Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Di era kemajuan teknologi yang semakin pesat, setiap individu menghadapi


persaingan yang ketat dalam segala bidang kehidupan khususnya dunia kerja. Di dalam
dunia pekerjaan tidak hanya bersaing dengan prestasi pada nilai ijasah yang baik saja
tetapi juga bersaing dengan keterampilan yang dimiliki dalam setiap bidangnya masing-
masing, dengan bertambahnya populasi manusia peluang kerja yang semakin kecil
membuat persaingan semakin ketat sehingga sumber daya manusia di pacu untuk lebih
meninggkatkan kualitas setiap tahunnya, untuk mencapai standar kualitas pekerjaan.
Setiap orang memiliki kualitas yang berbeda-beda dan semua itu tergantung dari bekal
ilmu pengetahuan dan keterampilan yang didapat selama duduk di bangku sekolah sampai
perguruan tinggi, sementara keterampilan di dalam bidangnnya masing-masing di dapat,
di tekuni dan di peroleh dengan melakukan praktek kerja lapangan.

Dengan melihat pentingnya nilai praktek kerja lapangan dalam mengasah


keterampilan mahasiswa, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa
Cendana telah menjadikan Praktek Kerja Lapangan sebagai salah satu mata kuliah wajib
sebagai syarat kelulusan S1 pada Jurusan Biologi. Pada pelaksanaannya Jurusan Biologi,
Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana bekerja sama dengan instansi-
instansi terkait untuk dapat menyiapkan lulusan sarjana yang berkualitas. Praktek Kerja
Lapangan ini juga dapat menjadi bentuk perwujudan salah satu Tridarma Perguruan
tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat melalui interaksi sosial yang dibangun dalam
memberikan pelayanan.

Unit Pembantu Teknis (UPT) Laboratorium Kesehatan merupakan Unit Pelaksana


Teknis pada Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. melakukan Pelayanan
Laboratorium Kesehatan meliputi Laboratorium Klinik, Laboratorium kimia Kesehatan,
melaksanakan Rujukan Pelayanan bagi seluruh masyarakat dan melaksanakan
Pemantapan Mutu Eksternal (PME). Terdapat banyak pemeriksaan yaitu sampel darah,
air, makanan dan lain-lain, hal ini dapat menjawab kebutuhan mahasiswa untuk
mengembangkan potensinya melalui praktek kerja lapangan, mahasiswa dituntun dalam
bekerja secara langsung dalam laboratorium sehingga dapat diperoleh gambaran nyata
1
serta dapat menghubungkan antara teori dan praktek. Dari kegiatan PKL yang dilakukan
penulis tertarik tentang masalah pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air.

Air adalah materi pokok di dalam kehidupan setiap organisme hidup. Tidak ada satu
pun makhluk hidup di dunia yang tidak membutuhkan air. Sel hidup misalnya, baik
tumbuh-tumbuhan atau pun hewan, sebagian besar tersusun oleh air, yaitu lebih dari 75%
isi sel tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel hewan, tersusun oleh air. Air yang dikonsumsi
adalah air yang sehat yang memenuhi persyaratan Bakteriologi, Kimia, Radioaktif dan
Fisik berdasarkan Permenkes RI No: 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat
dan pengawasan kualitas air bersih yang meliputi persyaratan fisik yaitu tidak berbau,
tidak berwarna dan tidak berasa, dimana untuk nilai Most Probable Number (MPN)
Coliform yaitu 0/100 mL.

Air bersih semakin langkah di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumber air
sudah tercemar dengan berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik,
rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Parameter bakteriologi yang
digunakan adalah bakteri indikator polusi atau bakteri indikator sanitasi. Bakteri indikator
sanitasi adalah bakteri yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya polusi dari kotoran
manusia maupun dari hewan, karena bakteri tersebut merupakan organisme yang terdapat
di dalam saluran pencernaan manusia maupun hewan. Secara mikrobiologis, bakteri yang
sering ditemukan pada sumber air minum adalah bakteri Escherichia coli (E.coli). E.coli
adalah bakteri yang pada umumnya hidup di dalam usus besar manusia.

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri Coliform, semakin tinggi pula resiko
kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan
hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia
coli, yaitu mikroba penyebab diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah (Entjang,
2003).

Penulis mengambil masalah tersebut sebagai judul PKL yaitu Pemeriksaan Koliform
pada Air Bersih Fiber Penampungan Sebuah Hotel di Kupang untuk mengetahui
keberadaan bakteri tersebut yang dapat menjadi salah satu indikator pencemar air.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Apakah sampel air bersih yang dianalisis tercemar coliform ?
2. Berapa total bakteri coliform pada sampel air bersih yang dianalisis ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan laporan ini adalah:
1. Mempelajari metode analisis bakteri Coliform pada sampel air bersih.
2. Mengetahui jumlah total Coliform dalam sampel air bersih yang dianalisis.
1.4 Manfaat
Manfaat praktek kerja lapangan adalah :
1. Untuk melindungi masyarakat terhadap konsumsi air bersih yang tidak
memenuhi syarat keamanan.
2. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih hati-hati dalam
memilih air bersih untuk dikonsumsi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT


2.1.1 Gambaran Umum Laboratorium Kesehatan Provinsi NTT

Unit Pembantu Teknis (UPT) Laboratorium Kesehatan merupakan Unit


Pelaksana Teknis pada Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan
No. 36 Tahun 2008 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja unit pelaksana
teknis dinas dan badan provinsi nusa tenggar timur yaitu melakukan pelayanan
laboratorium kesehatan meliputi laboratorium klinik, laboratorium kimia kesehatan,
melaksanakan rujukan pelayanan bagi seluruh masyarakat dan melaksanakan
pemantapan mutu ksternal (PME) sedangkan fungsinya melakukan kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:

1. Penyusunan program laboratorium kesehatan.


2. Pelaksanaan tugas operasional tenaga laboratorium, pemberian pelayanan,
pemeriksaan laboratorium mikrobiologi, patologi klinik, kimia kesehatan,
melakukan percobaan tes keperluan melalui darah hewan percobaan serta
melaksanakan kegiatan rujukan pengetahuan dan teknologi kepada
masyarakat.
3. Pengawasan pengembangan metode pemeriksaan melalui bimbingan teknis
pelayanan laboratorium kesehatan dan pelapor hasil pemeriksaan.
4. Pelaksanaan pemantauan mutu laboratorium di provinsi Nusa Tenggara
Timur.
5. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan yang meliputi urusan umum,
perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pelapor.
6. Sebagai Praktek Kerja Lapangan (PKL), magang, dan penelitian bagi
mahasiswa kesehatan.

UPT Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan provinsi Nusa Tenggara


Timur telah terakreditasi penuh oleh komisi akreditasi laboratorium kesehatan
nasional pada tahun 2013 dengan sertifikat akreditasi nomor : 17/S/KALK-
P/XII/2013.

4
Pada tahun 2014 UPT Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Timur juga memperoleh penghargaan predikat kepatuhan dari
ombudsman Republik Indonesia tentang standar pelayanan publik dengan sertifikat
nomor: 3.131/ORI-KPP/VII/2014.

Untuk ketertiban dan kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, UPT
Laboratorium Kesehtan pada Dinas Kesehatan provinsi Nusa Tenggara Timur
mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

 VISI :
“ Laboratorium kesehatan yang bermutu, terpercaya, dan mandiri”
 MISI :
1. Memberikan pelayanan yang permtu dan perjangkau.
2. Meningkatkan kompetensi SDM serta sarana sesuai standar .
3. Menjadikan laboratorium sebagai pusat rujukan.
4. Menjadikan laboratorium kesehatan sebagai badan layanan umum daerah.
 MOTTO :
“ Melayani dengan cepat dan tepat’’

 TUJUAN :
1. Tujuan umum :
a) Pelaporan pelaksanaan pelayanan pemeriksaan laboratorium tahun 2015 dan
sebagai bahan evaluasi untuk kegiatan di tahun 2016.
b) Salah satu sumber data untuk penyusunan perencanaan program kegiatan
tahun 2016 di UPT laboratorium dinas kesehatan provinsi Nusa Tenggara
Timur.
2. Tujuan khusus :
a) Untuk mengetahui capaian kegiatan pelaksanaan tugas dan fungsi UPT
Laboratorium Kesehatan yang telah dilaksanakan di tahun 2015.
b) Untuk mengetahui kemampuan pemeriksaan laboratorium, tugas dan
kemampuan SDM, sarana dan prasarana pada UPT laboratorium kesehatan
dinas kesehatan provinsi Nusa Tenggara Timur.

5
c) Terwujudnya pelayanan laboratorium kesehatan yang bermutu sesuai VISI dan
MISI-nya, menjadi laboratorium rujukan di provinsi Nusa Tenggara Timur.

2.1.2 Tugas Pokok dan Fungsi


a. Tugas :
Melakukan pelayanan laboratorium kesehatan yang meliputi:
1. Laboratorium klinik
2. Laboratorium kesehatan lingkungan
3. Melaksanakan rujukan pelayanan bagi seluruh masyarakat
4. Melaksanakan pemantapan mutu eksternal (PME)
b. Fungsi :
1. Penyusunan program laboratorium kesehatan.
2. Pelaksanaan tugas operasional, tenaga laboratorium, pemberian pelayanan
pemeriksaan laboratorium mikrobiologi, kimia lingkungan, patologi,
melakukan percobaan tes keperluan melalui hewan percobaan serta
melaksanakan kegiatan rujukan pengetahuan dan teknologi kepada
masyarakat.
3. Pengawasan pengembangan metode pemeriksaan melalui bimbingan
teknis pelayanan laboratorium kesehatan dan pelaporan hasil pemeriksaan.
4. Pelaksanaan pemantapan mutu laboratorium di provinsi Nusa Tenggara
Timur.
5. Pelaksanaan administrasi ketatausahaan yang meliputi urusan umum,
perlengkapan, keuangan, kepegawaian dan pelaporan.
6. Sebagai tempat praktek kerja lapangan (PKL), magang dan penelitian
bagi mahasiswa kesehatan.

2.1.3 Kepegawaian

Jumlah dan status pegawai pada UPT laboratorium kesehatan provinsi Nusa
Tenggara Timur per 31 Desember 2015 PNS : 23 Orang.

6
2.1.4 Struktur Organisasi
Bagan struktur organisasi UPT. laboratorium kesehatan pada dinas kesehatan
provinsi Nusa Tenggara Timur.

KEPALA UPT. LAB.KES.DINKES PROV


NTT

Drs. AGUSTINUS SALLY, Apt. MM

Pembina.Tk I

NIP. 19660826 199303 1 012

KEPALA SUB BAGIAN TATA USAHA

KARTINI MANIHURUK, SKM.,MM

NIP.19710825 199803 2 009

STAFF

FUNGSIONAL

2.2 Analisis Bakteri coliform


2.2.1 Pencemaran Lingkungan
Pencemaran lingkungan adalah Polusi atau Pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,
zat energy, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubah tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
7
dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup No 4 tahun 1982).

2.2.2 Pencemaran Air


Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat
penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas
manusia. Danau, sungai, lautan dan air tanah adalah bagian penting dalam
siklus kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian dari siklus
hidrologi (Sutjahyo,2000).
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan
normal, bukan dari kemurniannya. Banyak air tawar yang tercemar berat oleh
sisa-sisa pembuangan kotoran dan cairan pembuangan limbah rumah tangga
ke dalam sungai. Cairan pembuangan adalah sisa-sisa pembuangan dalam
bentuk cairan yang dihasilkan oleh proses industry dan kegiatan rumah tangga.
Pencemaran air oleh cairan ini berupa zat-zat racun, bahan-bahan yang
mengendap atau deoksigenasi (Suprihatin dalam kompas, 2003).
2.2.3 Bakteri Coliform
Bakteri coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri
berbentuk batang gram negative, tidak membentuk spora, aerobik, dan
anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam
dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 C. Coliform digunakan untuk
menunjukkan kualitas air minum. Sejumlah besar bakteri yang berbeda,
termasuk: E-coli, Enterobacter, Klebsiella, Serratia, Citrobacter dan Proteus
termasuk dalam kelompok Coliform total. Kelompok Coliform tinja itu
berdasarkan kelompok dari coliform total dan memiliki bakteri lebih sedikit.
Coliform tidak berubah warna atau rasa dari air. Satu-satunya cara untuk
mengetahui jika mereka hadir di dalam air adalah tes laboratorium. Mereka
semua dapat dihancurkan oleh air mendidih (Suriawiria, 1996).
Istilah “mikroorganisme indicator” sebagaimana digunakan dalam
analisis air mengacu pada sejenis mikroorganisme yang kehadirannya di
dalam air merupakan bukti bahwa air tersebut terpolusi oleh bahan tinja dari
manusia atau hewan berdarah panas. Artinya terdapat peluang bagi berbagai
macam organisme patogenik yang secara berkala terdapat dalam saluran

8
pencernaan, untuk masuk kedalam air tersebut (Fardiaz. 1992). Beberapa ciri
penting suatu organisme indicator ialah:
1. Terdapat dalam air tercemar dan tidak ada dalam air yang tidak
tercemar.
2. Terdalam dalam air bila ada pathogen
3. Jumlah mikroorganisme indicator berkolerasi dengan kadar polusi.
4. Mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar daripada
pathogen.
5. Mempunyai sifat yang seragam dan mantap.
6. Tidak berbahaya bagi manusia dan hewan.
7. Terdapat dalam jumlah yang lebih banyak daripada pathogen.
8. Mudah dideteksi dengan teknik-teknik laboratorium yang sederhana.
Terdapat 3 jenis bakteri yang dapat digunakan untuk menunjukkan
adanya masalah sanitasi yaitu Escherichia coli , kelompok Streptococcus (
Enterococcus) fekal dan Clostridium perfringens (Lim, 1998). .

Diantara organisme-organisme yang dipelajari, yang hampir memenuhi


semua persyaratan suatu organism indicator yang ideal ialah Escherichia coli
dan kelompok bakteri coli lainnya. Bakteri-bakteri tersebut dianggap sebagai
indikato polusi tinja yang dapat diandalkan (Pelczar.et.al.,1988). Bakteri ini
adalah bakteri komensal pada usus manusia, umumnya bukan patogen
penyebab penyakit sehingga pengujiannya tidak membahayakan dan relatif
tahan hidup di air sehingga dapat dianalisis keberadaannya di dalam air yang
notabene bukan merupakan medium yang ideal untuk pertumbuhan bakteri.
Keberadaan E. coli dalam air atau makanan juga dianggap memiliki korelasi
tinggi dengan ditemukannya patogen pada pangan.

E.coli adalah genus dan spesies dari kelompok Coliform tinja. E.coli
hadir di usus hewan berdarah panas dan manusia. Keberadaan E. coli dalam
air minum di hampir semua k asus menandakan polusi kotoran segar. Sebagian
besar E.coli strain tidak berbahaya, (kecuali strain E. coli 0157: H7) tetapi
kehadiran E.coli dalam air menunjukkan probabilitas tinggi mikroorganisme
penyebab penyakit (Lim, 1998).

9
Mikroorganisme selain bakteri coli yang dianggap sebagai bakteri
pengganggu dalam air karena menimbulkan rasa, bau, dan warna selain itu
dapat membentuk endapan persenyawaan tak dapat larut di dalam pipa-pipa
sehingga mengurangi atau menyumbat aliran air. Aksi merusak pada beberapa
mikroorganisme adalah sebagai berikut:

 Bakteri pembuat lender: menghasilkan keadaan air yang


berlendir.
 Bakteri besi: mengubah persenyawaan besi yang dapat larut
menjadi bentuk yang tak dapat larut yang akan menghambat
aliran air dalam pipa.
 Bakteri sulfur: membentuk asam sulfat dengan hydrogen
sulfide, yang dapat membuat air menjadi sangat asam san
berbau tidak enak.
 Algae: menyebabkan kekeruhan, perubahan warna, serta
baud an rasa tidak enak (pelczar.et.al.,1988)
2.2.4 Uji Colliform
Bakteri Coliform adalah jenis bakteri yang umum digunakan sebagai
indikator penetuan kualitas sanitasi makanan dan air. Coliform sendiri
sebenarnya bukan penyebab dari penyakit-penyakit bawaan air, namun bakteri
jenis ini mudah untuk dikultur dan keberadaannya dapat digunakan sebagai
indikator keberadaan organisme patogen seperti bakteri lain, virus atau
protozoa yang banyak merupakan parasit yang hidup dalam sistem pencernaan
manusia serta terkandung dalam faeses.
Organisme indikator digunakan karena ketika seseorang terinfeksi oleh
bakteri patogen, orang tersebut akan mengekskresi organisme indikator jutaan
kali lebih banyak dari pada organisme patogen. Hal inilah yang menjadi alasan
untuk menyimpulkan bila tingkat keberadaan organisme indikator rendah
maka organisme patogen akan jauh lebih rendah atau bahkan tidak ada sama
sekali. Jenis bakteri ini berbentuk bulat, gram negatif, tidak berspora serta
memfermentasi laktosa dengan menghasilkan asam dan gas apabila di
inkubasi pada 35-37°C. Bakteri ini terdapat sangat banyak pada faeses
organisme berdarah panas, dapat juga ditemukan di lingkungan perairan, di
10
tanah dan pada vegetasi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa apabila
terdapat bakteri coliform pada badan air maka badan air tersebut sudah
tercemar oleh faeses. Genus yang termasuk dalam kelompok bakteri coliform
antara lain Citrobacter, Enterobacter, Escherichia, Hafnia, Klebsiella,
Serratia (Servais; 2007).
Bakteri coliform dijadikan sebagai bakteri indikator karena tidak
pathogen, mudah serta cepat dikenal dalam tes laboratorium serta dapat
dikuantifikasikan, tidak berkembang biak saat bakteri pathogen tidak
berkembang biak, jumlahnya dapat dikorelasikan dengan probabilitas adanya
bakteri pathogen, serta dapat bertahan lebih lama daripada bakteri pathogen
dalam lingkungan yang tidak menguntungkan. Eschericia coli merupakan
anggota coliform yang dapat dibedakan dari bakteri coliform lain karena
kemampuannya memfermentasikan laktosa pada suhu 44°C (pada JPT hal ini
dilakukan pada tahap terakhir atau saat uji kelengkapan). Pengidentifikasian
dapat dilihat dari pertumbuhan dan reaksi yang memberikan warna berbeda
pada media kultur khusus. Saat dikulutur pada media EMB, hasil positif E.
coli adalah koloni berwarna hijau metalik. Tidak seperti golongan coliform
pada umumnya, E. coli merupakan bakteri yang berasal dari feses dan
kehadirannya efektif mengkonfirmasi adanya kontaminasi fekal pada badan
air. Umumnya, pada feses, E. coli ada sebanyak 11% dari coliform (Umbreit,
1960)..
Penggunaan media selektif dan diferensial sangat membantu
mempercepat usaha pemeriksaan air guna mendeteksi organisme colliform.
Pemeriksaan tersebut terdiri dari 3 langkah berurutan:
1. Uji penduga (Presumptive Test), merupakan tes pendahuluan tentang
ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya
asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri
golongan coli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media
laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham
berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk
gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham.
Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan
menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam
11
dan gas dan dibandingkan dengan table MPN. Metode MPN
dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang
berbentuk cair. Bila inkubasi 1x 24 jam 102 <300 negatif hasilnya
negative maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu
350C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung
Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif
dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung
dengan melihat tabel MPN.
2. Uji lanjutan (Confirmed Test), hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji
ketetapan atau uji lanjutan. Dari tabung yang positif terbentuk asam
dan gas terutama pada masa inkubasi 1x 24 jam, suspensi ditanamkan
pada media BGLB (Briliant green lactosa broth) secara aseptik
dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia
coli tumbuh ber-warna merah kehijauan dengan kilat metalik atau
koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform
lainnya (Gobel, 2008).

2.3 MPN (Most Probable Number)

Adalah metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil


pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang
ditanam dari sampel padat atau cair sehingga dihasilkan kisaran jumlah
mikroorganisme dalam jummlah perkiraan terdekat (Harti, 2015). Bakteri Coliform
dalam sumber air merupakan indikasi pencemaran air. Dalam penentuan kualitas air
secara mikrobiologi kehadiran bakteri tersebut ditentukan berdasarkan tes tertentu
yang umumnya menggunakan tabel atau yang lebih dikenal dengan nama MPN ( Most
Propable Number).

Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah
unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony-forming unit) dalam
sampel. Namun, pada umumnya nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraaan jumlah
individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 ML atau per gram. Jadi
misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air

12
tersebut di perkirakan setidaknya mengandung 10 Coliform pada setiap gramnya.
Makin kecil nilai MPN , maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak
minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 % sehingga pada setiap nilai
MPN, terdapat jangkuan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (FDA,1989).

Dasar estimasi ini adalah estimasi jumlah paling memungkinkan organisme


Coliform dalam 100cc air (Suriawiria, 2008). Bakteri Coliform yang difermentasi
dengan media laktosa akan menghasilkan gas jika diinkubasi selama lebih dari 48 jam
pada suhu 35˚C, itulah dasar dilakukan metode MPN dengan melihat gas yang
dihasilkan dalam tabung reaksi yang kemudian disesuaikan dengan tabel MPN
(Krisna, 2005). Metode MPN terdiri dari 3 langkah, yaitu :

 Uji pendahuluan / Penduga ( Presumtive test) Sampel air diletakkan dalam


tabung steril yang berisi Lactose Broth. Beberapa tabung diinkubasi selama 48
jam pada suhu 35˚C, kemudian diperiksa terbentuknya gas, karena bakteri
akan memfermentasikan laktosa dan menghasilkan gas. Jika gas tidak
terbentuk dalam 24 jam, inkubasi diteruskan hingga 48 jam. Tes penduga
dikatakan positif jika pada tabung terdapat gas yang ditandai dengan
terapungnya tabung durham. Uji inimendeteksi sifat fermentative Coliform
dalam sampel dan harus dikonfirmasi dengan tes konfirmatif untuk
menyingkirkan keberadaan organisme lain yang memberikan hasil positif pada
fermentasi laktosa.
 Uji Penegas ( Confirmed test) Tabung positif yang didapatkan dari uji penduga
dilanjutkan dengan uji penegas. Sampel positif yang menunjukkan gas
diinokulasi pada media Brilian Green Lactose Broth, kemudian inkubasi pada
suhu 37˚C selama 48 jam. Apabila dihasilkan gas, maka uji penegas ini
dinyatakan positif(Willey, 2008).

2.4 Analisis Kandungan MPN total

MPN total adalah salah satu metode perkiraan yang menuju suatu nilai
kebenaran untuk mengetahui ataupun mendeteksi adanya mikroba pada sampel yang
diuji. Keberadaan bakteri Coliform pada suatu sampel dapat menjadi indikator adanya
jenis bakteri lain yang bersifat pathogen maupun non pathogen .pengujian Coliform
13
menggunakan media pengujian yang disebut laktosa broth yaitu media yang bahan
dasarnya dari laktosa. Bakteri Coliform memiliki kemampuan dalam
memfermentasikan laktosa sehingga media yang terfermentasi akan mengalami
perubahan warna, munculnya gas, dan endapan.

2.5 Daftar Tabel

2.3.1 Ragam 5:1:1

Tabel I:
Ragam: 5 x10 ml, 5 x 1ml, 5 x 0,1 ml

Volume Index MPN/100 Volume Index MPN/100


10 ml 1 ml 0,1 ml ml 10 ml 1 ml 0,1 ml ml
0 0 0 <2 4 2 1 26
0 0 1 2 4 3 0 27
0 1 0 2 4 3 1 33
0 2 0 4 4 4 0 34
1 0 0 2 5 0 0 23
1 0 1 4 5 0 1 31
1 1 0 4 5 0 2 43
1 1 1 6 5 1 0 33
1 2 0 6 5 1 1 46
2 0 0 5 5 1 2 63
2 0 1 7 5 2 0 49
2 1 0 7 5 2 1 70
2 1 1 9 5 2 2 94
2 2 0 9 5 3 0 79
2 3 0 12 5 3 1 110
3 0 0 8 5 3 2 140
3 0 1 11 5 3 3 180
3 1 0 11 5 4 0 130
14
3 1 1 14 5 4 1 170
3 2 0 14 5 4 2 220
3 2 1 17 5 4 3 280
3 3 0 17 5 4 4 350
4 0 0 13 5 5 0 240
4 0 1 17 5 5 1 350
4 1 0 17 5 5 2 540
4 1 1 21 5 5 3 920
4 1 2 26 5 5 4 1600
4 2 0 22 5 5 5 ≥ 2400

2.3.2 Syarat Air Bersih

Tabel II

Syarat mikrobiologi kualitas air minum sesuai dengan peraturan menteri kesehatan RI
NO.416/Menkes/PER/IX/1990 yaitu :

Parameter Satuan Kadar maksimum Keterangan


yang diperbolehkan

Total Coliform Jumlah/ 100 ml 50 Bukan air perpipaan


(MPN)

Jumlah/100 ml 10 Air perpipaan

15
BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1 Pelaksanaan kegiatan


3.1.1. Waktu
Praktek kerja lapangan dilaksanakan selama satu bulan, terhitung mulai tanggal 2
Agustus 2018- 2 September 2018.
3.1.2. Tempat
Praktek kerja lapangan dilaksanakan di UPT Laboratorium Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
3.2. Alat dan bahan
3.2.1. Alat-alat yang digunakan :
 Jarum ose
 Lampu spiritus
 Tabung reaksi ukuran 12 x 100 mm
 Tabung durham
 Pipet
 Inkubator 370c dan 440c
 Tisu
 Kapas
 Karet gelang/ benang
3.2.2. Bahan yang diperiksa :
 Sampel air bersih
3.2.3. Reagen/media yang digunakan :
 Lactose broth double strength (LBDS) Merck ( LB 2 )
 Lactose broth single strength (LBSS) Merck ( LB 1 )
 Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLB)

3.3. Metode kerja

Secara lengkap, ada 2 jenjang pemeriksaan yaitu :

1. Tes pendahuluan ( presumptive test )

16
Pada tahap pendahuluan ini, digunakan ragam 1 yaitu ragam untuk spesimen yang
sudah diolah atau angka kumannya diperkirakan rendah, digunakan ragam 5:1:1 yang
terdiri dari:

 5 tabung berisi lactose double broth 5 ml dan ditambahkan masing-masing 10 ml


sampel air.
 1 tabung berisi lactose single broth 10 ml dan ditambahkan 1 ml sampel air
 1 tabung berisi lactose single broth 10 ml dan ditmbahkan 0,1 ml sampel air

Sampel air dalam masing-masing tabung kemudian dimasukan dalam inkubator,


dan diinkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 37oC.

Pembacaan hasil dari inkubasi sampel pada tahap pendahuluan :

 Diperhatikan ada atau tidaknya gas dalam tabung dan tabung durham.
 Tes dikatakan positif bila terbentuk gas (terlihat gelembung-gelembung halus
dalam tabung atau adanya udara dalam tabung durham)

2. Tes penegasan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tes penegasan yaitu :

 Tiap tabung yang positif pada tes pendahuluan dipindahkan 1-2 ose ke dalam
tabung tes penegasan yang berisi 10 ml BGLB.
 Masing-masing tabung dipindahkan ke dalam 2 tabung BGLB.
 Satu seri tabung BGLB diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 2 x 24 jam, untuk
memastikan total Coliform.
 Satu seri tabung BGLB diinkubasi pada suhu 44oC selama 2 x 24 jam untuk
memastikan adanya koli tinja.

Pembacaan hasil inkubasi sampel pada tahap penegasan :

 Diperhatikan adanya gas atau tidak dalam tabung.


 Dicatat jumlah tabung BGLB yang positif gas dan dicocokkan dengan tabel MPN
sehingga diperoleh indeks MPN Coliform ( suhu 37o C) dan Coli tinja ( suhu
44oC). Tabel dibaca sesuai dengan ragam yang digunakan.
17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil perhitungan MPN Coliform pada sampel air bersih yang di periksa di
UPT Laboratorium Kesehatan pada Dinas Kesehatan Profinsi NTT.

No Tanggal Jenis sampel Tes pendugaan Dex MPN/100 Keterangan


10 ml 1 ml 0,1 ml ml
1 08-08-2018 Air bersih 0 0 0 <2 Negatif

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang di lakukan di UPT Laboratorium Kesehatan
pada Dinas Kesehatan Provinsi NTT dengan bahan pemeriksaan yaitu sampel air
bersih, yang sudah dimasukan dalam botol steril sebanyak ± 200 ml, setelah dikirim
kemudian di lakukan pemeriksaan dengan parameter uji coliform, pemeriksaan
dilakukan dengan 1 kali pengujian yaitu uji pendahuluan/pendugaan. Pada uji
pendugaan tidak adanya bakteri coliform dalam sampel air bersih. Langkah pertama
yang di lakukan adalah disiapkan dan didekatkan alat dan bahan yang akan
digunakan, cara kerja aseptis dilakukan yaitu mencuci tangan, memakai sarung tangan
dan masker agar sampel yang diperiksa tidak tercemar oleh keadaan lingkungan
sekitar sehingga hasilnya tidak bias. Bahan yang diperiksa disimpan di dalam botol
berusap sampel air bersih dan media yang akan digunakan disimpan di atas rak
tabung, media tersebut berupa LB II ( Lactose Double Broth) 5 tabung, dan LB I
(Lactose Single Broth) 2 tabung .
Pada uji pendahuluan/pendugaan ini dimulai dengan sampel air tersebut
dikocok agar merata, setelah itu tutup botolnya dibuka dan difiksasi bagian mulut
botol tersebut, kemudian mengambil pipet 10 ml difiksasi lagi dan pipet tersebut
digunakan untuk mengambil sampel air bersih tersebut sebanyak 10 ml lalu di
masukan kedalam LB II masing-masing di masukan 10 ml jadi di ulang sebanyak 5
kali, setelah itu di ambil 1 ml sampel di masukan kedalam 1 tabung LB I kemudian
diambil lagi sampel dan di teteskan kedalam LB I sebanyak 3 tetes. Ketuju tabung
18
tersebut di satukan di ikat dengan karet gelang, di gojok dan di masukan kedalam
incubator suhu 370C selama 2 X 24 jam . Pada setiap kali perlakuan alat dan bahan
tersebut difiksasi dan didekatkan dengan nyala api Bunsen agar menjaga kesterilan
dari media sehingga tidak terkontaminasi dengan udara luar.
Berdasarkan tes pendugaan sampel yang sudah diinkubasi selama 2 X 24 jam didapat
hasil negatif dengan keadaan fisik tabung normal.
Berdasarkan hasil yang di dapat kemudian disesuaikan dengan tabel MPN
yang sudah ada kandungan total untuk perbandingan tersebut adalah <2 ml artinya
tidak terdapat bakteri coliform dalam 100 ml sampel air bersih, hal ini terjadi karena
fermentasi pada media tersebut, tidak terjadi perubahan warna sehingga tidak adanya
koloni coliform yang bereaksi dengan media dan juga tidak terdapatnya gelembung
gas pada tabung durham. Berdasarkan hal ini maka dapat diketahui bahwa pada
sampel air bersih tersebut tidak terdapat bakteri Coliform fecal.
Dari hasil uji pendugaan ini juga dapat dikatakan bahwa sampel air bersih
tidak tercemar bakteri dan layak di gunakan atau di konsumsi karena dalam sampel air
bersih tersebut terdapat <2 ml jenis bakteri coliform dan menunjukan hasil negatif,
karena menurut standar WHO yakni 95 % dari sampel-sampel tidak boleh
mengandung Coliform dalam 100 ml. Berdasarkan Permenkes RI No:
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air bersih
yang meliputi persyaratan fisik yaitu tidak berbau, tidak bewarna dan tidak berasa,
dimana untuk nilai Most Probable Number (MPN) Coliform yaitu <2 ml.

19
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan yang sudah di laksanakan dengan
analisis yang di lakukan pada UPT Laboratorium Kesehatan dengan pemeriksaan sampel
air bersih, maka penulis menyimpulkan bahwa :

1. Sampel air bersih yang telah di periksa tersebut tidak tercemar bakteri Coliform.
2. Jumlah totalitas bakteri Coliform dalam sampel air bersih yang di analisis
perbandingannya 5:1:1 dan di samakan hasilnya dengan tabel MPN totalnya adalah 0 /
100 ml bakteri Coliform hasil ini membuktikan bahwa air bersih tersebut tidak
tercemar.
5.2 Saran
Berdasarkan Praktek Kerja Lapangan yang telah di lakukan, penulis menyarankan agar :
1. Dalam proses pengambilan sampel maupun pemeriksaan harus dilakukan dalam
keadaan benar-benar steril sehingga bahan pemeriksaan tidak terkontaminasi dan
hasilnya bisa sesuai dengan apa yang diharapkan.
2. Selama proses pengambilan maupun pemeriksaan sampel harus dilakukan sesuai
prosedur yang sudah ditentukan sehingga tidak terjadi kesalahan.
3. Masyarakat harus secara rutin memeriksa sampel air bersih di sekitar tempat tinggal
mereka untuk memastikan apakah air tersebut masih benar-benar bersih atau sudah
tercemar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi Untukakademi Keperawatan. Citra


Aditya Bakti. Bandung

Fardiaz Srikandi. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Gobel, B. R, 2008. Mikrobiologi Umum Dalam Praktek, Universitas Hasanuddin,


Makasar.

Lim, D. 1998. Microbiology. McGraw Hill Publishing Company, New York : 91.

Pelczar, M. J, Chan, E. C. S., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi . Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Servais, Pierre. 2007. Fecal Bacteria in the Rivers of the Seine Drainage Network
(France). Source, Fate and Modelling; Universite Libre de Bruxelles; Bruxelles.

Sri Harti A, 2015. Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Suprihatin. 2003. Sebagian Air Minum Isi Ulang Tercemar Bakteri Coliform. Tim
Penelitian Laboratorium Teknologi Dan Manajemen Lingkungan. IPB Dalam
Kompas Sabtu 26 April. Jakarta.

Suriawiria., 1996. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.

Sutjahyo, B, 2000, Air Minum Kebijakan Kemitraan Pemerintah Dan Swasta Dalam
Penyedian Air Minum Perkotaan, Tirta Dharma, Jakarta.

Umbreit, W. W, 1960, Aplied Microbiology, Academic Press, London.

21

Anda mungkin juga menyukai