PROPOSAL SKRIPSI
diajukan oleh :
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SKRIPSI
Dosen Pembimbing I
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia
FMIPA UII
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
ii
iii
Penulis menyadari bahwa Proposal Skripsi ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan Proposal Skripsi ini. Semoga
proposal ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amin
Wassalamu’alaikum Wr, Wb
Penulis
iv
v
1
2
tanah dan udara. Selama bertahun-tahun unsur-unsur sisa aktivitas industri tersebut
terakumulasi dan terserap ke dalam tanah oleh air hujan.
Tanah yang tercemar logam berat akan menyebabkan terganggunya
ekosistem yang ada di sekitarnya. Tanah adalah sumber kehidupan bagi makhluk
hidup. Berbagai macam hal yang dibutuhkan oleh makhluk hidup berasal dari tanah.
Tanaman yang dimakan manusia dan menjadi sumber daya bagi kehidupan manusia
tumbuh dan berasal dari tanah. Air yang diminum manusia juga berasal dari tanah,
sedangkan hewan yang dimakan manusia tidak akan bisa hidup tanpa adanya
tumbuhan yang tumbuh di tanah. Hal inilah yang menjadikan alasan pencemaran
tanah harus dihindari. Semakin tanah tercemar, semakin buruk pula kualitas hidup
makhluk hidup yang bergantung padanya.
Berdasarkan masalah yang dipaparkan, telah banyak dilakukan penelitian
tentang cara penurunan kandungan logam berat timbal (Pb) dalam tanah. Pada
penelitian ini digunakan metode pencucian tanah (soil washing) yang tercemar oleh
logam timbal (Pb) dengan menggunakan bahan kimia yaitu campuran larutan Asam
Asetat (CH3COOH) dan Kalium Klorida (KCl) untuk mengurangi kandungan
logam timbal yang menjadi kontaminan dalam tanah. Metode elektrokimia juga
digunakan untuk pemulihan (recovery) larutan Asam Asetat-Kalium Klorida yang
telah digunakan untuk pencucian tanah (soil washing) sehingga diperoleh kembali
larutan Asam Asetat-Kalium Klorida yang bebas logam timbal (Pb) dan dapat
digunakan lagi untuk pencucian tanah (Etim, 2017).
Pada penelitian (Aziz, et al., 2015) telah dilakukan upaya untuk menurunkan
kadar logam timbal pada tanah dengan metode pencucian tanah (soil washing)
menggunakan bahan kimia Asam Etilen Diamin Tetra Asetat (EDTA). Namun
proses tersebut lebih rumit dan membutuhkan biaya yang mahal sehingga
diperlukan suatu penelitian penggunaan campuran larutan asam asetat dan kalium
klorida untuk mengurangi kadar logam berat timbal (Pb) dalam tanah.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui cara menurunkan kadar logam timbal (Pb) dalam tanah.
2. Mengetahui pengaruh pencucian tanah (soil washing) dengan campuran
larutan Asam Asetat dan Kalium Klorida terhadap kandungan logam timbal
dalam tanah.
3. Mengetahui pengaruh metode elektrokimia dalam pemulihan (recovery)
larutan Asam Asetat-Kalium Klorida yang telah digunakan untuk pencucian
tanah.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tambahan pengetahuan dan tolak ukur ilmu-ilmu yang diperoleh di
bangku kuliah.
2. Memahami masalah beserta solusinya sebagai bekal setelah memasuki dunia
kerja.
3. Sebagai karya ilmiah terutama bagi pengembangan ilmu pengetahuan atau
referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai penurunan kandungan logam
timbal dalam tanah dengan metode pencucian tanah dan elektrokimia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
5
6
7
kimia ini memiliki efisiensi yang tinggi dalam mengekstrak logam dalam tanah.
Bahan pengkhelat merupakan bahan yang memiliki efisiensi yang tinggi dalam
mengekstrak logam berat dalam tanah dan memiliki efek samping yang lebih sedikit
dibandingkan dengan asam kuat, namun jenis bahan ini memiliki harga yang relatif
mahal dan dibutuhkan metode yang cukup rumit untuk memulihkan (recovery)
bahan pengekhelat ini karena kompleks antara logam berat dan bahan pengkhelat
memiliki kestabilan yang tinggi (Karthika, et al., 2016).
3. 2 Metode Elektrokimia
3.2.1 Prinsip Dasar Metode Elektrokimia
Elektrokimia adalah suatu peristiwa kimia yang berhubungan dengan energi
listrik. Elektrokimia didefinisikan pula sebagai reaksi kimia yang melibatkan
adanya transfer elektron antara elektroda dengan larutan elektrolit lingkungan.
Elektrolit umumnya merupakan larutan aqueous, tetapi elektrolit dapat juga berupa
polimer padat, oksida atau lelehan garam (Etim, 2017).
Prinsip dasar reaksi pada elektrokimia adalah reaksi reduksi oksidasi (redoks)
dan reaksi tersebut terjadi pada suatu sistem sel elektrokimia. Ada dua jenis sel
elektrokimia yaitu (Riyanto, 2013) :
a. Sel Galvani adalah suatu sel yang membebaskan energi listrik dari reaksi kimia
dan reaksi berlangsung secara spontan. Contoh reaksi dari sel galvani ini adalah
reaksi korosi. Pada sel galvanis katoda berfungsi sebagai penghantar listrik
sehingga berkutub positif. Proses aliran elektron terjadi dari elektroda negatif
ke elektroda positif dengan melewati media elektrolit yang berfungsi sebagai
penghantar arus listrik sehingga reaksi yang terjadi adalah spontan.
b. Sel Volta adalah suatu sel yang reaksinya terjadi akibat adanya arus listrik
searah. Contoh dari sel volta ini adalah elektrolisis air dan elektroplating. Pada
sel elektrolisis elektroda yang berfungsi penghantar listrik adalah anoda
sehingga terjadi suatu pelarutan material anoda menghasilkan kation logam
(M+). Elektrolisis air merupakan reaksi samping yang menghasilkan gas
hidrogen pada katoda dan gas oksigen pada anoda.
Pada sel elektrokimia dilengkapi dengan dua elektroda, yaitu (Riyanto, 2013) :
8
W = Z.I.t
Dengan :
W : berat endapan (gram)
I : kuat arus (Ampere)
t : waktu (detik)
Z : berat ekuivalen (96500)
3.2.3 Elektrodeposisi
Metode elektrodeposisi sudah banyak diaplikasikan dalam rekayasa bahan-
bahan modern, seperti aplikasi pada keramik anti karat dan anti sobek,
superkonduktor, sintesis material nano dan pengolahan limbah. Ada beberapa aspek
yang perlu diperhatikan dalam metode elektrodeposisi yaitu pH, konsentrasi larutan
dan garam logam, arus, tegangan, dan waktu (Azni, et al., 2014).
Elektrodeposisi merupakan proses pengendapan logam pada elektroda
dengan memanfaatkan reaksi elektrokimia. Arus listrik dialirkan ke anoda melalui
elektrolit yang mengandung ion logam, sehingga logam tersebut mengendap dalam
bentuk murninya di katoda. Anoda bertindak sebagai elektroda positif (menerima
ion negatif) dan katoda bertindak sebagai elektroda negatif (menerima ion positif)
9
sehingga merupakan kebalikan dari proses pada sel galvanis (Widiatmoko &
Nurdin, 2011).
3.2.4 Elektrokoagulasi
Elektrokoagulasi merupakan proses koagulasi dengan menggunakan arus
listrik searah melalui proses elektrokimia, yaitu dekomposisi elektrolit, di mana
elektrodanya terbuat dari aluminium atau besi. Proses ini juga merupakan gabungan
dari proses elektrokimia dan proses flokulasi-koagulasi. Elektrokoagulasi dikenal
juga sebagai elektrolisis gelombang pendek. Elektrokoagulasi dapat digunakan
menjadi sebuah uji nyata dengan proses yang sangat efektif untuk pemindahan
bahan kontaminan di dalam air. Metode ini mempunyai kelebihan yaitu nilai
efisiensinya cukup tinggi dan tidak diperlukan penambahan bahan kimia. Metode
elektrokoagulasi telah banyak digunakan untuk pengolahan air limbah karena
peralatannya sederhana dan mudah dioperasikan bila dibandingkan dengan metode
yang lain serta tidak memerlukan tambahan bahan kimia dan efisiensi pengolahan
yang dihasilkan cukup tinggi. Pada proses ini, pada anoda terjadi pelepasan
koagulan aktif berupa ion logam (biasanya aluminium atau besi) ke dalam larutan,
sedangkan pada katoda terjadi reaksi elektrolisis berupa pelepasan gas hidrogen
(Holt, 2005)
proses koagulasi, dengan koagulan terbentuk dari elektroda reaktif, yang dipicu
oleh arus listrik searah. Reaksi yang terjadi pada proses elektrolisis ini adalah (Holt,
2005) :
1. Reaksi pada Katoda
Reaksi pada katoda adalah reduksi terhadap kation, jadi yang diperhatikan hanya
kation saja.
Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali, alkali tanah, Al3+ dan ion Mg2+,
maka ion-ion logam ini tidak dapat direduksi larutan. Yang akan tereduksi adalah
pelarut (air) dan terbentuk gas hidrogen (H2). Pada kondisi netral atau basa, gas
hidrogen terjadi dengan reaksi :
- - o
2H2O(l) + 2e → H2(g) + 2OH E = -0,83 V
Sedangkan pada kondisi asam, reaksi pembentukan gas hidrogen adalah sebagai
berikut :
+ - o
2H (aq)
+ 2e → H2(g) E = 0,00 V
Jika larutan mengandung ion-ion lain, maka ion-ion logam ini akan direduksi
menjadi masing-masing logamnya dan logam yang terbentuk itu diendapkan pada
permukaan bidang katoda.
2+ - o
Fe (aq)
+ 2e → Fe(s) E = -0,44 V
2+ - o
Mn (aq)
+ 2e → Mn(s) E = -1,18 V
Dalam setiap proses elektrokimia dengan anoda yang terbuat dari aluminium,
beberapa kemungkinan reaksi elektroda dapat terjadi sebagai berikut :
Anoda :
3+ - o
Al (s) → Al (aq)
+ 3e E = +1,66 V
11
Katoda :
- - o
2H 2O(l) + 2e → H2(g) + 2OH E = -0,83 V
+ - o
2H (aq)
+ 2e → H2(g) E = 0,00 V
+ - o
O 2(g) + 4H (aq)
+ 4e → 2H2O(l) E = +1,23 V
(Holt, 2005)
3.3 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
3.3.1 Prinsip Dasar
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) merupakan teknik analisis kuantitatif
dari unsur-unsur yang pemakaiannya sangat luas di berbagai bidang karena
peosedurnya selektif, spesifik, biaya analisisnya relatif murah, sensitivitasnya
tinggi (ppm-ppb), dapat dengan mudah membuat matriks yang sesuai standar,
waktu analisis yang cepat dan mudah dilakukan. SSA pada umumnya digunakan
untuk analisis unsur logam. Umumnya lampu yang digunakan adalah suatu lampu
katoda cekung yang mana penggunaannya hanya untuk analisis satu unsur saja
(Yulius & Afdal, 2014).
Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom
menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan dan tidak
bergantung pada temperatur. Setiap alat SSA terdiri atas tiga komponen yaitu unit
atomisasi, sumber radiasi, dan sistem pengukur fotometrik (detektor) (Skoog, et al.,
1996).
Teknik SSA menjadi yang canggih dalam analisis karena sebelum
pengukuran tidak memerlukan pemisahan unsur yang ditentukan karena
kemungkinan penentuan satu unsur dengan kehadiran unsur lain dapat dilakukan,
asalkan katoda berongga yang diperlukan tersedia (Yulius & Afdal, 2014).
Sumber cahaya pada SSA adalah sumber cahaya dari lampu katoda yang
berasal dari elemen yang sedang diukur kemudian dilewatkan ke dalam nyala api
yang berisi sampel yang telah teratomisasi, kemudian radiasi tersebut diteruskan ke
detektor melalui monokromator. Chopper digunakan untuk membedakan radiasi
12
yang berasal dari sumber radiasi dan radiasi yang berasal dari nyala api (Skoog, et
al., 1996).
Atom dari suatu unsur pada keadaan dasar akan dikenai radiasi atom tersebut
dan akan menyerap energi sehingga mengakibatkan elektron pada kulit terluar naik
ke tingkat energi yang lebih tinggi ata tereksitasi. Jika suatu atom diberi energi,
maka energi tersebut akan mempercepat gerakan elektron sehingga elektron
tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi dan dapat kembali ke
keadaan semula. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang
dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi oleh atom terjadi pada panjang
gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut
(Basset, et al., 1994).
di udara sebagai partikel. Karena timbal merupakan sebuah unsur maka tidak
mengalami degradasi (penguraian) dan tidak dapat dihancurkan (Lahuddin, 2007)
Timbal merupakan logam yang bersifat bersifat toksik pada manusia terjadi
melalui jalur oral, lewat makanan, minuman, pernafasan, lewat kulit, lewat mata,
dan lewat parental. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila
makanan atau minuman tercemar Pb dikonsumsi maka tubuh akan
mengeluarkannya. Mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang
mempengaruhinya yaitu (Palar, 2004) :
Sistem Syaraf, di mana Pb bisa menimbulkan kerusakan otak dengan gejala
epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delitrium.
Sistem Urania, di mana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimal, loop of
henle, serta meyebabkan aminosiduria.
Sistem Gastro-intestinal, di mana Pb menyebabkan kolik dan konstipasi.
Sistem Kardiovaskular, di mana Pb bisa menyebabkan peningkatan
permiabilitas pembuluh darah.
Sistem Reproduksi, berpengaruh terhadap gametotoksitas atau janin belum lahir
menjadi peka terhadap Pb. Ibu hamil yang terkontaminasi Pb bisa mengalami
keguguran, tidak berkembangnya sel embrio, kematian jnin waktu lahir, serta
hiposperma dan tetraospermia pada pria.
Sistem Endokrin, dimana Pb mengaibatkan Gangguan Fungsi tiroid dan fungsi
adrenal.
Toksisitas Pb bersifat akut dan kronis. Toksisitas akut Pb menimbulkan
gejala gastrointestinal seperti kram perut, kolik, dan biasanya diawali dengan
sembelit, mual, muntah-muntah, dan sakit perut yang hebat. Gangguan neurologi
adalah ensefalopati seperti sakit kepala/pusing, bingung atau pikiran kacau, sering
pingsan dan koma. Toksisitas kronis Pb bisa mengakibatkan kelelahan, lesu,
iritabilitas, kehilangan libido, infertilitas pada laki-laki, gangguan menstuarsi,
aborsi spontan pada wanita, depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrai, daya ingat
terganggu dan susah tidur. Selain itu Pb juga dapat mengganggu fungsi ginjal,
jantung serta gangguan kecerdasan dan mental (Palar, 2004).
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Spektrofotometer
Serapan Atom, set alat elektrolisis, Shaker, timbangan analitik, gelas beker,
erlenmeyer, pipet ukur, labu ukur, gelas ukur, pipet tetes, gelas arloji, pemanas,
cawan porselin, dan corong gelas.
4.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel tanah, HCl
pekat, HNO3 pekat, Asam Asetat, serbuk Kalium Klorida, kertas saring, dan
akuades.
14
15
(Asam Asetat dan Kalium Klorida) yang telah digunakan sebelumnya dicampurkan
kemudian disimpan untuk analisis selanjutnya. Proses pencucian tanah ini
dilakukan secara duplo.
Larutan pencuci yang telah digunakan selanjutnya dianalisis secara langsung
dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) untuk mengetahui kadar logam
Timbal (Pb). Persentase efisiensi penurunan kadar logam Timbal (Pb) dari sampel
tanah dihitung dengan persamaan berikut :
C1 .V1
Persentase Efisiensi Penurunan Logam Pb (%) : 𝑥 100 %
Cs .Ms
Dimana
C1 : konsentrasi Pb pada larutan pencuci (mg/L)
V1 : volume larutan pencuci (L)
Cs : konsentrasi Pb pada sampel tanah (mg/kg)
Ms : berat sampel tanah yang digunakan dalam pencucian (kg)
Dimana
Co : konsentrasi Pb sebelum elektrolisis (mg/L)
Ct : konsentrasi Pb setelah elektrolisis (mg/L)
16
17
18