Disusun Oleh :
Dolorosa 1734030004
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya kita dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sebelumnya, kami ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen yang telah memberikan pengajaran
dalam proses pembuatan makalah ini. Tak lupa juga kami ucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang mau meluangkan waktunya
untuk bersama-sama mengerjakan makalah ini.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KataPengantar……………………………………....……………...........……..... i
Daftar isi........................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………...…............... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................... 1
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan ..................... 2
2.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan dan Dasar Hukum (
PBB ) ............................................................ 2
2.3 Objek Pajak PBB ............................................ 3
2.4 Subjek Pajak PBB ........................................... 5
2.5 Dasar Pengenaan PBB ..................................... 5
2.6 Penentuan Nilai Jual Objek Pajak ( NJOP ) .......... 6
2.7 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) 9
2.8 Dasar Perhitungan PBB .................................... 9
2.9 Tarif PBB dan Rumus Perhitungan PBB ............... 9
2.10 Tempat Pembayaran PBB ................................. 10
2.11 Hak Hak yang dimiliki oleh WP PBB ................... 10
2.12 Mengetahui Sanksi Perpajakan PBB ................... 10
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut:
2.2 Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan dan Dasar Hukum PBB
2
daerah yang diatur dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Pasal 77 sampai dengan Pasal
84 mulai tahun 2010.
Tidak semua objek bumi dan bangunan akan dikenakan PBB, ada juga
objek yang di kecualikan dari pengenaan PBB adalah apabila sebagai
berikut :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksud-kan untuk memperoleh keuntungan,
digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu, merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan
wisata, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh
desa, dan tanah negara yang belum di bebani suatu hak, digunakan
oleh perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan
timbal balik, digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi
internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan ( UU PBB Pasal
3 ayat 1 ).
b. Objek pajak yang digunakan oleh negara untuk penyelenggaraan
pemerintahan, penentuan pengenaan pajaknya diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
3
Adapun jenis-jenis objek Pajak Bumi Dan Bangunan, yaitu:
1. Objek Pajak Umum yaitu objek pajak yang memiliki kriteria
konstruksi bangunan umum dengan luas tanah berdasarkan kriteria
tertentu. Objek pajak umum sendiri dibedakan menjadi:
a. Objek pajak standar, kriteria untuk objek pajak ini adalah:
Luas tanah ≤ 10.000 m²
Jumlah lantai bangunan ≤ 4 lantai
Luas bangunan ≤ 1000 m²
b. Objek pajak non standar, kriterianya ialah:
Luas tanah ≥ 10.000 m²
Jumlah lantai bangunan ≥ 4 lantai
Luas bangunan ≥ 1000 m²
2. Objek Pajak Khusus yaitu objek pajak yang memiliki kriteria
konstruksi bangunan khusus. Kriteria bangunan khusus ditinjau dari
segi bentuk, material pembentuk dan keberadaannya yang memiliki
arti khusus. Contoh objek pajak khusus adalah pelabuhan, Bandar
udara, jalan tol, tempat wisata, dan lain-lain.
4
Selain unik nomor ini juga bersifat permanen dimana nomor ini akan tetap
selama objek tersebut tidak mengalami perubahan walaupun berubah
nama subjek pajaknya, misalnya dalam kasus jual beli tanah antara A dan
B, B sebagai pembeli tanah akan mempunyai Nomor Objek Pajak atas objek
pajak yang sama dengan pada waktu dimiliki oleh A sebagai penjual tanah.
Contoh pemberian NOP untuk objek pajak adalah sebagai berikut ini.
Subjek PBB adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai
suatu hak atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
bangunan. Melihat pengertian subjek pajak tersebut, tidak jarang ada
objek pajak yang diakui oleh lebih dari satu orang subjek pajak, yang
berarti ada satu objek pajak tetapi memiliki beberapa wajib pajak.
Apabila suatu objek pajak tidak diketahui secara jelas siapa yang
akan menanggung pajaknya maka yang menetapkan subjek pajak sebagai
wajib pajak adalah Direktorat Jenderal Pajak. Penetapan ini ditentukan
berdasarkan bukti-bukti :
1. Apakah ada perjanjian antara pemilik dan penyewa yang
mengatur ?
2. Siapa yang menanggung kewajiban pajaknya ?
3. Dan siapa yang secara nyata mendapat manfaat atas bidang
tanah dan bangunan tersebut?
Dasar Pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP
ditetapkan setiap tiga tahun oleh Menteri Keuangan, kecuali untuk daerah
5
tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya.
Penentuan NJOP ini dilakukan dengan melakukan penilai terhadap objek
pajak baik yang dilakukan secara masal atau individual.
Istilah NJOP ini telah luas beredar di masyarakat bahwa NJOP sama
dengan nilai transaksi atau dianggap sebagai harga dasar tanah, terutama
apabila terjadi pembebasan tanah atau apabila masyarakat menawarkan
tanahnya untuk di jual dengan berpedonan pada NJOP yang tercantum
dalam SPPT PBB. Secara tegas Undang-Undang No 12 tahun 1994
menjelaskan yang dimaksud dengan NJOP mempunyai pengertian sebagai
berikut: “Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP
ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis,
atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pajak pengganti ”.
6
2. NJOP atas Sektor Perkebunan
Sektor Perkebunan adalah Obyek PBB yang meliputi areal
pengusahaan benih, penanaman baru, perluasan, perubahan jenis
tanaman, keragaman jenis tanaman termasuk sarana
penunjangnya. Besarnya NJOP atas obyek pajak sektor
perkebunan ditentukan sebagai berikut:
a. Areal kebun adalah sebesar NJOP berupa tanah ditambah
dengan Jumlah Investasi Tanaman Perkebunan sesuai dengan
Standar Investasi menurut umur tanaman,
b. Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan
perkebunan adalah sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya
dengan penyesuaian seperlunya,
c. Obyek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi
biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah
dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian ke
dalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual
bangunan sebagaimana diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998.
3. NJOP atas Sektor Kehutanan
Sektor Kehutanan adalah Obyek PBB yang meliputi areal
pengusahaan hutan dan budidaya hutan. Besarnya NJOP atas
obyek pajak sektor kehutanan ditentukan sebagai berikut:
a. Areal hutan adalah sebesar NJOP berupa tanah ditambah
dengan Jumlah Biaya Pembangunan Hutan Tanaman Industri
menurut umur tanaman,
b. Areal emplasemen dan areal lainnya dalam kawasan hutan
adalah sebesar NJOP berupa tanah sekitarnya dengan
penyesuaian seperlunya,
c. Obyek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi
biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah
dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian ke
dalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual
bangunan sebagaimana diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998.
4. NJOP atas Sektor Pertambangan.
Sektor Pertambangan adalah Obyek PBB yang meliputi areal usaha
penambangan bahan-bahan galian dari semua golongan yaitu
bahan galian strategis, bahan galian vital dan bahan galian lainnya.
7
5. NJOP atas Sektor Perikanan
Usaha Bidang Perikanan adalah semua usaha perorangan atau
badan yang memiliki ijin usaha untuk menangkap atau
membudidayakan sumber daya ikan, termasuk semua jenis ikan
dan biota perairan lainnya serta kegiatan menyimpan,
mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial.
Besarnya NJOP atas obyek pajak usaha bidang perikanan laut
ditentukan sebagai berikut:
a. Areal penangkapan ikan adalah 10 x hasil bersih ikan dalam
satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
b. Areal pembudidayaan ikan adalah 8 x hasil bersih ikan dalam
satu tahun sebelum tahun pajak berjalan
c. Areal emplasemen dan areal lainnya adalah sebesar NJOP
berupa tanah sekitarnya dengan penyesuaian seperlunya
d. Obyek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi
biaya pembangunan baru setiap jenis bangunan setelah
dikurangi penyusutan fisik berdasarkan metode penilaian ke
dalam klasifikasi, penggolongan dan ketentuan nilai jual
bangunan sebagaimana diatur dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 523/KMK.04/1998.
6. NJOP atas Objek Pajak yang Bersifat Khusus
Obyek Pajak Khusus adalah obyek pajak yang memiliki jenis
konstruksi khusus baik ditinjau dari segi bentuk, material
pembentuk maupun keberadaanya memiliki arti khusus seperti:
lapangan golf, pelabuhan laut, pelabuhan udara, jalan tol, pompa
bensin, dan lain-lain. Besarnya NJOP atas obyek pajak yang bersifat
khusus ditentukan sebagai berikut:
a. Areal tanah adalah sebesar NJOP berupa tanah di sekitarnya
dengan penyesuaian seperlunya
b. Areal perairan untuk kepentingan pelabuhan, industri,
lapangan golf serta tempat rekreasi adalah sebesar nilai jual
yang ditentukan berdasarkan korelasi garis lurus ke samping
dengan klasifikasi NJOP permukaan bumi berupa tanah
sekitarnya
c. Areal perairan untuk kepentingan PLTA adalah sebesar 10 x
(10% dari Hasil bersih dalam satu tahun sebelum tahun pajak
berjalan),
d. Obyek Pajak berupa bangunan adalah sebesar nilai konversi
baru setiap jenis bangunan setelah dikurangi penyusutan fisik
berdasarkan metode penilaian ke dalam klasifikasi,
8
penggolongan dan ketentuan nilai jual bangunan sebagaimana
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
523/KMK.04/1998.
9
2.10 Tempat Pembayaran PBB
10
BAB III
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12