Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KRITIS ARTIKEL

disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Metodologi Penelitian Pendidikan


yang dibimbing oleh Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc., Ph.D.

disusun oleh:
Off A/Pendidikan Biologi 2014
Eka Imbia Agus Diartika (140341601668)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
November 2017
A. Identitas Artikel
1) Judul
HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH
2) Penulis
Muhammad Zaini, Utari Intan Suwenda, Aulia Ajizah
3) Jurnal
Jurnal Pendidikan Biologi Vol 20 No.207 Tahun 2015

B. Pendahuluan
1) Latar Belakang
Menurut Economi-Wide Measures Of Routine and Nonroutine (19691998)
pada kondisi saat ini, komitmen untuk meningkatkan cara berpikir tingkat tinggi
(high order thinking) di negara-negara maju itu meningkat, sedangkan
pengetahuan konseptual cenderung dikurangi (Nur, 2012). Hal ini berbeda
dengan di Indonesia yang masih menekankan pada konsep pengetahuan.
Kelemahan yang sering terjadi selama ini salah satunya adalah banyak siswa
yang nilai ujiannya sangat tinggi bahkan sempurna, tetapi ketika dalam
kehidupan nyata menghadapi suatu masalah, mereka tidak tahu bagaimana cara
mengatasinya. Banyak orang yang sangat pandai menjelaskan suatu konsep, ciri-
cirinya, proses kejadiannya, tetapi tidak dapat memberikan solusi ketika sesuatu
tersebut mengalami masalah. Pemilihan model pembelajaran yang tepat pada
konsep yang akan diajarkan oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar dan
prestasi siswa Menurut Klegeris & Hurren (2011), PBM merupakan suatu
pembelajaran berdasarkan masalah dunia nyata (otentik) yang ada di sekitar kita.
Masalah ini menuntut siswa untuk menyelidiki/mengumpulkan data dan saling
berdiskusi agar bisa menemukan solusi dari masalah tersebut. Oleh karena itu,
dapat melibatkan siswa untuk berperan aktif, dapat mengembangkan kemampuan
berpikir dan konsep diri siswa dalam pembelajaran sehingga ilmu yang diperoleh
akan selalu melekat dalam ingatan siswa hingga mendapatkan hasil dan
pengalaman belajar yang maksimal.
2) Tujuan
Tujuan artikel ini yaitu menentukan pengaruh model pembelajaran
berdasarkan masalah dan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
berdasarkan masalah terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

C. Metode
Metode penelitian ini dibedakan atas 2 macam, yakni penelitian Quasi
Eksperimen dan deskriptif. Rancangan kuasi eksperimen digunakan untuk upaya
menguji signifikansi penggunaan model dan metode diskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan keterampilan berpikir. Dalam rancangan penelitian tersebut
metode kuasi eksperimen yang digunakan adalah nonequivalent control group
melibatkan kelompok kontrol dan perlakuan yang diberikan adalah pretes dan
postes, namun kedua kelompok tidak memiliki ekuivalensi sampling pra-
eksperimen. Perlakuan normal diberikan kepada kelompok kontrol sedangkan
kelompok perlakuan X (Furchan, A, 2004). Pada pembelajaran konsep
keanekaragaman hayati, pembelajaran klasikal dilakukan pada 1 kelas kontrol
siswa kelas X PMIA 2 dan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah dilaksanakan pada 1 kelas perlakuan siswa kelas X PMIA 3.
Pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan pada masing-masing kelas.

Pada pembelajaran konsep keanekaragaman hayati pembelajaran klasikal


dilakukan pada satu kelas kontrol siswa masing-masing 1 kelas sedangkan
pembelajaran berdasarkan masalah dilaksanakan pada satu kelas perlakuan siswa
masing-masing 1 kelas. Data hasil belajar berupa kognitif produk dan proses serta
LKS untuk mengetahui keterampilan berpikir tingkat tinggi (Arifin,2012).
Pengambilan sampel ditentukan dengan teknik purposive sampling sampel
diambil atas dasar kesediaan guru pengajar dalam memberikan kesempatan
melakukan inovasi pembelajaran. Sampling tersebut, maka sampel penlitian ini
adalah kelas X MIA 3 sebagai kelas perlakuan dan X MIA 2 kelas control.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes evaluasi hasil
belajar. Secara khusus instrument penelitian dibedakan berdasarkan tujuan
rumusan penelitian sebagai berikut: 1) Instrumen untuk mengukur hasil belajar
kognitif produk berupa butir-butir soal essay. 2) Instrumen untuk mengukur hasil
belajar kognitif proses berupa butir-butir soal essay. 3) Instrumen untuk
mendeskripsikan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diperoleh dari lembar
kegiatan siswa (LKS) yang memuat langkah-langkah model pembelajaran
berdasarkan masalah.

D. Hasil dan Analisis Data


Hasil Belajar Kognitif Produk
Hasil belajar kognitif merupakan hasil belajar siswa terhadap soal-soal yang
dibuat berdasarkan indikator pembelajaran. Berdasarkan rumusan masalah
pertama maka dilakukan analisis kovarian untuk menguji signifikansi hasil belajar
pada kelas perlakuan dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil analisis kovarian,
didapatkan nilai F=12,38 dengan nilai c.v.=7,33. Sedangkan nilai r-square=0,31.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas
perlakuan dan kelas kontrol, dikarenakan f hitung lebih rendah dari pada F dalam
tabel. Nilai c.v=7,33 menunjukkan faktor luar yang mempengaruhi selain variabel
bebas rendah yakni hanya senilai 7,33. Nilai r-square=0,31 menunjukkan
pengaruh PBM terhadap hasil belajar kognitif sebesar 31%. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mulyatiningsih, bahwa PBM sebagai variabel independen dan sebagai
perlakuan yang memberikan pengaruh nyata untuk hasil statistik yang signifikan
dan penelitian Cinar & Bayraktar (tanpa tahun) yang menunjukkan bahwa
pembelajaran menggunakan PBM lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan
kognitif dan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan pembelajaran
tradisional.
Hasil Belajar Kognitif Proses
Hasil belajar kognitif proses merupakan hasil belajar siswa terhadap soalsoal
yang dibuat berdasarkan tujuan-tujuan pembelajaran proses. Hasil belajar kognitif
proses dilakukan untuk melihat sejauh mana siswa memahami proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Sama halnya dengan kognitif produk, hasil
belajar kognitif proses dinilai berdasarkan nilai pretest dan posttest yang
dilakukan pada dua kelas yang berbeda yaitu kelas perlakuan dan kelas kontrol.
Sebelum dilakukan pembelajaran kedua kelas diberikan soal posttest untuk
melihat pengetahuan awal yang dimiliki siswa terhadap proses pelajaran yang
akan dilakukan. Setelah dilakukan pembelajaran, baik pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah pada kelas perlakuan
atau pun pembelajaran langsung pada kelas kontrol siswa-siswa diberikan soal
posttest untuk melihat bagaimana model pembelajaran berdasarkan masalah
mempengaruhi hasil belajar mereka. Pada saat proses pembelajaran, kelas
perlakuan maupun kelas kontrol sama-sama mengerjakan tugas yang diberikan
secara berkelompok. Perbedaan kedua kelas ini terletak pada pembelajaran
kontrol masih bersifat pembelajaran langsung sedangkan di kelas perlakuan
bersifat kontekstual berupa masalah yang diangkat dari kehidupan sekitar.
Akibatnya siswa di kelas perlakuan lebih bisa berpikir analisis melalui model
pembelajaran berdasarkan masalah, sehingga ketika menjawab soal-soal proses
(yang memerlukan analisis) siswa kelas perlakuan tidak mengalami banyak
kesulitan. Pengaruh model pembelajaran berdasarkan masalah terhadap hasil
belajar kognitif proses hanya sebesar 33%. Walaupun demikian model
pembelajaran berdasarkan masalah telah dinyatakan cukup berhasil dalam
mempengaruhi hasil belajar proses siswa.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak bisa dipisahkan dari keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Dalam sintak-sintak model pembelajaran berdasarkan
masalah siswa dituntut untuk berpikir tingkat tinggi.Seperti yang dikatakan oleh
Sani (2014) pembelajaran dengan model pembelajaran berdasarkan masalah
memungkinkan siswa untuk terlibat dalam mempelajari hal-hal salah satunya
keterampilan berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
kelas X MIA 3 yang dinilai selama proses pembelajaran berdasarkan masalah
terbagi menjadi dua yakni keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir
kreatif. Rincian keterampilan berpikir kritis yang dinilai adalah merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan
membuat rumusan kesimpulan. Sementara itu rincian keterampilan berpikir
kreatif terdiri dari membuat karya/produk.
Semua keterampilan tingkat tinggi tergolong cukup baik, kecuali kategori
dalam membuat produk sudah tergolong baik. Namun, secara umum keterampilan
berpikir tingkat tinggi tergolong cukup baik. Hal ini mengakibatkan sumbangan
efektif untuk hasil belajar kognitif proses sebesar 33%. Pembelajaran dengan
menggunakan model berdasarkan masalah terbukti menghasilkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang cukup baik bagi siswa. Dengan menggunakan model
pembelajaran berdasarkan masalah siswa dapat berlatih untuk merumuskan
masalah, hipotesis, melakukan penyelidikan hingga penarikan kesimpulan dan
membuat produk/ karya yang semuanya menuntut siswa untuk belajar berpikir
tinggi.
Kekurangan dari artikel ini sebagai berikut.
- LKS yang dikembangkan tidak dijelaskan secara rinci
- Soal tes evaluasi tidak dijelaskan secara rinci

E. Simpulan
1. Hasil belajar kognitif produk menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan
antara siswa kelas perlakuan dan siswa kelas kontrol (P = 0,0001) dengan
sumbangan efektif sebesar 31%.
2. Hasil uji kognitif proses menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P =
0,0001) pada siswa kelas perlakuan dengan sumbangan efektif sebesar 33%.
3. Hasil keseluruhan pembelajaran menunjukkan bahwa keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa tergolong memuaskan dalam kategori cukup baik, dengan
rata-rata skor keseluruhan didapatkan 71,45%.

F. Temuan Penting
 Proses sangat menentukan hasil belajar
 Proses pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemammpuan
berpikir tingkat tinggi

Anda mungkin juga menyukai