Anda di halaman 1dari 18

1

PANDUAN TRIASE

RUMAH SAKIT HELSA


Jl. Ir. H Juanda No. 123 Cikampek – Jawa Barat

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
2

BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan triase modern tidak lepas dari perkembangan sistem


layanan gawat darurat. Kehidupan yang semakin kompleks menyebabkan terjadi
revolusi sistem triase baik di luar maupun di dalam rumah sakit.

Triase berasal dari bahasa Perancis ‘tier’, yang memiliki arti “menseleksi’,
yaitu teknik untuk menentukan prioritas penatalaksanaan pasien atau korban
berdasarkan derajat kegawatannya.

Triase adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas pasien


berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan
tindakan segera. Triase menjamin pasien untuk mendapatkan prioritas pelayanan
gawat darurat secara tepat dan akurat. Prioritas adalah penetuan mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat
ancaman jiwa yang timbul.
Pada triase dilakukan survey primer dan sekunder. Survey primer adalah
deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa. Survey
Sekunder dilakukan setelah survey primer dan diberikan stabilisasi untuk
melengkapi survey primer dengan mencari perubahan –perubahan anatomi yang
akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital
yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
Triase menjadi komponen yang sangat penting di unit gawat darurat
terutama bila terjadi peningkatan drastis jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit.

Pasien yang masuk dalam sistem triase di Instalasi Gawat Darurat, segera
diperiksa untuk menentukan sifat kegawatan penyakit dan jenis pertolongan yang
dibutuhkan. Dokter dan perawat yang kompetent mempunyai batasan waktu
(respon time) untuk mengkaji keadaan tersebut dan memberikan intervensi
secepatnya dalam waktu 5 menit.

Tujuan dari sistem triase adalah untuk memastikan bahwa tingkat dan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat adalah sesuai dengan
kriteria klinis, bukan didasarkan pada kebutuhan organisasi atau administrasi.
Standar sistem triase bertujuan untuk mengoptimalkan keselamatan dan efisiensi
pelayanan darurat berbasis-rumah sakit dan untuk menjamin kemudahan akses
terhadap pelayanan kesehatan di seluruh lapisan masyarakat

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
3

BAB II

RUANG LINGKUP

Panduan triase ini hanya berlaku pada pasien yang masuk ke Instalasi
Gawat Darurat RS Helsa dan dipilah berdasarkan keadaan ABCD (Airway,
Breathing, Circulation, Disability/Consciousness).

Pada umumnya, triase dapat dilakukan pada keadaan seperti:

1. Multiple Casualty Incident (MCI) atau Triase sehari-hari di IGD

Keadaan di mana terdapat lebih dari satu pasien, namun jumlah pasien dan
kegawatdaruratan pasien tidak melebih kapasitas dari fasilitas kesehatan di
RS untuk dapat menanganinya. Pada kondisi seperti ini, pasien dengan
ancaman nyawa diprioritaskan.

2. Mass Casualty Event (MCE) atau Triase dalam keadaan bencana (Lihat
Panduan Bencana)

Pada keadaan bencana dimana jumlah pasien dan kegawatdaruratan pasien


melebihi kemampuan suatu rumah sakit dan jumlah staf untuk
menanganinya. Pada kondisi seperti ini, pasien dengan survival rate
(pasien dengan kemungkinan angka hidup yang tinggi atau selamat tinggi)
dan memerlukan sarana prasarana paling sedikit akan diprioritaskan.

Penilaian dalam triage meliputi :


1. Primary survey (C,A,B) untuk menghasilkan prioritas I dan seterusnya
2. Secondary survey (Head to Toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III,dan
selanjutnya
3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan pada
C, A, B, derajat kesadaran dan tanda vital lainnya.
4. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban
Menurut Brooker (2008), dalam prinsip triage diberlakukan sistem prioritas,
prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan
dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.:
1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
4

2) Dapat meninggal dalam hitungan jam.


3) Trauma ringan.
4) Sudah meninggal.

Triage pasien yang dilakukan di IGD mengacu pada 5 sistem

Penilaian Triase dilakukan berdasarkan pada 5 kategori :


1. Gawat Darurat
2. Gawat tidak darurat
3. Darurat tidak gawat
4. Tidak gawat tidak darurat
5. Pasien meninggal
LEVEL RESPON KETERANGAN JENIS KASUS
I Segera Pasien dalam keadaan kritis -Cardiac arrest/henti
(Resusitasi) dan mengancam nyawa jantung
atau anggota badannya -Anafilaksis
menjadi cacat bila tidak -Trauma multipel /
segera mendapat kompleks / cedera berat
pertolongan atau tindakan yang membutuhkan
darurat. resusitasi,
(Gawat Darurat) -Syok,
-Pasien tidak sadar (GCS 3-
9), over dosis, kejang,
cedera kepala).
-Obstruksi jalan nafas berat
II ≤ 15 menit Pasien berada dalam -Nyeri dada akut, aritmia
(Emergensi) keadaan gawat, akan jantung hebat, cedera
menjadi kritis dan kepala (GCS 10 - 13),
mengancam nyawa bila -Gangguan pernafasan berat
tidak segera mendapat (PO2 < 85%)
pertolongan atau tidakan -Nyeri hebat,
darurat. sengatan/gigitan binatang
(Gawat Tidak Darurat) berbisa
-Overdosis (sadar)
-Gangguan psikiatri berat
-Perdarahan
-Fraktur luas
-Pasien dengan suhu > 39oC

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
5

III ≤ 30 menit Pasien berada dalam -Cedera kepala (GCS 14-


(Urgensi) keadaan tidak stabil, dapat 15)
berpotensi menimbulkan -Nyeri abdomen sedang
masalah serius tetapi tidak -Fraktur tertutup
memerlukan tindakan -Penyakit-penyakit akut
darurat, dan tidak -Trauma dengan nyeri
mengancam nyawa. sedang
(Darurat Tidak Gawat)
IV ≤ 60 menit Pasien datang dengan -Cedera kepala ringan
(less urgent) keadaan stabil, tidak (tanpa muntah dan tanda-
mengancam nyawa, dan tanda vital normal), nyeri
tidak memerlukan tindakan ringan
segera. -Nyeri kepala ringan
(Tidak gawat tidak -Sakit ringan
darurat) -Ganti verban
-Permintaan rujukan
-Kontrol ulang
-Medical cek up
V ≤ 120 Pasien datang dengan Death on arrival
(Meninggal) menit keadaan sudah meninggal,
nadi tidak teraba, tidak ada
nafas, Pupil midriasis total,
tidak ada refleks cahaya,
EKG asystole

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
6

Pada triase akan diberikan labeling berdasarkan tingkat prioritas seperti:


Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah
(Merah) segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak,
syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio
(lukabakar) tingkat II dan III > 25%
Prioritas II Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani
(Kuning) dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat
jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar)
tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak / abdomen, laserasi luas,
trauma bola mata.
Prioritas III Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera.
(Hijau) Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superfisial,
luka-luka ringan
Prioritas 0 Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu
(Hitam) terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
7

BAB III

TATA LAKSANA

Triase rutin yang dilakukan di IGD dimulai saat pasien masuk dari pintu
IGD. Pertama-tama perawat dan/atau dokter akan memperkenalkan diri (jika
memungkinkan), setelah itu dilakukan triase. Saat triase, penting untuk
memprioritaskan kasus yang benar gawat darurat dengan tepat dan cepat (life
saving). Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat,
tidak lebih dari 5 menit.

Pertama-tama perawat dan dokter di IGD melakukan penilaian pasien


sebagai berikut:

 Airway (A) dan kontrol servikal


 Breathing (B) dan ventilasi oksigen
 Circulation (C) dan kontrol perdarahan
 Disability (D) / Mental status: kemampuan untuk mengikuti perintah.
 Exposure (E) dan cegah hipotermia

A. Melakukan Primary survey


Tindakan untuk mencari keadaan yang mengancam nyawa adalah:
1. Airway dengan kontrol servical
a. Penilaian :
 Mengenal keadaan airway dengan: inspeksi, auskultasi, dan palpasi
 Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi.

b. Pengelolaan airway

 Lakukan chin lift dan atau jaw trust dengan kontrol servikal
 Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suction jika ada
suara mengorok atau gurgling
 Pasang gudel.

c. Fiksasi leher

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
8

d. Menganggap kemungkinan adanya fraktur servikal pada semua pasien


dengan Multi trauma terlebih bila ada gangguan kesadaran atau luka
diatas klavikula.

2. Breathing dan Ventilasi oksigen


a. Penilaian :
 Buka leher dan dada penderita dengan tetap memperhatikan
kontrol servical
 Hitung dan perhatikan dalamnya pernapasan
 Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris
atau tidak, pemakaian otot otot tambahan dan tanda tanda cidera
lainya.
 Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor.
 Auscultasi thoraks bilateral.
b. Pengelolaan,
 Pemberian oksigen konsentrasi tinggi dengan pemakaian NRBM
10-12 ltr/mnt
 Ventilasi dengan bag valve mask
 Menghilangkan tension pneumothoraks
 Menutup open pneumothoraks
 Memasang Saturasi oksigen
c. Evaluasi

3. Circulation dengan kontrol perdarahan


a. Penilaian.
 Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal.
 Mengetahui sumber perdarahan yang internal
 Periksa nadi pasien: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus
paradoksus. Tidak ditemukanya pulsasi dari arteri besar yang
merupakan tanda untuk memerlukan resusitasi masif segera.
 Periksa warna kulit, kenali tanda tanda sianosis.

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
9

 Periksa tekanan darah.


b. Pengelolaan
 Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
 Kenali perdarahan internl, kebutuhn untukintervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah
 Pasang iv canule 2 jalur ukuran besar sekaligus untuk mengambil
sampel darah untuk pemeriksan laboratorium dan Analisa gas
darah
 Beri cairan kristaloid dengan tetesan cepat
 Cegah hipothermia

4. Disability ( Penilaian Status Neurologis )


a. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
 Nilai Tingkat Kesadaran GCS (secara kuantitatif)
a) Eye (penilaian kemampuan membuka mata) = 4
 4. Spontan / membuka mata dengan sendirinya tanpa
dirangsang.
 3. Dengan rangsang suara (dilakukan dengan menyuruh
pasien untuk membuka mata).
 2. Dengan rangsang nyeri (memberikan rangsangan nyeri,
misalnya menekan kuku jari)
 1. Tidak ada respon meskipun sudah di rangsang.
b) Verbal (penilaian kemampuan / respon bicara) = 5
 5. Orientasi baik, bicaranya jelas
 4. Bingung, berbicara mengacau (berulang-ulang),
disorientasi tempat dan waktu
 3. Mengucapkan kata-kata yang tidak jelas
 2. Suara tanpa arti
 1. Tidak ada respon

c) Motorik (penilaian kemampuan gerakan tubuh) = 6


 6. Mengikuti perintah pemeriksa
 5. Melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri
 4. Withdraws, menghindar atau menarik tubuh untuk
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
10

 3. Flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya menekuk


saat diberi rangsang nyeri
 2. Extensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya
bergerak lurus (ekstensi) di sisi tubuh saat diberi rangsang
nyeri.
 1. Tidak ada respon

 Intrepretasi Nilai GCS


a) Nilai GCS (15-14) : Composmentis
b) Nilai GCS (13-12) : Apatis
c) Nilai GCS (11-10) : Delirium
d) Nilai GCS (9-7) : Somnolen
e) Nilai GCS (6-5) : Sopor
f) Nilai GCS (4) : Semi-coma
g) Nilai GCS (3) : Coma

Penilaian kesadaran pasien dapat dilakukan secara kualitatif yaitu


dengan AVPU.

1. Alert: sadar dan dapat berinteraksi dengan lingkungan


2. Voice: respon terhadap suara
3. Pain: respon terhadap nyeri
4. Unresponsive: tidak respon pada stimuli apapun yang sudah
diberikan

b. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi
tanda tanda lateralisasi
c. Evaluasi dan Re evaluasi airway, oksigenasi, ventilasi dan circulation.
5. Exposure
a. Buka pakaian pasien untuk melihat dengan jelas apakah ada cedera
yang lain
b. Cegah hipothermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan
yang hangat

Setelah dilakukan penilaian maka pasien dilabel:

 Prioritas I: Gawat Darurat (Resusitation), label merah yang membutuhkan


resusitasi dan tindakan segera

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
11

 Prioritas II: Gawat tidak darurat (Emergent), label kuning, yang berpotensi
mengancam jiwa/fungsi organ bila tidak segera ditangani dalam kurang
dari 15 menit
 Prioritas III: Darurat tidak gawat (Urgent), label kuning, pasien yang tidak
berpotensi mengancam jiwa/fungsi organ tapi harus dilakukan tindakan
dalam 30 menit.
 Prioritas IV: Tidak Gawat Tidak Darurat (Less Urgent), label hijau, di
mana pasien memiliki nafas normal, denyut jantung normal, dan dapat
atau tidak perlu memerlukan tindakan observasi sehingga bisa dilakukan
tindakan dalam 60 menit.
 Prioritas V: Pasien meninggal contohnya pada kasus Death on arrival di
mana pasien sudah tidak ditemukan napas, denyut nadi, EKG flat, pupil
midriasis total, dan tidak ada refleks cahaya sehingga dapat dilakukan
tindakan dalam 120 menit.

Contoh Kriteria TRIASE di IGD

PEMERIKSAAN Kategori Kategori Kategori Kategori Pasien


Gawat Gawat Tidak Darurat Tidak Meninggal
Darurat Darurat Tidak Gawat
Gawat Tidak
Darurat

Segera Memerlukan Memerlukan Perawatan Tidak


dilakukan tindakan tindakan dapat dibutuhkan
tindakan definitif definitif ditunda 60 perawatan,
dalam 5 sesuai sesuai menit diarahkan ke
menit penyebab, penyebab, pemulasaran
dapat ditunda dapat jenazah
15 menit ditunda 30
menit

KESADARAN o GCS <9 oGCS 9-12 o GCS>12 o GCS 15 o Refleks


o Kejang oGelisah/ Cahaya (-/-
o Tidak ada Apatis )
respon oHemiparesis o Tanda
oNyeri dada Kehidupan
(-)
o Death on
Arrival

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
12

JALAN NAFAS oSumbatan o Bebas o Bebas o Bebas


o Ancaman
PERNAFASAN oHenti o Takipnea o Frekuensi o Frekuensi o EKG
nafas o Sesak nafas nafas Asystole
oRR<10x/ o Mengi normal normal
mnt
oSianosis
SIRKULASI oHenti o Nadi teraba o Nadi kuat o Nadi kuat o Denyut
jantung kuat/lemah o Frekuensi o Frekuensi nadi (-)
oNadi o HR<50x/ nadi nadi
tidak menit normal normal
teraba o HR>100x/ o TDS 100- o TDS
oAkral menit 120 100-120
dingin o Pucat mmHg mmHg
o Akral o TDD 60- o TDD 60-
dingin 80 mmHg 80
o CRT >2 mmHg
detik
o TDS > 160
o TDD > 100

B. Secondary Survey

Setelah dilakukan primary survey dan penempatan triase berdasarkan


prioritas dan labeling, pasien akan dilakukan penanganan berdasarkan
kebutuhannya. Setelah pasien stabil maka selanjutnya akan di lakukan secondary
survey berupa head-to-toe examination. Sehingga pasien dapat dilakukan
penilaian ulang untuk prioritas kegawatdaruratannya.

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
13

Gambar diatas merupakan alur pasien yang masuk di IGD dan dilakukan triase.

 Apabila pasien masuk triase merah, maka pasien bisa langsung ke ruang
resusitasi untuk diberikan penanganan segera. Dari ruang resusitasi pasien
bisa dipindahkan ke ruangan selanjutnya seperti HCU, ICU, ICCU, PICU,
Ruang OK, terminal care ataupun ruang rawat inap biasa apabila pasien
didapatkan sudah stabil. Pasien triase merah dapat berubah menjadi triase
kuning apabila terjadi perbaikan atau menjadi triase hitam bila terjadi
perburukan saat assessment ulang.
 Apabila pasien masuk ke triase kuning, pasien akan dilakukan tindakan
sesuai dengan keluhan pasien, atau dilakukan monitoring. Pasien bisa
masuk ke ruang rawat inap biasa atau ruang ok untuk tindakan definitive
ataupun diperbolehkan pulang setelah diobservasi dan diberikan terapi.
Pasien triase kuning dapat menjadi triase merah bila terjadi perburukan
keadaan dan bisa menjadi triase hijau bila terjadi perbaikan keadaan saat
assessment ulang.
 Apabila pasien masuk ke triase hijau, pasien bisa dilakukan penanganan
sesuai keluhan di ruang tindakan atau dapat dipulangkan sebagai rawat
jalan. Pasien hijau dapat menjadi kuning saat dilakukan assessment ulang.
 Pasien hitam seperti pasien death on arrival setelah dilakukan triase maka
dapat dipindahkan langsung ke pemulasaran jenazah.

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
14

pasien

triage visual

prioritas prioritas prioritas Prioritas


rendah ringan sedang tinggi

tindakan resusitasi
stabilisasi

KAMAR RUANG R. INAP OK ICU


JENAZAH OBSERVASI

R. JALAN

PULANG

R. INAP

Triage START (Simple Triage dan Rapid Treatment) merupakan suatu


proses triase yang dibuat untuk membantu petugas IGD baik perawat maupun
dokter untuk dapat menangani dengan cepat kasus bencana (Mass Casuality
Event). Dengan menggunakan sistem triase START setiap petugas IGD baik
perawat maupun dokter dapat melakuakan penanganan keadaan emergensi
terutama pada keadaan bencana dengan datang ke tempat berlangsungnya.

Setiap petugas IGD diharapkan dapat melakukan penilaian cepat dan


akurat dalam waktu kurang dari 5 menit untuk menentukan kegawatdaruratan
pasien.

Sebagai contoh alur triase pada MCE dapat digambarkan sebagai alur
seperti berikut.

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
15

Gambar START Triage pada dewasa

1. Jika pasien ditemukan masih dapat berjalan sendiri atau menolong dirinya
sendiri. Pasien dengan luka-luka ringan dan superfisial, nyeri ringan, memar,
lecet, diberikan prioritas ringan/minor (hijau). Dianjurkan pada pasien hijau
untuk diarahkan ke tempat dilakukan penanganan pertama.
2. Jika pasien tidak dapat berjalan, maka diperiksa apakah pasien bernapas.
Pasien dicek dengan cara look, listen and feel.
a. Jika pasien tidak bernapas, lakukan reposisi jalan napas. Bila pasien tidak
bernapas spontan setelah dilakukan reposisi jalan napas dan tidak

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
16

ditemukan denyut nadi karotis, pupil midriasis total dan tidak ada refleks
cahaya, pasien masuk ke prioritas terakhir (hitam) dan pasien
dipindahkan ke pemulasaran jenazah.
b. Bila setelah dilakukan reposisi napas pasien mulai bernapas spontan
maka diberikan label merah (prioritas tinggi/immediate)
3. Jika pasien bernapas spontan, dilakukan penilaian respiratory rate
a. Jika RR > 30x/menit (pada anak <15 atau >45x/menit) pasien diberikan
label merah (prioritas tinggi/immediate)
b. Jika RR <30x/menit (pada anak 15-45x/menit) maka pasien dilakukan
pemeriksaan perfusi
4. Pasien bernapas spontan dengan RR<30x/menit (pada anak 15-45x/menit),
dilakukan pemeriksaan perfusi
a. Jika tidak teraba nadi pada arteri radialis atau CRT ≥ 2 detik, pasien
dikategorikan label merah (prioritas tinggi/immendiate)
b. Teraba nadi pada arteri radialis atau CRT ≤ 2 detik, dilakukan
pemeriksaan status mentalis
5. Pemeriksaan status mentalis
a. Pasien tidak mampu melaksanakan perintah sederhana (pada anak-anak
dapat menggunakan metode AVPU, pada pasien anak yang merespon dari
stimulus nyeri atau tidak ada respon), pasien dikategorikan label merah
(prioritas tinggi/immediate).
b. Pasien mampu melaksanakan perintah sederhana (pada anak-anak dapat
menggunakan metode AVPU, pada pasien anak yang merespon dari
stimulus verbal atau sadar penuh), pasien dikategorikan label kuning
(prioritas sedang/delayed)

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
17

Gambar JumpSTART pada anak

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:
18

BAB IV

DOKUMENTASI

Pendokumentasian Triase tercatat dalam Form Asessment IGD dan di


rekap / simpan dalam status rekam medis pasien, sebagai bahan perencanaan atau
resume medis pasien.

RSU HELSA CIKAMPEK


Nomor Surat Keputusan Direktur : Tanggal Revisi: Tanggal Implementasi:

Anda mungkin juga menyukai