PENDAHULUAN
1
3. Apa etiologi dari struma?
4. Apa manifestasi klinis dari struma?
5. Bagaimana patofisiologi dari struma?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada klien struma?
7. Apa saja komplikasi yang terjadi akibat penyakit struma?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien struma?
2
Situasi hipertiroid di Indonesia. Hasil pemeriksaan TFH pada riskesdas
2007 mendapatkan 12,8% laki-laki dan 14,7% perempuan memiliki kadar TFH
rendah yang menunjukkan kecurigaan adanya hipertiroid. Namun, menurut hasil
riskesdas 2013, hanya terdapat 0,4% penduduk Indonesia yang buria 15 tahun
atau lebih yang berdasarkan wawancara mengakui terdiagnosis hipertiroid.
Meskipun secara presentasi kecil, namun secara kuatintas cukup besar. Jika pada
tahun 2013 jumlah penduduk usia lebih dari 15 tahun sebanyak 176.689.336 jiwa
maka terdapat lebih dari 700 orang terdiagnosis hipertiroid dengan rincian
masing-masing provinsi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No Provinsi % Jumlah penduduk Perkiraan jumlah
lebih dari 15 tahun penduduk lebih dari 15
tahun terdiagnosis
hipertiroid
1. Aceh 0,3 3.177.085 9531
2. Sumatera Utara 0,3 8.939.623 26819
3. Sumatera Barat 0,3 3.427.772 10283
4. Riau 0,1 4.107.117 4107
5. Jambi 0,2 2.312.659 4625
6. Sumatera Selatan 0,1 5.479.724 5480
7. Bengkulu 0,2 1.249.238 2498
8. Lampung 0,2 5.560.440 11121
9. Bangka Belitung 0,4 944.839 3779
10. Kepulauan Riau 0,2 1.368.920 2738
11. DKI Jakarta 0,7 7.609.272 53265
12. Jawa Barat 0,5 32.162.328 160812
13. Jawa Tengah 0,5 24.089.433 120447
14 DIY 0,7 2.777.211 19440
15. Jawa Timur 0,6 28.855.895 173135
16 Banten 0,4 8.074.025 32296
17. Bali 0,4 3.068.044 127272
18. NTB 0,2 3.202.734 6405
19. NTT 0,4 3.116.580 12466
20. Kalimantan Barat 0,1 3.072.565 3073
21. Kalimantan 0,2 1.608.217 3216
Tengah
22. Kalimantan 0,2 2.722.366 5445
Selatan
23. Kalimantan Timur 0,3 2.753.491 8260
24. Sulawesi Utara 0,5 1.698.831 8494
25. Sulawesi Tengah 0,4 1.861.021 7444
3
26. Sulawesi Selatan 0,5 5.738.932 28695
27. Sulawesi 0,3 1.539.436 4618
Tenggara
28. Gorontalo 0,3 754.682 2264
29. Sulawesi Barat 0,3 800.638 2402
30. Maluku 0,2 1.061.677 2123
31. Maluku Utara 0,2 718.103 1436
32. Papua Barat 0,2 557.486 1115
33. Papua 0,2 2.148.954 4298
INDONESIA 0,4 176.689.336 706757
4
2.4 Manifestasi Klinis Struma
1. Berdebar-debar/meningkatnya denyut nadi
Berdebar-debar dan terasa berat pada bagian jantung akibat kerja
perangsangan jantung, sehingga curah jantung dan tekanan darah sistolik
akan meningkat. Bila akhirnya penyakit ini menghebat, bias timbul
fibrilasi atrial dan akhirnya gagal jantung kongestif. Tekanan nadi hampir
selalu dijumpai meningkat (pulsus celer) Pulsus celer biasanya terdapat
pada peyakit 3A, 3B dan IN (anemia gravis, arterioveneus shunt, aorta
insufficiency, botali persisten, beri-beri, basedow dan nervositas.
Pembuluh darah di perifer akan mengalami dilatasi. Laju filtrasi
glomerulus, aliran plasma ginjal, serta traspor tubulus akan meningkat di
ginjal, sedangkan di hati pemecahan hormone steroid dan obat akan
dipercepat.
2. Keringat
Metabolisme energi tubuh akan meningkat sehingga meningkatkan
metabolisme panas, proteolisis, lipolisis, dan penggunaan oksigen oleh
tubuh. Metabolisme basal hampir mendekati dua kalinya menyebabkan
pasien tidak tahan terhadap hawa panas lalu akan mudah berkeringat.
3. Konstipasi
Karena pada penderita kurang asupan nutrisi dan cairan, yang mengakibat
kurangnya atau tidak adanya nutrisi dan cairan yang bisa diserap oleh
usus. Maka dari itu system eliminasi pada penderita struma terganggung.
4. Gemetar
Kadang-kadang pasien menggerakkan tangannya tanpa tujuan tertentu,
timbul tremor halus pada tangan
5. Gelisah
Peningkatan eksitabilitas neuromuscular akan menimbulkan hiperrefleksia
saraf tepi oleh karena hiperaktifitas dari saraf dan pembuluh darah akibat
aktifitas T3 dan T4. Gangguan sirkulasi ceberal juga terjadi oleh karena
hipervaskularisasi ke otak, menyebabkan pasien lebih mudah terangsang.
Nervous, gelisah depresi dan mencemaskan hal-hal yang sepele.
6. Berat badan menurun
Lipolisis (proses pemecahan lemak yang tersimpan dalam sel lemak
tubuh) menyebabkan berat badan menurun, asam lemak bebas dihasilkan
menuju aliran darah dan bersirkulasi ke tubuh. Lipolisis juga
menyebabkan hiperlipidasidemia dan meningkatnya enzim proteolitik
5
sehingga menyebabkan proteolisis yang berlebihan dengan peningkatan
pembentukan dan ekresi urea.
7. Mata membesar
Gejala mata terdapat pada tirotoksikosis primer, pada tirotoksikosis yang
sekunder, gejala mata tidak selalu ada dan kalaupun ada tidak seberapa
jelas. Pada hipertiroidisme imunogenik (morbus Graves) eksoftalmus
dapat ditambahkan terjadi akibat retensi cairan abnormal di belakang bola
mata; penonjolan mata dengan diplopia, aliran air mata yang berlebihan,
dan peningkatan fotofobia. Penyebabnya terletak pada reaksi imun
terhadap antigen retrobulbar yang tampaknya sama dengan reseptor TSH.
Akibatnya, terjadi inflamasi retrobulbar dengan pembengkakan bola mata,
infiltrasi limfosit, akumulasi asam mukopolisakarida, dan peningkatan
jaringan ikat retrobulbar.
8. Nyeri pada tenggorokan ( Karena area trakea tertekan )
9. Kesulitan bernapas dan menelan ( Karena area trakea tertekan )
Dibagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trachea dan eshopagus,
jika struma mendorong trachea sehingga terjadi kesulitan bernapas yang
akan berdampak pada gangguan pemenuhan oksigen.
10. Suara serak
Struma dapat mengarah kedalam sehingga mendorong pita suara, sehingga
terdapat penekanan pada pita suara yang menyebabkan suara menjadi
serak atau parau.
kelenjar tiroid
Produksinya
7
keadaan pasien yang menggunakan obat-obat goitrogenik untuk
mendeteksi tanda-tanda penyakit gondok sporadik.
2.7 Komplikasi
Karena penyakit gondok biasa atau simple goiter tidak mengubah keadaan
metabolism pasien, komplikasi hanya disebabkan oleh pembesaran kelenjar
tiroid yang menekan jaringan disekitar, menurut Kowalak ( 2011) komplikasi
tersebut meliputi:
Ditress pernapasan
Disfagia
Penggelembungan vena, pembentukan sirkulasi vena koleteral dalam dada
Kongesti pada wajah, sianosis, dan akhirnya distress ( tanda pemberton)
ketika pasien mengangkat kedua lengannya hingga menyentuh sisi kepala.
B. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
8
Pada umumnya keadaan penderita lemah dan kesadarannya
composmentis dengan tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi,
pernafasan dan suhu yang berubah.
b. Kepala dan leher
Pada pasien dengan post operasi thyroidectomy biasanya didapatkan
adanya luka operasi yang sudah ditutup dengan kasa steril yang
direkatkan dengan hypafik serta terpasang drain. Drain perlu
diobservasi dalam dua sampai tiga hari.
c. Sistem pernafasan
Biasanya pernafasan lebih sesak akibat dari penumpukan sekret efek
dari anestesi, atau karena adanya darah dalam jalan nafas.
d. Sistem Neurologi
Pada pemeriksaan reflek hasilnya positif tetapi dari nyeri akan
didapatkan ekspresi wajah yang tegang dan gelisah karena menahan
sakit.
e. Sistem gastrointestinal
Komplikasi yang paling sering adalah mual akibat peningkatan asam
lambung akibat anestesi umum, dan pada akhirnya akan hilang sejalan
dengan efek anestesi yang hilang.
g. Aktivitas/istirahat
Insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi
otot.
h. Eliminasi
Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam faeces, diare.
i. Integritas ego
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil,
depresi
i. Makanan/cairan
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat,
makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah,
pembesaran tyroid.
j. Rasa nyeri/kenyamanan
Nyeri orbital, fotofobia.
9
k. Keamanan
Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi
terhadap iodium (mungkin digunakan pada pemeriksaan), suhu
meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan
kemerahan, rambut tipis, mengkilat dan lurus, eksoptamus : retraksi,
iritasi pada konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi
pada pretibial) yang menjadi sangat parah.
l. Seksualitas
Libido menurun, perdarahan sedikit atau tidak sama sekali, impotensi.
C. Pemeriksaan diagnostik
1. Termografi
Termografi adalah suatu metode pemeriksaan berdasarkan pengukuran
suhu kulit pada suatu tempat. Alatnya adalah Dynamic Tele-
Thermography. Hasilnya disebut n panas apabila perbedaan panas
dengan sekitarnya > 0,9°C dan dingin apabila <0,9°C. Pada penelitian
Alves didapatkan bahwa yang ganas semua hasilnya panas.
Dibandingkan dengan cara pemeriksaan yang lain ternyata termografi
ini adalah paling sensitif dan spesifik.
2. Pemeriksaan sidik tiroid.
Hasil pemeriksaan dengan radioisotope adalah teraan ukuran, bentuk
lokasi, dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid. Pada
pemeriksaan ini pasien diberi Na peroral dan setelah 24 jam secara foto
grafik ditentukan konsentrasi yadium radioaktif yang ditangkap oleh
tiroid.
3. Biopsy dan Sitologi Tiroid
Biopsy ini dilakukan khusus pada keadaan yang mencurigakan suatu
keganasan. Biopsy aspirasi jarum halus tidak nyeri, hampir tidak
menyebabkan bahaya penyebaran sel-sel ganas. Kerugian pemeriksaan
dengan cara ini adalah dapat memberikan hasil negative palsu karena
lokasi biopsy kurang tepat, teknik biopsy kurang benar, pembuatan
preparat yang kurang baik atau positif palsu karena salah interpretasi
aleh ahli sitologi,
10
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan jalan napas yang berhubungan dengan obstruksi trakea
sekunder terhadap perdarahan, spasme laring yang ditandai dengan
sessak napas, pernapasan cuping hidung sampai dengan sianosis
2. Gangguan komunikasi verbal sehubungan dengan nyeri, serta
kerusakan nervus laryngeal yang ditandai dengan klien sulit berbicara
dan hilang suara
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan dampak
pembedahan , edema otot, dan terputusnya jaringan saraf, yang ditandai
ekspresi wajah tampak tegang
11
menumpuk
mengurangi
lancarnya
jalan napas
7. Mungkin
ada indikasi
perdarahan
sebagai efek
samping
operasi
2 Gangguan Mampu 1. Kaji 1. Suara parau
komunikasi menciptakan pembicaraan dan sakit
verbal metode klien secara pada
sehubungan komunikasi periodik tenggorokan
dengan dimana 2. Lakukan merupakan
nyeri, serta kebutukan komunikasi faktor kedua
kerusakan dapat dengan singkat dari edema
nervus dipahami dengan jawaban jaringan/
laryngeal ya/ tidak sebagai efek
3. Kunjungi klien pembedahan
sesering 2. Mengurangi
mungkin respon
4. Ciptakan bicara yang
lingkungan terlalu
yang tenang banyak
3. Mengurangi
kecemasan
klien
4. Klien dapat
mendengar
dengan jelas
komunikasi
antara
perawat dan
klien
3 Gangguan Melaorkan 1. Atur posisi semi 1. Mencegah
rasa nyaman nyeri hilang/ fowler, ganjal hiperekstensi
(nyeri) terkontrol kepala atau leher dan
sehubungan leher dengan melindungi
dengan bantal kecil integritas
dampak 2. Kaji respon pada jahitan
pembedahan verbal/ pada luka
, edema otot, nonverbal 2. Mengevalua
dan lokasi, si nyeri,
terputusnya intensitas, dan menentukan
jaringan lamanya nyeri rencana
saraf 3. Instruksikan tindakankeef
pada klien agar ektifan
12
menggunakan terapi
tangan untuk 3. Mengurangi
menahan leher ketegangan
pada saat alih otot
posisi 4. Makanan
4. Beri makan/ yang halus
cairan yang lebih baik
halus seperti bagi klien
eskrim yang
5. Lakukan menjalani
kolaborasi kesulitan
dengan dokter menelan
untuk 5. Mengurangi
pemberian rasa nyeri
analgesik
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit struma atau goiter dan masyarakat umum biasa menyebutnya
dengan gondok adalah suatu penyakit pembesaran kelenjar tiroid yang
disebabkan oleh berbagai faktor seperti defisiensi iodin, sekresi hormone
tiroid yang berlebih dan ingesti goitrogen. Kebanyakan dari penderita goiter
adalah dikarenakan defisiensi iodin
3.2 Saran
1. Diharapkan pembaca dapat mengerti tentang struma dan mencegahnya
dan deteksi dini pada penyakit ini.
2. Perawat dan tenaga kesehatan lainnya diharapkan dapat memberikan
penanganan yang tepat untuk mengatasi penyakit Struma.
DAFTAR PUSTAKA
13