Anda di halaman 1dari 2

Malvin Muhammad Zain-21030116140173

Standar Emisi di Indonesia

Yang terhomat Drs. Muzakka selaku dosen pengampu Bahasa Indonesia dan temen teman yang
saya cinta
Assalamualaykum Wr Wb
Pertama – tama marilah kita sampaikan rasa puji dan syukur kita kehadirat Allah SWT,
Tuhan Semesta Alam yang tak henti – hentinya telah memberikan hidayah dan nikmatnya
sehingga kita semua dapat berkumpul dalam ruangan ini tanpa halangan sedikitpun dan dalam
kondisi sehat walafiat. Tak lupa marilah kita sanjungkan shalawat serta salam kepada
junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke luar dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang saat ini. Semoga kita diberikan syafaatnya
pada yaumil akhir kelak amin.
Hadirin yang berbahagia,
Tanpa kita sadari masalah emisi sering kita abaikan, padahal jumlah kendaraan setiap
tahunnya meningkat, menurut BPS jumlah kendaraan bermotor di Indonesia pada 2015
mencapai 121,39 juta unit. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, dari angka tersebut yang
paling banyak adalah sepeda motor dengan jumlah 98,88 juta unit (81,5 persen). Diikuti mobil
penumpang dengan jumlah 13,48 juta unit (11,11 persen), kemudian mobil barang 6,6 juta unit
(5,45 persen), serta mobil bis dengan jumlah 2,4 juta unit (1,99 persen) dari total kendaraan.
Bahaya gas emisi seperti CO2, CO, Nox dan VHO dapat mengakibat efek dampak pendek dan
panjang.
Dampak bagi manusia sendiri sangat berbahaya, yaitu dapat mengakibatkan kanker
paru-paru jika terdampak lama dan menurut menri kesehatan, 0.78% orang Indonesia terkena
kanker. Bagi lingkungan gas emisi yang dihasilkan kendaraan bermotor menyebebkan
menipisan lapisan ozon sebagai pelindung panas bumi, akibatnya suhu bumi yang naik setiap
tahunnya membuat lapisan es berkurang yang mengakibatkan air laut yang naik serta musim
yang tak menentu.
Untuk mencegah itu, sebetulnya badan transportasi Eropa membuat standarisasi dimana
mengatur batas maksimal emisi yang dikeluarkan dalam satuan mg/km. Batasan tersebut
disebut Euro. Di Indonesia sudah diterapkan standar Euro 2 melalu peraturan menteri
Lingkungan Hidup melalu Permen 141/2003. Namun kebijakan tersebut baru efektif tahun
2007. Padahal kebijakan Euro 2 sudah diterbitkan sejak tahun 1996. Cukup mengejutkan kita
tertinggal 11 tahun. Dan disaat kita masih mau bermigrasi kepada tetapan Euro 4 pada tahun
2018, negara tetangga kita seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam sudah
menerapkan standar Europa 4 sejak tahun 2010. 8 tahun dan kita belum berubah.
Perlu diketahui, saat ini negara europa sudah menerapkan Euro 6 yang di terbitkan
pada tahun 2014. Perbandingan saja, pada Euro 2 batas maksimum emisi yang dibuang yaitu
250 mg/km, Euro 4 80 mg/km, Euro 6 60 mg/km untuk mesin bensin dan 730 mg/km, 250
mg/km, 80mg/km untuk mesin diesel. Perbedaan sudah sangat jauh bukan? Terkadang kita
terlalu mengeluhkan BBM mahal, padahal hal itu ada kaitan dengan kesehatan diri kita juga.
Malvin Muhammad Zain-21030116140173

Maka dari itu kita sebagai pemuda terdidik mari kita mulai dengan mengkritisi dengan melihat
efek jangkan pajang,
Kaitan dengan bahan bakar yaitu nilai oktan. Nilai oktan yang menandakan kemurnian
bahan bakar mempengaruhi efektifas kerja mesin. Di Indonesia bahan bakar yang dijual ada 4
jenis untuk mesin bensi yaitu Premium 88, Pertalite 90, Pertamax 92 dan Pertamax Turbo 98.
Perlu diketahui, hanya Indonesia yang masih menjual bensin dengan oktan dibawah 92. Lagi
lagi kita tertinggal.
Apakah kita siap untuk menerapkan Euro 4? Untuk menrapkan maka kita harus beralih
seluruhnya ke Pertamax. Kebjiakan Euro 4 akan dimulai pada tahun 2018. Pastinya bakal ada
efek pendek yaitu harga bahan bahan akan naik tapi kita harus sadar, kita masih tertinggal
walau sudah menerapkan Euro 4. Semakin baik gas emisi yang dihasilkan akan mendapatkan
manfaat tentunya bagi kita dan dunia. Tahukah anda bahwa biaya produksi premium sangat
mahal karena Pertamina harus mengolah lagi agar mendapakan oktan 88. Karena sudah tidak
adalagi yang memproduksinya.
Konsumsi BBM di indonesia menunjukan trend positif sebetulnya, dimana pada tahun
2016 penjualan premium 2.94 Juta Kiloliter dan pada 2017 masyarakat mulai beralih pada
pertalite dengan konsumsi 10.27 juta KL. Maka trend tersebut perlu di tingkatkan dengan
mendorong masyarakat berani beralih menggunakan Pertamax.
Mari kita kawal dan dukung kebijakan ini tentunya pasti ada efek negatif tapi kita perlu
sadar dan menyadari masyarakat bahwa biaya kesehatan akan jauh lebih mahal. Sebagai
pemuda terdidik kita harus menjadi agent of change dimana melihat kebijakan sebagai orang
yang terdidik. Sebagai penutup saya mengutip perkataan tokoh muda, Panji Pragiwaksino. “
ada dua jenis pemuda, dia yang menuntut perubahan dan dia yang melakukan perubahan.
Pilihlah perjuanganmu”. Mohon maaf apabila ada kekurangan dari pidato saya.

Wassalamualaykum Wr Wb.

Anda mungkin juga menyukai