Anda di halaman 1dari 15

Pajak Daerah

Pajak Bumi dan Bangunan

Dosen Pengajar : Ingrid Panjaitan.SE.,M.Sc.,Ak.,CA

Disusun Oleh :

Aisyah Nur Rahmadani 1534030019

Ayu Rahmaliah 1534030034

Dolorosa 1734030004

Nita Rumantir 1734030018

Ricky Gunawan 1734030014

PROGRAM SARJANA (S1)


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
Jakarta Utara
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya kita dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sebelumnya, kami ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen yang telah memberikan pengajaran
dalam proses pembuatan makalah ini. Tak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang mau meluangkan waktunya
untuk bersama-sama mengerjakan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyajian dari makalah ini


jauh dari kata sempurna. Harapan kami dalam membentuk makalah ini
adalah mudah – mudahan apa yang telah kami susun ini bermanfaat,
baik untuk kami sendiri, teman - teman, maupun orang lain yang ingin
menambah referensi pengetahuan mengenai Pajak Bumi dan Bangunan

Jakarta ,18 September 2018

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KataPengantar……………………………………....……………...........……..... i
Daftar isi........................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………...…............... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan ..................... 2
2.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan dan Dasar Hukum (
PBB ) ............................................................ 2
2.3 Objek Pajak PBB ............................................ 3
2.4 Subjek Pajak PBB ........................................... 5
2.5 Dasar Pengenaan PBB ..................................... 5
2.6 Penentuan Nilai Jual Objek Pajak ( NJOP ) .......... 6
2.7 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) 9
2.8 Dasar Perhitungan PBB .................................... 9
2.9 Tarif PBB dan Rumus Perhitungan PBB ............... 9
2.10 Tempat Pembayaran PBB ................................. 10
2.11 Hak Hak yang dimiliki oleh WP PBB ................... 10
2.12 Mengetahui Sanksi Perpajakan PBB ................... 10

BAB 3 DATA PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DKI


JAKARTA
3.1 Data Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan ...... 11
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .................................................... 12
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak meurut pasal 1 angka 1 UU No.6 Tahun 1983


sebagaimana telah disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun
2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah
“kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang,
dengan tidak medapat timbal balik secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Mengisyaratkan bahwa diperlukan adanya pembaruan sistem


perpajakan guna meningkatkan kemampuan negara dan masyarakat
untuk membiayai pembangunan yang berasal dari sumber-sumber
dalam negeri, karena semakin meningkatnya penerimaan yang
bersumber dari dalam negeri akan semakin meningkat pula
kemandirian dalam pembiayaan pelaksanaan pembagunan. Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah
dan bangunan karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan
social ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang
mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari
padanya. Dasar pengenaan pajak dalam PBB adalah Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP). NJOP ditentukan berdasarkan harga pasar per wilayah
dan ditetapkan setiap tahun oleh Menteri keuangan.(3)

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan ?
2. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan dan Dasar Hukum ( PBB ) ?
3. Mengetahui Objek Pajak PBB ?
4. Mengetahui Subjek Pajak PBB ?
5. Mengetahui Dasar Pengenaan PBB ?
6. Mengetahui Penentuan Nilai Jual Objek Pajak ( NJOP ) ?
7. Mengetahui Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) ?
8. Mengetahui Dasar Perhitungan PBB ?
9. Mengetahui Tarif PBB dan Rumus Perhitungan PBB ?
10. Mengetahui tempat Pembayaran PBB ?
11. Mengetahui Hak Hak yang dimiliki oleh WP PBB ?
12. Mengetahui Sanksi Perpajakan PBB ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan

Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut:

a. Bahwa pajak merupakan sumber penerimaan negara yang penting


bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, oleh sebab
itu perlu peningkatan peran serta masyarakat,
b. Bahwa bumi dan bangunan memberikan keuntungan dan/atau
kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang/badan yang
mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat darinya,
oleh sebab itu wajar apabila kepada mereka diwajibkan memberikan
sebagian dari manfaat atau kenikmatan yang diperolehnya kepada
negara melalui pajak.

2.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan dan Dasar Hukum PBB

Menurut Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan Republik


Indonesia, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak atas bumi
dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh
orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.
Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tanggal 9 November 1994, Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap
bumi dan/atau bangunan.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan/atau
bangunan. Keadaan subyek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan
besarnya pajak.
PBB dikenakan terhadap objek pajak berupa tanah dan atau
bangunan yang didasarkan pada azas kenikmatan dan manfaat, dan
dibayar setiap tahun. PBB pengenaannya didasarkan pada Undang-undang
No. 12 tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No.12 tahun 1994. Namun demikian dalam
perkembangannya PBB sektor pedesaan dan perkotaan menjadi pajak

2
daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Pasal 77 sampai dengan Pasal
84 mulai tahun 2010.

2.3 Objek Pajak

Ketentuan Umum yang memberikan penjelasaan tentang istilah-


istilah teknis atau definisi-definisi PBB seperti pengertian :
1. Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada
dibawahnya. Pengertian ini berarti bukan hanya tanah permukaan
bumi saja tetapi betul-betul tubuh bumi dari permukaan sampai
dengan magma, hasil tambang, gas material yang lainnya.
Contoh : sawah, ladang, kebun, tanah. pekarangan, tambang, dll.

2. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan


secara tetap pada tanah dan/atau perairan.
Contoh: rumah tempat tinggal, bangunan tempat usaha, gedung
bertingkat, pusat perbelanjaan, emplasemen, pagar mewah,
dermaga, taman mewah, fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan
tol, kolam renang, anjungan minyak lepas pantai, dll.

Tidak semua objek bumi dan bangunan akan dikenakan PBB, ada juga
objek yang di kecualikan dari pengenaan PBB adalah apabila sebagai
berikut :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksud-kan untuk memperoleh keuntungan,
digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu, merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh
desa, dan tanah negara yang belum di bebani suatu hak, digunakan
oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik, digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi
internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan ( UU PBB Pasal
3 ayat 1 ).
b. Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan
pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.

3
Adapun jenis-jenis objek Pajak Bumi Dan Bangunan, yaitu:
1. Objek Pajak Umum yaitu objek pajak yang memiliki kriteria
konstruksi bangunan umum dengan luas tanah berdasarkan kriteria
tertentu. Objek pajak umum sendiri dibedakan menjadi:
a. Objek pajak standar, kriteria untuk objek pajak ini adalah:
 Luas tanah ≤ 10.000 m²
 Jumlah lantai bangunan ≤ 4 lantai
 Luas bangunan ≤ 1000 m²
b. Objek pajak non standar, kriterianya ialah:
 Luas tanah ≥ 10.000 m²
 Jumlah lantai bangunan ≥ 4 lantai
 Luas bangunan ≥ 1000 m²
2. Objek Pajak Khusus yaitu objek pajak yang memiliki kriteria
konstruksi bangunan khusus. Kriteria bangunan khusus ditinjau dari
segi bentuk, material pembentuk dan keberadaannya yang memiliki
arti khusus. Contoh objek pajak khusus adalah pelabuhan, Bandar
udara, jalan tol, tempat wisata, dan lain-lain.

Pendataan Objek Pajak

Proses awal sebelum objek pajak dikenakan PBB terlebih dahulu


harus dilakukan proses pendataan, yaitu proses pengumpulan data objek
yang nantinya akan digunakan untuk melakukan penilaian dan penetapan
PBB. Pelaksanaan pendataan ini dilakukan dengan menggunakan sarana
berupa Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) untuk objek berupa tanah
dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek Pajak (LSPOP) jika ada
bangunannya, sedangkan untuk data-data tambahan dilakukan dengan
menggunakan Lembar Kerja Objek Khusus (LKOK) atau pun dengan lembar
catatan lain yang menampung informasi tambahan sesuai keperluan
penilaian masing-masing objek pajak.

Nomor Objek Pajak (NOP)

Pada setiap objek yang telah di data akan di berikan penomoran


yang bersifat unik dan permanen yang disebut dengan Nomor Objek Pajak
(NOP), dimana nomor ini yang akan mengidentifikasi setiap objek pajak.
Nomor ini bersifat unik, dimana setiap objek di berikan satu nomor yang
berbeda dengan objek yang lainnya dan bahkan nomor objek ini tidak ada
yang sama di seluh wilayah Indonesia.

4
Selain unik nomor ini juga bersifat permanen dimana nomor ini akan tetap
selama objek tersebut tidak mengalami perubahan walaupun berubah
nama subjek pajaknya, misalnya dalam kasus jual beli tanah antara A dan
B, B sebagai pembeli tanah akan mempunyai Nomor Objek Pajak atas objek
pajak yang sama dengan pada waktu dimiliki oleh A sebagai penjual tanah.
Contoh pemberian NOP untuk objek pajak adalah sebagai berikut ini.

 Misalnya sebidang tanah memiliki NOP sebagai berikut


31.73.050.001.004-0056.0,
 Kode 31.73.050.001 adalah kode wilayah kelurahan Rawasari,
kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat,
 Kode 004 adalah kode blok 004 di kelurahan tersebut,
 Kode 0056 adalah nomor urut 0056 di blok tersebut,

Tanda khusus 0, adalah penomoran objek tertentu untuk mempermudah


identifikasi dan pengelompokan objek pajak, misalnya kode 9, untuk objek
jenis strata title (penggunaan bersama misal rumah susun/ appartemen).

2.4 Subjek Pajak

Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan. Melihat pengertian subjek pajak tersebut, tidak jarang ada
objek pajak yang diakui oleh lebih dari satu orang subjek pajak, yang
berarti ada satu objek pajak tetapi memiliki beberapa wajib pajak.
Apabila suatu objek pajak tidak diketahui secara jelas siapa yang
akan menanggung pajaknya maka yang menetapkan subjek pajak sebagai
wajib pajak adalah Direktorat Jenderal Pajak. Penetapan ini ditentukan
berdasarkan bukti-bukti :
1. Apakah ada perjanjian antara pemilik dan penyewa yang
mengatur ?
2. Siapa yang menanggung kewajiban pajaknya ?
3. Dan siapa yang secara nyata mendapat manfaat atas bidang
tanah dan bangunan tersebut?

2.5 Dasar Pengenaan PBB

Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP
ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah

5
tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya.
Penentuan NJOP ini dilakukan dengan melakukan penilai terhadap objek
pajak baik yang dilakukan secara masal atau individual.
Istilah NJOP ini telah luas beredar di masyarakat bahwa NJOP sama
dengan nilai transaksi atau dianggap sebagai harga dasar tanah, terutama
apabila terjadi pembebasan tanah atau apabila masyarakat menawarkan
tanahnya untuk di jual dengan berpedonan pada NJOP yang tercantum
dalam SPPT PBB. Secara tegas Undang-Undang No 12 tahun 1994
menjelaskan yang dimaksud dengan NJOP mempunyai pengertian sebagai
berikut: “Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP
ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis,
atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pajak pengganti ”.

2.6 Penentuan Nilai Jual Objek Pajak ( NJOP )

Penentuan besarnya NJOP adalah proses penting mengingat NJOP ini


yang akan menentukan besarnya pajak yang di bayar oleh masyarakat.
Dalam Keputusan Direktur Jenderal No. 16/PJ.6/1998 tanggal 30 Desember
1998 dijelaskan bagaimana menentukan besarnya NJOP untuk setiap
sektor PBB. Dalam Keputusan tersebut diatur sebagai berikut :
1. NJOP atas Sektor Pedesaan/Perkotaan
Sektor Pedesaan/Perkotaan adalah Obyek PBB yang meliputi
kawasan pertanian, perumahan, perkantoran, pertokoan, industri
serta obyek khusus perkotaan.
Besarnya NJOP atas obyek pajak sektor pedesaan/ perkotaan
ditentukan sebagai berikut:
a. Obyek Pajak berupa tanah adalah sebesar nilai konversi setiap
Zona Nilai Tanah (ZNT) ke dalam klasifikasi, penggolongan dan
ketentuan nilai jual permukaan bumi (tanah) sebagaimana
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
523/KMK.04/1998.
b. Obyek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi
biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah
dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian ke
dalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual
bangunan sebagaimana diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998.

6
2. NJOP atas Sektor Perkebunan
Sektor Perkebunan adalah Obyek PBB yang meliputi areal
pengusahaan benih, penanaman baru, perluasan, perubahan jenis
tanaman, keragaman jenis tanaman termasuk sarana
penunjangnya. Besarnya NJOP atas obyek pajak sektor
perkebunan ditentukan sebagai berikut:
a. Areal kebun adalah sebesar NJOP berupa tanah ditambah
dengan Jumlah Investasi Tanaman Perkebunan sesuai dengan
Standar Investasi menurut umur tanaman,
b. Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan
perkebunan adalah sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya
dengan penyesuaian seperlunya,
c. Obyek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi
biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah
dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian ke
dalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual
bangunan sebagaimana diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998.
3. NJOP atas Sektor Kehutanan
Sektor Kehutanan adalah Obyek PBB yang meliputi areal
pengusahaan hutan dan budidaya hutan. Besarnya NJOP atas
obyek pajak sektor kehutanan ditentukan sebagai berikut:
a. Areal hutan adalah sebesar NJOP berupa tanah ditambah
dengan Jumlah Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Industri
menurut umur tanaman,
b. Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan
adalah sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan
penyesuaian seperlunya,
c. Obyek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi
biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah
dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian ke
dalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual
bangunan sebagaimana diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998.
4. NJOP atas Sektor Pertambangan.
Sektor Pertambangan adalah Obyek PBB yang meliputi areal usaha
penambangan bahan-bahan galian dari semua golongan yaitu
bahan galian strategis, bahan galian vital dan bahan galian lainnya.

7
5. NJOP atas Sektor Perikanan
Usaha Bidang Perikanan adalah semua usaha perorangan atau
badan yang memiliki ijin usaha untuk menangkap atau
membudidayakan sumber daya ikan, termasuk semua jenis ikan
dan biota perairan lainnya serta kegiatan menyimpan,
mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial.
Besarnya NJOP atas obyek pajak usaha bidang perikanan laut
ditentukan sebagai berikut:
a. Areal penangkapan ikan adalah 10 x hasil bersih ikan dalam
satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
b. Areal pembudidayaan ikan adalah 8 x hasil bersih ikan dalam
satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
c. Areal emplasemen dan areal lainnya adalah sebesar NJOP
berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya
d. Obyek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi
biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah
dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian ke
dalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual
bangunan sebagaimana diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998.
6. NJOP atas Objek Pajak yang Bersifat Khusus
Obyek Pajak Khusus adalah obyek pajak yang memiliki jenis
konstruksi khusus baik ditinjau dari segi bentuk, material
pembentuk maupun keberadaanya memiliki arti khusus seperti:
lapangan golf, pelabuhan laut, pelabuhan udara, jalan tol, pompa
bensin, dan lain-lain. Besarnya NJOP atas obyek pajak yang bersifat
khusus ditentukan sebagai berikut:
a. Areal tanah adalah sebesar NJOP berupa tanah di sekitarnya
dengan penyesuaian seperlunya
b. Areal perairan untuk kepentingan pelabuhan, industri,
lapangan golf serta tempat rekreasi adalah sebesar nilai jual
yang ditentukan berdasarkan korelasi garis lurus ke samping
dengan klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah
sekitarnya
c. Areal perairan untuk kepentingan PLTA adalah sebesar 10 x
(10% dari Hasil bersih dalam satu tahun sebelum tahun pajak
berjalan),
d. Obyek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi
baru setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik
berdasarkan metode penilaian ke dalam klasifikasi,

8
penggolongan dan ketentuan nilai jual bangunan sebagaimana
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
523/KMK.04/1998.

2.7 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)

NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan


yang tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah
Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp 12.000.000,- dengan
ketentuan sebagai berikut :
1. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP
sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak.
2. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak,
maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya
satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa
digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.

2.8 Dasar Perhitungan PBB

Dasar penghitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).


Besarnya persentase NJKP adalah sebagai berikut :
1. Objek pajak perkebunan adalah 40%
2. Objek pajak kehutanan adalah 40%
3. Objek pajak pertambangan adalah 40%
4. Objek pajak lainnya (pedesaan dan perkotaan):
a. apabila NJOP-nya≥ Rp1.000.000.000,00adalah 40%
b. apabila NJOP-nya < Rp1.000.000.000,00 adalah 20%

2.9 Tarif PBB dan Rumus Perhitungan PBB


Besarnya tarif PBB adalah 0,5%
Rumus penghitungan PBB = Tarif x NJKP
a. Jika NJKP = 40% x (NJOP - NJOPTKP), maka besarnya PBB
= 0,5% x 40% x (NJOP - NJOPTKP)
= 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)
b. Jika NJKP = 20% x (NJOP - NJOPTKP), maka besarnya PBB
= 0,5% x 20% x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)

9
2.10 Tempat Pembayaran PBB

Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak


Terutang (SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak
(STP) dari KPP Pratama atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus
melunasinya tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk
dalam SPPT yaitu Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro.

2.11 Hak Hak yang dimiliki oleh WP PBB


1. Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan / PBB.
Jika wajib pajak tidak sanggup / tidak mampu membayar PBB
dengan alasan seperti tidak mampu, dan lain sebagainya dapat
memohon pengurangan ke KPBB atau KPP Pratama. Surat
permohonan pengurangan Pajak disampaikan selambat-
lambatnya 3 bulan sejak diterima SPPT PBB. Jika dalam 3 bulan
sejak permohonan pengurangan diterima belum ada jawaban,
maka permohonan wp dianggap diterima / dikabulkan.
Permohonan pengurangan pajak bumi dan bangunan tidak
mengurangi atau menunda waktu pembayaran atau pelunasan
PBB.

2. Keberatan Pajak Bumi Dan Bangunan / PBB


Bila menurut wajib pajak ada yang tidak sesuai antara data
seperti NJOP, luas tanah dan atau bangunan pada SPPT yang
diterimanya, maka dapat mengajukan keberatan ke KP PBB
atau KPP Pratama. Surat pengajuan atas keberatan wajib pajak
atas SPPT yang diterima paling lambat diajukan 3 bulan sejak
SPPT PBB diterima WP. KPBB / KPP Pratama memiliki batas
waktu 12 bulan atas keberatan wajib pajak atas SPPT yang
diterima. Jika dalam tempo 12 bulan tidak ada jawaban maka
keberatan WP dianggap diterima / dikabulkan.

2.12 Sanksi Perpajakan PBB


Apabila wajib pajak PBB tidak melunasi pembayaran PBB sesuai
dengan batas waktu yang telah ditetapkan maka wajib pajak dapat dikenai
sanksi denda administrasi sebesar 2% perbulan maksimal selama 24 bulan
berturut-turut atau total denda administrasi sebesar 48%. Media
pemberitahuan pajak yang terutang melewati batas waktu yang terlah
ditetapkan adalah dengan Surat Tagihan Pajak (STP). Jika dalam waktu 30
hari setelah STP terbit belum ada pembayaran dari WP, maka dapat
diterbitkan Surat Paksa (SP) sesuai dengan pasal 13.

10
BAB III

DATA PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI DKI


JAKARTA

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

a. PBB merupakan pajak yang bersifat kebendaan artinya besarnya pajak


terutang ditentukan oleh keadaan objek,
b. Objek PBB terdiri dari dua hal yaitu bumi yang merupakan permukaan
bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya dan bangunan adalah
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan,
c. Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan,
d. Sebelum objek pajak dikenakan PBB terlebih dahulu harus didaftarkan
menggunakan sarana berupa Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
untuk objek berupa tanah dan Lampiran Surat Pemberitahuan Objek
Pajak (LSPOP) jika ada bangunannya,
e. Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP),
f. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)
ditetapkan setinggi-tingginya Rp. 12.000.000,- untuk setiap wajib
pajak, sedangkan berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 77 ayat
(4) besarnya NJOPTKP ditentukan paling rendah adalah Rp.
10.000.000,-
g. Dasar perhitungan PBB adalah Nilai Jual Kena Pajak (NJKP). Besarnya
NJKP adalah 40% dari NJOP untuk objek P3 serta objek PBB
lainnya apabila NJOP ≥ 1 milyar rupiah dan sebesar 20% dari NJOP
untuk objek PBB Lainnya apabila NJOP < 1 Milyar rupiah.
h. Tarif PBB Undang-undang No.12 tahun 1994 adalah flat sebesar 0.5%,
sedangkan menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 80 ayat (1) dan
(2) adalah paling tinggi 0.3% yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Direktorat Jendral Pajak


http://www.pajak.go.id/sites/default/files/BookletPBB.pdf diakses :
pada tanggal 18 september 2018, Pukul : 12.00

Yulvini Awaliyah, Materi Pajak Bumi dan Bangunan


https://www.scribd.com/doc/293296614/makalah-pajak-pBB-baru-
pdf diakses : pada tanggal 18 september 2018, Pukul : 12.20

12

Anda mungkin juga menyukai