PENDAHULUAN
Varisela adalah infeksi akut primer oleh virus varisela zoster yang
varisela adalah virus varisela-zoster (VVZ) (Aisah & Handoko, 2015 : 129).
yang cukup tinggi. Sekitar 607 kasus dilaporkan oleh rumah sakit tersebut
selama kurun waktu tahun 1994-1995. Di Indonesia, dari data rumah sakit
Serikat rata-rata kematian adalah 2 per 100.000 kasus pada dewasa. Kematian
cukup tinggi yaitu 5 sampai 25%. Pada penderita yang selamat akan
terjadi dengan cepat secara airborn infection, terutama pada orang serumah
1
2
biasanya gejala lebih berat dan mudah mengalami komplikasi (Aisah &
tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya
erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah
lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian atas (Aisah & Handoko, 2015 :
129).
Obat antivirus bermanfaat bila dalam waktu 24 jam setelah muncul erupsi
dan melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas (SKDI, 2012 : 54).
1. Untuk institusi
2. Untuk masyarakat
3. Untuk penulis
2.1 Definisi
kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. Nama lain
dari varisela adalah Chicken pox, cacar air (Aisah & Handoko, 2015 : 129).
oleh paparan virus varisela zoster (VVZ), dan ditandai dengan ruam vesikuler
makulopapular; demam dan malaise (Bhatti et all, 2014 ; Siregar, 2014 : 88).
2.2 Epidemiologi
Handoko, 2015 : 129). Setengah infeksi primer terjadi sebelum usia 5 tahun
yang kurang dari 10 tahun dan kurang dari 5 % pada individu yang berusia
lebih dari 15 tahun. Tahun 1988 sampai 1995, sekitar 11.000 orang menjalani
rawat inap dan terjadi 100 kematian yang disebabkan oleh varisela setiap
tahun di Amerika Serikat. Risiko rawat inap dan kematian jauh lebih tinggi
pada bayi dan orang dewasa dari pada anak-anak (Wofl et all, 2012 : 2383)
5
6
di Amerika Serikat. Tahun 1995 hingga tahun 2000, kasus varisela yang
semua kelompok umur, termasuk bayi dan orang dewasa (Wolf et all, 2012 :
2384).
musiman yang fluktuatif, insiden paling sering terjadi pada musim hujan dan
awal musim panas. Data terkait musim lebih jarang dilaporkan pada daerah
pasien yang rentan di bangsal rumah sakit. Lebih dari 95 % kasus varicella
melalui sekret dari traktus respiratorius. Transmisi juga dapat terjadi melalui
droplet, kontak langsung, atau dari inhalasi aerosol, baik dari cairan vesikuler
atau luka kulit dari varisela maupun herpes zoster yang akut (CDC, 2015).
7
seiring bertambahnya usia. Bila ditemukan hespes zoster pada anak, sebaiknya
2.3 Etiologi
virus ini memberi pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan
& Handoko, 2015 : 129 ; Harahap, 2013 : 94). Virus varisela zoster
merupakan anggota famili herpes virus. Virion VVZ berbentuk bulat, diameter
150 – 200 nm (Aisah & Handoko, 2015 : 129). Kelompok lain dari herpes
virus yang patogen untuk manusia adalah HSV-1 dan HSV-2, sitomegalovirus
roseola, dan sarkoma kaposi terkait herpes virus, atau disebut juga HHV-8.
DNA VVZ mengkode lebih dari 70 macam protein, yang sebagian besar
memiliki urutan DNA yang sama dengan virus herpes lainnya (Wolf et all,
2012 : 2385). Salah satunya adalah enzim thymidine kinase yang rentan
fibroblast in vitro, sel limfosit T teraktivasi, sel epitel dan sel epidermal in
vivo untuk replikasi produktif, serta sel neuron. Virus varisela dapat
membentuk cyncitial cell dan menyebar secara langsung dari sel ke sel
dan seluler (Aisah & Handoko, 2015 : 129 ; Wolf et all, 2012 : 2385).
2.4 Patogenesis
viremia primer (Aisah & Handoko, 2015 : 129). Virus akan difagosit oleh sel
sekunder yang terjadi 2 minggu setelah infeksi. Hal ini menyebabkan panas
dan malaise serta timbulnya erupsi varisela, terutama di bagian sentral tubuh
menjadi laten di ganglion dorsalis posterior. Pada suatu saat, bila terjadi
reaktivasi VVZ, dapat terjadi menifestasi herpes zoster, sesuai dermatom yang
2014 : 19). Gejala klinis dimulai dengan gejala prodromal. Pada anak-anak,
jarang terjadi gejala prodromal (Wolf et all, 2012 : 2386). Pada remaja dan
sakit punggung, dan pada beberapa individu dapat disertai sakit tenggorokan
papul eritematosa yang berkembang cepat menjadi vesikel (Aisah & Handoko,
2015 : 129). Ciri khas dari vesikel varisela adalah berdiameter 2 sampai
10
3 mm, berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit,
tetesan embun (tear drops). Dalam beberapa jam, cairan vesikel akan berubah
Vesikel yang baru akan timbul lagi di sekitar vesikel yang lama,
40,50 C (1050 F) pada kasus yang berat disertai luasnya erupsi kulit. Demam
sekunder atau komplikasi yang lain. Jika terdapat infeksi sekunder akan terjadi
11
pembesaran kelenjar getah bening regional. Penyakit ini biasanya disertai rasa
lendir mata, mulut, dan saluran pernapasan atas (Aisah & Handoko, 2015 :
129).
2.5.1 Anamnesa
beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel ini khas berupa
tetesan embun (tear drops). Vesikel akan menjadi keruh dan kemudian
12
varisela. Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal (Aisah & Handoko,
2015 : 129).
demam, malaise, sakit kepala, lesi kulit yang gatal, adanya riwayat
sakit berat atau sehabis dirawat di rumah sakit (Permenkes, 2014 : 20).
embun (tear drops) di atas dasar yang eritematosa, pustul, dan krusta.
dapat menyerang selaput lendir mata, mulut, dan saluran napas bagian
histopatologi. Ditemukannya sel datia berinti banyak dan sel epitel yang
lesi kulit yang disebabkan oleh VVZ. Sel-sel ini dapat ditemukan pada
pemeriksaan ini tidak spesifik untuk varisela (Aisah & Handoko, 2015 :
129).
dengan infeksi dari HSV adalah dengan dilakukan isolasi kultur virus
yang dapat mengkultur VVZ untuk analisis lebih lanjut, misalnya untuk
banyak tempat. Metode ini dapat mendeteksi infeksi VVZ lebih cepat
spesifisitas sangat tinggi, dan waktu yang cepat. Cara ini telah
1. Variola
prodromal, yaitu nyeri kepala, nyeri tulang dan sendi disertai demam
termasuk telapak tangan dan telapak kaki. Penunjang diagnosis terdiri atas
elektron, dan deteksi antigen virus pada agar-sel (Aisah & Handoko, 2015
: 130).
2. Skabies impetigenisata
predileksi di lipatan kulit yang tipis, hangat, dan lembab. Gejala klinisnya
3. Herpes zoster
nyeri otot lokal, nyeri tulang, pegal, gatal. Dapat juga dijumpai gejala
prodromal, timbul erupsi kulit yang biasanya gatal atau nyeri terlokalisata
acid varicella zoster virus, isolasi virus dari sediaan hapus lesi atau
tes diagnostik yang paling sensitif dan spesifik. (Wolf et all, 2012 : 2390)
4. Dermatitis kontak
iritan dan dermatitis kontak alergik. Pada reaksi iritan kelainan kulit
16
erosi. Pada kontak alergi pasien umumnya mengeluh gatal, stadium akut
5. Sifilis sekunder
demam yang tidak tinggi, dan atralgia. Kelainan kulit dapat menyerupai
berbagai penyakit kulit sehingga disebut the great imitator. Lesi dapat
pustule, krusta yang berkonfluensi, dapat timbul ulkus yang ditutupi oleh
lain yang dapat berupa pemeriksaan sinar Rontgen untuk melihat kelainan
yang khas pada tulang, pemeriksaan jumlah sel dan protein total pada
2012 : 2390).
17
2.7 Terapi
2.7.1 Farmakoterapi
terlalu dini, karena itu dapat diberikan bedak yang ditambah dengan zat
diberikan antibiotik oral atau salap (Aisah & Handoko, 2015 : 130).
2012 : 2394).
3 jam pada pasien dengan fungsi ginjal normal dan 20 jam pada pasien
jika dipakai pada luka genitalia. Asiklovir oral, walaupun jarang, dapat
menyebabkan mual, diare, ruam atau sakit kepala; dan sangat jarang
konsentrasi dalam darah yang jauh lebih tinggi dan penggunaan dosis
waktu paruh intrasel selama 10 jam pada sel yang terinfeksi oleh HSV-1,
20 jam pada sel yang terinfeksi HSV-2, dan 7 jam pada sel yang
dapat juga menyebabkan sakit kepala, diare dan mual. Urtikaria dan
ruam sering terjadi pada pasien usia lanjut. Pernah juga terdapat laporan
2012 : 643-644).
yang sangat tinggi terhadap VVZ (Wolf et all, 2012 : 2394). Brivudin
HSV-1 dan timidin kinase VVZ (Louisa & Setiabudy, 2012 : 645).
20
30).
2.8 Komplikasi
yang paling sering terjadi adalah akibat infeksi bakteri sekunder dari lesi kulit
(Wolf et all, 2012 : 2392). Limfadenitis regional dan abses subkutan dapat
tubuh merupakan gejala utama yang biasa terjadi. Komplikasi pada sususan
saraf pusat biasanya terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun dan lebih dari
waktu 24 jam hingga 72 jam. Begitu pula dengan ataxia cerebral biasanya
jika mendapat terapi antibiotik yang sesuai. Namun, pada pasien leukopenia,
mengkonsumsi aspirin pada saat muncul gejala akut. Etiologinya masih belum
jelas, namun telah terjadi penurunan angka kejadian yang drastis dari sindrom
(CDC, 2015).
Handoko, 2015 : 129). Pada orang dewasa, demam dan gejala konstitusional
varisela primer adalah komplikasi utama pada orang dewasa. Beberapa pasien
tanpa gejala, namun pada pasien yang lain menimbulkan gejala batuk, dispnea,
23
takipnea, demam tinggi, nyeri dada pleuritik, sianosis, dan hemoptisis yang
meningkatkan angka kematian janin (Wolf et all, 2012 : 2392). Varisela pada
2.9 Prognosis
yang baik dan dapat mencegah timbulnya jaringan parut (Aisah & Handoko,
2015 : 131).
2.10 Pencegahan
24
Serikat dari tahun 1970 sampai tahun 1990 menunjukkan bahwa VVZ hidup
melindungi anak-anak yang rentan terhadap varisela. Pada tahun 1995, FDA
rutin pada anak 12 bulan sampai 12 tahun (Wolf et all, 2012 : 2396 ; CDC,
2015).
strain) dan kekebalan yang didapat dapat bertahan hingga 10 tahun. Vaksin
ini digunakan di Amerika sejak tahun 1995 dengan daya proteksi melawan
varisela berkisar 71 sampai 100 %. Vaksin ini efektif jika diberikan pada
reaksi lokal seperti ruam makulopapular atau vesikel, tidak boleh diberikan
IgG terhadap virus varisela zoster dengan dosis pemberian satu vial untuk 10
25
yang terpapar oleh ibu yang terinfeksi varisela, setidaknya diberikan dalam
waktu tidak lebih dari 96 jam. Antibodi yang diberikan setelah timbulnya
gejala tidak dapat mengurangi keparahan penyakit yang terjadi. Pada anak-
pada anak-anak yang berusia kurang dari 15 tahun yang belum pernah
menderita varisela dan tidak mempunyai antibody terhadap VVZ, pada bayi
yang baru lahir, dimana ibunya menderita varisela dalam kurun waktu 5 hari
sebelum atau 48 jam setelah melahirkan, pada bayi prematur dan bayi usia ≤
14 hari yang ibunya belum pernah menderita varisela, pada anak-anak yang
menderita leukemia yang belum pernah menderita varisela (Wolf et all, 2012
: 2396).
2.11 Rehabilitasi
jaringan parut yang ditimbulkan oleh bekas lesi. Salah satunya adalah
dengan cara eksisi. Tujuan eksisi adalah membuang secara lengkap ruam
skalpel No. 15. Perhatikan garis tensi kulit relaks (relaxed skin tension lines)
dengan cara menjepit kulit diantara jari telunjuk dan ibu jari sehingga
terlihat alur-alur kulit. Daerah yang akan disayat ditekan dengan jari tangan
dan skalpel diletakkan tegak lurus terhadap permukaan kulit. Kulit disayat
26
pada jenis ruam patologik yang hendak diangkat dan letak anatomis ruam
Penjahitan dilakukan dengan nylon 5-0 atau 6-0 untuk daerah muka. Untuk
dikeringkan, dan diolesi salep antibiotic. Selanjutnya ditutup kain kasa dan
3.1 Kesimpulan
1. Varisela adalah infeksi akut oleh virus varisela zoster yang menyerang
4. Virus varisela zoster masuk ke dalam tubuh melalui mukosa saluran napas
primer. Lalu timbul viremia sekunder kurang lebih dua minggu setelah
bagian sentral tubuh. Setelah erupsi kulit dan mukosa, virus masuk ke
posterior. Pada suatu saat, bila terjadi reaktivasi VVZ, dapat terjadi
27
28
penunjang.
sekunder.
valasiklovir, famsiklovir.
8. Komplikasi pada anak-anak umumnya jarang timbul dan lebih sering pada
yang terinfeksi.
10. Pencegahan varisela dapat dilakukan dengan vaksinasi yang berasal dari
jaringan parut yang terjadi akibat lesi kulit yang ditimbulkan varisela.
3.2 Saran
agar didapatkan data yang lebih lengkap untuk menunjang penelitian yang
2. Bagi masyarakat
3. Bagi penulis
DAFTAR PUSTAKA
Aisah, S. & Handoko, R. 2015. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi 7. Badan
Penerbit FKUI, Jakarta: Hal. 126 – 131, 138 – 139
Bhatti, CVK. et all. 2014. Use of immunization as strategy for outbreak control of
varicella zoster in an institutional setting. Elsevier: India
Harahap, M. 2013. Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates, Jakarta: Hal. 94 – 96, 320 –
231
Safrin, S. 2012. Farmakologi Dasar & Klinik Ed. 10. EGC, Jakarta: Hal. 816 –
820