PREEKLAMPSIA
Disusun Oleh:
Kelompok A 2 2015
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2017
I. Definisi
Preeklampsia adalah sindrom klinis pada masa kehamilan (setelah kehamilan 20
minggu) yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah (>140/90 mmHg) dan
proteinuria (0,3 gram/hari) pada wanita yang tekanan darahnya normal pada usia
kehamilan sebelum 20 minggu (Wagner, 2004).
2.2 Fisiologi
Pada trimester I sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta. Suplai darah ke dalam rahim meningkat seiring dengan
perkembangan rahim dan memenuhi kebutuhan plasenta yang mulai berfungsi.
Pada trimester II, ukuran jantung membesar karena ada peningkatan beban kerja
yang disebabkan meningkatnya cardiac output. Jantung juga dapat bergeser ke
kanan dan ke kiri serta berputar karena tekanan uterus meningkat yang disebabkan
oleh perkembangan uterus. Volume darah meningkat, tetapi tekanan darah
cenderung menurun. Sedangkan pada trimester III volume darah semakin
meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah
sehingga terjadi pengenceran darah. Hemodilusi mencapai puncaknya pada umur
kehamilan 32 minggu, serum darah bertambah sebesar 25-30%. Selama kehamilan,
dengan adanya peningkatan volume darah pada hampir semua organ dalam tubuh,
terlihat adanya perubahan yang signifikan pada sistem kardiovaskuler (Jannah N,
2012).
Pada ibu hamil juga terjadi peningkatan aliran darah ke otak, uterus, ginjal,
payudara dan kulit. Peningkatan ini artinya sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan fetus. Volume darah merah dan plasma juga meningkat selama
kehamilan seiring dengan peningkatan curah jantung. Pembentukan darah merah
juga meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dasar sebesar 30%-33%.
Keadaan ini membutuhkan banyak bahan-bahan pembentukan sel darah merah
seperti zat besi, asam folat, dan lainnya pada ibu hamil. (Tarwoto, 2007).
III. Patofisiologi
V. Gejala
Literatur Yang dirasakan pasien
2. Labetalol 200 mg
a. Golongan : Betablocker (terapi awal untuk hipertensi pada kehamilan
karena bersifat nonteratogenik) (MIMS, 2017).
b. Indikasi : Hipertensi
c. Dosis :
Dosis awal : 50 mg sehari (usia lanjut 25 mg) 2 kali sehari dengan
makanan, tingkatkan dengan interval 14 hari
Dosis lazim 100 mg 2 kali sehari; sampai dengan 400 mg sehari dalam
2 dosis terbagi (jika lebih tinggi dalam 3-4 dosis terbagi).
Injeksi intravena, 50 mg selama paling tidak 1 menit, jika perlu ulangi
setelah 5 menit; maksimal 200 mg.
Infus Intravena, 2 mg/menit; kisaran lazim 50-200 mg, (tidak
dianjurkan untuk feokromositoma). Hipertensi pada kehamilan, 20
mg/jam, lipatkan dua setiap 30 menit; maksimal 160 mg/jam.
Hipertensi setelah infark, 15 mg/jam, sedikit demi sedikit tingkatkan
sampai maksimal 120 mg/jam. (BPOM RI. 2015).
d. Peringatan : Alergi, asma atau COPD, tekanan darah sangat rendah,
kerusakan jantung (blok jantung tahap 2 atau 3, gagal jantung parah,
denyut sangat lambat).
e. Efek Samping : Reaksi allergi, kesulitan bernafas, pembengkakan di
area wajah, lidah, bibi dan tenggorokan, keringat berlebihan, mual,
pusing, jantung berdebar
(Drugs.com, 2017)
f. Mekanisme : Labetalol merupakan beta bloker yang memiliki
tambahan mekanisme kerja vasodilatasi arteriol dengan mekanisme
yang berbeda, sehingga dapat menurunkan resistensi perifer (BPOM,
2015).
3. Magnesium Sulfat
a. Golongan : Antikonvulsan
b. Indikasi : MgSO4 diberikan secara intravena, memiliki efek
antikejang dan vasodilator, mencegah terjadinya eclampsia pada
penderita preeklampsia akut.
c. Dosis :
Dosis awal : 10 gram sampai 14 gram secara intravena
Dosis Maksimum : 30 gram sampai 40 gram, 20 gram / 48 jam
d. Kontraindikasi : pada pasien dengan blok jantung atau kerusakan
miokard.
e. Efek Samping : Intoksikasi magnesium, berkeringat, hipotensi, refleks
yang tertekan, kelumpuhan lembek, hipotermia, depresi sistem saraf
pusat dan saraf yang berlanjut ke kelumpuhan pernafasan.
Hipokalsemia dengan tanda tetani sekunder. (Drugs.com, 2017).
f. Mekanisme Kerja : Magnesium Sulfat bekerja mengurangi asetilkolin
pada saraf motorik dan bekerja pada miokardium dengan
memperlambat laju pembentukan nodus nodus SA dan
memperpanjang waktu konduksi (MIMS, 2017).
2. Magnesium Sulfat
a. Dosis :
- MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% selama 5 menit
- Mulai 2 gr/jam dalam 100 mL IV untk mempertahankan konsentrasi.
- Ukur Mg serum antara 4-6 jam, dan infus kembali untuk mengatur agar
konsentrasi 4-mEq/L (4,8-8,4 mg/dL).
- Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang yang
terakhir
3. Dexamethasone
a. Indikasi: Meningkatkan kadar platelet agar kembali normal
b. Dosis untuk pospartum:
- Dexamethasone 2x10 mg intravena sebanyak 2 kali, dilanjutkan dengan 2x5
mg intravena sebanyak 2 kali, setelah itu dihentikan (Haq, 2014).
(ACOG, 2017).
IX. Fitoterapi
9.1 Bawang Putih (Allium sativum)
• Memberikan informasi obat (semua obat diberikan melalui rute i.v. sehingga
dilakukan oleh tenaga ahli)
1. Magnesium sulfat secara i.v. untuk antikejang
2. Labetalol secara i.v untuk menurunkan tekanan darah
3. Dexamethasone secara i.v untuk meningkatkan trombosit
• Memberikan informasi efek samping obat agar pasien tetap tenang jika terjadi efek-
efek yang membuat pasien kurang nyaman
Berikut ini efek samping dari obat yang digunakan oleh pasien :
- Magnesium sulfat : mual, muntah, haus, flushing kulit, hipotensi, aritmia,
depresi napas, ngantuk, bingung, hilang refleks tendon, lemah otot
- Labetalol : hipotensi postural, kelelahan, rasa lemah, sakit kepala, ruam kulit,
kesulitan berkemih, nyeri epigastrik, mual, muntah; kerusakan hati
Untuk menghindari terjadinya hipotensi postural, pasien diminta untuk
menghindari posisi tegak selama pemberian obat secara i.v. dan 3 jam
berikutnya
- Dexamethasone : iritasi perineal dapat diikuti dengan pemberian injeksi
intravena ester fosfat
(BPOM RI, 2015).
XI. Monitoring
Tekanan darah dan denyut nadi harus diukur setiap 15 menit hingga stabil dan
setelah stabil diukur ssetiap setengah jam sekali
Harus dimasukkan kateter dan keluarnya urin harus di ukur setiap jam apabila
cairan intravena diberikan
Saturasi oksigen harus diukur terus menerus dan dibuat grafik dengan tekanan
darah. Jika saturasi dibawah 95% maka dilakukan peninjauan medis
Laju pernapasan harus diukur setiap jam
Suhu badan harus diukur setiap jam
Keseimbangan cairan harus dipantau dengan sangat hati-hati. Detil rekaman input
dan output harus dibuat grafik.
Tekanan vena pusat (CVP) dan garis arteri harus di ukur terus menerus dan di buat
grafik dengan tekanan darah
Penilaian neurologis harus dilakukan dengan menggunakan AVPU atau GCS.
Kesehatan janin harus dinilai dengan hati-hati. Pada tahap awal dilakukan dengan
kardiotokografi namun pertimbangan harus diberikan untuk menilai janin dengan
growth scan, pengujian cairan dan arteri umbilikalis bentuk gelombang kecepatan
arus Doppler
(Institute of Obstetricians and Gynaecologists, Royal College of Physicians of
Ireland and the Clinical Strategy and Programmes Division, Health Service
Executive, 2016).
Jika hasil semua pemantauan janin normal pada wanita dengan hipertensi
gestasional berat atau preeklampsia, jangan rutin mengulang kardiotokografi lebih
dari seminggu.
Pada wanita dengan hipertensi gestasional berat atau preeklampsia, ulangi
kardiotokografi jika wanita tersebut melaporkan adanya perubahan gerakan janin,
pendarahan vagina, sakit perut, dan penurunan kondisi ibu.
(NICE, 2011).
Monitoring Ibu Dan Janin
Dalam masa kehamilan, kondisi ibu dan janin harus sering kali dimonitor dengan
mengikuti:
Penilaian ibu:
o Tanda vital, asupan cairan, dan pengeluaran urin harus di monitor setidaknya 8
jam sekali
o Gejala dari severe preeklampsia (pusing, perubahan penglihatan, nyeri atau
tekanan retrostrenal, sesak napas, mual dan muntah, dan nyeri epigastrium)
harus di monitor setidaknya 8 jam sekali
o Terjadinya kontraksi, pecahnya membran, nyeri perut (abdomen), atau
pendarahan harus di monitor setidaknya 8 jam sekali
o Pengujian laboratorium (CBC dan penilaian jumlah platelet, enzim hati, dan
tingkat serum kreatinin) harus dilakukan setiap hari
Penilaian janin
o Jumlah tendangan dan NST dengan kontraksi uterin di monitor setiap hari
o Profile biofisik dua kali seminggu
o Serial pertumbuhan janin harus dilakukan setiap 2 minggu dan pengujian arteri
umbilikal Doppler harus dilakukan setiap 2 minggu apabila dicurigai terdapat
keterbatasan pada pertumbuhan janin
(The American College of Obstetricians and Gynecologist, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Ben-zion Taber, MD. 1994. Kedaruratan Obstetri & Ginecologi Ed 2. Jakarta: EGC.
Capasso, Fransicesco., Timothy S. Gaginella., Giuliano Grandolini., dan Angelo A. Izzo. 2003.
Phytotherapy a Quick Reference to Herbal Medicine. USA: Springer Sciences &
Business Media.
Cunningham FG , Mc Donald Pt, Giant NF, Levano KJ, Gilstrap LC, Hankins. Williams .
2014.Obstetrics. Edisi ke-24. New York: McGraww Hill.
Cunningham, MacDonald, Grant. Terjemahan oleh Joko Suyono dan Andry Hartono.
2006. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta: EGC
Derek Lewellyn-jones. 2001. Dasar-dasar obstetric dan ginekologi, Ed.6. Jakarta: Hipokrates
Dipiro. 2015. Pharmacoterapy handbook 9th Edition. New York : Mc Graw Hill.
Duffus, G.M. and Mac Gillivray, I. 1994. The incidence of penyakit jantung koroner bukan
merupakan preeklampsia toxcaemia in smolers and non smoker. England:Lancet
Haq, A., N. 2014. A 27 Years Old Woman With Severe Preeclampsia And Partial Hellp
Syndrome. J Agromed Unila 1 (3): 232-237.
Harrison, K.A. 1985. Child bearing, Health and social prioritirs. A survey of 22,774
consecutive birth in Zaria, Northen, Nigeria. British Journal of Obstetries and
Gynecology.
Institute of Obstetricians and Gynaecologists, Royal College of Physicians of Ireland and the
Clinical Strategy and Programmes Division, Health Service Executive. 2016. Clinical
Practice Guideline The Diagnosis And Management Of Severe Pre-eclampsia And
Eclampsia. Tersedia online di https://rcpi-live-cdn.s3.amazonaws.com/wp-
content/uploads/2017/02/Pre-eclampsia_Approved_120716.pdf [diakses pada 14
Desember 2017]
Kelliat Budianna. 1998. Penatalaksanaan stress. Editor Yasmin Asih. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2001. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kemenkes RI.
Manuaba Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu kebidanan, Penyakit kandungan & Keluarga berencana
untuk pendidikan bidanEd. I, Jakarta: EGC
Moerman, M.L.1982. Growth of the birth canal in adolescent girls. Amirican Journal of
obstetric and gynecology, 143-182
Pauline Mc.Call Sellers.1993., A tekbook and reference Book for Midwifery in Southern Africa.
Kenwyn : Juta
Powe CE, Levine RJ, Karumanchi SA.2011. Preeclampsia, a disease of the maternal
endothelium: The role of antiangiogenic factors and implications for later cardiovascular
Circulation2011;123:2856-69.
Prawirohardjo S. 2010. Ilmu kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Shirish DN. 2005. Hipertensive disorders in pregnancy. Dalam: Evans AT, editor. Manual of
obstetrics. Edisi ke-2. New York: LWW.
Sobotta. 2006. Atlas Anatomi Manusia. Disunting oleh Reinhard Putz, Reinhard Pabst; Alih
Bahasa, Y. Joko Suyono ; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Liliana Sugiharto. Edisi 22.
Jakarta : EGC.
Tarwoto, W. 2007. Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil : Konsep dan Penatalaksanaan. Jakarta:
Trans Info Media.
Triana, Ani., dkk. 2015. Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Deepublish.
Van Dongen, P.W. 1977. Blood pressure survey of Zambian primigravidae. Trop. Georg. Med.
Wagner LK. 2004. Diagnosis and management of preeclampsia. Am. Fam.
Physician70(12):2317-24.
Priority: (1) Paling urgent; (2) Permasalahan lainnya yang harus diatasi secepatnya selain permasalahn utama; (3) Permasalahan
yang dapat diatasi nanti
Monitoring Parameters
Health Care Problem Priority Therapeutic Goals Recommendation for Therapy
and Endpoints
Hipertensi 1 Menurunkan Tekanan Darah Labetalol 50 mg Tekanan darah dan denyut nadi
pasien diukur setiap 15 menit hingga
stabil, setelah stabil diukur
setiap 30 menit (Institute of
Obstetricians & Gynaecologist
and Clinical Strategy &
Programmes Division, 2011).
Tekanan darah normal;
Sistol: <120 mmHg
Diastol:<80 mmHg
(Depkes RI, 2011).
Preeklamsia 2 Mencegah terjadinya eklamsia Magnesium Sulfat Output urin perjam (Institute of
MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40% Obstetricians & Gynaecologist
selama 5 menit. Mulai 2 gr/jam dalam and Clinical Strategy &
100 mL IV untuk mempertahankan Programmes Division, 2011).
konsentrasi. Protein pada urin normal:
negatif
(Depkes RI, 2011).
Syndrom HELLP 2 Meningkatkan kadar platelet Dexamethasone Platelet normal: 170-380
Dexamethasone 2x10 mg intravena .103/mm3 (170-380 .109/L
sebanyak 2 kali, dilanjutkan dengan 2x5 Hemoglobin wanita normal:
mg intravena sebanyak 2 kali, setelah itu 12-16 g/dL (7,4-9,9
dihentikan. mmol/L)
ALT normal: 5-35 IU/L
(Depkes RI, 2011).
Transfusi platelet
dianjurkan untuk operasi
sesar atau melahirkan secara
normal saat jumlah platelet
<20×109/L (Institute of
Obstetricians &
Gynaecologist and Clinical
Strategy & Programmes
Division, 2011).