Anda di halaman 1dari 4

Perilaku menyimpang dari Lesbian-Gay-Biseksual-Transgender (LGBT), merupakan

gaya hidup Barat yang diadopsi di negeri-negeri muslim. Sosialisasi dilakukan


dengan gencar melalui media masa. Kerusakan moral ini sudah merambah ke
berbagai kalangan.

Bukan saja memasuki kalangan kelas atas, tapi sudah sampai kelas bawah. Bukan
hanya ada di kota-kota besar, tetapi sudah masuk sampai pelosok pedesaan terpencil.
Target akhirnya adalah dibolehkannya terjadi perkawinan sesama jenis. Na’udzu
billahi min dzalik!!!

Virus LGBT ini sangat berbahaya dan mengancam generasi muda muslim. Apalagi
diduga perilaku menyimpang ini sudah mulai terlihat pada usia dua tahun dan
semakin menguat menjelang remaja. Bagaimana jadinya penyebaran Islam dan nasib
umat, kalau para pemudanya sudah banyak yang terjerumus dalam perilaku LGBT?

Oleh karena itu, para orangtua harus segera bertindak cepat dan tegas. Ajarkan dan
terapkanlah syariat Islam dalam mendidik anak-anaknya sejak dini. Sehingga kita
bisa mencegah penularan virus LGBT dan mematikannya!
Berikut cara-cara mencegah virus LGBT :

 Pakaian yang menutup aurat

Sejak usia dini, anak-anak harus tahu perbedaan pakaian muslim untuk laki-laki dan
wanita. Fungsi pakaian adalah untuk menutup aurat. Aurat lelaki dan wanita jauh
berbeda.

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah saw telah melaknat seorang pria yang
berpakaian menyerupai pakaian wanita dan melaknat seorang wanita yang berpakaian
menyerupai pakaian pria.

Ibn Malykah juga menyatakan: Pernah dikatakan kepada Aisyah ra: “Sesungguhnya
ada seorang wanita yang mengenakan terompah”. Aisyah berkata: “Rasulullah telah
melaknat wanita yang menyerupai pria”.

Tingkah laku lelaki dan wanita


Abdullah bin Amr bertutur bahwa Rasul bersabda: “Bukan termasuk golongan kami
wanita yang menyerupai pria”.

Ibn Abbas bertutur: “Rasulullah telah melaknat pria yang menyerupai wanita dan
wanita yang menyerupai pria”. Rasulullah bersabda: “Keluarkanlah oleh kalian para
wanita yang menyerupai pria dari rumah-rumah kalian. Rasulullah lantas
mengeluarkan seseorang dan Umar pun mengeluarkan seseorang”.

Sikap tomboy bagi seorang wanita atau sikap lebay lemah gemulai bagi seorang pria
sangat dilarang dalam Islam.

 Teman Pergaulan
Rasulullah saw bersabda: “Seseorang dilihat dari siapa temannya”. Orangtua harus
memperhatikan siapa yang menjadi teman dari anaknya. Bagaimana akhlaqnya,
keluarganya, agamanya, dll. Kalau temannya baik, maka anak itu menjadi baik.
Kalau temannya buruk perangainya, maka seorang anak bisa tertular keburukannya.

Orangtua bisa mencarikan teman yang baik buat anaknya, dengan memperkenalkan
dan mendekatkan anaknya dalam suatu kegiatan yang positif dengan anak teman yang
sudah dikenalnya sebagai orang yang baik agamanya.

Dalam hadits: “Jika seseorang yang berkumpul dalam suatu tempat, maka dia
termasuk golongan orang-orang tersebut”. Kalau berkumpul di tempat kajian ke-
Islaman, maka dianggap sebagai golongan orang-orang yang mengkaji Islam
meskipun belum berniat untuk mengkaji Islam. Kalau bergabung dengan kaum
gay/lesbian, maka dianggap sebagai gay/lesbian meskipun dia tidak mau menjadi
gay/lesbian.

Remaja jangan berprinsip “yang penting asal gaul”. Tidak peduli dengan siapa saja
dia bergaul. Dianggapnya, bergaul bebas dengan berbagai kalangan adalah suatu
kebaikan. Disinilah peran orangtua agar dapat membimbing anak untuk selektif
dalam memilih teman.

Ghodhul Bashor (Menundukkan Pandangan) Islam telah memerintahkan kepada pria


dan wanita agar menundukkan pandangannya serta memelihara kemaluannya (QS An
Nur: 30-31). Fadhl ibn Abbas pernah memboncengi Rasulullah saw. Tiba-tiba
datanglah Khuts’amiyah bertanya kepada nabi. Fadhl memandang wanita tersebut
dan si itu wanita pun memandangnya. Kemudian Rasulullah saw memalingkan wajah
Fadhl dari wanita itu. Ibn Abbas lalu berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah,
mengapa anda menundukkan leher keponakan anda ini? Rasulullah saw menjawab:
“Aku melihat seorang pemuda dengan seorang pemudi yang tidak aman dari
gangguan syetan”.

Menahan pandangan dari setiap pria ataupun wanita merupakan tindakan


pemeliharaan diri yang hakiki bagi mereka masing-masing. Sebab, mata merupakan
sarana praktis kearah perbuatan yang terlarang.

Pergaulan Bebas
Islam melarang pergaulan bebas. Pria dan wanita dilarang berkhalwat, yaitu berdua-
duaan di suatu tempat yang tidak memberikan kemungkinan orang lain untuk
bergabung dengan keduanya, kecuali dengan ijin keduanya. Jadi, pacaran itu
dilarang. Karena aktivitas utama pacaran adalah berkhalwat. Target berkhalwat
hanya satu, yaitu melampiaskan nafsu seksual.

Ketika wanita dan pria gampang melakukan pergaulan bebas, maka akan sampai pada
titik jenuh dimana timbul kebosanan antar lawan jenis. Akhirnya beralihlah mereka
kepada pelampiasan seksual terhadap sesama jenis.

Pisahkan tempat tidur


Rasulullah saw bersabda: …”pisahkanlah tempat tidur mereka ketika berumur 10
tahun…”. Islam mengajarkan tentang tindakan preventif ketika menjelang usia balligh
agar dipisahkan tempat tidur kakak-beradik yang berlainan jenis.

Jenis Pekerjaan Pria dan Wanita


Jenis pekerjaan pria dan wanita disesuaikan dengan tanggung jawab pria dan wanita
dalam syariat, ataupun tabiat khusus dari pria dan wanita. Pria dalam keluarga
bertanggung jawab sebagai kepala rumah tangga yang berkewajiban memberikan
nafkah, dan lebih banyak berada di luar rumah. Anak lelaki harus diajarkan pekerjaan
yang membutuhkan tenaga dan kekuatan mental lebih kuat. Sedangkan wanita
bertanggung jawab menjadi istri dan ibu. Anak perempuan harus diajarkan pekerjaan
seorang istri dan ibu. Dan hukum asal wanita adalah berada di dalam rumah.

Selain itu, Islam melarang pria dan wanita melakukan amal perbuatan yang
membahayakan akhlak atau yang dapat merusak jamaah Islam. Jadi seorang pria atau
wanita dilarang melakukan pekerjaan yang hanya menonjolkan aspek sensualitas
kelelakian atau kewanitaannya.

 Permudah Pernikahan

Islam mendorong para perjaka dan para gadis untuk menikah secara bertanggung
jawab. Naluri seksual hanya boleh terjadi dalam lembaga pernikahan saja.
Rasulullah saw bersabda: “Wahai pemuda, siapa saja di antara kalian mampu
menanggung beban hendaklah segera menikah.” Jadi “Daripada haram pacaran, lebih
baik menikah

Daripada sekolah (SMP/SMA) menjadi ajang pacaran, lebih baik dibuat kebijakan
tidak mempersulit remaja yang sudah menikah untuk bersekolah. Mestinya remaja
yang sedang bersekolah ketahuan pacaran, ditangkap, diberi peringatan, dan jalan
terakhir dikeluarkan.

 Puasa Sunnah

Bagi para pemuda yang belum memungkinkan melakukan pernikahan disebabkan


keadaan tertentu, hendaknya memiliki sifat ‘iffah (senantiasa menjaga kehormatan)
dan mampu mengendalikan hawa nafsu. Rasul bersabda: …”Siapa saja yang tidak
mampu menikah hendaknya melakukan shaum, karena shaum adalah perisai
baginya”.

Shaum dilakukan untuk meningkatkan keimanan remaja, sehingga mampu


mengendalikan nafsu seksual.

 Selektif Memilih Tontonan dan Bacaan

Media masa begitu gencarnya menayangkan tontonan yang memicu munculnya


gejolak seksual. Mulai dari sinetron, lagu, film, tarian, bacaan, bahkan sampai
iklannya.

Orangtua harus berperan aktif untuk meyeleksi tontonan dan bacaan anak, agar anak
tidak didominasi oleh naluri seksual.

 Keluarga harmonis
Orangtua harus dapat memberi kenyamanan kepada anak-anaknya. Anak-anak harus
mendapatkan curahan kasih sayang dan perhatian yang cukup dari bapak atau ibunya.
Jangan sampai keluarga menjadi berantakan dan menimbulkan trauma bagi anak-
anaknya, sehingga mendorong timbulnya perilaku menyimpang.

 Kepedulian terhadap lingkungan

Ketika ada kerusakan yang terjadi di lingkungannya, orangtua harus memberitahu


kepada anak apa penyebabnya dan rambu-rambu yang harus diperhatikan aanda yang
gar tidak terjerumus. Bahkan kalau perlu dilibatkan dalam usaha memberantas
kerusakan tersebut. Informasi ini perlu disampaikan dalam suasana dialogis ataupun
pengarahan secara tegas dari orangtua.

Oke semoga bermanfaat bagi anda yang sudah membaca Artikel di atas,Terimkasih :)

Anda mungkin juga menyukai