NIM : 04011181520045
Kelas : Alpa Bukit 2015
LEARNING ISSUES
1. Anatomi Thoraks
a. Struktur Dinding Thorax
Tersusun dari tulang dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah
tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang clavicula dan scapula. Jarinan lunak
yang membentuk dinding dada adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah
intrerkostalis dan torakalis interna.
Dasar torak
Dibentuk oleh otot diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai lubang
untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esofagus
Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga ini dibatasi oleh pleura visceralis dan
parietalis.
Rongga Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum berisi jantung, aorta,
arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar
getah bening dan salurannya. Mediastinum dibagi menjadi bagian anterior, medius, posterior
dan superior.
Sternum terletak di garis tengah dinding anterio thorax. Sternum dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu manubrium sterni, corpus sterni, dan processus xiphoideus. Manubrium sterni
merupakan bagian atas sternum yang masing-masing sisnya bersendi dengan clavicula,
cartilagines costales I dan bagian atas cartilagines costales II. Corpus sterni bersendi dengan
manubrium sterni pada bagian atas melalui symphisis manubriosternalis dan bersendi dengan
processus xiphoideus pada bagian bawah melalui symphisis xiphosternalis. Pada setiap sisi
corpus terdapat lekukan-lekukan untuk bersendi dengan bagian bawah cartilagines costales II
dan cartilagines costales III sampai VII melalui junctura synovialis. Processus xiphoideus
merupakan bagian sternum yang paling bawah dan paling kecil.
Cartilagines costae merupakan batang cartilago hyalin yang menghubungkan 7 costae
bagian atas dengan pinggir lateral sternum, dan costae VIII, IX, dan X dengan cartilago tepat
diatasnya. Cartilagines costales XI dan XII berakhir pada otot-otot abdomen. Cartilagines
costae berperan penting dalam elastisitas dan mobilitas dinding thorax.
Costae terdiri dari 12 pasang yang semuanya melekat pada vetebrae thoracicae. Tujuh
pasang costae yang teratas melekat pada bagian anterior sternum melalui cartilagines costales.
Pasangan costae VII sampai X di anterior melekat satu dengan yang lain dan ke costa VII
melalui cartilagines costales dan junctura synovialisyang kecil. Pasangan costae XI dan XII
tidak mempunyai perlekatan di depan dan dinamkan costae fluctuantes.
Gambar 6. Permukaan anterior sternum. B. Sternum, costae dan cartilagines costales (Tortora
dan Derrickson, 2009)
Jenis-jenis fraktur
1. Fraktur pada iga merupakan kelainan yang sering terjadi akibat trauma tumpul pada dinding
toraks. Trauma tajam lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan
trauma yang sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga sering terjadi
pada iga IV-X. Dan sering menyebabkan kerusakan pada organ intra toraks dan intra
abdomen. (Sjamsuhidajat, 2005; Brunicardi, 2006). Fraktur pada iga VIII-XII sering
menyebabkan kerusakan pada hati dan limpa.Perlu di curigai adanya cedera neurovaskular
seperti pleksus brakhialis dan arteri atau vena subklavia, apabila terdapat fraktur pada iga I-
III maupun fraktur klavikula (Brunicardi, 2006).
2. Fraktur sternum jarang ditemukan pada trauma toraks. Biasanya ditemukan pada trauma
langsung dengan gaya trauma yang cukup besar.Lokasi fraktur biasanya dijumpai pada
bagian tengah atas sternum dan sering disertai fraktur Iga. Fraktur sternum dapat disertai
beberapa kelainan seperti: kontusio atau laserasi jantung, perlukaan bronkhus atau aorta.
Pada anamnesis dan pemerikasaan fisik biasanya dijumpai nyeri terutama di area sternum
dan disertai krepitasi.
3. Flail chest adalah area toraks yang melayang, disebabkan adanya fraktur iga multipel
berturutan lebih atau sama dengan 3 iga, dan memiliki garis fraktur lebih atau sama dengan
2 pada tiap iganya. Akibatnya adalah terbentuk area melayang atau flail yang akan bergerak
paradoksal dari gerakan mekanik pernapasan dinding toraks. Area tersebut akan bergerak
masuk pada saat inspirasi dan bergerak keluar pada saat ekspirasi. A. Karakteristik
(Brunicardi, 2006) 1. Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding toraks saat
inspirasi/ekspirasi; tidak terlihat pada pasien dalam ventilator 2. Menunjukkan trauma hebat
3. Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen, ekstremitas).
5. Kontusio Paru (Willimas, 2013) Kontusio paru sering dijumpai pada kasus trauma tumpul
toraks dandapat pula terjadi pada trauma tajam dengan mekanisme perdarahan dan edema
parenkim konsolidasi. Patofisiologi yang terjadi adalah kontusio atau cedera jaringan yang
menyebabkan edema dan reaksi inflamasi sehingga terjadinya lung compliance menurun,
ventilation-perfusion mismatch yang hipoksia dan work of breathing yang meningkat.
Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan foto toraks dan pemeriksaan laboratorium
analisa gas darah yang menunjukan penurunan nilai PaO2.
6. Laserasi Paru (Brunicardi, 2006) Robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau
trauma tumpul keras yang disertai fraktur iga. Manifestasi klinik umumnya dijumpai hemato
+ pneumotoraks.
8. Trauma Jantung(Brunicardi, 2006) Kecurigaan terjadinya suatu trauma jantung dapat dinilai
apabila dijumpai: 1. Trauma tumpul di daerah anterior 2. Fraktur pada sternum 3. Trauma
tembus atau tajam pada area prekordial yaitu parasternal kanan, sela iga II kiri, garis mid-
klavikula kiri, arkus kosta kiri Diagnostik dapat ditegakkan dari pemerikasan EKG,
pemeriksaan enzim jantung atau CK-CKMB, Troponin T. Pada foto toraks dijumpai
pembesaran mediastinum, gambaran doublecontour pada mediastinum yang menunjukkan
kecurigaan efusi pericardium. Dapat juga dilakukan Echocardiography untuk memastikan
adanya suatu effusi atau tamponade jantung.
9. Chylothorax adalah akumulasi cairan limphe yang berlebihan di dalam rongga pleura karena
kebocoran dari duktus torasikus atau cabang-cabang utamanya. Obstruksi atau laserasi
duktus torasikus yang paling sering disebabkan oleh keganasan, trauma, tuberkulosa dan
trombosis vena (Brunicardi, 2006).
2. Anatomi Abdomen
a. Struktur Dinding Abdomen
Dinding abdomen dibentuk oleh diafragma di bagian superior. Pada bagian anterior,
dinding abdomen dibentuk di atas oleh bagian bawah cavea thoracis dan di bawah oleh
musculus rectus abdominis, musculus obliquus externus abdominis, musculus obliquus
internus abdominis, dan musculus transversus abdominis serta fascianya. Di bagian inferior,
cavitas abdominalis melanjutkan diri menjadi cavitas pelvis melalui apertura pelvis superior.
b. Struktur Umum Viscera Abdomen
Abdomen dapat dibagi menjadi empat kompartemen anatomis, yaitu (Williams, 2013):
Regio thorax, regio peritoneum, regio retroperitoneum, dan regio pelvis. regio thorax berisi
diafragma, hati, limfa, dan lambung. Regio peritoneum disebut juga true abdomen yang berisis
lambung, usus halus dan usus besar, omentum, rahim, dan terkadangan puncak dari vesika
urinaria. Regio retroperitoneum mencakup pembuluh-pembuluh darah besar, ginjal, kolon,
uterus, pankreas, dan duodenum. Regio pelvis dibentuk oleh sambungan tulang-tulang pelvis.
ANALISIS MASALAH
JAWAB :
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dai pemeriksaan sekilas?
Keadaan Korban Keadaan normal Interpretasi
Sadar tetapi terlihat binggung, Sadar sepenuhnya Penurunan kesadaran
cemas (delerium)
Kesulitan Bernafas Gangguan Pernafasan
RR: 40x/menit 16-24 x/menit Takipneu
TD: 84/60 mmHg 120/80 mmHg Hipotensi
Nadi 122x/menit 60-100 x/menit Takikardia
Wajah dan bibir Tidak ada tanda Sianosis
terlihat kebiruan, kebiruan
konjungtiva anemis (+)
Kulit pucat, dingin, dan Tidak pucat dan Kurang perfusi O2 di
berkeringat dingin dingin perifer
Terlihat deformitas di paha kiri Tidak ada Fraktur femur tertutup
deformitas
Mekanisme Abnormal:
Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas
Penurunan kesadaran pada kasus dapat diakibatkan oleh pendarahan
akibat anemia yang diderita akibat perdarahan akibat fraktur yang diderita.
Penurunan kesadaran juga dapat diakibatkan oleh kekurangan oksigen
akibat tension pneumothorax.
Tanda fital: laju respirasi 40x/menit; nadi 122x/menit, lemah; tekanan darah
85/60 mmHg.
Asidosis, hipoksia, penurunan venous return → merangsang
kemoreseptor pada badan karotis arkus aorta → merangsang nervus vagus
dan nervus glosofaringeus ke pusat kemoreseptor di medulla oblongata →
Mengaktifkan vasomotor center dengan meningkatakan sinyal saraf
simpatik dan menghambat saraf parasimpatik → peningkatan sinyal saraf
ke SA Node terjadi peningkatan heart rate (tachycardia) → preload dan
kontraksi jantung tidak optimal (Hipotensi)
Trauma pada thoraks → costae fraktur → trauma tusuk pada pleura parietal
→ udara masuk ke rongga pleura dan tidak dapat keluar lagi (one way
valve) → tekanan intrapleural meningkat >5 CmH2O → (pneumothorax)
→ kontraksi otot intercostal berkontraksi (inspirasi) → membuat pleura
parietal mengembang namun pleura visceral tidak mengembang → Udara
terus masuk ke dalam rongga pleura namun tidak bisa keluar → terjadi
peningkatan tekanan yang semakin besar di dalam rongga paru → Tension
Pneumothorax → paru kanan tidak mengembang (nonfungsional) +
Tekanan udara rongga pleura → paru-paru kanan kolaps + menekan
jantung, trakea dan paru-paru kiri → Penurunan volume inhalasi +
penurunan jumlah venous return(dibuktikan distensi vena jugularis) +
penurunan cardiac output dan penurunan perfusi oksigen → Hipoksia →
Asidosis → Kemoreseptor perifer merangsang repiratory center(DRV dan
Apneustic Center) di pons dan medulla oblongata → Peningkatan usaha
respirasi (hyperventilation) → RR meningkat → sesak
GCS: 13
Pada Kasus Normal Interpretasi
Eye 3 4 Bereaksi jika diperintah
Motor 6 6 Normal
Verbal 4 5 Jawaban Kacau
GCS 13 15 Normal/minor brain injury
Keterangan :
E=3Mata bisa membuka dengan perintah suara
M=6Dapat menggerakkan anggota badannya sendiri berdasarkan perintah
V=4Pasien tampak bingung, disorientasi
- ROM
aktif: limitasi gerakan, ROM yang terdapat limitasi gerakan menandakan
pasif: limitasi gerakan adanya inflamasi sehingga menghambat terjadinya
pergerakan oleh tulang, sendi, dan otot. Hal ini
biasanya terjadi pada fraktur tulang.