Perubahan sosial dapat dikatakan terjadi secara lambat (Evolusi) hanya apabila dilihat
dari waktunya. Biasanya waktu perubahan ini terjadi secara lambat, memerlukan rentetan
perubahan kecil secara lamban yang ditunjukan oleh sikap dan perilaku masyarakat yang
menyesuaikan dirinya dengan adanya pergeseran sosial sesuai dengan keperluan, keadaan, dan
kondisi yang baru dan sejalan dengan adanya proses pertumbuhan masyarakat.1[7] Rentetan
perubahan-perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa-peristiwa di dalam
sejarah masyrakat yang bersangkutan. Ada bermacam-macam teori tentang evolusi, pada
umumnya dapat digolongkan kedalam beberapa kategori sebagai berikut:2[8]
Teori ini berpendapat bahwa manusia dan mastarakat (termasuk kebudayaan ) senantiasa
mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk kehidupan
sederhana kebentuk kehidupan yang sempurtna (kompleks). Pelopor teori ini adalah August
Comte, Herbert Spencer, yang kemudian dikembangkan oleh Vilfredo Pareto dalam teori Siklus
(cyclical theory).
Perubahan secaara cepat (Revolusi) akan terjadi pada sendi-sendi atau dasar-dasar pokok
dari kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan) lazimnya dinamakan
revolusi.3[9] Unsur-unsur pokok dari revolusi yaitu adanya perubahan secara cepat pada sendi-
sendi atau dasar-dasar pokok dalam kehidupan masyarakat. Didalam revolusi perubahan-
perubahan terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu maupun terjadi tanpa perencanaan.
Sebenarnya ukuran kecepatan suatu perubahan yang dinamakan revolusi sifatnya relatif sebab
revolusi dapat memakan waktu yang lama. Suatu revolusi dapat berlangsung dengan didahului
pemberontakan (revol, rebellion) yang kemudian menjelma menjadi revolusi.
Perubahan sosial yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan, merupakan
perubahan –perubahan yang terjadi tanpa dikehendak, berlangsung diluar jangkauan pengawasan
masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan
masyarakat. Apabila perubahan yang tidak dikehendaki berlangsung bersamaan dengan suatu
perubahan yang dikehendaki, maka perubahan tersebut mungkin mempunyai pengaruh yang
demikian besarnya terhadap perubahan-perubahan yang dikehendaki. Dengan demikian keadaan
tersebut tidak mungkin diubah tanpa mendapat halangan-halangan masyarakat itu sendiri. Atau
dengan perkataan lain, perubahan yang dikehendaki diterima oleh masyarakat dengan cara
mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada. Atau,
dengan cara membentukyang baru. seringkali terjadi bahwa perubahan yang tidak dikehendaki
dan kedua proses tersebut saling pengaruh-mempengaruhi.
1. Dimensi Kultural
2. Dimensi Struktural
Dimensi struktural mengacu kepada perubahan-perubahan dalam bentuk
structural masyarakat, menyangkut perubahan dalam peranan, munculnya peranan baru,
perubahan dalam struktural kelas sosial dan perubahan lembaga sosial. Secara sederhana
perubahan struktural dijelaskan sebagai berubahnya bentuk lama diganti dengan bentuk-
bentuk baru yang secara tidak langsung dapat menimbulkan difusi kebudayaan. Bentuk
umum dan bentuk baru dapat diganti dan dimodivikasi secara terus-menerus.
3. Dimensi Interaksional
Perubahan sosial menurut dimensi interaksional mengacu pada adanya peubahan
pola hubungan sosial di dalam masyarakat. Modifikasi dan perubahan dalam struktur
daripada komponen-komponen masyarakat bersamaan dengan pergeseran dari
kebudayaan yang membawa perubahan dalam relasi sosial. Hal seperti frekuensi, jarak
sosial, peralatan, keteraturan dan peranan undang-undang, merupakan skema pengaturan
dari dimensi spesifik dari perubahan relasi sosial. Artinya, perubahan sosial dalam
banyak hal dapat dianalisis dari proses interaksi sosial.
Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat, pada umumnya disebut dengan
revolusi. Hal yang pokok dari revolusi adalah terdapatnya perubahan yang terjadi dengan cepat,
disamping itu perubahan tersebut menyangkut dasar-dasar atau sendi-sendi pokok dari kehidupan
manusia. Perubahan yang terjadi secara revolusi dapat direncanakan terlebih dahulu ataupun
tidak direncanakan.
Perubahan yang terjadi secara revolusi, sebenarnya kecepatan berlangsungnya perubahan adalah
relatif, dikarenakan ada suatu revolusi yang berlangsung lama. Misal, Revolusi Industri di
Inggris yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dari proses produksi tanpa mesin, hingga proses
produksi menggunakan mesin. Perubahan seperti ini dianggap perubahan yang cepat, karena
mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat, yaitu adanya sistem hubungan antara buruh
dan majikan.
Dapat dikatakan telah terjadi suatu revolusi, bila telah memenuhi beberapa syarat yang
meliputi:
1. Harus ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat
harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk
mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
2. Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin
masyarakat tersebut.
5. Harus ada momentum, yaitu saat dimana segala keadaan dan faktor sudah tepat dan baik
untuk memulai suatu gerakan. Apabila momentum keliru maka revolusi dapat gagal,
contoh, Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan revolusi yang momentumnya
amat tepat.
Sedangkan perubahan sosial yang kecil adalah perubahan-perubahan yang terjadi j pada
unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa akibat yang langsung pada masya-, rakat.
Misalnya, perubahan bentuk potongan rambut, tidak akan membawa pengaruhi yang berarti bagi
masyarakat secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan tidak akan menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Perubahan yang dikehendaki dapat timbul sebagai suatu reaksi terhadap perubahan-
perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi pada waktu sebelumnya, baik itu merupakan
perubahan yang direncanakan ataupun tidak direncanakan. Terjadinya suatu perubahan yang
direncanakan, maka perubahan berikutnya merupakan perkembangan selanjutnya, hingga
merupakan suatu proses. Tetapi, bila sebelumnya telah terjadi perubahan-perubahan yang tidak
dikehendaki, maka perubahan yang dikehendaki dapat dianggap sebagai pengakuan terhadap
perubahan-perubahan sebelumnya, hingga dapat diterima oleh masyarakat luas.
Perubahan sosial dapat terjadi dibidang pendidikan. Hal ini seiring dengan
berkembangnya metode pengajaran dan kurikulum yang berlaku. Selain itu, perkembangan
teknologi juga membuat perubahan pada pendidikan. Nah, apa sajakah contoh perubahan sosial
dibidang pendidikan? Langsung saja kita simak yang pertama:
1. Cara Mengajar
Cara mengajar berubah seiring perkembangan jaman. Berbagai penelitian telah dilakukan
terutama dalam bidang psikologi pada peserta didik. Tentu saja mereka menginginkan cara
mengajar yang lebih baik sehingga mudah dipahami oleh peserta didik. Selain itu, perkembangan
teknologi juga semakin memajukan cara mengajar. Seperti penggunaan proyektor dalam
mengajar.
2. Kekerasan
Cobalah tanya pada orangtua Anda tentang bagaimana cara guru mereka mengajar.
Dahulu, guru memperlakukan muridnya dengan sangat kasar hingga ada yang sampai terluka.
Namun, saat ini telah ada undang-undang perlindungan anak. Sehingga guru jaman sekarang
tidak bisa melakukan muridnya dengan kasar.
3. Metode Belajar
Di beberapa sekolah, metode belajar berubah menjadi lebih modern. Seperti penggunaan
laptop dan tablet PC. Di sekolah pun sering disediakan WiFi untuk mempermudah siswa untuk
mengakses internet dan mencari sumber belajar.
4. Membuat Tugas
Dahulu, siswa mengerjakan tugas dengan cara pergi ke perpustakaan lalu meneliti seluruh
isi buku kemudian menuliskan tugasnya dalam secarik kertas. Sekarang sangat berbeda: cari di
internet, salin, cetak, selesai.
5. Kurikulum
1. Cara Berkomunikasi
Kalau sekarang sangat mudah, pakai smartphone ataupun Komputer kita bisa berkomunikasi
secara kilat dengan berbagai media aplikasi.
2. Pakaian
Tadinya masyarakat kerap memakai baju tradisional atau baju adat daerah masing-masing, kalau
sekarang mereka memakai baju bisa karena mengikuti trend atau sekedar ingin mengenakan
sesuai selera mereka.
3. Gaya Hidup
Gaya hidup kebanyakan orang juga berubah, ada yang menjadikan sebagai gaya hidup
yang baik seperti vegetarian. Namun ada pula yang sesat seperit mengkonsumsi narkoba.
4. Pertanian
Ada petani yang cerdas memanfaatkan perubahan sosial budaya dengan cara
meningkatkan produktifitas kerjanya dengan teknologi yang sudah berkembang namun ada pula
yang tidak.
Selain itu kasus di Indonesia bisa dibilang dalam sektor pertanian sangat menurun karena
cenderung suka membeli produk dari negara lain dibandingkan dengan produk lokal.
5. Westernisasi
Westernisasi atau kebarat-baratan sudah bukan hal langka untuk dijumpai, bahkan di
Indonesia sendiri sudah lama terjangkit seperti masuknya budaya Halloween maupun Valentine
yang kontroversial.
6. Ekonomi
Dalam faktor ekonomi, hampir menyinggung seperti ekonomi. Contoh saja masyarakat
lebih memilih berlibur ke luar negri dibanding dalam negri. Membeli barang merk luar negeri
dibanding negara sendiri.
7. Kepercayaan (Religi)
Contoh nyata, dahulu orang Indonesia berpegang teguh pada ajaran nenek moyang atau
leluhur mereka yang telah tiada, namun sekarang mereka mengedepankan logika dan dengan
bukti-bukti yang telah ada.
8. Pola Hidup
Semakin kesini masyarakat lebih memilih membeli sesuatu dibanding membuat sesuatu,
mungkin saja karena kita terlena dengan teknologi yang ada.
9. Perilaku
Dalam kasus ini banyak contoh anak yang suka membantah kepada orang tua mereka.
Emansipasi wanita semakin berkembang, di Indonesia tempo dulu wanita hanya berperan
sebagai pendukung rumah tangga yang kerjaanya di rumah terus. Sekarang mereka bisa bekerja
sesuai kemampuan mereka.
Teknologi informasi semakin berkembang, berbagai media cetak online maupun offline
banyak beredar. Namun kita harus bisa mengolah informasi yang ada dengan fakta yang memang
benar-benar valid.
Banyak pelajar yang suka mencontoh artis idola mereka sehingga menimbulkan efek
“hitz” dalam pergaulan mereka. Namun juga harus dalam pengawasan yang pas supaya apa yang
mereka lakukan tidak berlebihan.
13. Kesenian
Karena banyaknya berbagai kesenian yang masuk dari luar negeri, beberapa kesenian asli
dari Indonesia sudah jarang ditemukan. Namun tetap saja masih ada yang populer dan
dilestarikan hingga saat ini.
Perubahan sosial selalu terjadi dan mencakup semua bidang. Salah satunya adalah bidang
ekonomi. Perubahan sosial dibidang ekonomi mencakup gaya hidup dan aktivitas ekonomi pada
masyarakat. Perubahan ini tentu saja ada dampak baik dan buruknya. Nah, apa sajakah
perubahan sosial dibidang ekonomi? Langsung saja kita simak yang pertama:
Gaya hidup konsumtif adalah fenomena yang terjadi di jaman sekarang. Penyebab
utamanya adalah rasa gengsi di masyarakat dan keinginan akan mengikuti sebuah trend. Salah
satu contohnya yang fenomenal adalah fenomena mengganti smartphone baru dan makan-
makanan yang mewah. Itu disebabkan karena mereka merasa gengsi dan tergiur dengan diskon
yang tidak biasa terjadi. Akibatnya, kemiskinan semakin merajalela akibat sifat boros ini.
Sejak bangsa kita dijajah, kita mulai ‘dihipnotis’ oleh mereka supaya kita menganggap
bahwa produknya lebih baik daripada produk dalam negeri. Hal ini membuat kita selalu memilih
produk luar negeri ketimbang produk dalam negeri. Apalagi dengan masuknya budaya asing
dengan mudah ke Indonesia, kecintaan masyarakat akan produk luar negeri semakin meningkat.
3. Korupsi
Sifat manusia yang tidak pernah puas dan cenderung lebih memikirkan dirinya sendiri
menghasilkan budaya korupsi. Budaya ini tentu saja sangat merugikan negara. Seharusnya uang
tersebut digunakan untuk membangun sarana yang baik untuk rakyat, malah digunakan untuk
memenuhi rasa kerakusan para pejabat.
4. Berutang
Kebiasaan berutang dan mencicil sudah mulai tumbuh sejak ada gaya hidup boros.
Mereka menjadi suka berutang untuk membeli kebutuhan pokok. Sementara untuk memenuhi
keinginannya (bukan kebutuhan) yang mahal, mereka mencicilnya.
Kesadaran untuk menabung semakin meningkat. Hal ini mungkin dikarenakan bunga
deposito yang semakin tinggi dan berbagai penawaran menarik dari bank. Selain itu, kesadaran
untuk berasuransi juga meningkat.