DISUSUN OLEH
AMANATHAN FARHAN SYAYENRA
Kelas 3F
DOSEN PENGAMPU :
M. Ridwan. SKM.MPH
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan, waktu, dan kelancaran kepada penyusun untuk
menyelesaikan makalah Promosi Kesehatan “ Teori Aplikasi Promosi
Kesehatan di Sekolah ”. Saya mengucapkan terima kasih juga kepada
pihak-pihak yang sudah mendukung kelancaran dalam pembuatan makalah
ini.
AMANATHAN FARHAN S
2
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang...........................................................................................1
1.2. Tujuan penulisan.......................................................................................3
1.3. Manfaat penulisan.....................................................................................3
1.4. Pertanyaan kajian......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi promosi kesehatan di sekolah......................................................4
2.2. Tujuan promosi kesehatan di sekolah........................................................4
2.3. Strategi promosi kesehatan.......................................................................4
BAB III PEMBAHASAN
3.1. Sejarah promosi kesehatan di sekolah.......................................................8
3
3.2. Proses perencanaan dan pelaksanaan......................................................8
3.3. Indikator promosi kesehatan di sekolah...................................................10
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan..............................................................................................18
4.2. Saran.......................................................................................................19
Daftar Rujukan................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
Di era milenium ini, setiap hari bahkan setiap saat, kepada kita disajikan
pelbagai macam iklan atau upaya pemasaran pelbagai macam produk dan
jasa. Iklan-iklan itu dengan gencarnya menyapa kita melalui berbagai media,
terutama TV dan radio. Melalui internet, iklan-iklan itu juga datang silih
4
berganti. Iklan juga menyergap kita melalui telepon seluler. Jangan ditanya
iklan melalui surat kabar dan majalah. Juga melalui film layar lebar di gedung
bioskop. Iklan-iklan juga mejeng secara mentereng melalui billboard, spanduk,
umbul-umbul, dll. Tentu saja iklan juga muncul melalui poster, leaflet atau
brosur. Belum lagi iklan melalui selebaran yang secara berdesakan nongol di
tembok-tembok, tiang listrik/telepon, pagar rumah, dll. Ada juga iklan yang
disamarkan melalui tulisan ilmiah atau tulisan populer. Jangan dilupakan iklan
atau pemasaran produk atau jasa yang dikemas secara sangat professional
dalam bentuk pameran, seminar atau pertemuan. Belum lagi iklan atau upaya
pemasaran yang dilakukan secara agresif melalui tatap mula langsung dari
rumah ke rumah dan secara berantai (multy level marketing). Demikian pula
upaya yang dilakukan melalui loby kepada pelbagai pihak, khususnya
pengambil kebijakan, agar produk atau jasanya dapat dipergunakan oleh
khalayak luas. Dan masih banyak lagi cara-cara kreatif yang dilakukan dalam
rangka menjajakan suatu produk atau jasa. Upaya-upaya itu mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap lakunya suatu produk atau jasa. Produk
atau jasa apa saja, termasuk produk atau jasa di bidang kesehatan serta
produk dan jasa yang merugikan kesehatan seperti rokok, minuman keras,
obat-obatan yang tidak layak, dll. Itu semua termasuk upaya pemasaran atau
upaya untuk mempromosikan produk atau jasa. Pada zaman dulu upaya itu
disebut propaganda.
Istilah propaganda sering dikaitkan dengan bidang politik. Namun
sebenarnya tidak selalu demikian. Bisa juga tentang masalah sosial, termasuk
kesehatan. Di zaman pra dan awal kemerdekaan dulu propaganda masalah
kesehatan itu sudah dilakukan. Pada waktu itu cara propaganda itulah yang
dilakukan untuk memberi penerangan kepada masyarakat tentang kesehatan.
Propaganda pada waktu itu dilakukan dalam bentuknya yang sederhana
melalui pengeras suara atau dalam bentuk gambar dan poster. Juga melalui
film layar tancap. Cara-cara itu kemudian berkembang, karena propaganda
dirasakan kurang efektif apabila tidak dilakukan upaya perubahan atau
perbaikan perilaku hidup sehari-hari masyarakat. Maka dilancarkanlah upaya
pendidikan kesehatan masyarakat (health education) yang dipadukan dengan
upaya pembangunan masyarakat (community development) atau upaya
pengorganisasian masyarakat (community organization).
5
Upaya ini berkembang pada tahun 1960 an, sampai kemudian mengalami
perkembangan lagi pada tahun 1975 an, menjadi “Penyuluhan Kesehatan”.
Meski fokus dan caranya sama, tetapi istilah “Pendidikan kesehatan” itu
berubah menjadi “Penyuluhan Kesehatan”, karena pada waktu itu istilah
“pendidikan” khusus dibakukan di lingkungan Departemen Pendidikan. Pada
sekitar tahun 1995 istilah Penyuluhan kesehatan itu berubah lagi menjadi
“Promosi Kesehatan”. Perubahan itu dilakukan selain karena hembusan
perkembangan dunia (Health promotion mulai dicetuskan di Ottawa pada
tahun 1986), juga sejalan dengan paradigma sehat, yang merupakan arah
baru pembangunan kesehatan di Indonesia. Istilah itulah yang berkembang
sampai sekarang, yang antara lain menampakkan wujudnya dalam bentuk
pemasaran atau iklan, yang marak pada era milenium ini.
Perjalanan dari propaganda, kemudian menjadi pendidikan, lalu
penyuluhan dan sekarang promosi kesehatan itu, merupakan sejarah. Dalam
perjalanan dari waktu ke waktu itu ada kejadian atau peristiwa yang patut
dikenang, dan ada cerita atau kisah yang menarik, mengharukan, atau juga
lucu. Tetapi yang penting pastilah ada hikmah, kebijaksanaan, nilai atau
“wisdom” yang dapat diangkat dari rentetan kisah atau cerita itu. Hikmah,
kebijaksanaan, nilai atau “wisdom” itu tentulah sangat besar manfaatnya bagi
kita semua, terutama generasi muda yang merupakan penerus pembangunan
bangsa tercinta ini. Kebijaksanaan itu pula yang rasanya patut sekali dapat
dimiliki oleh para pembuat kebijakan, yang menentukan arah perkembangan
negara kita di masa y.a.d. Demikianlah, maka sejarah atau perkembangan
tentang promosi kesehatan di Indonesia itu perlu dituliskan. Penulisan sejarah
atau perkembangan promosi kesehatan di Indonesia itu dirasakan semakin
perlu karena nampaknya sejarah berulang. Apa yang kita pikirkan sekarang,
rupanya sudah pernah dipikirkan bahkan dilaksanakan pada waktu yang lalu.
Melalui tulisan ini diharapkan kita dapat lebih cepat belajar dan tidak
mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan pada waktu yang
lalu itu.
Dengan demikian yang dimaksud dengan sejarah di sini bukan dalam arti
rentetan peristiwa dalam tanggal, bulan dan tahun. Tetapi sejarah adalah
uraian tentang peristiwa nyata berupa fakta dan data yang bisa dijadikan
bahan analisa untuk disimpulkan manfaat dan mudaratnya bagi pijakan untuk
6
kegiatan masa kini dan yang akan datang. Di sini sejarah lebih mempunyai arti
ke depan. Dalam kaitan itu beberapa negara sedang ribut dalam penulisan
sejarah ini. Korea, Jepang dan China berebut meluruskan sejarah dengan
versi masing-masing. Pemerintah RI sejak merdeka sampai sekarang juga
sangat berkepentingan dengan penulisan sejarah. Ini menunjukkan bahwa
sejarah sering dibuat untuk kepentingan sesaat demi pemenuhan si pembuat
sejarah. Seharusnyalah bahwa sejarah itu netral. Yang penting adalah tentang
pembelajaran sejarah. Makna, nilai atau kebijaksanaan apa yang dapat
ditangkap di balik kejadian atau rentetan peristiwa itu. Para pembacalah yang
menganalisis sendiri, menyimpulkan dan mengambil makna sebagai landasan
untuk pengambilan kebijakan bagi langkah-langkah tindakannya masa kini
dan yang akan datang.
1.4.PERTANYAAN KAJIAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.1. Defenisi Promosi Kesehatan di Sekolah
a. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat ditentukan
oleh dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan
kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat sekolah. Guna
8
mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terkait tersebut perlu
dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan akan arti penting
program kesehatan sekolah. Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak
yang akan menentukan kebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait
dana untuk kegiatan
b. Kerjasama
Menurut WHO terdapat enam ciri-ciri utama dari suatu sekolah untuk
dapat menjadi sekolah yang mempromosikan/meningkatkan kesehatan, yaitu :
9
3. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
10
• Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat
11
BAB III
PEMBAHASAN
12
dan masyarakat ,Ada peluang dan dukungan dlm promosi kesehatan di
sekolah (dana dan kebijakan)
Data Depkes tahun 2000 prevalensi penyakit kecacingan perut pada anak
SD sebesar 60-80%.Kejadian kecacingan berhubungan bermakna dengan
perilaku tidak cuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun, BAB tidak
dijamban, jajan bukan di kantin sekolah Hasil penelitian dilakukan Yayasan
Kusuma Buana di 17 Sekolah Dasar di Jakarta, prevalensi anemia sebesar
23,2%. Hasil SKRT tahun 2001 prevalensi penyakit karies dan periodontal
anak usia 12 tahun sebesar 74,4%. Menurut data Susenas tahun 2004, sekitar
3% anak-anak mulai merokok sejak kurang dari umur 10 tahun. Perokok
pemula umur 10-14 tahun 2004 sebesar 11, 5 %. Persentase orang merokok
tertinggi (64%) berada pada kelompok umur remaja (15-19 tahun).
Usia awal sekolah baik untuk menanamkan nilai PHBS tetapi belum
dimanfaatkan optimal,Usia anak sekolah: masa rawan terserang gangguan
berbagai penyakit. Masalah kesehatan pada kelompok pra remaja (usia 6 s.d
<10 tahun), umumnya berkaitan dengan PHBS.Peranan sekolah belum
optimal dalam mengembangkan promosi kesehatan di sekolah Masih
banyak sekolah belum termasuk sekolah sehat, Dukungan kebijakan promosi
kesehatan di sekolah masih kurang
13
Program promosi kesehatan di sekolah harus diintegrasikan ke dalam
program usaha kesehatan sekolah, melalui koordinasi dengan Tim Pembina
UKS di tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Promosi
kesehatan sekolah (dalam Program PAMSIMAS) harus dikoordinasikan
dengan program penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh PUSKESMAS,
Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Departemen
Kesehatan Pusat. Keberhasilan promosi kesehatan di sekolah dan di
masyarakat di tingkat desa banyak dipengaruhi oleh hubungan jaringan
komunikasi antara Cabang Dinas Pendidikan(termasuk Kepala Sekolah, Guru,
Komite Sekolah, orang tua siswa), PUSKESMAS (Pemimpin PUSKESMAS,
Sanitarian, Staf PUSKESMAS lainnya, Bidan Desa), serta Tokoh Masyarakat
(Aparat Desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, organisasi kemasyarakatan,
serta semua anggota masyarakat). Agar ada keterkaitan antara program di
sekolah dan di masyarakat, maka rencana kegiatan di sekolah harus dibahas
pada pleno masyarakat, pada waktu menyusun RKM (Rencana Kerja
Masyarakat).
14
2007). Dari segi populasi, promosi kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2
jenis populasi, yaitu populasi anak sekolah dan masyarakat umum/keluarga.
(support side)
15
3.2.Proses Perencanaan dan Pelaksanaan
a.Perencanaan
Sebagai langkah awal dari proses perencanaan ialah TFM bersama TKKc
melakukan pertemuan dengan Penilik/Staff Dinas Pendidikan Kecamatan
untuk mendiskusikan tentang perencanaan penyusunan rencana kegiatan
promosi kesehatan di sekolah. Kegiatan ini bisa dilakukan bersamaan dengan
kegiatan orientasi awal sebelum memulai diskusi dengan masyarakat di desa
•Tempat yang biasa digunakan guru, murid, dan masyarakat sekolah lainnya
untuk buang air besar dan buang air kecil
•Perilaku-perilaku buruk bagi kesehatan yang lain yang masih sering dilakukan
oleh masyarakat sekolah, seperti pemilik kantin/warung/penjual makanan
tidak menutup makanan jajanan, kebiasaan buruk lainnya
16
•Presentasi siswa yang tidak sekolah karena sakit setiap harinya Potensi yang
dimaksud seperti :
•Sarana air bersih yang masih berfungsi tetapi sudah tidak memenuhi syarat
kesehatan (seperti tidak ada SPAL, keran yang bocor, dll)
•Pemutaran film/video
•Kunjungan/wisata pendidikan
17
•Kunjungan rumah
Setiap kegiatan yang dipilih harus dibuat menjadi sebuah rencana rinci
kegiatan. Setiap kegiatan harus dilengkapi dengan sasaran kegiatan, tuj
b.Pelaksanaan
i.Persiapan Pelaksanaan
• LKM Unit Kesehatan dibantu / difasilitasi oleh TFM menyusun jadwal ulang
apabila dalam melaksanakan kegiatan dalam RKM tidak sesuai lagi dengan
kondisi terkini.
18
• TFM terutama FM bidang kesehatan membantu LKM unit kesehatan dan
guru sekolah dasar dalam melaksanakan kegiatan promosi higiene sanitasi di
sekolah.
iii.Implementasi Kegiatan
19
di tempat terbuka. Kegiatan monitoring dapat dilakukan tidak hanya
kebiasaan/perilaku di sekolah, tetapi juga perilaku kesehatan di rumah.
20
dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal
seminggu sekali.
5. Berolahraga Teratur dan Terukur
Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik
secara teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat
memelihara kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh
sehingga tubuh tetap sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat
dilakukan di halaman secara bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila
tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/ karayawan sekolah berupa
senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja. Sekolah diharapkan
membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta menyediakan
alat/sarana untuk berolahraga
6. Tidak Merokok di Sekolah
Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan
sekolah. Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada
di sekitar perokok. Sekolah diharapkan membuat peraturan dilarang merokok
di lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat sekolah bisa saling mengawasi
diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan sekolah dan diharapkan
mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap rokok.
7. Tidak Menggunakan NAPZA
Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA
(Narkotika Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan
kesehatan fisik maupun psikis pemakainya.
8. Memberantas Jentik Nyamuk
Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan
dengan tidak ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air,
bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah
pembuangan air dispenser, wadah pembuangan air kulkas, dan barang-barang
bekas/tempat yang bisa menampung air yang ada di sekolah.
21
sumber air yang ada disekitar lingkungan sekolah serta menghindari
datangnya lalat atau serangga yang dapat menularkan penyakit seperti: diare,
disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit lainnya. Sekolah diharapkan
menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan dalam jumlah yang
cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan.
Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20
untuk perempuan.
10. Menggunakan Air Bersih
Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan
menyediakan sumber air yang bisa berasal dari air sumur terlindung, air pompa,
mata air terlindung, penampungan air hujan, air ledeng, dan air dalam
kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur, mata air terlindung
berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah/WC).
Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan dan tersedia
setiap saat.
11. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun
Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan,
sesudah buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan
atau setiap kali tangan kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang
mengalir. Air bersih yang mengalir akan membuang kuman-kuman yang ada
pada tangan yang kotor, sedangkan sabun selain membersihkan kotoran juga
dapat membunuh kuman yang ada di tangan.
12. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah
Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat
sampah yang tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah
antara sampah organik, non-organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah
selain kotor dan tidak sedap dipandang juga mengandung berbagai kuman
penyakit.
22
seimbang dan bervariasi, sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka
absensi anak sekolah menurun, dan proses belajar berjalan dengan baik
14. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan
Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar
diketahui tingkat pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran
dibandingkan dengan standar berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui
apakah pertumbuhan siswa normal atau tidak normal.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
a. Advokasi
b. Kerjasama
c. Penguatan kapasitas
d. Penelitian
Lingkunga sekolah yang sehat, mencakup 2 aspek, yakni sosial (non-fisik) dan
fisik.
24
1. Pendidikan kesehatan ( Health Education )
4.2. SARAN
25
DAFTAR PUSTAKA
26
pendidikan kesehatan sekolah sebagai proses ... - Journal UNY
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpji/article/viewFile/3017/2510. Diakses
tanggal 07 September 2018
Promosi Kesehatan Cuci Tangan Dan Jajanan Sehat ... - Jurnal Unsyiah
www.jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/download/8768/7121. Diakses tanggal 07
September 2018
27