a. Perusahaan bongkar muat;
b. Perusahaan angkutan laut nasional; dan
c. Badan usaha pelabuhan yang telah memperoleh konsesi.

Kegiatan usaha bongkar muat oleh perusahaan angkutan nasional hanya untuk kegiatan
bongkar muat barang tertentu untuk kapal yang dioperasikannya. Barang tertentu meliputi
barang:
a. Milik penumpang;
b. Curah cair yang dibongkar atau dimuat melalui pipa;
c. Curah kering yang dibongkar atau dimuat melalui conveyor atau sejenisnya; dan
d. Yang diangkut di atas kendaraan melalui kapal Ro-Ro.

Bongkar muat barang selain yang disebutkan di atas harus dilakukan oleh perusahaan
bongkar muat dan/ atau badan usaha pelabuhan. Perusahaan angkutan laut nasional dapat
melakukan bongkar muat semua jenis barang apabila di pelabuhan tersebut tidak terdapat
perusahaan bongkar muat barang dan badan usaha pelabuhan.

Selanjutnya pada Pasal 3 diatur bahwa kegiatan usaha bongkar muat dilaksanakan oleh
pelaksana kegiatan bongkar muat dengan menggunakan peralatan bongkar muat dan/ atau
tenaga kerja bongkar muat di pelabuhan. Kegiatan bongkar muat barang untuk kegiatan Ship
to Ship (STS) Transfer dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan bongkar muat dengan
menggunakan perlaatan bongkar muat sesuai dengan jenis barang yang dibongkar/ dimuat.

Anda mungkin juga menyukai