Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

SAKIT PADA KELUARGA TN. M


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGKANDANG MALANG

ARDYAH DWI PRAMESTI


P17212205075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
MALANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Keluarga Sakit pada keluarga Tn. M di
wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Malang.

Telah disetujui dan disahkan pada Oktober 2020.

Malang, Oktober 2020

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

___________________________ _________________________
NIP. NIP.

Kepala Ruang

___________________________
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
KELUARGA SAKIT (Benigna Prostate Hyperplasia / BPH)

A. Definisi
Benigna Prostate Hyperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang sering terjadi sebagai hasil
dar pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana Elin, 2011).
BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat ( secara umum pada pria lebih tua dari
50 tahun ) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius (Marilynn, E.D, 2000 : 671).
BPH adalah suatu keadaan dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas
kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium
uretra. (Smeltzer dan Bare, 2002).

B. Etiologi
Menurut Purnomo (2000), hingga sekarang belum diketahui secara pasti penyebab prostat
hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat
kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan.
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah :
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia
lanjut.
2. Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemicu pertumbuhan stroma
kelenjar prostat.
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati.
4. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga
menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

C. Tanda dan Gejala


1. Gejala iritatif, meliputi:
a. Peningkaan frekuesnsi berkemih.
b. Nocturia (terbangun di malam hari untuk miksi)
c. Perasaan untuk ingin miksi yang sangat mendesak/tidak dapat di tunda (urgensi).
d. Nyeri pada saat miksi (disuria).
2. Gejala obstruktif, meliputi:
a. Pancaran urin melemah.
b. Rasa tidak puas sehabis miksi, kandung kemih tidak kosong dengan baik.
c. Jika ingin miksi harus menunggu lama.
d. Volume urin menurundan harus mengedan saat berkemih.
e. Aliran urin tidak lancar/terputus-putus.
f. Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urine dan inkontinensia
karena pernumpukan berlebih.
g. Pada gejala yang sudah lanjut, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk sampah
nitrogen) dan gagal ginjal dengan etensi urun kronis dan volume residu yang besar.
3. Gejala generalisata seperti keletihan, anoreksia, mual dan muntah, dan rasa tidak
nyaman pada epigastrik.
Berdasarkan keluhan dapat menjadi menjadi:
a. Derajat 1, penderita merasakan lemahnya pancara berkemih, kencing tidak puas,
frekuensi kencing bertambah terutama di malam hari.
b. Derajat 2, adanya retensi urin mak timbulah infeksi. Penderita akan mengeluh pada
saat miksi terasa panas (disuria) dan kencing malam bertambah hebat.
c. Derajat 3, timbulnya retensi total. Bila sudah sampai tahap ini maka bisa timbul
aliran refluks ke atas, timbul infeksi askenden menjalar ke ginjal dan dapat
menyebabkan pielonefritis, hidronefrosis.

D. Patofisiologi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genetalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-
buli, dan membungkus uretra posterior. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat
normal pada orang dewasa ± 20 gram. Menurut Mc Neal (1976) yang dikutip dan
bukunya Purnomo (2000), membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain
zona perifer, zona sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior dan periuretra
(Purnomo, 2000). Sjamsuhidajat (2005), menyebutkan bahwa pada usia lanjut akan
terjadi perubahan keseimbangan testosteron estrogen karena produksi testosteron
menurun dan terjadi konversi tertosteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di
perifer. Purnomo (2000) menjelaskan bahwa pertumbuhan kelenjar ini sangat tergantung
pada hormon tertosteron, yang di dalam sel-sel kelenjar prostat hormon ini akan dirubah
menjadi dehidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim alfa reduktase.
Dehidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel
kelenjar prostat untuk mensintesis protein sehingga terjadi pertumbuhan kelenjar prostat.
Oleh karena pembesaran prostat terjadi perlahan, maka efek terjadinya perubahan pada
traktus urinarius juga terjadi perlahan-lahan. Perubahan patofisiologi yang disebabkan
pembesaran prostat sebenarnya disebabkan oleh kombinasi resistensi uretra daerah
prostat, tonus trigonum dan leher vesika dan kekuatan kontraksi detrusor. Secara garis
besar, detrusor dipersarafi oleh sistem parasimpatis, sedang trigonum, leher vesika dan
prostat oleh sistem simpatis. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan
terjadi resistensi yang bertambah pada leher vesika dan daerah prostat. Kemudian
detrusor akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat dan
detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor ke dalam kandung kemih dengan
sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut trahekulasi (buli-buli balok). Mukosa
dapat menerobos keluar diantara serat aetrisor. Tonjolan mukosa yang kecil dinamakan
sakula sedangkan yang besar disebut divertikel. Fase penebalan detrusor ini disebut Fase
kompensasi otot dinding kandung kemih. Apabila keadaan berlanjut maka detrusor
menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
berkontraksi sehingga terjadi retensi urin.Pada hiperplasi prostat digolongkan dua tanda
gejala yaitu obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi disebabkan detrusor gagal berkontraksi
dengan cukup lama dan kuat sehingga kontraksi terputus-putus (mengganggu permulaan
miksi), miksi terputus, menetes pada akhir miksi, pancaran lemah, rasa belum puas
setelah miksi. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau
pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering berkontraksi
walaupun belum penuh atau dikatakan sebagai hipersenitivitas otot detrusor (frekuensi
miksi meningkat, nokturia, miksi sulit ditahan/urgency, disuria).
Karena produksi urin terus terjadi, maka satu saat vesiko urinaria tidak mampu lagi
menampung urin, sehingga tekanan intravesikel lebih tinggi dari tekanan sfingter dan
obstruksi sehingga terjadi inkontinensia paradox (overflow incontinence). Retensi kronik
menyebabkan refluks vesiko ureter dan dilatasi. ureter dan ginjal, maka ginjal akan rusak
dan terjadi gagal ginjal. Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi
kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis
urin dalam vesiko urinaria akan membentuk batu endapan yang menambal. Keluhan
iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria menjadikan media
pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks
menyebabkan pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2005).
E. Pathway
F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH adalah:
Seiring dengan semakin beratnya BPH dapat terjadi obstruksi saluran kemih, karena urin
tidak mampu melewati prostat. Hal ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan
apabila tidak diobati, dapat mengakibatkan gagal ginjal. (Corwin, 2000).
Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik mengakibatkan
penderita harus mengejan pada miksi yang mengakibatkan peningkatan tekanan intra
abdomen yang akan menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis dalam vesiko urinaria
akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan iritasi dan hematuria. Selain itu,
stasis urin dalam vesiko urinaria menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme. Yang
dapat menyebabkan pyelonefritis (sjamsuhidrajat, 2005).

G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (1999), pemeriksaan penunjang yang mesti dilakukan pada
pasien dengan BPH adalah :
1. Laboratorium
a. Sedimen Urin
Untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau inflamasi saluran kemih.
b. Kultur Urin
Mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi atau sekaligus menentukan
sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang diujikan.
2. Pencitraan
a. Foto polos abdomen
Mencari kemungkinan adanya batu saluran kemih atau kalkulosa prostat dan
kadang menunjukan bayangan buii-buli yang penuh terisi urin yang merupakan
tanda dari retensi urin.
b. IVP (Intra Vena Pielografi)
Mengetahui kemungkinan kelainan ginjal atau ureter berupa hidroureter atau
hidronefrosis, memperkirakan besarnya kelenjar prostat, penyakit pada buli-buli.
c. Ultrasonografi (trans abdominal dan trans rektal)
Untuk mengetahui, pembesaran prostat, volume buli-buli atau mengukur sisa urin
dan keadaan patologi lainnya seperti difertikel, tumor.
d. Systocopy
Untuk mengukur besar prostat dengan mengukur panjang uretra parsprostatika dan
melihat penonjolan prostat ke dalam rektum.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Data umum
a) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan pendidikan
kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau inisial, jenis
elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi
dari masing-masing anggota keluarga, dan genongram (genogram keluarga dalam
tiga generasi)
b) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan
d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
memengaruhi kesehatan.
e) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala keluarga
maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat rekreasi, namun
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakn aktivitas rekreasi.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi:
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota, dan sumber
pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang
hilang.
d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari
kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar
mandi, dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan
perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah mereka
b) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal Tipe lingkungan tempat
tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat tinggal, keadaan tempat tinggal dan
jalan raya, sanitasi jalan dan rumah, fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.
c) Mobilitas geografis keluarga Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau
apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan waktu yang
digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.
e) Sistem pendukung keluarga Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan
dari anggota keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.

d. Struktur keluarga
a) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku
c) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
formal/informal
d) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

e. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
b) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana anggota keluarga
belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku
c) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
d) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah
anggota keluarga
e) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan
dan papan.
f. Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
 Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
 Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh mana keluarga
berespon terhadap situasi
c) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang digunakan
keluarga bila menghadapi permaslahan
d) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional
yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko (D.0099)
2) Pemeliharaan Kesehatan Tidak Efektif (D.0117)
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawat Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
an
Perilaku Setelah dilakukan proses Dukungan Koping Keluarga (1.09260)
Kesehatan keperawatan selama 3x24 Observasi
Cenderung jam, masalah dapat teratasi - Identifikasi respons emosional terhadap kondisi
Berisiko dengan kriteria hasil: saat ini
- Penerimaan terhadap status - Identifikasi beban prognosis secara psikologis
kesehatan meningkat - Identifikasi pemahaman tentang keputusan
- Kemampuan melakukan perawatan setelah pulang
tindakan pencegahan masalah - Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien,
kesehatan meningkat keluarga dan tenaga kesehatan
- Kemampuan peningkatan Terapeutik
kesehatan meningkat - Dengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan
- Pencapaian pengendalian keluarga
meningkat - Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang tidak
menghakimi
- Diskusikan rencana medis dan perawatan
- Fasilitasi pengungkapan perasaan antar pasien dan
keluarga atau antar anggota keluarga
- Fasilitasi pengambilan keputusan dalam
merencanakan perawatan jangka panjang, jika perlu
- Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi
dan menyelesaikan konflik nilai
- Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga
(tempat tinggal, pakaian, makanan)
- Fasilitasi anggota keluarga melalui proses kematian
dan berduka, jika perlu
- Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan
dan perlatan yang diperlukan untuk
mempertahankan keputusan perawatan pasien
- Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk
menenangkan pasien dan/atau jika keluarga tidak
dapat memberikan perawatan
- Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif yang
digunakan
- Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota
keluarga
Edukasi
- Informasikan kemajuan pasien secara berkala
- Informasikan fasilitas perawatan kesehatan yang
tersedia
Kolaborasi
- Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu
Pemeliharaa Setelah dilakukan proses Promosi Perilaku Upaya Kesehatan
n Kesehatan keperawatan selama 3x24 (1.12472)
Tidak jam, masalah dapat teratasi Observasi
Efektif dengan kriteria hasil: - Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dapat
- Menunjukkan perilaku adpatif ditingkatkan
meningkat Terapeutik
- Menunjukkan pemahaman - Berikan lingkungan yang mendukung kesehatan
perilaku sehat meningkat - Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat
- Kemampuan menjalankan dimanfaatkan
perilaku sehat meningkat Edukasi
- Perilaku mencari bantuan - Anjurkan persalinan ditolong oleh tenaga
meningkat kesehatan
- Menunjukkan minat - Anjurkan memberi bayi ASI eksklusif
meningkatkan perilaku sehat - Anjurkan menimbang balita setiap bulan
meningkat - Anjurkan menggunakan air bersih
- Memiliki sistem pendukung - Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih dan
meningkat sabun
- Anjurkan menggunakan jamban sehat
- Anjurkan memberantas jentik nyamuk di rumah
seminggu sekali
- Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap hari
- Anjurkan tidak merokok di dalam rumah

D. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat.
E. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan untuk
melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Engram Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Brunner dan Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Wijaya Andra Saferi, dkk. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. PENGUMPULAN DATA KELUARGA (Tanggal: 27 Oktober 2020)


a. Identitas keluarga
1) Identitas Kepala Keluarga
 Nama : Tn. M
 Umur : 61 tahun :
 Pendidikan : SD
 Pekerjaan : Buruh harian lepas
 Alamat & Telp : Jl. H. Ali Nasrudin 34, Kedungkandang, Malang
2) Komposisi keluarga

H
ub
un
ga
Jenis
No Nama TTL n Pendidikan Pekerjaan
Kelamin
dg
n.
K
K
Tn. M Malang, 22 L Kepala Tamat SD Buruh harian
1.
September 1959 Keluarga lepas
Ny. S Kudus, 25 Juni 1962 P Istri Tamat SD IRT
2.
An. F Malang, 6 Maret 1994P Anak SLTA Karyawan
3.
swasta

3) Genogram

1 2

3 1: Tn. M
2: Ny. S
3:An. F
4) Tipe keluarga: Nuclear family
5) Latar belakang budaya/etnis:
suku Jawa

Tempat tinggal: Pemukiman warga


Kebiasaan berbusana: Keluarga memakai pakaian yang sopan
Bahasa di rumah: bahasa Jawa
Penggunaan pengobatan tradisional: Keluarga mengatakan tidak pernah
berobat ke dukun. Keluarga mengatakan makan seadanya.
6) Identifikasi religius: seluruh anggota keluarga beragama Islam.
7) Status kelas sosial:
Jumlah pendapatan perbulan: Tn. M < 1.000.000 ; Ny. S - ; An. F
<2.000.000
Sumber pendapatan: berkerja (Tn. M dari buruh harian dan An. F sebagai
karyawan swasta)
Keluarga mengatakan seluruh pendapatan dapat mencukupi
pengeluaran/kebutuhan keluarga.

8) Aktivitas rekreasi/ waktu luang keluarga: setiap weekend/tanggal merah


keluarga memilih menghabiskan waktu di rumah saja.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap Perekembangan Keluarga Saat Ini: keluarga dengan melepas anak


usia dewasa muda
2) Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi: tidak ada
masalah.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga Inti: Tn. M menderita penyakit BPH
(Benigna Prostat Hiperplasi), Ny. S dan An. F tidak ada masalah.
Keluarga mengatakan jarang berolahraga.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya: keluarga jika sakit sering
diabaikan.

c. Data Lingkungan

1) Karakteristik Rumah: : tipe tempat tinggal adalah rumah sendiri.


Gambaran kondisi rumah: ruang tamu gabung di bagian depan, kamar
tidur berjumlah dua, ruang TV, dapur, kamar mandi dan WC satu.
Tempat jemur pakaian ada di samping rumah.
Kondisi di luar rumah/halaman rumah adalah banyak tanaman-tanaman
hijau.
Kondisi di dalam rumah cukup ventilasi.
Suplai air untuk kebutuhan mandi, minum dan kebutuhan sehari-hari
menggunakan air sumur (kran).
Denah Rumah

1: Ruang tamu
1 2
2: Kamar tidur

3: Kamar tidur

4: Ruang keluarga
3
4
5: Kamar mandi

6: Dapur

5 7
8

2) Karakteristik Lingkungan dan Komunitasnya: Tipe tempat tinggal adalah


rumah tetap. Keadaan tempat tinggal dan jalan cukup terpelihara. Sanitasi
rumah baik, ada tanaman hijau di halaman rumah. Tidak ada masalah
polusi udara. Belakang rumah terdapat kadang ayam. Rumah dekat
dengan toko kelontong, warung, apotek dan sekolah.
3) Mobilitas Geografis Keluarga: Keluarga sudah lama tinggal di sana sejak
kurang lebih 15 tahun yang lalu.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Komunitas:
Keluarga mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit beli obat dia
potek.
5) Sistem Pendukung/Jaringan Sosial Keluarga:
Keluarga tidak memiliki jaminan kesehatan.
d. Struktur Keluarga

1) Struktur Peran: Tn. M sebagai kepala keluarga, Ny. S sebagai istri dan
An. F sebagai anak.
2) Nilai/Norma Keluarga: kelas sosial keluarga yaitu menengah.
3) Pola Komunikasi Keluarga: Komunikasi dalam keluarga menggunakan
bahasa Jawa. Anggota keluarga cukup terbuka satu sama lain untuk
mendiskusikan segala kebutuhan. Jarang terjadi konflik keluarga.
4) Struktur Kekuatan Keluarga: Keluarga mengambil keputusan atas diskusi
semua anggota keluarga yang terlibat.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Ekonomi: Tn. M dan An. F bekerja. Tetapi jika sedang sakit, Tn.
M tidak bekerja.
2) Fungsi Sosialisasi: keluarga baik hubungannya dengan tetangga sekitar.
3) Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan: keluarga sering beli obat di
apotek jika sakit. Jika mengeluh sakit biasanya tidak dirasakan.
4) Fungsi Reproduksi: keluarga cukup memiliki anak 1.
5) Fungsi Afektif: keluarga sering mendiskusikan tentang perasaan dan
emosinya.

f. Stres dan Koping

1) Stressor Jangka Pendek: karena wabah pandemi, berdampak pada


pekerjaan Tn. M sehingga pengahsilan menurun.
2) Stressor Jangka Panjang: kadang dari segi perekonomian. Ditambah lagi
Tn. M terkena BPH, harus rajin berobat.
3) Kemampuan Keluarga dalam Berespon Terhadap Stressor: jika sakit,
kadang stidak dirasa.
4) Strategi Koping yang Digunakan: acuh tak acuh.
5) Strategi Adaptasi Disfungsional: acuh tak acuh terhadap kesehatan.
g. Harapan Keluarga

Keluarga berharap selalu diberikan kesehatan dan rejeki yang lancar.


Berharap sang anak segera menemukan jodohnya.

h. Pemeriksaan Fisik (masing-masing anggota keluarga


Tn. M  TD: 130/80 mmHg, N: 72 x/mnt, RR: 20 x/mnt
Ny. S  TD: 110/70 mmHg, N: 68 x/mnt, RR: 19 x/mnt
An. F  TD: 120/80 mmHg, N: 74 x/mnt, RR: 20 x/mnt
2. ANALISA DATA
No. Data Fokus Penyebab Masalah
Sakit tidak dirasa
DS: keluarga mengatakan jika sakit,
kadang ditahan/tidak dirasa. penolakan terhadap perubahan
status kesehatan Perilaku kesehatan
Keluarga mengatakan makan
1. cenderung berisiko
seadanya dan jarang berolahraga.
Perilaku kesehatan cenderung (D.0099)
DO: Tn. M tubuh tampak kurus. berisiko

Beli obat tanpa resep di apotek


DS: keluarga mengatakan jika sakit,
biasanya beli obat sendiri di apotek. Kurangnya minat untuk berobat
ke Faskes Pemeliharaan
2. DO: banyak obat-obat yang tidak kesehatan tidak
diketahui sudah berapa lama dibeli Pemliharaan kesehatan tidak efektif (D.0117)
(EXP), ada kandang ayam di dekat efektif
dapur.

3. PERUMUSAN DIAGNOSA
NO Diagnosa Keperawatan Keluarga (PES )
Perilaku kesehatan cenderung berisiko b.d. penolakan terhadap perubahan status
1. kesehatan d.d. sering mengabaikan rasa sakit, acuh tak acuh terhadap penyakit.

Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b.d. kurangnya minat untuk berobat ke faskes d.d.
2. beli obat di apotek, jarang periksa ke faskes/puskesmas.

4. PERENCANAAN
a. Prioritas diagnosa keperawatan keluarga (Perhitungan skor terlampir)

Prioritas Diagnosa Skor

1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko 3 2/3

2. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif 3 2/3


SKORING PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Keperawatan keluarga: Perilaku kesehatan cenderung berisiko

KRITERIA SCORE PEMBENARAN


1. Sifat masalah ( bobot 1 )

Skala :
3 = aktual Diagnosa tersebut merupakan
1
2 = risiko diagnosa aktual
1 = sejahtera

2. Kemungkinan masalah dapat diubah


( bobot 2 )

Skala : Masalah sebagian dapat


2 = Mudah 1 dirubah karena merupakan
1 = Sebagian diagnosa aktual
0 = Tidak dapat

3. Potensi masalah untuk dicegah (bobot 1)

Skala : Masalah cukup mudah dicegah


3 = Tinggi 2
/3 karena merupakan diagnosa
2 = Cukup aktual
1 = Rendah

4. Menonjolnya masalah ( bobot 1 )

Skala : Masalah dirasakan dan harus


2 = Berat , segera ditangani 1 segera ditangani karena
1 = Tidak perlu segera ditangani merupakan diagnosa aktual
0 = Tidak dirasakan
SKORING PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Keperawatan keluarga: Pemeliharaan kesehatan tidak efektif

KRITERIA SCORE PEMBENARAN


1. Sifat masalah ( bobot 1 )

Skala :
3 = aktual Diagnosa tersebut merupakan
1
2 = risiko diagnosa aktual
1 = sejahtera

2. Kemungkinan masalah dapat diubah


( bobot 2 )

Skala : Masalah sebagian dapat


2 = Mudah 1 dirubah karena merupakan
1 = Sebagian diagnosa aktual
0 = Tidak dapat

3. Potensi masalah untuk dicegah (bobot 1)

Skala : Masalah cukup mudah dicegah


3 = Tinggi 2
/3 karena merupakan diagnosa
2 = Cukup aktual
1 = Rendah

4. Menonjolnya masalah ( bobot 1 )

Skala : Masalah dirasakan dan harus


2 = Berat , segera ditangani 1 segera ditangani karena
1 = Tidak perlu segera ditangani merupakan diagnosa aktual
0 = Tidak dirasakan
5. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN
Tujuan Umum
No. Dx Kriteria Hasil Rencana Tindakan
dan Khusus
1. Setelah dilakukan - Penerimaan terhadap Dukungan Koping Keluarga (1.09260)
proses status kesehatan
meningkat Observasi
keperawatan
selama 3x24 jam, - Kemampuan - Identifikasi respons emosional terhadap
masalah dapat melakukan tindakan kondisi saat ini
teratasi. pencegahan masalah - Identifikasi beban prognosis secara
kesehatan meningkat psikologis
- Kemampuan - Identifikasi pemahaman tentang keputusan
peningkatan perawatan setelah pulang
kesehatan meningkat - Identifikasi kesesuaian antara harapan
- Pencapaian pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
pengendalian Terapeutik
meningkat
- Dengarkan masalah, perasaan dan
pertanyaan keluarga
- Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang
tidak menghakimi
- Diskusikan rencana medis dan perawatan
- Fasilitasi pengungkapan perasaan antar
pasien dan keluarga atau antar anggota
keluarga
- Fasilitasi pengambilan keputusan dalam
merencanakan perawatan jangka panjang,
jika perlu
- Fasilitasi anggota keluarga dalam
mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik
nilai
- Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar
keluarga (tempat tinggal, pakaian, makanan)
- Fasilitasi anggota keluarga melalui proses
kematian dan berduka, jika perlu
- Fasilitasi memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan perlatan yang diperlukan
untuk mempertahankan keputusan perawatan
pasien
- Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk
menenangkan pasien dan/atau jika keluarga
tidak dapat memberikan perawatan
- Hargai dan dukung mekanisme koping
adaptif yang digunakan
- Berikan kesempatan berkunjung bagi
anggota keluarga
Edukasi
- Informasikan kemajuan pasien secara
berkala
- Informasikan fasilitas perawatan kesehatan
yang tersedia
Kolaborasi
- Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu

Promosi Perilaku Upaya Kesehatan


Setelah dilakukan (1.12472)
proses - Menunjukkan
keperawatan perilaku adpatif Observasi
selama 3x24 jam, meningkat - Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang
masalah dapat - Menunjukkan dapat ditingkatkan
pemahaman perilakuTerapeutik
teratasi.
sehat meningkat
- Kemampuan - Berikan lingkungan yang mendukung
menjalankan kesehatan
perilaku sehat - Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat
meningkat dimanfaatkan
- Perilaku mencariEdukasi
bantuan meningkat
2. - Menunjukkan minat - Anjurkan persalinan ditolong oleh tenaga
meningkatkan kesehatan
perilaku sehat - Anjurkan memberi bayi ASI eksklusif
meningkat - Anjurkan menimbang balita setiap bulan
- Memiliki sistem - Anjurkan menggunakan air bersih
pendukung - Anjurkan mencuci tangan dengan air bersih
meningkat dan sabun
- Anjurkan menggunakan jamban sehat
- Anjurkan memberantas jentik nyamuk di
rumah seminggu sekali
- Anjurkan makan sayur dan buah setiap hari
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik setiap
hari
- Anjurkan tidak merokok di dalam rumah
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No. Dx Tanggal Implementasi Tanda Tangan


1. 28-10-2020 Dukungan Koping Keluarga (1.09260)
29-10-2020
Observasi
- mengidentifikasi respons emosional
terhadap kondisi saat ini
- Mengidentifikasi kesesuaian antara harapan
pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
Terapeutik
- Mendengarkan masalah, perasaan dan
pertanyaan keluarga
- Memfasilitasi anggota keluarga dalam
mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik
nilai
- Memfasilitasi memperoleh pengetahuan,
keterampilan dan perlatan yang diperlukan
untuk mempertahankan keputusan perawatan
pasien
- Menghargai dan dukung mekanisme koping
adaptif yang digunakan
Edukasi
- Menginformasikan kemajuan pasien secara
berkala
- Menginformasikan fasilitas perawatan
kesehatan yang tersedia

2. 28-10-2020 Promosi Perilaku Upaya Kesehatan


29-10-2020
(1.12472)
Observasi
- Mengidentifikasi perilaku upaya kesehatan
yang dapat ditingkatkan
Terapeutik
- Memberikan lingkungan yang mendukung
kesehatan
Edukasi
- Menganjurkan menggunakan air bersih
- Menganjurkan mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun
- Menganjurkan menggunakan jamban sehat
- Menganjurkan memberantas jentik nyamuk
di rumah seminggu sekali
- Menganjurkan makan sayur dan buah setiap
hari
- Menganjurkan melakukan aktivitas fisik
setiap hari
- Menganjurkan tidak merokok di dalam
rumah
7. FORMAT CATATAN PERKEMBANGAN

No. Dx Tanggal Perkembangan (SOAPIE) Tanda Tangan


1. 28-10-2020 S: keluarga mengatakan karena keadaan
ekonomi, jadi menu makan seadanya. Jarang
berolahraga.
O: keluarga memahami penjelasan tentang
pola hidup sehat yang diberikan
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

29-10-2020 S: -
O: keluarga mampu menjelaskan pola hidup
sehat yang telah diajarkan kemarin
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

2. 28-10-2020 S: keluarga membersihkan bak mandi sebulan


sekali.
O: bak mandi tampak kotor. Keluarga mampu
memahami penjelasan tentang berobat ke
fasilitas kesehatan, cuci tangan yang benar.
A: masalah tertasai sebagian
P: lanjutkan intervensi

29-10-2020 S: keluarga mengatakan akan rutin


memeriksakan Tn. M ke puskesmas
O: keluarga mampu mendemonstrasikan cuci
tangan yang benar, menjaga kebersihan rumah
dan lingkungan.
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi

Anda mungkin juga menyukai