Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN

“ MENGENAL GANGGUAN JIWA ”

Disusun Oleh :
Fifin Erwiyana, S.Kep 183.0043
Gisca Febriana Zahfitri, S.Kep 183.0047
Mar’atus Solikhah, S.Kep 183.0058
Nila Puji Pratiwi, S.Kep 183.0068
Risca Novia Wardani, S.Kep 183.0081

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


SURABAYA 2018/2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN PROMOSI KESEHATAN
“MENGENAL GANGGUAN JIWA”

Topik : Kesehatan Jiwa


Subtopik : Mengenal Gangguan Jiwa
Sasaran : Keluarga Pasien
Tempat : Ruang Wijaya Kusuma
Hari/Tanggal : Senin, 10 September 2018
Waktu : 1 x 45 menit

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang


signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat
sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta
terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan
berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman
penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak
pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jangka panjang.
Data Riskesdas 2013 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional
yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15
tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk
Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia
mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan selama 30 menit,
diharapkan audien dapat mendeteksi dini temtang masalah kesehatan
gangguan jiwa dan dapat mencegah terjadinya gangguan jiwa.
2. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, diharapkan
audien mampu menjelaskan dan memahami :
a. Pengertian gangguan jiwa
b. Penyebab gangguan jiwa
c. Tanda dan gejala gangguan jiwa
C. Sasaran
Sasaran untuk memberikan informasi kepada semua keluarga pasien tentang
Pendidikan masalah kesehatan gangguan jiwa
D. Materi
(Terlampir)
E. Pelaksanaan Kegiatan
1. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
2. Media
Leaflet
3. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Senin, 10 September 2018
Jam : 07.30 – 08.15
Tempat : Ruang Wijaya Kusuma
4. Sasaran : keluarga klien di ruang Wijaya Kusuma
5. Pengorganisasian
a) Penyaji : Risca Novia Wardani
b) Observer : Nila Puji Pratiwi
c) Fasilitator : - Fifin Erwiyana
- Gisca Febriana Zahfitri
- Maratus Solikhah
6. Setting Tempat

XX XX : Penyaji
XX X : Fasilitator
X XX : Pembimbing
XX XX X : Keluarga pasien
F. Jadwal Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Respon Metode
Orientasi 5 menit  Memberikan  Menjawab salam Ceramah
salam dan  Bersedia mengikuti
berkenalan kegiatan
 Menjelaskan  Mendengarkan dan
kontrak waktu memperhatikan
 Menjelaskan
tujuan
penyuluhan
Kerja 35  Menjelaskan  Mendengarkan dan Ceramah
menit pengertian sehat memperhatikan
jiwa informasi yang
 Menjelaskan dijelaskan
definisi
gangguan jiwa
dan penyebab
gangguan jiwa
 Tanda dan gejala
gangguan jiwa
Terminasi 5 menit  Memberikan  Mengajukan Ceramah
kesempatan pertanyaan dan tanya
untuk bertanya  Memperhatikan jawab
 Menjawab  Mendengarkan
pertanyaan
 Menyimpulkan
materi yang
telah
disampaikan
 Memberi salam
penutup
I. Uraian Tugas:
1. Penyaji
a. Bertangung jawab memberikan penyuluhan
b. Memahami topic penyuluhan
c. Mengexplore pengetahuan audien tentang deteksi dini gangguan jiwa
d. Menjelaskan deteksi dini gangguan jiwa dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh audien
e. Memberikan reinforcement positif atas partisipasi aktif udien
2. Fasilitator
1. Menjalankan absensi audien dan mengawasi langsung pengisian di
awal acara.
2. Memperhatikan presentasi dari penyaji dan memberi kode pada
moderator jika ada ketidaksesuaian dengan dibantu oleh observer.
3. Memotivasi audien untuk aktif berperan dalam diskusi, baik dalam
mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan.
4. Membagikan leaflet di akhir acara.

3. Observer
a. Mengoreksi kesesuaian penyuluhan dengan jadwal dan target
b. Mengamati jalannya kegiatan penyuluhan
c. Memberikan laporan evaluasi penyuluhan dengan merujuk ke SAP

4. Pembimbing
a. Memberikan arahan dan masukan terhadap kelancaran penyuluhan.
b. Mengevaluasi laporan dari observer.

G. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dengan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan
2. Evaluasi proses
a. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama pendidikan
kesehatan berlangsung
b. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
c. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
d. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat pendidikan kesehatan
berlangsung
e. Tanya jawab berjalan dengan baik
3. Evaluasi hasil
a. Audien dapat memahami dan menjelaskan kembali mengenai
pengertian gangguan jiwa
b. Audien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai
penyebab gangguan jiwa
c. Audien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai
tanda dan gejala gangguan jiwa
MATERI

A. Definisi Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa adalah gangguan alam: cara berpikir (cognitive), kemauan
(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor). Gangguan jiwa merupakan
kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan
dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut terlihat dalam
berbagai macam gejala yang terpenting diantaranya adalah ketegangan (tension),
rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa
(convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-
pikiran buruk (Maramis, 2010).

B. Definisi Sehat Jiwa


Dalam kamus besar bahasa Indonesia, sehat adalah dalam keadaan bugar dan
nyaman seluruh tubuh dan bagian-bagiannya. Bugar dan nyaman adalah relatif,
karena bersifat subjektif sesuai orang yang mendefinisikan dan merasakan (Yusuf,
Fitryasari, & Nihayati, 2015).
Menurut WHO (2011, dalam Suryani, 2013) yang dimaksud dengan sehat
jiwa adalah “a state of well-being in which every individual realizes his or her
own potential, can cope with the normal stresses of life, can work productively ,
and is able to make a contribution to her or his community” yaitu, bahwa sehat
jiwa itu bukan hanya sekedar bebas dari gangguan jiwa akan tetapi, seseorang
yang sehat jiwanya adalah seseorang yang mengerti dan menyadari kemampuan
yang dimilikinya, bisa mengatasi stres dalam kehidupan sehari – hari, dapat
bekerja secara produktif dan berkontribusi di masyarakat dimana dia berada.
Orang yang sehat jiwanya mampu mengatasi stres yang dialaminya sehari-
hari dan tidak mudah stres. Mereka cenderung tenang dalam menghadapi masalah
dan tidak menyalahkan hal-hal diluar dirinya. Orang yang sehat jiwanya akan
mampu berkontribusi di masyarakat. Orang yang mempunyai harga diri rendah
merasa malu bergaul dengan orang lain, sebaliknya orang yang sombong merasa
dirinya tidak pantas berada disekitar orang kebanyakan sehingga biasanya dia
hanya berteman dengan orang – orang tertentu saja (Suryani, 2013).
C. Kriteria Sehat Jiwa
Menurut Maria Jahoda ( dalam Kusumawati & Hartono, 2012), kriteria sehat
jiwa antara lain :
1. Sikap positif terhadap diri sendiri
Merupakan sikap yang baik terhadap diri sendiri, yaitu tidak merasakan
harga diri yang rendah, tidak memiliki pemikiran negatif tentang kondisi
kesehatan diri, dan selalu optimis dengan kemampuan diri.
2. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri
Aktualisasi diri adalah cara mengembangkan potensi diri dari hal yang
bisa kita lakukan atau kerjakan. Dengan aktualisasi diri ini, manusia akan
tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan keinginan dalam
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
3. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)
Jika seseorang tidak bisa menyeimbangkan emosi dalam kehidupan, maka
kemungkinan untuk terjadinya stres akan lebih tinggi.
4. Otonomi
Seseorang dengan sehat jiwa adalah seseorang yang mampu
menyelesaikan setiap masalah kehidupan sehingga tidak ada ketergantungan
dengan sesuatu dalam menjalani setiap masalah yang dihadapi (misalnya :
tidak bergantung kepada orang lain, obat, dan lain-lain)
5. Persepsi realitas
Dapat membedakan lamunan dan kenyataan sehingga setiap perilaku dapat
dimengerti dan dapat dipahami, selain itu juga memiliki pikiran yang logis dan
persepsi akurat.
6. Kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah
dalam berespon terhadap stress. Jika seseorang tidak mampu untuk
beradaptasi, maka kemungkinan untuk mengalami gangguan jiwa adalah
besar.
Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) (2008, dalam
Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015) menjelaskan kriteria orang yang sehat
jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut :
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan
itu buruk.
2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling
memuaskan.
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian
hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan
konstruktif.

D. Etiologi
Manusia bereaksi secara keseluruhan somato psiko sosial. Dalam mencari
penyebab gangguan jiwa unsur ini harus diperhatikan. Gejala gangguan jiwa yang
menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan menderita tetap sebagai
manusia seutuhnya (Maramis, 2010). Penyebab terjadinya gangguan jiwa antara
lain :
1. Faktor fisik fisiologis (somatogenik) yakni akibat dari gangguan
neuroanatomi, neurofisiologis, dan neurokimia, temasuk tingkat
kematangan dan perkembanganorganik, serta faktor pranatal dan
perinatal.
2. Faktor psikologik (psikogenik) yang terkait dengan interaksi ibu dan
anak, peranan ayah, persaingan antara saudara kandung, hubungan dalam
keluarga, pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu faktor intelegensi,
tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasi dan juga
akan memengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila
keadaan ini kurang baik, maka dapat mengakibatkan kecemasan, depresi,
rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.
3. Faktor sosial budaya, yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola
mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan
yang tidak memadai, serta pengaruh rasial dan keagamaan.

E. Tanda dan Gejala


Menurut Hawari (2001, dalam Suryani, 2013), tanda dan gejala gangguan jiwa
ringan (cemas) adalah sebagai berikut :
1. Perasaan khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri dan mudah
tersinggung
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut
3. Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat
6. Keluhan-keluhan somatik seperti rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, dan sakit kepala.

Tanda dan gejala gangguan jiwa berat diantaranya :


1. Tidak bisa menjalankan kehidupan sehari-hari
2. Bicaranya tidak nyambung
3. Sering berprilaku menyimpang dan terkadang mengamuk

Adapun menurut DSM IV (dalam Suryani, 2013), tanda dan gejala skizofrenia
adalah :
1. Gejala positif, yaitu sekumpulan gejala perilaku tambahan yang
menyimpang dari perilaku normal seseorang termasuk distorsi persepsi
(halusinasi), distorsi isi pikir (waham), distorsi dalam proses berpikir dan
bahasa dan distorsi perilaku dan pengontrolan diri.
2. Gejala negatif, yaitu sekumpulan gejala penyimpangan berupa hilangnya
fungsi normal dari individu termasuk keterbatasan dalam ekspresi emosi,
keterbatasan dalam produktifitas berfikir, keterbatatasan dalam berbicara
(alogia) keterbatasan dalam maksud dan tujuan perilaku.
F. Peran Keluarga dalam Menangani Pasien Gangguan Jiwa
1. Mendeteksi dini gangguan jiwa
2. Membawa keluarga yang terindikasi gangguan jiwa ke fasilitas kesehatan
terdekat
3. Pendampingan pengobatan
4. Pahami dan normalkan pengalaman penderita
5. Pusat kan pada kelebihan-kelebihan dan kekuatan penderita
6. Pelajari tentang sakit jiwa dan sumber-sumber yang berkaitan
7. Ciptakan lingkungan yang mendukung penderita
8. Tingkatkan kemampuan memecahkan masalah
9. Bantu memulihkan perasaan sedih dan kehilangan penderita
10. Kembangkan harapan yang realistis

DAFTAR PUSTAKA
Kusumawati, Farida & Hartono, Yudi. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika.
Yusuf, A.H, Fitryasari, Rizky, dan Nihayati, Hanik Endang. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Suryani. 2013. Mengenal Gejala dan Penyebab Gangguan Jiwa.

Anda mungkin juga menyukai