Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kejahatan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari
kalangan pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan bukanlah
merupakan persoalan yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang mengalami
perkembangan seperti Indonesia ini. Dengan adanya perkembangan itu dapat dipastikan
terjadi perubahan tata nilai, dimana perubahan tata nilai yang bersifat positif berakibat pada
kehidupan masyarakat yang harmonis dan sejahtera, sedang perubahan tata nilai bersifat
negatif menjurus ke arah runtuhnya nilai-nilai budaya yang sudahada.“Kejahatan adalah
suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan yang dapat
menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.”( B. Simandjuntak, 1981, Pengantar
Kriminologi dan Patologi Sosial, Bandung: Tarsito, hal 71)
Menurut Van Bemmelen, kejahatan adalah:“Tiap kelakukan yang bersifat tindak susila
yang merugikan yang menimbulkan begitu banyak ketidaktenangan dalam suatu masyarakat
tertentu. Sehingga masyarakat itu berhak mencelanya dan menyatakan penolakannya atas
kelakukan itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja diberikan karena kelakuan tersebut”.
Sementara itu, menurut Bonger, “Setiap kejahatan bertentangan dengan kesusilaaan,
kesusilaan berakar dalam rasa sosial dan lebih dalam tertanam daripada agama, kesusilaan
merupakan salah satu kaidah pergaulan” Salah satu masalah yang dihadapi remaja dan
menjadi masalah bagi lingkungannya adalah aktivitas seksual yang akhir-akhir ini nampak
menjurus pada hal-hal negatif. Dikatakan negatif karena para remaja bersikap dan bertingkah
laku yang menyimpang, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya berbagai macam perilaku
seksual disalurkan dengan sesama jenis kelamin, dengan anak yang belum berumur, dan
sebagainya.

1
Anak merupakan harta titipan Tuhan yang harus dijaga dan dirawat dengan sepenuh
hati. Anak harus diberikan kasih sayang yang sangat besar agar tidak salah arah dalam
kehidupan kedepannya, anak juga harus di didik dengan baik dan benar. Semua itu termasuk
peran daripada Orang tua untuk menentukan masa depan anak, karena yang terdekat
hubungannya dengan anak adalah orang tua itu sendiri. Sehingga sikap dan perilaku anak
sering kali disebut cerminan orang tua, karena anak memang akan meniru hampir semua apa
yang dilakukan orang tuanya. Maka dari itu orang tua harus memiliki Etika dan Etiket yang
baik agar anak juga memiliki etika dan etiket yang baik juga.
Anak adalah karunia tuhan yang tidak ternilai harganya, Anak juga merupakan aset
bangsa di masa depan. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pa sal 28B ayat (2) yang
menyatakan bahwa :
“Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi”.
Jadi, anak merupakan karunia tuhan yang memang tak akan pernah bisa dibandingkan
dengan harta sebanyak apapun, dan anak adalah masa depan bagi bangsanya, jika seorang
anak dapat bermanfaat bagi bangsanya dan memiliki prestasi atau bermoral baik, maka ia
akan dapat memajukan bangsanya, namun sebaliknya jika anak tersebut tidak baik maka
tidak bisa diharapkan oleh bangsanya karena hanya akan merusak bangsa tersebut.

Pelecehan seksual memang terdengar sangat menyeramkan dan sebuah istilah yang
tidak asing di telinga kita untuk saat ini. Pelecehan seksual yang banyak terjadi di negara kita
ini memang sudah sangat banyak memakan korban terutama terjadi pada anak. Pelecehan
seksual yang bukan hanya terjadi pada anak perempuan juga terjadi pada anak laki-laki.
Seorang anak yang menjadi korban pelecehan seksual akan sangat terganggu psikisnya yang
akan menghambat aktivitas dan kegiatannya. Sehingga anak akan kehilangan masa kanak-

2
kanaknya, dan masa bermainnya bersama teman-teman yang harusnya menjadi masa
keemasannya.

Pelecehan seksual merupakan masalah yang amat serius jika kita meneliti masalah
tersebut dengan sangat detail. Pelecehan seksual dapat menimbulkan dampak negatif pada
Fisik dan Psikis anak, dalam konteks ini Peran orang tua sangat penting dalam perlindungan
anak. Peran orang tua bukan hanya sekedar memberi makan dan memperhatikan kebutuhan
fisiologis anak saja, sesuai dengan Konsep Kebutuhan Dasar Manusia menurut Maslow maka
orang tua juga harus bisa memperhatikan kebutuhan dari mulai yang mendasar. Dalam
konsep tersebut telah disebutkan “Rasa aman dan nyaman” maka orang tua harus bisa
menjaga dan melindungi anaknya dari segala ancaman bahaya.
Disebutkan dalam Pasal 47 UU/1974 (menghapuskan pasal 330 BW)
“Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah
melangsungkan perkawinan ada dibawah kekuasaan orang tuanya selama mereka tidak
dicabut dari kekuasaannya”.
Pasal 1 (2) UU 4/1979
“Anak adalah seseorang yang belum mecapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum
pernah kawin”.
Jadi, berdasarkan Undang-Undang diatas bahwa anak yang belum berumur 18 tahun
atau yang belum menikah dalam tanggung jawab orang tua dan berada dibawah kekuasaan
orang tua dan disebutkan juga bahwa yang disebut “Anak” adalah seseorang yang belum
mencapai 21 tahun atau belum menikah.
Peranan orang tua dibagi menjadi dua, yaitu peran Ayah dan peran Ibu. Peranan Ayah
contohnya seperti Memberikan teladan yang baik dan membimbing serta melindungi
keluarga. Peranan Ibu contohnya seperti mengajarkan anak dalam memilih yang baik dan
yang tidak baik. Bahkan dijaman sekarang ini peranan ibu semakin bertambah dan semakin
berat seperti mencari nafkah membantu suami. Orang tua yang Ideal adalah orang tua yang

3
dapat bersikap tindak “Logis”, “Etis”, dan “Estetis”. Logis berarti orang tua dapat
membuktikan hal apa atau mana yang benar dan apa atau mana hal yang salah. Etis berarti
orang tua melakukan tindakan berdasarkan patokan tertentu, sehingga orang tua tidak asal
saja dalam melakukan tindakan dan mengambil keputusan. Estetis berarti orang tua harus
bisa hidup enak tanpa menyebabkan ketidak enakan kepada pihak lainnya.

Yang menjadi masalah besar bagi orang tua saat ini adalah bagaimana untuk bisa
mencipatakan pola persiapan masa depan bagi anak-anaknya untuk dapat menetralisasi hal-
hal yang negatif yang datang dari lingkungan sosialnya. Orang tua dan saudara-saudaranya
harus dapat mencurahkan kasih sayang dan perhatiannya untuk mendidik anak tersebut tanpa
diwakilkan kepada orang lain seperti pengasuh atau lainnya.
Menurut Pasal 45 UU 1/1974 menyebutkan :
Pasal pertama : Kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-
baiknya.
Pasal kedua :Kewajiban orang tua yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini berlaku sampai
anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri kewajiban mana berlaku terus meskipun perkawinan
antara kedua orang tua putus.
Disebutkan juga dalam Pasal 287 KHUP
“Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan, padahal diketahuinya
atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau
umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara
paling lama sembilan tahun”.
Pasal 290 KHUP
Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun :
1. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang, padahal diketahuinya bahwa
orang itu pingsan atau tidak berdaya.

4
2. Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya atau
sepatutnya harus diduganya, bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya
tidak jelas, yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin.

Seperti yang telah disebutkan dalam pasal KHUP diatas bahwa hukuman untuk
perbuatan cabul sudah diatur oleh pemerintah, tetapi terkadang orang-orang sekarang
mengabaikan hukum tersebut. Bahkan tidak sedikit yang melakukan cabul itu adalah orang
yang dekat dengan korban. Contohnya seperti kasus JIS yang sangat menggemparkan
Indonesia, sungguh memalukan kasus tersebut terjadi di sekolah yang bertaraf Internasional,
dan bahkan dilakukan oleh Pengurus sekolah tersebut sungguh hancur moral bangsa kita ini.
Orang tua memberikan wejangan pada anak seperti jangan terlalu dekat dengan orang yang
belum ia kenal, jangan menerima makanan atau apapun dari orang yang tidak dikenal.
kemungkinan kejahatan pencabulan akan dapat dicegah sehingga tidak akan ada korban.
Oleh karena itu orang tua harus bisa melindungi anaknya dari kejahatan yang sedang
marak melanda negeri ini (Pencabulan) karena kejahatan ini bukan hanya terjadi pada anak
perempuan tetapi terjadi juga pada anak laki-laki. Peran orang tua untuk melindungi anak itu
sangat dibutuhkan saat ini. karena anak hanya akan mengandalkan orang tua untuk bisa
melindungi dirinya dari segala jenis ancaman kejahatan.orang tua bukan hanya memberi
wejangan pada anaknya tetapi juga melakukan pendekatan pada anak untuk dapat
mengetahui apa yang terjadi didalam kehidupannya yang orang tua tidak lihat, seperti
keadaan di sekolah dan tempat bermainnya. karena kejahatan pencabulan akan
mempengaruhi psikis anak, anak akan merasa stress karena kejadian tersebut, dan bahkan
penjahatnyapun masih berkeliaran bebas diluar dan mungkin akan makin banyak korban.
Tetapi jika anak dekat dengan orang tua, kemungkinan anak akan cerita pada orang tua atas
kejadian itu sehingga mengurangi kemungkinan bertambahnya korban.

5
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud peran orang tua ?
2. Apa yang dimaksud Pelecehan seksual ?
3. Adakah Undang-undang yang mengatur tentang pelecehan seksual ?
4. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegahnya ?
5. Siapa saja yang berperan dalam kasus pelecehan seksual ?
6. Upaya apa yang bisa dilakukan untuk menyelesaikannya?

1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Agar orang mengerti apa itu peran orang tua
2. Agar orang-orang mengerti apa itu pelecehan seksual
3. Agar orang-orang mengetahui dan mengerti tentang hukum dan mengetahui hukuman apa
yang akan diterima jika melakukan perbuatan tersebut
4. Mengetahui upaya yang harus dilakukan untuk mencegahnya.
5. Mengetahui Siapa saja yang berperan didalamnya
6. Mengetahui upaya apa saja untuk menyelesaikannya

6
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

2.1 KASUS
Kejahatan seksual terhadap anak-anak kembali terjadi. IW (46), seorang pengojek yang
hidup di jalanan, mengaku mencabuli 10 anak di bawah umur dengan terlebih dahulu
mengiming-imingi korban dengan uang

"Delapan anak sudah dibuatkan BAP (berita acara pemeriksaan) dan berindikasi korban
tersangka. Satu perempuan dan tujuh laki-laki," kata Kapolres Metro Jakarta Utara Komisaris
Besar Susetio Cahyadi, Senin (7/9/2015).

Pelaku bahkan mengaku melakukannya di area rumah ibadah di Jalan Pejuang, Kelapa
Gading, Jakarta Utara. Dari pengakuannya, aksi tersebut sudah dilakukan sejak Juli 2015. (
sumber : kompas.com)
Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang
dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual. Bentuk
pelecehan seksual anak termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk melakukan
aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya), memberikan paparan yang tidak senonoh dari alat
kelamin untuk anak, menampilkan pornografi untuk anak, melakukan hubungan seksual
terhadap anak-anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak (kecuali dalam konteks non-
seksual tertentu seperti pemeriksaan medis), melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik

7
(kecuali dalam konteks non-seksual seperti pemeriksaan medis), atau menggunakan anak
untuk memproduksi pornografi anak.
Rentang pelecehan seksual ini sangat luas, meliputi: main mata, siulan nakal, komentar
yang berkonotasi seks, humor porno, cubitan, colekan, tepukan atau sentuhan di bagian tubuh
tertentu, gerakan tertentu atau isyarat yang bersifat seksual, ajakan berkencan dengan iming-
iming atau ancaman, ajakan melakukan hubungan seksual sampai perkosaan.Pelecehan juga
dapat berupa komentar/perlakuan negatif yang berdasar pada gender, sebab pada dasarnya
pelecehan seksual merupakan pelecehan gender, yaitu pelecehan yang didasarkan atas gender
seseorang, dalam hal ini karena seseorang tersebut adalah perempuan. Seperti: " Tugas
perempuan kan di belakang....", "Tidak jadi dinikahi, karena sudah tidak perawan lagi....".
Pelaku kekerasan seksual yang biasanya merupakan keluarga dekat, misalnya: teman dekat,
kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka agama, atasan, dan
sebagainya.Menurut data statistik kejahatan seksual WHO 1993, 60-78% pelaku tindak
kekerasan seksual adalah orang yang dikenal korban. Dalam banyak kasus lainnya,
perkosaan dilakukan oleh orang-orang yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang
baik-baik yang menawarkan bantuan, misalnya mengantarkan korban ke suatu
tempat.Pelecehan seksual bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, seperti di bus, pabrik,
supermarket, bioskop, kantor, hotel, trotoar, dsb baik siang maupun malam. Pelecehan
seksual di tempat kerja seringkali disertai dengan janji imbalan pekerjaan atau kenaikan
jabatan. Bahkan bisa disertai ancaman, baik secara terang-terangan ataupun tidak. Kalau janji
atau ajakan tidak diterima bisa kehilangan pekerjaan, tidak dipromosikan, dimutasikan, dsb.
Pelecehan seksual bisa juga terjadi tanpa ada janji atau ancaman, namun dapat membuat
tempat kerja menjadi tidak tenang, ada permusuhan, penuh tekanan, dsb.Hampir semua
korban pelecehan seksual adalah perempuan tidak memandang status sosial ekonomi, usia,
ras, pendidikan, penampilan fisik, agama, dsb. Ada beberapa pasal dalam Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) yang dapat menjerat seseorang pelaku pelecehan seksual:
1. Pencabulan pasal 289-296.

8
2. Penghubungan pencabulan pasal 295-298 dan pasal 506.
3. Persetubuhan dengan wanita di bawah umur pasal 286-288.

2.2 PELECEHAN DAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK


Menurut WHO (2004 dalam Lidya, 2009) kekerasan terhadap anak adalah suatu
tindakan penganiayaan atau perlakuan salah pada anak dalam bentuk menyakiti fisik,
emosional, seksual, melalaikan pengasuhan dan eksploitasi untuk kepentingan komersial
yang secara nyata ataupun tidak dapat membahayakan kesehatan, kelangsungan hidup,
martabat, atau perkembangannya, tindakan kekerasan diperoleh dari orang yang bertanggung
jawab, dipercaya, atau berkuasa dalam perlindungan anak tersebut. Dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud kekerasan terhadap anak adalah perilaku salah baikdari orang tua,
pengasuh, dan lingkungan dalam bentuk perlakuan kekerasan fisik, psikis, maupunmental
yang termasuk didalamnya eksploitasi, mengancam, dan lain-lain terhadap anak. Azevedo &
Viviane mengklasifikasikan bentuk kekerasan psikologis pada anak: 1. Kekerasan anak
secara fisik Kekerasan anak secara fisikadalah penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan
terhadap anak, dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan
luka-luka fisik atau kematian kepada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat
persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang atau
rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sundutan rokok
atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada,
perut, punggung atau daerah bokong. Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik
umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orangtuanya, seperti anak nakal
atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air, kencing atau muntah disembarang tempat,
memecahkan barang berharga. 2. Kekerasan anak secara psikis Kekerasan anak secara

9
psikis meliputi penghardikkan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan
buku, gambar atau film pornografi pada anak. Anak yang mendapatkan perlakuan ini
umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaftif, seperti menarik diri, pemalu, menangis
jika didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu orang lain. 3. Kekerasan anak secara
seksual Kekerasan anak secara seksual dapat berupa perlakuan prakontak seksual antara anak
dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibitionism),
maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest,
perkosaan, eksploitasi seksual). Pemukulan pada daerah “bokong” anak dapat menumbuhkan
perasaan nikmat seksual secara dini. Mereka tidak dapat mengerti mengenai perasaan
tersebut. Setelah dewasa mereka melakukan keanehan seksual ini biasanya mereka mencari
pelacur. Selain itu anak korban pemukulan merasa dirinya tidak berharga, karena terbiasa
merasa sakit karena pukulan, anak-anak ini akan mudah menyerahkan tubuhnya untuk
diperlakukan secara tidak senonoh setelah dewasa, sehingga ia mudah menjadi korban
pelacuran. 4. Kekerasan anak secara sosial Kekerasan anak secara sosialdapat mencakup
penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang
tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak.
Misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan
perawatan kesehatan yang layak. Eksploitasi anak menunjuk pada sikap diskriminatif atau
perlakuan sewenang-wenang terhadap anak yang dilakukan keluarga atau masyarakat.
Sebagai contoh, memaksa anak untuk melakukan sesuatu demi kepentingan ekonomi, sosial
atau politik tanpa memperhatikan hak-hak anak untuk mendapatkan perlindungan sesuai
dengan perkembangan fisik, psikis dan status sosialnya.

2.3 DAMPAK DARI PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK


Sebagai remaja yang masih berkembang, hal ini akan sangat membekas dan
meninggalkan efek lama baik secara fisik atau mental. Angka bunuh diri pada wanita yang
mengalami kekerasan seksual dari pria yang tinggal bersamanya 5 kali lebih besar

10
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami hal tersebut. Berbagai penyakit menular
seksual dapat ditularkan melalui kekerasan seksual. Walaupun organ reproduksi remaja
wanita sudah berkembang, kekerasan seksual yang dialami mulai dari manipulasi organ
seksual sampai pemerkosaan dapat melukai organ reproduksi dan menimbulkan infeksi,
penyakit organ reproduksi lainnya, kehamilan yang tidak diinginkan bahkan aborsi. Rasa
takut dan malu korban akibat intimidasi dan budaya masyarakat menyebabkan tidak
terdeteksinya penyakit dan kehamilan sehingga kadang ditemukan dalam keadaan
lanjut.Problem kesehatan mental yang dihadapi oleh remaja putri yang mengalami pelecehan
dan kekerasan seksual bisa berupa depresi atau kecemasan yang berlangsung lama, atau
sindrom stress pasca trauma. Beberapa menunjukkan mekanisme mengingkari dengan
beralih pada alkohol atau obat terlarang untuk menghilangkan rasa sakit. Kebanyakan dari
mereka mengisolasi diri mereka dan menarik diri dari lingkungan. Di antara dampak sosial
yang dilami korban adalah menurunnya prestasi sekolah/kerja, lebih sering absen, tidak
mengambil mata kuliah yang diajarkan dosen tertentu, nilai di menurun, mendapat balas
dendam dari pelaku atau teman si pelaku, kehilangan kehidupan pribadi karena menjadi
“yang bersalah”, menjadi objek pembicaraan, kehancuran karakter/reputasi, kehilangan rasa
percaya pada orang dengan tipe/posisi yang serupa pelaku, kehilangan rasa percaya pada
lingkungan yang serupa, mengalami stress luar biasa dalam berelasi dengan partner,
dikucilkan, pindah universitas/fakultas; kehilangan pekerjaan dan kesempatan mendapat
referensi, kehilangan karir. Di samping itu juga terdapat dampak psikologis/fisiologis, yaitu:
depresi, serangan panik,kecemasan, gangguan tidur, penyalahan diri, kesulitan konsentrasi,
sakit kepala, kehilangan motivasi, lupa waktu, merasa dikhianati, kemarahan dan hingga
pikiran bunuh diri.

2.4 HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN TERHADAP TINDAK ASUSILA


Saat anak mengalami tindak asusila anak harus :

11
1. Lari cepat ke tempat ramai
Sebagai orang tua kita mengajarkan kepada anak jika terlihat orang yang
mencurigakan dan menyentuh bagian tubuhnya maka ia harus cepat lari ke tempat
yang ramai dan banyak orangnya. Bahkan jika orang tersebut mengimingi uang atau
barang-barang yang lain yang sekiranya akan membuat anak terbujuk. Anak harus
diajarkan untuk tidak terbujuk rayu oleh orang yang tidak ia kenal sebelumnya.

2. Teriak minta tolong

Jika sang anak sudah tidak bisa berlari ke tempat yang ramai ia bisa berteriak
sekeras mungkin agar orang-orang bisa mendengarnya. Berteriak mungkin cara yang
paling mudah anak lakukan saat dirinya merasa terancam atau dalam bahaya.

3. Memberitahukan kepada orang tua ataupun orang disekitarnya


Jika ia merasa ada orang lain yang menyentuh bagian tubuhnya secara tidak
wajar maka secepatnya ia ceritakan kepada orang tua, guru atau orang dewasa yang
ia kenal disekitarnya. Karena jika anak memendam kejadian itu sendiri maka

2.5 TIPS BAGI ORANG TUA DALAM MENCEGAH DAN MENGHILANGKAN


TRAUMA TINDAK ASUSILA DAN KEKERASAN YANG DIALAMI ANAK

1. Memandikan dan memakaikan baju anak sendiri


Sebaiknya kita memandikan dan memakaikan baju anak kita sendiri lebih baik anak
diasuh oleh orang tuanya dibandingkan oleh pengasuh. Karena ada kemungkinan pengasuh
tersebut bisa melakukan tindak asusila/pelecehan seksual.

12
2. Jangan biarkan orang tidak dikenal menyentuh anak anda
Ingatkan pada anak jika ada orang yang tidak ia kenal menyentuhnya maka ia harus
secepatnya pergi, akan lebih baik jika kita bisa mengontrolnya seperti mengantarnya pergi
sekolah. Itu untuk meminimalisir kejadian pelecehan seksual.
3. Selalu periksa kondisi tubuh anak
Orang tua sebaiknya setiap hari memeriksa keadaan anak agar tahu anak tersebut
sehat atau sakit.
4. Sering-sering mengobrol dan mendengarkan anak
Dengan begitu orang tua bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada anak, orang tua
juga bisa tahu perkembangan pada anaknya dengan sering mengobrol, hubungan seorang
anak dan orang tua sebaiknya jangan ada jarak, orang tua selain menjadi orang tua juga
menjadi teman untuk tempat dia menceritakan semua yang terjadi dalam kehidupan anak
tersebut.

2.6 PERANAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH TERJADINYA PELECEHAN


SEKSUAL
Adapun beberapa aspek peranan orangtua dalam mencegah terjadinya pelecehan
seksual, antara lain :
1. Orang tua senantiasa memberikan perhatian terhadap anak-anak
Perhatian orang tua tersebut bukan hanya memberikan kasih sayang atau materi yang
cukup, tetapi perhatian tersebut berupa sikap orang tua yang mampu membaca perubahan
anak dengan segala situasi dan kondisi dalam perubahan usia dan lingkungan, serta mampu
mengontrol segala fasilitas yang diberikan kepada anak. Contoh : Handphone, Tontonan di
televisi, dan penggunaan internet.
2. Orang tua bisa mendampingi kegiatan anak dan tidak membiarkan sendiri

13
Terkadang pelecehan seksual itu terjadi terhadap anak bukan dilakukan oleh orang
jauh, tetapi kemungkinan besar oleh orang-orang terdekat, disaat waktu dan situasi
memungkinkan, jadi alangkah baiknya orang tua bisa dampingi anaknya atau
mempercayakan dengan orang yang memang dapat dipercaya.
3. Memberikan pengetahuan tentang organ penting yang tidak boleh dipegang orang lain.
Pengetahuan tersebut harus diberikan kepada anak supaya anak tersebut faham akan
hal-hal yang tidak boleh dilakukan baik oleh dia sendiri atau orang lain, berikut hal-hal
akibatnya, kenapa kita harus mengatakan atau menjelaskan akibatnya supaya di pikiran si
anak tidak terbentuk berbagai macam pertanyaan dan juga rasa penasaran, hal itu justru
sangat membahayakan bahkan bisa menjadi salah satu faktor terjadinya pelecehan seksual
pada anak. Dalam menjelaskan dan memberikan pengetahuan tersebut, kita harus
menjelaskannya dengan arahan dan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak.
4. Sebagai orang tua yang bijak lebih baik memberikan pakaian terhadap anak yangtidak
minim, atau pakaian yang sangat mencolok seperti rok pendek, celana pendek atau baju
pendek, kenapa begitu ? karena hal itu merupakan salah satu penyebab pelecehan terjadi,
karena kemungkinan ada beberapa orang yang tertarik dengan hal yang seperti itu, jadi
alangkah baiknya sebagai upaya mencegah terjadinya pelecehan seksual di kalangan anak,
salah satunya yaitu membiasakan pada anak berpakaian yang sopan dan menutup aurat dari
sejak kecil.
5. Memberikan pengajaran agama, dengan belajar agama akan membuat anak-anak merasa
takut berbuat tidak baik dan faham akan perilaku mana yang dianjurkan oleh agama atau
perilaku yang dilarang oleh agama.
Bahkan anak-anak akan mengerti jika halnya sesuatu yang buruk dilakukan atau
salah satunya menyakiti orang lain maka kita akan mendapat balasan dari Tuhan. Kenapa
saya harus menjelaskan hal ini karena bukan hanya membahas tentang anak korban
pelecehan tetapi tentang peran orang tua untuk mencegah dan juga peran orang tua jika
anaknya menjadi korban pelecehan seksual. Hal ini merupakan salah satu upaya orang tua,

14
anak yang dasar agamanya cukup bagus maka sedikit banyaknya bisa membantu menopang
ahlak kepribadiannya.

6. Rawatlah dan bimbing anak dengan kasih sayang jangan memberikan contoh yang tidak
baik kepada mereka.
Biasanya anak-anak akan mudah meniru hal-hal yang dia lihat dan apa-apa yang dia
dengar, jadi tugas orang tua sebisa mungkin bisa memberikan contoh yang baik dan juga
awasi lingkungan sekitar jangan sampai ada hal-hal yang kurang baik yang bisa anak tiru.
Itulah hal-hal yang berhubungan dengan peran orang tua dalam menjaga terjadinya pelecehan
seksual dan juga upaya-upaya agar anak tidak menjadi korban atau menjadi pelaku pelecehan
seksual.

2.7 PASAL-PASAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004 YANG


BERSANGKUTAN
1. Pasal 20
Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung
jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
2. Pasal 23
a. Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan kesejahteraan anak
dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali, atau orang lain yang secara
hukum bertanggung jawab terhadap anak.
b. Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak.
3. Pasal 59
a. Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memberikan Perlindungan Khusus kepada Anak.
4. Pasal 69A

15
Perlindungan Khusus bagi Anak korban kejahatan seksual sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 59 ayat (2) huruf j dilakukan melalui upaya :
a. Edukasi tentang kesehatan reproduksi, nilai agama, dan nilai kesusilaan;
b. Rehabilitasi sosial;
c. Pendampingan psikososial pada saat pengobatan sampai pemulihan; dan
d. Pemberian perlindungan dan pendampingan pada setiap tingkat pemeriksaan mulai
dari penyelidikan, penuntutan, sampai dengan pemeriksaan di sidang pengadilan.
5. Pasal 72
a. Masyarakat berperan serta dalam Perlindungan Anak, baik secara perseorangan maupun
kelompok.

b. Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh orang perorangan,
lembaga perlindungan anak, lembaga kesejahteraan sosial, organisasi kemasyarakatan,
lembaga pendidikan, media massa, dan dunia usaha.
4. Pasal 76D
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa Anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
5. Pasal 76E
Setiap orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan, memaksa,
melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak untuk
melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.
6. Pasal 81
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 76D dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).

16
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang
dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Orang tua,
Wali, pengasuh Anak, pendidik, atau tenaga pendidikan, maka pidananya ditambah 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PEMBAHASAN KASUS

Di Amerika Utara, sekitar 15% sampai 25% wanita dan 5% sampai 15% pria yang
mengalami pelecehan seksual saat mereka masih anak-anak.Sebagian besar pelaku pelecahan
seksual adalah orang yang dikenal oleh korban mereka; sekitar 30% adalah keluarga dari si
anak, paling sering adalah saudara laki-laki, ayah, paman, atau sepupu; sekitar 60% adalah
kenalan lainnya seperti 'teman' dari keluarga, pengasuh, atau tetangga, orang asing adalah
pelanggar sekitar 10% dalam kasus penyalahgunaan seksual anak.Kebanyakan pelecehan

17
seksual anak dilakukan oleh laki-laki; studi menunjukkan bahwa perempuan melakukan 14%
sampai 40% dari pelanggaran yang dilaporkan terhadap anak laki-laki dan 6% dari
pelanggaran yang dilaporkan terhadap perempuan. Sebagian besar pelanggar yang pelecehan
seksual terhadap anak-anak sebelum masa puber adalah pedofil, meskipun beberapa pelaku
tidak memenuhi standar diagnosis klinis untuk pedofilia.

Semakin hari semakin banyak kasus tentang pelecehan seksual di negeri kita ini, bahkan
mungkin terjadi sampai ratusan kali dalam setahun. Itu yang akan mengakibatkan negeri kita
sulit maju dan berkembang karena generasi penerusnya pun telah dirusak oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab. Peran orang tua sangat penting dalam hal tersebut, karena
orang tua adalah orang terdekat dengan anak sehingga orang tua dapat memberikan anak
pengarahan bagaimana untuk mencegah hal itu terjadi. Bahkan peran orang tua pun
dibutuhkan saat hal tersebut sudah terjadi karena pada anak sebagai korban pelecehan seksual
rata-rata mengalami gangguan pada psikisnya oleh karena itu dibutuhkan dukungan dari
orang terdekatnya.
Dalam pasal 81 Undang-undang RI Nomor 23 Tahun 2002 :
(1) setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp.60.000.000 (enam
puluh juta rupiah).
(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang
dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Dari pasal diatas bisa kita lihat bahwa memang perlindungan terhadap anak sudah
tercantum dalam Undang-undang, tetapi karena banyaknya kasus yang tidak di tindak lanjuti
atau tidak dilaporkan kepada pihak yang berwajib sampai saat ini pelecehan seksual semakin

18
banyak terjadi dikalangan masyarakat yang terus menerus bertambah. Bahkan sudah
dicantumkan hukuman pidana yang berat dan denda yang besar tidak menyelesaikan masalah
pelecehan seksual ini, karena tanpa kerja sama orang tua dan masyarakat itu sendiri untuk
ikut membantu menyelesaikannya maka tidak akan selesai begitu saja kasus tersebut.

Peran orang tua sangat penting sekali dalam hal ini, orang tua bukan hanya sekedar mengasuh
anak dan memberikan fasilitas anak tetapi orang tua juga harus dapat menjaga anak dari
setiap ancaman kejahatan, baik kejahatan fisik maupun mental anak, karena kejahatan yang
menimpa anak mempengaruhi masa depan sang anak itu sendiri. Jadi, sebagai orang tua yang
baik harus dapat mengetahui tumbuh kembang anaknya sendiri dari mulai anak didalam
kandungan sampai tumbuh besar dan memiliki keluarganya sendiri, jangan sampai karena
orang tua sibuk dengan pekerjaan sampai mengabaikan kewajibannya untuk ikut serta
membantu tumbuh kembang anak agar dapat tumbuh baik.
Seorang anak memiliki hak untuk hidup sehat secara fisik, mental maupun spiritual,
karena kasus pelecehan seksual sang anak akan mengalami gangguan mental dan bahkan
fisiknya, orang tua harus dapat melihat kelakuan anaknya sendiri ada yang berubah atau tidak
setiap harinya, karena anak yang menjadi korban pelecehan seksual biasanya mengalami
perubahan dalam sifat dan sikapnya dalam kesehariannya. Bahkan tidak ada gairah untuk
melakukan aktifitas seperti biasa. Hal itu harus dapat segera diketahui oleh orang tua untuk
membantu anak agar bisa terus melangsungkan hidupnya dan orang tua juga harus dapat
memberikan semangat kepada anaknya.
Orang tua sebaiknya memberikan pendidikan seks yang mendasar kepada anak,
contohnya seperti mengenalkan organ-organ intim anak dan bagaimana ia harus menjaga
organ tersebut. Orang tua juga memberikan larangan kepada anak jangan keluar malam dan
menjaga pergaulannya, juga mengajarkan jangan pergi ke tempat sepi sendiri juga jangan
pergi dengan orang yang tidak ia kenal. Orang tua mengajarkan kepada anak jangan
menerima apapun dari orang yang tidak ia kenal dan jangan mudah di rayu oleh orang lain.

19
Karena jika orang tua hanya melarang anak untuk tidak keluar malam atau tidak mudah
dirayu tetapi orang tua tersebut tidak memberikan pendidikan seks maka tidak akan
berdampak apapun.

Bukan perkara yang mudah untuk menuntaskan masalah pelecehan seksual di negeri
kita ini, karena jika hanya orang tua yang berusaha tetapi tidak ada tindakan yang serius dari
pemerintah. Penegakan hukum di negeri kita ini masih sangat minim, seharusnya bisa
ditegakkan dengan benar karena selain memberikan efek jera bagi para pelaku juga
memberikan ketakutan bagi yang ingin melakukan tindakan tersebut, sehingga kejaian
pelecehan seksual bisa dicegah sejak dini. Peran masyarakatjuga tidak kalah penting dalam
hal ini, sering kali masyarakat yang melihat atau mengalami hal tersebut hanya bisa pasrah
tanpa dapat bertindak atau melaporkannya pada pihak berwajib. Jika demikian bagaimana
kasus pelecehan seksual bisa di dihentikan ? bagaimanapun kasus ini adalah kasus yang
sangat berat, jadi membutuhkan banyak dukungan dan banyak bantuan dari berbagai pihak,
seperti orang tua, masyarakat dan pemerintah serta pihak berwajib.
Orang tua menjelaskan jangan berbicara dengan orang asing, bukan hanya itu saja
orang tua juga menjelaskan pada anak jika ada yang memberikan uang tetapi yang
memberikan uang tersebut melakukan tindakan yang tidak wajar, seperti meraba-raba atau
memegang bagian vital anak segeralah lari sebisanya dan meminta tolong pada orang sekitar.
Berikan penjelasan juga anak harus berhati-hati jangan sampai ada yang menyentuh bagian
tubuh vitalnya sekalipun orang itu adalah keluarga atau saudaranya. Sebisanya orang tua
mengantar dan menjemput anak sekolah jika orang tua tidak bisa setidaknya jangan biarkan
anak pulang atau pergi sendirian.
Anak harus sedari dini diberikan pendidikan seks. Pendidikan tersebut berupa
pengenalan organ tubuh intim mereka dan bagaimana cara menjaganya. Orang tua
mengajarkan kepada anak pendidikan seks untuk menjaga organ seksualitas. Larangan
seperti jangan keluar malam sendirian dan hindari tempat gelap dan sepi. Dengan begitu

20
kemungkinan terjadinya kasus pelecehan seksual akan sedikitnya bisa dihindari. Bukan
hanya orang tua yang memberikan penjelasan tetapi juga pihak masyarakat harus dapat
menjaga keamanan di daerahnya agar kemungkinan kasus tersebut bisa dihindari.

Jika anak sudah menjadi korban pelecehan seksual, maka sudah tugas dan kewajiban orang
tua sepatutnya membangun kembali rasa percaya diri anak dan coba menyembuhkan
traumanya, dengan kasih sayanglah semuanya mungkin perlahan-lahan akan tercapai sesuai
dengan apa yang diharapkan, penyembuhan tersebut berupa penyembuhan fisik dan juga
psikis yang harus lebih hati-hati dan benar-benar menuntaskan penyembuhan fisik atau
psikisnya, karena anak korban pelecehan seksual kemungkinan besar jika dia dibimbing
dengan benar, diwaktu yang akan datang dia bahkan bisa melakukan pelecehan terhadap
orang lain, jadi maka dari itu orang tua harus berhati-hati dan harus selalu membimbingnya.
Seorang anak bukan hanya tanggung jawab orang tuanya tetapi Anak merupakan
tanggung jawab masyarakat daerahnya dan juga tanggung jawa pemerintah untuk menjaga
keamanan dan memberikan perlindungan kepada anak tersebut, untuk menghindari dari
pelecehan seksual dan juga mendapat hak atas keselamatan dirinya juga mendapat
pengobatan jika seorang anak telah mengalami kejadian tersebut baik dari pemerintah
setempat ataupun dari pihak KPAI itu sendiri. Juga sebaiknya pelaku sesegera mungkin
ditindak dan himbau masyarakat agar tidak ada lagi kejadian tersebut dapat terulang kembali.
Karena trauma pada Anak tidak akan mudah untuk dihilangkan.

Pada pasal 81 ayat (3) juga telah disebutkan : Dalam hal tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Orang tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik, atau
tenaga pendidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Jadi jika pelecehan sekusal dilakukan oleh yang
disebutkan diatas makan hukumannya ditambah 1/3 tetapi sekarang ini orang-orang seakan
kebal hukum sehingga tidak lagi mengindahkan Undang-undang yang telah berlaku dan telah

21
ditetapkan oleh pemerintah tersebut. Maka dari itu mulailah dari masyarakat itu sendiri untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari untuk menanggulangi masalah pelecehan
seksual yang saat ini sedang melanda.
Dalam kasus diatas bahkan pelaku adalah seorang tukang ojeg yang mungkin
perekonomiannya tidak stabil, bagaimana bisa dia membayar dendanya senilai 5 milyar yang
mungkin menurutnya dengan uang sejumlah itu ia bisa membeli rumah yang mewah dan
bahkan mungkin bisa membeli kendaraan yang sangat bagus, tetapi karena dia tidak tahu
akibat dari apa yang telah ia lakukan maka ia bahkan merasa tidak bersalah. Uang yang ia
berikan pada korbannya pun tak seberapa dibanding uang yang harus ia sediakan untuk
membayar denda jika ia terbukti bersalah. Oleh sebab itu harusnya masyarakat juga melek
hukum agar dapat mengetahui hukum yang berlaku di negara ini dan mengetahui apa
akibatnya jika melanggar.
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios
yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami
sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam
lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial
dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh
setiap insan.

Adalah yang berkaitan dengan nilai-nilai dari pengetahuan tersebut. Selain nilai,
aspek lain yang masuk dalam kajian aksiologi adalah logika, etika, estetika, atau agama. Dari
kajian ini, dilihat dari aspek logika, untuk mencari kebenaran atau kesalahan dalam kasus ini
mungkin belum jelas terlihat, namun banyak nya media yang memberitakan secara negatif
dari salah satu sisi jelas menyudutkan posisi si Tukang Ojeg yang melakukan pelecehan
seksual tersebut.

22
Dari aspek etika, tujuannya adalah untuk mencari kecocokan, dengan ukuran nilai
baik atau buruk. Dalam pemberitaan ini,aspek etika mungkin juga belum terpenuhi, karena
jelas menimbulkan persepsi negatif terhadap pandangan seorang Tukang ojeg yang tega
melakukan pelecehan seksual terhadap anak dibawah umur dengan iming-imingan
memberikan uang kepada anak tersebut, hal ini juga tidak terlepas dari kurangnya perhatian
atau peran orangtua dalam membimbing dan mendidik anaknya dalam hal hal yang bersifat
dapat merugikan masa depan anaknya di masa yang akan datang antara lain adalah
bagaimana para orangtua memberikan perhatian yang lebih ke anaknya, mengajarkan anak
agar berpakaian yang sopan dan tidak minim sehingga dapat mengurangi tingkat kejadian
asusila pada anak-anak , mengajarkan kepada anak akan pentingnya organ-organ vital yang
tidak boleh dipegang atau disentuh orang lain, mengajarkan anak akan pentingnya
pendidikan agama, dan masih banyak yang lainnya yang bisa orangtua ajarkan terhadap
anaknya.

Sedangkan dari sisi estetika, tujuannya adalah mencari keindahan, dengan nilai-nilai
indah dan jelek. Faktanya, dalam kasus ini pun segi keindahan tidak terpenuhi, karena
berkaitan dengan tindakan asusila, maka akan menjurus kepada hal negatif / jelek. Dari
pandangan agama pun menyatakan bahwa pemberitaan tersebut tidak di benarkan . Dengan
demikian aspek – aspek tersebut tidak terpenuhi di dalam kasus ini.

Jika pelaku sudah tertangkap dan diserahkan pada pihak yang berwajib maka
penyesalanpun tidak ada gunanya, ini bisa dijadikan pelajaran bagi para masyarakat lainnya
untuk berfikir kembali jika melakukan sesuatu, jika hanya untuk kepuasannya sesaat tetapi
akibatnya yang sangat lama dan sangat merugikan kenapa dilakukan ? sebaiknya jika hanya
untuk kepuasan seksualnya lebih baik ia salurkan pada istrinya saja yang memang sah
menurut agama dan negara sehingga ia tidak perlu berurusan dengan hukum yang akhirnya
menjeratnya. Bukan hanya melanggar hukum tetapi ia juga telah melanggar hukum dalam
agama.

23
Kasus diatas pula memberikan pelajaran kepada kita bahwasanya bukan hanya anak
perempuan yang harus kita jaga tetapi juga anak laki-laki harus di jaga karena sekarang
maraknya kasus pelecehan seksual terjadi pada anak laki-laki yang bahkan jumlahnya lebih
banyak dibandingkan anak perempuan. Karena saat ini orang-orang hanya memperhatikan
anak perempuan yang sangat dijaga sedangkan anak laki-laki dibiarkan begitu saja bermain
tanpa diawasi oleh orang tua yang akhirnya mengakibatkan kasus ini terjadi begitu banyak
menimpa anak laki-laki yang hanya diiming-imingi uang yang tidak seberapa.

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

24
Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang
dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual. Pelecehan
seksual memang terdengar sangat menyeramkan dan sebuah istilah yang tidak asing di
telinga kita untuk saat ini. Pelecehan seksual yang banyak terjadi di negara kita ini memang
sudah sangat banyak memakan korban terutama terjadi pada anak. Pelecehan seksual yang
bukan hanya terjadi pada anak perempuan juga terjadi pada anak laki-laki. Seorang anak yang
menjadi korban pelecehan seksual akan sangat terganggu psikisnya yang akan menghambat
aktivitas dan kegiatannya. Sehingga anak akan kehilangan masa kanak-kanaknya, dan masa
bermainnya bersama teman-teman yang harusnya menjadi masa keemasannya.
Jika anak sudah menjadi korban pelecehan seksual, maka sudah tugas dan kewajiban
orang tua sepatutnya membangun kembali rasa percaya diri anak dan coba menyembuhkan
traumanya, dengan kasih sayanglah semuanya mungkin perlahan-lahan akan tercapai sesuai
dengan apa yang diharapkan, penyembuhan tersebut berupa penyembuhan fisik dan juga
psikis yang harus lebih hati-hati dan benar-benar menuntaskan penyembuhan fisik atau
psikisnya, karena anak korban pelecehan seksual kemungkinan besar jika dia dibimbing
dengan benar, diwaktu yang akan datang dia bahkan bisa melakukan pelecehan terhadap
orang lain, jadi maka dari itu orang tua harus berhati-hati dan harus selalu membimbingnya.

4.2 SARAN

Bagi para orang tua yang memiliki anak sebaiknya jaga baik-baik anak tersebut
karena anak adalah titipan dari tuhan untuk kita jaga, selalu kontrol perkembangan anak dan
jangan sampai lepas begitu saja anak, karena peran orang tua dalam mencegah kasus
pelecehan seksual sangatlah besar pengaruhnya. Oleh sebab itu himbauan bagi para orang
tua untuk memberikan penjelasan pada anak-anaknya untuk bisa menjaga dirinya sendiri saat
tidak sedang dengan orang tua.

25
DAFTAR PUSTAKA

26
1. Mona, editor. Undang- Undang perlindungan anak : Undang-Undang RI Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak. Yogyakarta : Pustaka Mahardika ; 2015.
2. Pelecehan seksual terhadap anak [Online]. 2015]; Available from : URL
:https://id.wikipedia.org/wiki/Pelecehan_seksual_terhadap_anak.
3. Undang-Undang Perlindungan Anak [Online]. [cited 2016 April]; Available from:
URL:https://books.google.co.id/books?id=CxNkHz2_9y8C&dq=undang-
undang+perlindungan+anak&source=gbs_navlinks_s.
4. Konsolidasi Undang-Undang Perlindungan Anak [Online]. 2016 [cited 2016 April];
URL :https://books.google.co.id/books?id=QZbkCwAAQBAJ&dq=undang-
undang+perlindungan+anak&source=gbs_navlinks_s
5. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Pelecehan Seksual dan Kekerasan
Seksual. 2002.
6. http://www.bkkbn.go.id /hqweb/ceria /mb2pelecehan seksual.html.

27

Anda mungkin juga menyukai