Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hemoroid merupakan penyakit yang umum terjadi. Pada usia sekitar 50 tahun, 50 % individu
mengalami berbagai tipe hemoroid. Pasien dengan gangguan hemoroid mencari pertolongan
medis terutama akibat nyeri dan perdarahan rectal. Walaupun tidak mengancam jiwa,
penyakit ini dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum
terjadi. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa
waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal
yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal
disebut hemorod eksternal.

Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.
Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan
meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun
keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak
nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana bibir anus mengalami
bengkak yang kadang disertai pendarahan.

Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma karena ukurannya kecil hemoroid ini sering
diabaikan. Hemoroid akan menimbulkan masalah bila ia membesar dan berdarah. Meskipun
hemoroid dapat dijumpai pada setiap orang, namun yang membesar dan menimbulkan
masalah hanya 4% dari total populasi. Kejadian hemoroid tidak memandang jenis kelamin
dan umumnya meningkat pada usia 45 sampai 65 tahun.

4
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara
klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja, tetapi
juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena.

Pada penderita hemoroid umumnya sulit untuk duduk dan buang air besar karena terasa sakit
apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat tekanan. Pada penderita hemoroid parah
terkadang sulit diobati sehingga bisa diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang bisa
memberi efek samping yang terkadang tidak baik. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan
ditangani dengan baik agar mudah diobati.

B. TUJUAN

1.1 Tujuan Umum


Mahasiswa dapat memahami konsep asuhan keperawatan pada klien hemoroid.

1.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami penyakit hemoroid


2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab hemoroid
3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tanda dan gejala hemoroid
4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui patofiologi hemoroid
5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui penatalaksanaan hemoroid
6. Mahasiswa mampu memehami dan mengetahui klasifikasi hemoroid
7. Mahasiswa mampu memahami komplikasi hemoroid
8. Mahsiswa mampu memahami pengkajian hemoroid
9. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa hemeroid
10. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan keperawatan hemoroid
11. Mahasiswa mampu melaksanakan dan mengevaluasi hemoroid

5
C. METODE PENULISAN

Dalam penulisan ini penulis menggunakan sistematika penulisan berdasarkan teori.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi dalam beberapa bab, yaitu Bab I
Pendahuluan meliputi: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan, Bab II Tinjauan Teoritis mencakup: konsep medik yang berisi definisi, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, test diagnostik, terapi, komplikasi,
discharge planning, patoflodiagram dan konsep dasar keperawatan yang berisi pengkajian,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan. Bab III Kesimpulan dan diakhiri Daftar
Pustaka.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori
1. Anatomi dan Fisiologi
Rektum panjangnya 15 – 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula – mula mengikuti
cembungan tulang kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada
ketinggian tulang ekor dan melintas melalui dasar panggul pada fleksura perinealis.
Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi anus. Rektum mempunyai
sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura sakralis
terletak di belakang peritoneum dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum.
Fleksura perinealis berjalan ektraperitoneal. Haustra (kantong) dan tenia (pita) tidak
terdapat pada rektum, dan lapisan otot longitudinalnya berkesinambungan.

Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang dapat cukup banyak meluas
yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air besar. Di
bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap – sayap ke dalam lumen rektum,
dua yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu lipatan yang
lebih besar pada sisi kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 – 8 cm dari anus.
Melalui kontraksi serabut – serabut otot sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan
pada kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut saling menjauhi.

Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit
bertanduk yang mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian
luar, kulit ini mencapai ke dalam bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis
berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar sebacea dan kelenjar keringat.
Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada daerah ini, 6 – 10
lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung kedalam lumen.
Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan epitel
gepeng yang tidak bertanduk. Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling bergabung
dengan perantaraan lipatan transversal. Alur – alur diantara lipatan longitudinal berakhir
pada kantong dangkal pada akhiran analnya dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah
kolumna analis, yang panjangnya kira – kira 1 cm, di sebut daerah hemoroidal, cabang

7
arteri rectalis superior turun ke kolumna analis terletak di bawah mukosa dan
membentuk dasar hemorhoid interna.

Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus
vena hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh
mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan
submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi
primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri lateral (jam 3).
Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut. Hemoroid
eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat
di sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.

Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan
merupakan awal aliran vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus.
Pleksus hemoroid interna mengalirkan darah ke vena hemoroidalis superior dan
selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran
sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka.

2. Pengertian
Hemoroid berasal dari kata haima yang berarti darah dan rheo yang berarti mengalir,
sehingga pengertian hemoroid secara harfiah adalah darah yang mengalir. Namun secara
klinis diartikan sebagai pelebaran vasa/vena didalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik. tetapi akan menjadi patologik apabila tidak mendapat
penanganan/pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran vasa saja,
tetapi juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena. Hemoroid adalah
bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

Hemoroid adalah varikositis akibat dilatasi pleksus vena hemoroidalis interna (


Underwood, J.C.E; 1999 ).

Hemoroid adalah vena yang berdilatasi dalam kanal anal( Smeltzer Suzanne C; 2001 ).

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa hemoroid adalah
pelebaran vena diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa atau vena, bagian vena
yang berdilatasi dalam kanal anal.

8
3. Klasifikasi
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :

a. Hemoroid interna
Merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Terdapat pembuluh darah
pada anus yang ditutupi oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa
terlihat muncul menonjol ke luar seperti hemoroid eksterna.

Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak
adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini. Jika sudah parah bisa menonjol keluar
dan terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk
membuang wasir.

Hemoroid interna terbagi menjadi 4 derajat :


1) Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi / tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya
dapat di temukan dengan proktoskopi.

2) Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi,
tapi setelah depikasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.

3) Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi
harus di dorong

4) Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defikasi
tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul trombus yang di ikuti
infeksidan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral
Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu,
padahal pendapat ini salah karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus

9
yang tidak berbeda banyak pada saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi.
Inkaserata maka setelah beberapa saat akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan
halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps hemoroid .

b. Hemoroid eksterna
Merupakan varises vena hemoroidalis inferior yang umumnya berada di bawah otot dan
berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada
pinggir anus yang terasa sakit dan gatal.

Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.
Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu:

1) Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya
adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
a) Sering rasa sakit dan nyeri
b) Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung – ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor rasa sakit .

2) Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit
anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah

4. Etiologi
Berbagai penyebab yang dipercaya menimbulkan terjadinya hemoroid, antara lain
sebagai berikut :
a. BAB dengan posisi jongkok yang terlalu lama. Hal ini akan meningkatkan tekanan
vena yang akhirnya mengakibatkan pelebaran vena. Sedangkan BAB dengan posisi
duduk yang terlalu lama merupakan factor resiko hernia, karena saat duduk pintu
hernia dapat menekan.
b. Obtipasi atau konstipasi kronis, konstipasi adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kesulitan saat Buang Air Besar (BAB) sehingga terkadang harus mengejan

10
dikarenakan feses yang mengeras, berbau lebih busuk dan berwarna lebih gelap dari
biasanya dan frekwensi BAB lebih dari 3 hari sekali. Pada obstipasi atau konstipasi
kronis diperlukan waktu mengejan yang lama. Hal ini mengakibatkan peregangan
muskulus sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama penderita mengejan
maka akan membuat peregangannya bertambah buruk.
c. Tekanan darah (Aliran balik venosa), seperti pada hipertensi portal akibat sirosis
hepatis. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis superior,media dan inferior,
sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan aliran balik ke vena-vena
ini dan mengakibatkan hemoroid.
d. Faktor pekerjaan. Orang yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid.
e. Olahraga berat adalah olahraga yang mengandalkan kekuatan fisik. Yang termasuk
olahraga berat antara lain mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda,
latihan pernapasan, memanah, dan berenang. Seseorang dengan kegiatan berolahraga
yang terlalu berat seperti mengangkat beban berat/angkat besi, bersepeda, berkuda,
latihan pernapasan lebih dari 3 kali seminggu dengan waktu lebih dari 30 menit akan
menyebabkan peregangan . sphincter ani terjadi berulang kali, dan semakin lama
penderita mengejan maka akan membuat peregangannyabertambah buruk.
f. Diet rendah serat sehingga menimbulkan obstipasi.

5. Manifestasi klinis
a. Pembengkakan pada area anus
b. Timbulnya rasa gatal dan nyeri
c. Perdarahan pada faeces berwarna merah terang.
d. Keluar selaput lendir
e. Prolaps
f. Duduk berjam-jam di WC.

6. Patofisiologi
Hemoroid adalah bagian normal dari anorektal manusia dan berasal dari bantalan
jaringan ikat subepitelial di dalam kanalis analis. Sejak berada didalam kandungan,
bantalan tersebut mengelilingi mengelilingi dan mendukung anastomosis distal antara a.
rectalis superiordenganv.rectalis superior, media, dan inferior. Bantalan tersebut sebagian
besar disusun oleh lapisan otot halus subepitelial. Jaringan hemoroid
normalmenimbulkan tekanan didalam anus sebesar 15-20 % dari keseluruhan tekanan
anus pada saat istirahat (tidak ada

11
aktivitas apapun) dan memberikan informasi sensoris penting yang memungkinkan anus
untuk dapat memberikan presepsi berbeda antara zat padat, cair, dan gas.

Pada umumnya, setiap orang memiliki 3 bantalan jaringan ikat subepitelial pada anus.
Bantalan – bantalan tersebut merupakan posisi-posisi dimana hemoroid bias terjadi. Ada
3 posisi utama, yaitu: jam 3 (lateral kiri), jam 7 (posterior kanan), dan jam 11 (anterior
kanan). Sebenarnya hemoroid dapat juga menunjuk pada posisi lain, atau bahkan dapat
sirkuler, namun hal ini jarang terjadi.

Mengenai jam tersebut, pemberian angka angka berdasarkan kesepakatan: angka 6 (jam
6) menunjukan arah posterior / belakang, angka 12 (jam 12) menunjukan arah anterior /
depan, angka 3 (jam 3) menunjukan arah kiri, angka 9 (jam 9) menunjukan arah kanan.
Dengan pedoman tersebut kita bisa tentukan arah jam lainnya. Secara umum gejala
hemoroid timbul ketika hemoroid tersebut menjadi besar, inflamasi, trombosis, atau
bahkan prolaps. Adanya pembengkakan abnormal pada bantalan anus menyebabkan
dilatasi dan pembengkakan pleksus arterivenous. Hal ini mengakibatkan peregangan otot
suspensorium dan terjadi prolaps jaringan rectum melalui kanalis analis. Mukosa anus
yang berwarna merah terang karena kaya akan oksigen yang terkandung di dalam
anastomosis arterivenous.

12
Pathway Keperawatan

Bendungan vena
pleksus hemoroid

Gangguan aliran
balik vena
↑hemoroid
Tekanan
venameningkat

Dilatasi

Distensi dan
stasis vena

Kongesti vena Kongesti vena


rektalis superior pleksusrektalis
dan media inferior

Pembengkakan Perdarahan Nyeri Pembengkakan


globular saat defekasi pinggir anus bulat
kemerahan kebiruan
Mengabaikan
defekasi Edema/
Prolapsussaat PK
defekasi hemoragi hematoma
Konstipasi

Prolapsus
permanen
Pembedahan

Stranggulasi Respon Luka Post operatif


psikologis insisi
pre operatif
Peristaltik usus
Spasme
Nyeri menurun
otot
Ansietas

Takut Konstipasi
gerak

Perubahan
eliminasi urine
7.

Komplikasi

13
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah
pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portalsistemik pada
hipertensi portal dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah
dapat sangat banyak. Perdarahan akut semacam ini dapat menyebabkan syok
hipovolemik. Sedangkan perdarahan kronis menyebabkan terjadinya anemia, karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yangkeluar. Sering
pasien datang dengan Hb 3-4. pada pasien ini penanganannya tidak langsung operasi
tetapi ditunggu sampai Hb pasien menjadi 10. prolaps hemoroid interna dapat menjadi
ireponibel, terjadi inkarserasi ( prolaps & terjepit diluar ) kemudian diikuti infeksi
sampai terjadi sepsis. Sebelum terjadi iskemik dapat terjadi gangren dulu dengan bau
yang menyengat.

8. Penatalaksanaan
a) Terapi konservatif
Pengelolaan dan modifikasi diet Diet berserat, buah-buahan dan sayuran, dan intake
air ditingkatkan. Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa
yang tinggi. Selulosa tidak mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat
menyerap air sehingga feses menjadi lunak. Makanan-makanan tersebut
menyebabkan gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak sehingga mempermudah
defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara berlebihan.

b) Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan bagi pasien dengan hemoroid derajat awal. Obat-
obatan yang sering digunakan adalah:
1) Stool Softener, untuk mencegahkonstipasi sehingga mengurangi kebiasaan
mengejan, misalnya Docusate Sodium.
2) Anestetik topikal, untuk mengurangi rasa nyeri, misalnya Liidocaine ointmenti
5% (Lidoderm, Dermaflex). Yang penting untuk diperhatikan adalah
penggunaan obat-obatan topikal per rectal dapat menimbulkan efek samping
sistematik.
3) Mild astringent, untuk mengurangi rasa gatal pada daerah perianal yang timbul
akibat iritasi karena kelembaban yang terus-menerus dan rangsangan usus,
misalnya Hamamelis water (Witch Hazel)
4) Analgesik, untuk mengatasi rasanyeri, misalnya Acetaminophen (Tylenol,
Aspirin Free Anacin dan Feverall) yang merupakan obat anti nyeri pilihan bagi

14
pasien yang memiliki hiperensitifitas terhadap aspirin atau NSAID, atau pasien
dengan penyakit saluran pencernaan bagian atas atau pasien yang sedang
mengkonsumsi antikoagulan oral.
5) Laxantina ringan atau berak darah (hematoscezia). Obat supositorial anti
hemoroid masih diragukan khasiatnya karena hasil yang mampu dicapai hanya
sedikit. Obat terbaru di pasaran adalah Ardium. Obat ini mampu mengecilkan
hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan. Namun bila konsumsi berhenti
maka hemoroid tersebut akan kambuh lagi.

c) Terapi Tindakan Non Operatif Elektif


1) Skleroterapi
Vasa darah yang mengalami varises disuntik Phenol 5 % dalam minyak nabati
sehingga terjadi nekrosis lalu fibrosis. Akibatnya, vasa darah yang
menggelembung akan berkontraksi / mengecil. Untuk itu injeksi dilakukan ke
dalam submukosa pada jaringan ikat longgar di atas hemoroid interna agar
terjadi inflamasi dan berakhir dengan fibrosis. Untuk menghindari nyeri yang
hebat, suntikan harus di atas mucocutaneus juction (1-2 ml bahan
diinjeksikankekuadran simptomatik dengan alat hemoroid panjang dengan
bantuan anoskopi). Komplikasi : infeksi, prostitis akut dan reaksi
hipersensitifitas terhadap bahan yang disuntikan. Skleroterapi dan diet serat
merupakan terapi baik untuk derajat 1 dan 4.

2) Ligasi dengan cincin karet (Rubber band Ligation)


Teknik ini diperkenalkan oleh Baron pada tahun 1963 dan biasa dilakukan untuk
hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps. Tonjolan ditarik dan
pangkalnya (mukosa pleksus hemoroidalis) diikat denga cincin karet. Akibatnya
timbul iskemik yang menjadi nekrosis dan akhirnya terlepas. Pada bekasnya
akanmengalami fibrosis dalam beberapa hari. Pada satu kali terapi hanya diikat
satu kompleks hemoroid sedangkan ligasi selanjutnya dilakukan dalam jangka
waktu dua sampai empat minggu. Komplikasi yang mungkin timbul adalah
nyeri yang hebat terutama pada ligasi mucocutaneus junction yang kaya reseptor
sensorik dan terjadi perdarahan saat polip lepas atau nekrosis (7 sampai 10 hari)
setelah ligasi.

15
3) Bedah Beku (Cryosurgery)
Tonjolan hemoroid dibekukan dengan CO2 atu NO2 sehingga terjadi nekrosis
dan akhirnya fibrosis. Terapi ini jarang dipakai karena mukosa yang akan
dibekukan (dibuat nekrosis) sukar untuk ditentukan luasnya. Cara ini cocok
untuk terapi paliatif pada karsinoma recti inoperabel.
4) IRC (Infra Red Cauter)
Tonjolan hemoroid dicauter / dilelehkan dengan infra merah. Sehingga terjadilah
nekrosis dan akhirnya fibrosisTerapi ini diulang tiap seminggu sekali.

d) Terapi Operatif
1) Hemoroidektomi Banyak pasien yang sebenarnya belum memerlukan operasi
minta untuk dilakukan hemoroidektomi. Biasanya jika ingin masuk militer,
pasien meminta dokter untuk menjalankan operasi ini. Indikasi operasi untuk
hemoroid adalah sebagai berikut:
a. Gejala kronik derajat 3 atau 4.
b. Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi sederhana.
c. Hemoroid derajat 4 dengan nyeri akut dan trombosis serta gangren.
prinsip hemoroidektomi :
a. Eksisi hanya pada jaringanyang benar-benar berlebih.
b. Eksisi sehemat mungkin dilakukan sehingga anoedema dan kulit normal
tidak terganggu Spinchter ani.

2) Stapled Hermorrhoid Surgery (Procedure for prolapse and hemorrhoids/ PPH)


Prosedur penanganan hemoroid ini terhitung baru karena baru dikembangkan
sekitar tahun 1990-an. Prinsip dari PPH adalah mempertahankan fungsi jaringan
hemoroid serta mengembalikan jaringan ke posisi semula. Jaringan hemoroid ini
sebenarnya masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak perlu
dibuang semua. Prosedur tidak bisa diterapi secara konservatif maupun terapi
nonoperatif

9. Pemeriksaan penunjang
A. Hemoglobin, mengalami penurunan < 12 mg%.
B. Anoscopy, pemeriksaan dalam rektal dengan menggunakan alat, untuk
mendeteksi ada atau tidaknya hemoroid.
C. Digital rectal examination, pemeriksaan dalam rektal secara digital.

16
D. Sigmoidoscopy dan barium enema, pemeriksaan untuk hemoroid yang disertai
karsinoma.
E. Inspeksi Hemoroid eksterna mudah terlihat, terutama bila sudah menjadi thrombus.
Hemoroid interna yang menjadi prolaps dapat terlihat dengan cara menyuruh pasien
mengejan. Prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa.

F. Rectal Toucher (RT)


Hemoroid interna stadium awal biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, hemoroid ini
dapat teraba bila sudah ada thrombus atau fibrosis. Apabila hemoroid sering prolaps,
selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat
dengan dasar yang lebar. Rectal toucher (RT) diperlukan untuk menyingkirkan
kemungkinan adanya karsinoma recti.
G. Pemeriksaan diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum prolaps.
Anaskopi dimasukan untuk mengamati keempat kuadran dan akan terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol kedalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan
sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih
nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak, besarnya, dan keadaan lain seperti
polip, fissure ani, dan tumor ganas harus diperhatikan

B. konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan
pada anus atau nyeri pada saat defikasi.
c. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Pasien di temukan pada beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa
hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh / terulang kembali.
Pada pasien dengan hemoroid bila tidak di lakukan pembedahan akan kembali RPD, bisa
juga di hubungkan dengan penyakit lain seperti sirosis hepatis.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluaga yang menderita penyakit tersebut

17
4) Riwayat sosial
Perlu ditanya penyakit yang bersangkutan.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardi, takipnea/hiperventilasi (respon terhadap aktivitas)
2) Sirkulasi
Gejala : kelemahan/nadi periver lemah
Tanda : Warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah)
Membran kulit
3) Eliminasi
Gejala : perubahan pola defekasi
Perubahan Karakteristik
Tanda : nyeri tekan abdomen , distensi
Karakteristik feses : darah bewarna merah terang (darah segar)
Akonstipasi dapat terjadi
4) Nutrisi :
Gejala : Penurunan berat badan
Anoreksia
Tanda : konjungtiva pucat, wajah pucat, terlihat lemah
5) Pola tidur
Gejala : Perubahan pola tidur
Terasa nyeri pada anus saat tidur
Tanda : muka terlihat lelah, kantung mata terlihat gelap
6) Mobilisasi
Gejala : membatasi dalam beraktifitas
Tanda : wajah terlihat gelisah , banyak berganti posisi duduk dan berbaring

2. Diagnosa Keperawatan

Pre Operatif
a. Nyeri berhubungan dengan iritasi, tekan dan sensitifitis pada area rectal / anal

18
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya massa anal atau anus, yang
ditandai benjolan didaerah anus, terasa nyeri dan gatal pada daerah anus.
c. Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroid yang ditandai dengan
perdarahan waktu BAB
Postoperasi
a. Gangguan rasa nyaman (Nyeri) pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan
pada luka operasi dan terpasangnya cerobong angin.
b. Resikol terjadinya infeksi pada luka berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat
c. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
dirumah.

3. Intervensi

Preoperatif

No. Diagnosa Tujuan dan Intervenasi Rasional


keperawatan kriteria hasil

1. Nyeri Tujuan : Nyeri 1. Beri posisi 1. Meminimalkan


berhubungan teratasi nyaman stimulasi /
2. Berikan bantalan
dengan iritasi, meningkatkan relaksas
dibawah bokong 2. Meminimalkan tekana
tekan dan KH:
pada saat duduk dibawah bokong /
sensitifitis pada 1.Wajah klien
3. Observasi tanda-
meningkatkan
area rectal / anal Tidak tampak
tanda vital
relaksasi
meringis 4. Ajarkan tehnik
3. Untuk menentukan
2. Skala nyeri untuk mengurangi
intervensi selanjutnya
0–3 rasa nyeri seperti 4. Pengalihan perhatian
3. Klien dapat membaca, melalui
istirahat tidur menarik nafas kegiatan0kegiatan
5. Meningkatkan
4. TTV dalam panjang,
relaksasi
batas normal menonoton TV,
6. Menurunkakan
dll.
ketidak nyamanan
5. Beri kompres
fisik
dingin pada
7. Mengurangi nyeri dan
daerah anus untuk
menurunkan

19
meningkatkan rangsangan saraf
sirkulasi dan simpatis dan untuk
meringankan mengangkat hemoroid
jaringan yang
teriritasi
6. Berikan
lingkungan yang
tenang
7. Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
analgesik,
pelunak faeces.

2. Gangguan rasa Tujuan: 1. Berikan randam 1. Menurunkan


nyaman gangguan rasa duduk ketidaknyamanan lokal,
2. Berikan pelicin
berhubungan nyaman menurunkan edema dan
pada saat mau
dengan adanya terratasi. meningkatkan
BAB
massa anal atau penyembuhan.
3. Beri diet randah
2. Membantu dalam
anus, yang KH:
sisa
melancarkan defikasi
ditandai benjolan 1.Nyeri 4. Anjurka pasien
sehingga tidak perlu
didaerah anus, berkurang agar jangan
mengedan.
terasa nyeri dan 2.Rasa gatal bannyak berdiri
3. Mengurangi
gatal pada daerah berkurang atau duduk (harus
rangsangan anus dan
anus 3.Massa dalam keadaan
melemahkan feses.
mengecil. seimbang). 4. Gaya gravitasi
5. Observasi
akan mempengaruhi
keluhan pasien
timbulnya hemoroid
6. Berikan
dan duduk dapat
penjelasan
meningkatkan tekanan
tentang timbulnya
intra abdomen.
rasa nyeri dan
5. Membantu
jelaskan dengan
mengevaluasi derajat
singkat

20
7. Beri pasien ketidak nyamanan dan
suppositoria ketidak efektifan
tindakan atau
menyatakan terjadinya
komplikasi.
6. Pendidikan tentang
hal tersebut membantu
dalam keikut sertaan
pasien untuk
mencegah / mengurangi
rasa nyeri.
7. Dapat melunakan
feces dan dapat
mengurangi pasien agar
tidak mengejan saat
defikasi.

3. Perdarahan Tujuan: 1. Observasi TTV 1. Untuk menentukan


2. Monitir
berhubungan perdarahan tindakan selanjutnya
banyaknya 2. Untuk menentukan
dengan pecahnya teratasi
perdarahan tingkat kehilangan
vena hemoroid KH:
3. Kaji ulang tingkat
cairan
yang ditandai 1. Konjungtiva
toleransi aktifitas 3. Untuk mengetahui
dengan klien merah 4. Memandirikan
tingkat kelemahan klien
perdarahan waktu muda klien dalam 4. Mengurangi
2. Hb normal
BAB melakukan ketergantungan aktifitas
(12-14 g/dl)
aktifitas sehari- klien dengan bantuan
3. Tidak ada
hari perawat
perdarahan
4. Klien tidak Kolaborasi Kolaborasi :
cepat lelah 1. Konsultasikan 1. Untuk menentukan
setelah nutrisi untuk kebutuhan nutrisi pada
beraktifitas klien dengan ahli klien
5. Aktifitas
gizi 2. Untuk membantu
klien sudah 2. Berikan vitamin proses pembekuan

21
tidak K dan B12 sesuai darah dan untuk
dibantu oleh indikasi meningkatkan
3. Konsultasi
perawat produksi sel darah
dengan ahli gizi
merah
4. Berikan cairan IV
3. Untuk menentukan
diet yang tepat pada
klien
4. Untuk menggantikan
banyaknya darah yang
hilang selama
perdarahan

Postoperatif

No. Diagnosa Tujuan dan Intervenasi Rasional


keperawatan kriteria hasil

1. Gangguan rasa Tujuan: 1. Beri posisi tidur 1. Dapat menurunkan


nyaman (Nyeri) gangguan rasa yang tegangan abdomen dan
pada luka operasi nyaman menyenangkan meningkatkan rasa
berhubungan terpenuhi. pasien. kontrol.
2. Melindungi pasien
dengan adanya
dari kontaminasi silang
jahitan pada luka KH: 2. Ganti balutan
selama penggantian
operasi dan 1.Tidak setiap pagi sesuai
balutan. Balutan basah
terpasangnya terdapat rasa tehnik aseptik
bertindak sebagai
cerobong angin. nyeri pada
penyerap kontaminasi
luka operasi, 3. Latihan jalan
eksternal dan
2. pasien dapat sedini mungkin
menimbulkan rasa tidak
melakukan
nyaman.
aktivitas 4. Observasi
3. menurunkan masalah
ringan. daerah rektal
yang terjadi karena
3. skala nyeri apakah ada
imobilisasi.
0-1. perdarahan 4. Perdarahan pada

22
4. klien jaringan, imflamasi lokal
tampak rileks. 5. Cerobong anus atau terjadinya infeksi
dilepaskan sesuai dapat meningkatkan rasa
advice dokter nyeri.
5. Meningkatkan fungsi
(pesanan)
fisiologis anus dan
memberikan rasa nyaman
6. Berikan
pada daerah anus pasien
penjelasan tentang
karena tidak ada
tujuan
sumbatan.
pemasangan
6. Pengetahuan tentang
cerobong anus
manfaat cerobong anus
(guna cerobong
dapat membuat pasien
anus untuk
paham guna cerobong
mengalirkan sisa-
anus untuk kesembuhan
sisa perdarahan
lukanya.
yang terjadi
didalam agar bisa
keluar).

2. Resiko terjadinya resiko infeksi 1. Observasi tanda 1. Respon autonomik


infeksi pada luka teratasi. vital tiap 4 jam meliputi TD, respirasi,
berhubungan KH: nadi yang berhubungan
dengan 1. tidak 2. Obserpasi denagan keluhan /
pertahanan primer terdapat tanda- balutan setiap 2 – penghilang nyeri .
tidak adekuat tanda infeksi 4 jam, periksa Abnormalitas tanda vital
(dolor, kalor, terhadap perlu di observasi secara
rubor, tumor, perdarahan dan lanjut.
2. Deteksi dini
fungsiolesa). bau.
terjadinya proses infeksi
2. radang luka
dan / pengawasan
mengering. 3. Ganti balutan
penyembuhan luka oprasi
3. hasil LAB : dengan teknik
yang ada sebelumnya.
- leukosit aseptik
3. Mencegah meluas
- trombosit
dan membatasi

23
4.Bersihkan area penyebaran luas infeksi
perianal setelah atau kontaminasi silang.
4. mengurangi /
setiap depfikasi
mencegah kontaminasi
daerah luka.
5. Berikan diet
5. mengurangi
rendah serat/ sisa
ransangan pada anus dan
dan minum yang
mencegah mengedan pada
cukup
waktu defikasi.

3. Kurang Tujuan: 1.Diskusikan 1. Rasional: Pengetahuan


pengetahuan yang kurangnya pentingnya tentang diet berguna untuk
berhubungan pengetahuan penatalaksanaan melibatkan pasien dalam
dengan kurang teratasi. diet rendah sisa. merencanakan diet dirumah
informasi tentang 2. Demontrasikan yang sesuai dengan yang
perawatan KH: perawatan area dianjurkan oleh ahli gizi.
dirumah. 1. klien tidak anal dan minta 2. Pemahaman akan
banyak pasien meningkatkan kerja sama
bertanya menguilanginya pasien dalam program terapi,
tentang 3. Berikan meningkatkan penyembuhan
penyakitnya. rendam duduk dan proses perbaikan
2. pasien dapat sesuai pesanan terhadap penyakitnya.
menyatakan 4. Bersihakan area 3. Meningkatkan kebersihan
atau mengerti anus dengan baik dan kenyaman pada daerah
tentang dan keringkan anus (luka atau polaps).
perawatan seluruhnya setelah
4. Melindungi area anus
dirumah. defekasi.
terhadap kontaminasi
3. keluarga 5. Berikan balutan
kuman-kuman yang berasal
klien paham 6.Diskusikan
dari sisa defekasi agar tidak
tentang proses gejala infeksi luka
terjadi infeksi.
penyakit. untuk dilaporkan
5. Melindungi daerah luka
4. klien kedokter.
dari kontaminasi luar.
menunjukkan 7. Diskusikan
wajah tenang mempertahankan 6. Pengenalan dini dari

24
difekasi lunak gejala infeksi dan intervensi
dengan segera dapat mencegah
menggunakan progresi situasi serius.
pelunak feces dan 7. Mencegah mengejan saat
makanan laksatif difekasi dan melunakkan
alami. feces.
8. Jelaskan 8. Menurunkan tekanan intra
pentingnya abdominal yang tidak perlu
menghindari dan tegangan otot.
mengangkat benda
berat dan
mengejan.

4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut tercapai. Bila ada
yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian disusun rencana, kemudian
dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau dievaluasi, bila dalam evaluasi belum
teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan seterusnya sampai tujuan tercapai.

25
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hemoroid / wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di manabibir anus mengalami
bengkak yang kadang disertai pendarahan. Setiap orang pasti memiliki hemoroid, cuma
karena ukurannya kecil hemoroid ini sering diabaikan. Yang disebabkan oleh BAB dengan
posisi jongkok yang terlalu lama , Obtipasi atau konstipasi kronis , Faktor pekerjaan orang
yang harus berdiri,duduk lama, atau harus menggangkat barang berat mempunyai
predisposisi untuk terkena hemoroid dan Olah raga berat dengan tanda dan gejala seperti
Pembengkakan pada area anus Timbulnya rasa gatal dan nyeri,Perdarahan pada faeces
berwarna merah terang , Keluar selaput lendir ,Prolaps dan Duduk berjam-jam di WC.

B. SARAN
Seharusnya kita perlu mengetahui tentang penyakit hemoroid agar kita dapat mencegah hal
itu timbul dalam lingkungan kita. Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
belum kesempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk menyempurnakan penulisan makalah berikutnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer Suzanne C., Bare Brenda G.; ( 2001 ); Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth; edisi 8; alih bahasa; Monica Ester, et al; Jakarta; EGC.

Price Sylvia A., Wilson Lorraine M.;( 1994 );Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit; jilid 1; edisi 8; alih bahasa; Peter Anugerah, Jakarta, EGC.

Carpenito Lynda Juall; ( 1997 ); Diagnosa Keperawatan Buku Saku; edisi 6; alih bahasa;
Yasmin Asih; Jakarta; EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai