disusun oleh:
Off A/Pendidikan Biologi 2014
Eka Imbia Agus Diartika (140341601668)
B. Pendahuluan
1) Latar Belakang
Menurut Economi-Wide Measures Of Routine and Nonroutine (19691998)
pada kondisi saat ini, komitmen untuk meningkatkan cara berpikir tingkat tinggi
(high order thinking) di negara-negara maju itu meningkat, sedangkan
pengetahuan konseptual cenderung dikurangi (Nur, 2012). Hal ini berbeda
dengan di Indonesia yang masih menekankan pada konsep pengetahuan.
Kelemahan yang sering terjadi selama ini salah satunya adalah banyak siswa
yang nilai ujiannya sangat tinggi bahkan sempurna, tetapi ketika dalam
kehidupan nyata menghadapi suatu masalah, mereka tidak tahu bagaimana cara
mengatasinya. Banyak orang yang sangat pandai menjelaskan suatu konsep, ciri-
cirinya, proses kejadiannya, tetapi tidak dapat memberikan solusi ketika sesuatu
tersebut mengalami masalah. Pemilihan model pembelajaran yang tepat pada
konsep yang akan diajarkan oleh guru sangat mempengaruhi hasil belajar dan
prestasi siswa Menurut Klegeris & Hurren (2011), PBM merupakan suatu
pembelajaran berdasarkan masalah dunia nyata (otentik) yang ada di sekitar kita.
Masalah ini menuntut siswa untuk menyelidiki/mengumpulkan data dan saling
berdiskusi agar bisa menemukan solusi dari masalah tersebut. Oleh karena itu,
dapat melibatkan siswa untuk berperan aktif, dapat mengembangkan kemampuan
berpikir dan konsep diri siswa dalam pembelajaran sehingga ilmu yang diperoleh
akan selalu melekat dalam ingatan siswa hingga mendapatkan hasil dan
pengalaman belajar yang maksimal.
2) Tujuan
Tujuan artikel ini yaitu menentukan pengaruh model pembelajaran
berdasarkan masalah dan mendeskripsikan penerapan model pembelajaran
berdasarkan masalah terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
C. Metode
Metode penelitian ini dibedakan atas 2 macam, yakni penelitian Quasi
Eksperimen dan deskriptif. Rancangan kuasi eksperimen digunakan untuk upaya
menguji signifikansi penggunaan model dan metode diskriptif digunakan untuk
mendeskripsikan keterampilan berpikir. Dalam rancangan penelitian tersebut
metode kuasi eksperimen yang digunakan adalah nonequivalent control group
melibatkan kelompok kontrol dan perlakuan yang diberikan adalah pretes dan
postes, namun kedua kelompok tidak memiliki ekuivalensi sampling pra-
eksperimen. Perlakuan normal diberikan kepada kelompok kontrol sedangkan
kelompok perlakuan X (Furchan, A, 2004). Pada pembelajaran konsep
keanekaragaman hayati, pembelajaran klasikal dilakukan pada 1 kelas kontrol
siswa kelas X PMIA 2 dan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
berdasarkan masalah dilaksanakan pada 1 kelas perlakuan siswa kelas X PMIA 3.
Pembelajaran dilakukan sebanyak dua kali pertemuan pada masing-masing kelas.
E. Simpulan
1. Hasil belajar kognitif produk menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan
antara siswa kelas perlakuan dan siswa kelas kontrol (P = 0,0001) dengan
sumbangan efektif sebesar 31%.
2. Hasil uji kognitif proses menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P =
0,0001) pada siswa kelas perlakuan dengan sumbangan efektif sebesar 33%.
3. Hasil keseluruhan pembelajaran menunjukkan bahwa keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa tergolong memuaskan dalam kategori cukup baik, dengan
rata-rata skor keseluruhan didapatkan 71,45%.
F. Temuan Penting
Proses sangat menentukan hasil belajar
Proses pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemammpuan
berpikir tingkat tinggi