PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hemoroid merupakan penyakit yang umum terjadi. Pada usia sekitar 50 tahun, 50 % individu
mengalami berbagai tipe hemoroid. Pasien dengan gangguan hemoroid mencari pertolongan
medis terutama akibat nyeri dan perdarahan rectal. Walaupun tidak mengancam jiwa,
penyakit ini dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa
waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal
yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal
disebut hemorod eksternal.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun
keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak
nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus mengalami
bengkak yang kadang disertai pendarahan.
Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering
diabaikan. Hemoroid akan menimbulkan masalah bila ia membesar dan berdarah. Meskipun
hemoroid dapat dijumpai pada setiap orang, namun yang membesar dan menimbulkan
masalah hanya 4% dari total populasi. Kejadian hemoroid tidak memandang jenis kelamin
dan umumnya meningkat pada usia 45 sampai 65 tahun.
4
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara
klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi
juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena.
Pada penderita hemoroid umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar karena terasa sakit
apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat tekanan. Pada penderita hemoroid parah
terkadang sulit diobati sehingga bisa diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang bisa
memberi efek samping yang terkadang tidak baik. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan
ditangani dengan baik agar mudah diobati.
B. TUJUAN
5
C. METODE PENULISAN
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab, yaitu Bab I
Pendahuluan meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan, Bab II Tinjauan Teoritis mencakup: konsep medik yang berisi definisi, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, terapi, komplikasi,
discharge planning, patoflodiagram dan konsep dasar keperawatan yang berisi pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan. Bab III Kesimpulan dan diakhiri Daftar
Pustaka.
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Anatomi dan Fisiologi
Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti
cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis.
Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai
sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis
terletak di belakang peritoneum dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum.
Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal. Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak
terdapat pada rektum, dan lapisan otot longitudinalnya berkesinambungan.
Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas
yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar. Di
bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen rektum,
dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu lipatan yang
lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus.
Melalui kontraksi serabut – serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan
pada kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit
bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian
luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis
berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat.
Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini, 6 – 10
lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung kedalam lumen.
Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan epitel
gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling bergabung
dengan perantaraan lipatan transversal. Alur – alur diantara lipatan longitudinal berakhir
pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah
kolumna analis, yang panjangnya kira – kira 1 cm, di sebut daerah hemoroidal, cabang
7
arteri rectalis superior turun ke kolumna analis terletak di bawah mukosa dan
membentuk dasar hemorhoid interna.
Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus
vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi
primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3).
Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut. Hemoroid
eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat
di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan
merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan
selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.
2. Pengertian
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara
klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja,
tetapi juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena. Hemoroid adalah
bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid adalah vena yang berdilatasi dalam kanal anal( Smeltzer Suzanne C; 2001 ).
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hemoroid adalah
pelebaran vena diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena, bagian vena
yang berdilatasi dalam kanal anal.
8
3. Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
a. Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh darah
pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa
terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak
adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar
dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk
membuang wasir.
2) Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi,
tapi setelah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.
3) Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong
4) Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi
tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul trombus yang di ikuti
infeksidan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral
Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu,
padahal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus
9
yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi.
Inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan
halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid .
b. Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot dan
berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada
pinggir anus yang terasa sakit dan gatal.
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1) Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
a) Sering rasa sakit dan nyeri
b) Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit .
2) Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit
anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah
4. Etiologi
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid, antara lain
sebagai berikut :
a. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan
vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi
duduk yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu
hernia dapat menekan.
b. Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga terkadang harus mengejan
10
dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari
biasanya dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi
kronis diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan
muskulus sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan
maka akan membuat peregangannya bertambah buruk.
c. Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat sirosis
hepatis. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,media dan inferior,
sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena
ini dan mengakibatkan hemoroid.
d. Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
e. Olahraga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang termasuk
olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda,
latihan pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga
yang terlalu berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda,
latihan pernapasan lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit akan
menyebabkan peregangan . sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama
penderita mengejan maka akan membuat peregangannyabertambah buruk.
f. Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.
5. Manifestasi klinis
a. Pembengkakan pada area anus
b. Timbulnya rasa gatal dan nyeri
c. Perdarahan pada faeces berwarna merah terang.
d. Keluar selaput lendir
e. Prolaps
f. Duduk berjam-jam di WC.
6. Patofisiologi
Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari bantalan
jaringan ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada didalam kandungan,
bantalan tersebut mengelilingi mengelilingi dan mendukung anastomosis distal antara a.
rectalis superiordenganv.rectalis superior, media, dan inferior. Bantalan tersebut sebagian
besar disusun oleh lapisan otot halus subepitelial. Jaringan hemoroid
normalmenimbulkan tekanan didalam anus sebesar 15-20 % dari keseluruhan tekanan
anus pada saat istirahat (tidak ada
11
aktivitas apapun) dan memberikan informasi sensoris penting yang memungkinkan anus
untuk dapat memberikan presepsi berbeda antara zat padat, cair, dan gas.
Pada umumnya, setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat subepitelial pada anus.
Bantalan – bantalan tersebut merupakan posisi-posisi dimana hemoroid bias terjadi. Ada
3 posisi utama, yaitu: jam 3 (lateral kiri), jam 7 (posterior kanan), dan jam 11 (anterior
kanan). Sebenarnya hemoroid dapat juga menunjuk pada posisi lain, atau bahkan dapat
sirkuler, namun hal ini jarang terjadi.
Mengenai jam tersebut, pemberian angka angka berdasarkan kesepakatan: angka 6 (jam
6) menunjukan arah posterior / belakang, angka 12 (jam 12) menunjukan arah anterior /
depan, angka 3 (jam 3) menunjukan arah kiri, angka 9 (jam 9) menunjukan arah kanan.
Dengan pedoman tersebut kita bisa tentukan arah jam lainnya. Secara umum gejala
hemoroid timbul ketika hemoroid tersebut menjadi besar, inflamasi, trombosis, atau
bahkan prolaps. Adanya pembengkakan abnormal pada bantalan anus menyebabkan
dilatasi dan pembengkakan pleksus arterivenous. Hal ini mengakibatkan peregangan otot
suspensorium dan terjadi prolaps jaringan rectum melalui kanalis analis. Mukosa anus
yang berwarna merah terang karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam
anastomosis arterivenous.
12
Pathway Keperawatan
Bendungan vena
pleksus hemoroid
Gangguan aliran
balik vena
↑hemoroid
Tekanan
venameningkat
Dilatasi
Distensi dan
stasis vena
Prolapsus
permanen
Pembedahan
Takut Konstipasi
gerak
Perubahan
eliminasi urine
7.
Komplikasi
13
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portalsistemik pada
hipertensi portal dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah
dapat sangat banyak. Perdarahan akut semacam ini dapat menyebabkan syok
hipovolemik. Sedangkan perdarahan kronis menyebabkan terjadinya anemia, karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yangkeluar. Sering
pasien datang dengan Hb 3-4. pada pasien ini penanganannya tidak langsung operasi
tetapi ditunggu sampai Hb pasien menjadi 10. prolaps hemoroid interna dapat menjadi
ireponibel, terjadi inkarserasi ( prolaps & terjepit diluar ) kemudian diikuti infeksi
sampai terjadi sepsis. Sebelum terjadi iskemik dapat terjadi gangren dulu dengan bau
yang menyengat.
8. Penatalaksanaan
a) Terapi konservatif
Pengelolaan dan modifikasi diet Diet berserat, buah-buahan dan sayuran, dan intake
air ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa
yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat
menyerap air sehingga feses menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut
menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak sehingga mempermudah
defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara berlebihan.
b) Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal. Obat-
obatan yang sering digunakan adalah:
1) Stool Softener, untuk mencegahkonstipasi sehingga mengurangi kebiasaan
mengejan, misalnya Docusate Sodium.
2) Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine ointmenti
5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk diperhatikan adalah
penggunaan obat-obatan topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping
sistematik.
3) Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal yang timbul
akibat iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan usus,
misalnya Hamamelis water (Witch Hazel)
4) Analgesik, untuk mengatasi rasanyeri, misalnya Acetaminophen (Tylenol,
Aspirin Free Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi
14
pasien yang memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien
dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau pasien yang sedang
mengkonsumsi antikoagulan oral.
5) Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial anti
hemoroid masih diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu dicapai hanya
sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan
hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan. Namun bila konsumsi berhenti
maka hemoroid tersebut akan kambuh lagi.
15
3) Bedah Beku (Cryosurgery)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi nekrosis
dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan
dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok
untuk terapi paliatif pada karsinoma recti inoperabel.
4) IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga terjadilah
nekrosis dan akhirnya fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu sekali.
d) Terapi Operatif
1) Hemoroidektomi Banyak pasien yang sebenarnya belum memerlukan operasi
minta untuk dilakukan hemoroidektomi. Biasanya jika ingin masuk militer,
pasien meminta dokter untuk menjalankan operasi ini. Indikasi operasi untuk
hemoroid adalah sebagai berikut:
a. Gejala kronik derajat 3 atau 4.
b. Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi sederhana.
c. Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis serta gangren.
prinsip hemoroidektomi :
a. Eksisi hanya pada jaringanyang benar-benar berlebih.
b. Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan kulit normal
tidak terganggu Spinchter ani.
9. Pemeriksaan penunjang
A. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
B. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk
mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid.
C. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.
16
D. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang disertai
karsinoma.
E. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus.
Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien
mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.
17
4) Riwayat sosial
Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
2) Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
3) Eliminasi
Gejala : perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
4) Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan
Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
5) Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur
Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
6) Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring
2. Diagnosa Keperawatan
Pre Operatif
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekan dan sensitifitis pada area rectal / anal
18
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang
ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
c. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroid yang ditandai dengan
perdarahan waktu BAB
Postoperasi
a. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan
pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
b. Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
c. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
dirumah.
3. Intervensi
Preoperatif
19
meningkatkan rangsangan saraf
sirkulasi dan simpatis dan untuk
meringankan mengangkat hemoroid
jaringan yang
teriritasi
6. Berikan
lingkungan yang
tenang
7. Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
analgesik,
pelunak faeces.
20
7. Beri pasien ketidak nyamanan dan
suppositoria ketidak efektifan
tindakan atau
menyatakan terjadinya
komplikasi.
6. Pendidikan tentang
hal tersebut membantu
dalam keikut sertaan
pasien untuk
mencegah / mengurangi
rasa nyeri.
7. Dapat melunakan
feces dan dapat
mengurangi pasien agar
tidak mengejan saat
defikasi.
21
tidak K dan B12 sesuai darah dan untuk
dibantu oleh indikasi meningkatkan
3. Konsultasi
perawat produksi sel darah
dengan ahli gizi
merah
4. Berikan cairan IV
3. Untuk menentukan
diet yang tepat pada
klien
4. Untuk menggantikan
banyaknya darah yang
hilang selama
perdarahan
Postoperatif
22
4. klien jaringan, imflamasi lokal
tampak rileks. 5. Cerobong anus atau terjadinya infeksi
dilepaskan sesuai dapat meningkatkan rasa
advice dokter nyeri.
5. Meningkatkan fungsi
(pesanan)
fisiologis anus dan
memberikan rasa nyaman
6. Berikan
pada daerah anus pasien
penjelasan tentang
karena tidak ada
tujuan
sumbatan.
pemasangan
6. Pengetahuan tentang
cerobong anus
manfaat cerobong anus
(guna cerobong
dapat membuat pasien
anus untuk
paham guna cerobong
mengalirkan sisa-
anus untuk kesembuhan
sisa perdarahan
lukanya.
yang terjadi
didalam agar bisa
keluar).
23
4.Bersihkan area penyebaran luas infeksi
perianal setelah atau kontaminasi silang.
4. mengurangi /
setiap depfikasi
mencegah kontaminasi
daerah luka.
5. Berikan diet
5. mengurangi
rendah serat/ sisa
ransangan pada anus dan
dan minum yang
mencegah mengedan pada
cukup
waktu defikasi.
24
difekasi lunak gejala infeksi dan intervensi
dengan segera dapat mencegah
menggunakan progresi situasi serius.
pelunak feces dan 7. Mencegah mengejan saat
makanan laksatif difekasi dan melunakkan
alami. feces.
8. Jelaskan 8. Menurunkan tekanan intra
pentingnya abdominal yang tidak perlu
menghindari dan tegangan otot.
mengangkat benda
berat dan
mengejan.
4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada
yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di manabibir anus mengalami
bengkak yang kadang disertai pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma
karena ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan. Yang disebabkan oleh BAB dengan
posisi jongkok yang terlalu lama , Obtipasi atau konstipasi kronis , Faktor pekerjaan orang
yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai
predisposisi untuk terkena hemoroid dan Olah raga berat dengan tanda dan gejala seperti
Pembengkakan pada area anus Timbulnya rasa gatal dan nyeri,Perdarahan pada faeces
berwarna merah terang , Keluar selaput lendir ,Prolaps dan Duduk berjam-jam di WC.
B. SARAN
Seharusnya kita perlu mengetahui tentang penyakit hemoroid agar kita dapat mencegah hal
itu timbul dalam lingkungan kita. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
belum kesempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah berikutnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa; Monica Ester, et al; Jakarta; EGC.
Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter Anugerah, Jakarta, EGC.
Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan Buku Saku; edisi 6; alih bahasa;
Yasmin Asih; Jakarta; EGC.
27