Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BLAKANG


Kamar operasi adalah suatu instalasi khusus di rumah
sakit yang merupakan suatu tempat untuk melakukan tindakan
pembedahan baik operasi elektif maupun emergensi yang
membutuhkan keadaan dan peralatan yang steril dan juga
termasuk fasilitas yang mempunyai banyak persyaratan.
Tindakan pembedahan atau tindakan operasi merupakan
tindakan yang kompleks, penyulit dari tindakan pembedahan
dapat disebabkan oleh aspek SDM, fasilitas/alat dan juga
lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan.
Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan kedokteran
telah menjadikan pembedahan yang dahulu sebagai usaha
terakhir, tetapi sekarang menjadi sesuatu yang dapat diterima
secara umum. Pelayanan keperawatan di kamar operasi juga ikut
berkembang dari hari kehari, dimana kegiatan keperawatan mulai
dari identifikasi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial pasien dan
implementasi dari asuhan keperawatan yang bersifat
individualistik, mengkoordinasikan semua kegiatan keperawatan
berdasarkan ilmu keperawatan, ilmu biomedis, ilmu perilaku
dan ilmu alam dasar dalam rangka memulihkan dan
mempertahankan kesehatan, kesejahteraan pasien sebelum,
selama dan sesudah tindakan pembedahan. Tehnik kamar
bedah merupakan suatu aturan tentang bagaimana cara
pemberian pelayanan di kamar bedah dengan baik dan benar,
dengan tujuan agar tidak terjadi penyulit akibat tindakan
pembedahan.
Tindakan pembedahan dan pembiusan adalah tindakan
yang membawa risiko tinggi, maka penggunaannya haruslah
direncanakan secara seksama. Assesmen pasien adalah dasar
untuk memilih prosedur pembedahan dan pembiusan yang
tepat, pemilihan prosedur tergantung pada riwayat pasien, statu
1
fisik, dan data diagnostik termasuk risiko dan manfaat
prosedur bagi pasien, dalam hal ini pasien, keluarga atau para
pembuat keputusan diberikan edukasi tentang risiko, manfaat,
dan komplikasi serta alternatif yang berhubungan dengan
prosedur. Pasien, keluarga atau para pembuat keputusan
diharapkan menerima informasi yang adekuat untuk
berpartisipasi dalam mengambil keputusan pemberian asuhan
dan memberikan persetujuan ( informed consent ).
Asuhan medis dan perawatan pasca bedah setiap pasien
perlu dibedakan, oleh karena itu penting untuk merencanakan
asuhan tersebut yang berisikan tingkatan suhan, tempat asuhan,
pemantauan tindak lanjut atau pengobatan dan kebutuhan obat.
Perencanaan asuhan pasca bedah dapat di mulai sebelum
pembedahan berdasarkan assesmen kondisi dan kebutuhan
pasien. Asuhan yang direncanakan bagi setiap pasien
didokumentasikan dalam rekam medik pasien utnuk memastikan
kelanjutan pelayanan selama periode pemulihan atau rehabilitasi.
Rumah Sakit Umum Daerah Naibonat sebagai salah satu
rumah sakit negeri di Kabupaten Kupang yang memberikan
pelayanan tindakan pembedahan atau tindakan operasi dengan
anestesi atau sedasi ringan, moderat dan dalam yang
tersedia untuk tindakan elektif maupun diluar jam kerja ( darurat
). Sebagai salah satu bagian dari RSUD NAIBONAT, Instalasi
Kamar Operasi memberikan pelayanan tindakan pembedahan,
anestesi maupun sedasi dengan dilengkapi peralatan yang
memadai dan juga di dukung oleh SDM yang memiliki sertifikasi
dan pelatihan yang khusus dibidangnya serta memenuhi
persyaratan dan standar di rumah sakit, nasional, undang –
undang dan peraturan yang berlaku.
Di lingkungan kamar operasi terdiri dari beberapa ruangan:
3 ruang operasi yang dipakai, ruang premedikasi, ruang pulih
sadar, dan ruang konsultasi. Pasien akan diterima di ruang
premedikasi sebelum dimasukkan ke ruang operasi, di tempat ini
pasien di data ulang identitas, informed consent, prosedur
2
operasi, serta pemerisaan tanda – tanda vital dan untuk pasien
bayi atau anak-anak akan diberikan obat premedikasi terlebih
dahulu oleh dokter anestesi, di tempat ini dokter bedah akan
menyapa pasien dan memberikan kembali penjelasan prosedur
yang akan dilakukan.
Bila peralatan, tim bedah dan ruang operasi siap, maka
pasien akan dibawa ke ruang operasi dan di pindah ke meja
operasi. Pasien akan di pasang monitor jantung untuk memantau
selama pembedahan dan pemberian anestesi.
Setelah pembedahan selesai dilakukan, pasien akan
ditempatkan di ruang pulih sadar untuk dipantau secara ketat
keadaan umum dan tanda – tanda vital serta kemungkinan
teradinya perdarahan post operatif. Di tempat ini pasien akan
dipantau selama 1 – 2 jam atau lebih melihat kondisi pasien
sebelum di pindahkan ke ruang perawatan atau ruang one day
care. Di tempat ini perawat anestesi akan memantau kondisi
pasien dan mendokumentasikan dalam rekam medik pasien,
sebelum pasien pindah ke ruang perawatan selanjutnya,
kelengkapan rekam medik pasien termasuk laporan operasi harus
sudah diisi oleh dokter operator bedah serta tindakan perawatan
selanjutnya juga harus sudah terlampir di rekam medik pasien.
Demikianlah pedoman pelayanan kamar operasi ini dibuat
untuk acuan dan pedoman bagi pemberian pelayanan
pembedahan, anestesi dan sedasi untuk memberikan pelayanan
kepada pasien sampai pasien mendapatkan perawatan lanjutan
atau pemulangan pasien.

1.2. TUJUAN PEDOMAN

3
Pedoman ini dibuat sebagai acuan/standar bagi instaasi
kamar operasi dalam melakukan pelayanan pembedahan,
anestesi dan sedasi sehingga tercapai mutu dan keselamatan
pasien.
1.3. RUANG LINGKUP PEAYANAN
1. Pelayanan Bedah Obstetri dan Ginekologi.
2. Pelayanan Bedah Umum.

1.4. BATASAN OPERASIONAL


Pembedahan atau operasi merupakan tindakan
pembedahan cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit
atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat – obatan
sederhana (Potter,2006).
1. Bedah Minor
Bedah minor merupakan pembedahan secara relatif
dilakukan secara sederhana, tidak memiliki resiko terhadap
nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk
melakukannya seperti pembersihan luka, superfisial
nekrotomi.
2. Bedah Mayor
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara
relatif lebih sulit untuk dilakukan daripada pembedahan
minor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko terhadap
nyawa pasien dan memerlukan bantuan asisten seperti
bedah sectio caesaria, apendektomi.
3. Bedah Antiseptik
Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang
berhubungan terhadap penggunaan antiseptik untuk
mengontrol kontaminasi bakterial.
4. Bedah Konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana
dilakukan berbagai cara untuk melakukan perbaikan
terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat
mengalami perbaikan daripada melakukan amputasi, seperti
koreksi dan imobilisasi dari fraktur pada kaki.
5. Bedah Radikal

4
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar
penyebab atau sumber dari penyakit tersebut dibuang seperti
MRM.
6. Bedah Rekonstruktif
Bedah rekonstruktif merupakan pembedahan yang
dilakukan untuk melakukan koreksi terhadap
pembedahan yang dilakukan pada deformitas atau
malforasi seperti palatoplasti.
7. Bedah Plastik
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana
dilakukan untuk memperbaiki defek atau deformitas, baik
dengan jaringan setempat atau dengan transfer jaringan dari
bagian tubuh lainnya.

Sifat Operasi :
1. Bedah Elektif

Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat


dilakukan penundaan tanpa membahayakan nyawa
pasien.
2. Bedah Emergensi

Bedah emergensi merupakan pembedahan yang


dilakukan dalam keadaan sangat mendadak untuk
menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau
untuk menyelamatkan jiwa pasien.

1.5. LANDASAN HUKUM.


1. Undang – undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
2. Undang – undangNomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

5
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran.
4. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 1993
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 779/MENKES/SK/VIII/2008 tentang Standar
Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 779/MENKES/SK/VIII/2008 tentang Standar
Pelayanan Anestesiologi dan. Reanimasi di Rumah Sakit.

6
BAB II
STANDAR
KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya manusia.


2.1.1 Jenis Tenaga Yang Berada Di Kamar Operasi
.1 .Timbedah :
.a Ahli bedah
.b Asisten bedah
.c Instrument
.d Sirkulair
.e Dokter anesthesia
.f Asisten dokter anesthesia
.2 Staf InstalasiKamar Operasi
.a .Kepala instalasi kamar operasi
.b Kepala perawat instalasi kamar operasi
.3 Tenaga penunjang :
.a .Pekarya kesehatan
.b Cleaning servis

NAMA JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI JUMLAH


KEBUTUHAN
Ka. Instalasi Dokter BLS/ PPGD/ 1
Kamar Operasi Spesialis BTLS/ ATLS/
bedah / dokter ACLS
spesialis
Anesthesi
Ka.Perawat Sarjana  Minimal DIII 1
Instalasi Kamar Keperawatan Keperawatan
7
Operasi  Sertifikasi
“ Training
Health Service
management”
 Pelatihan
dasar
instrument
intern/ekstern

Asisten Bedah Dokter,  Dokter  Dari luar


Minimal D III  Tenaga
spesialis
Keperawatan perawat
bedah/obsgyn
 S1/DIV/DIII kamar
Keperawatan operasi
 Pelatihan/
sertifikasi
dasar- dasar
instrument
 Minimal kerja
3 tahun
(asisten
perawat)
Perawat MinimaL D III  D III/ D IV / 1 tim( 4
pelaksana Keperawatan S1 orang)
(asisten, Keperawatan 1 tim
instrument,  Sertifikasi/ terdiri
sirkulair ) pelatihan dari:
dasar - dasar
 1 asisten
instrument  1
intern/ekstern instrumen
 Pengalaman  2 sirkulair
kerja minimal
2 tahun
Dokter Spesialis Spesialis BLS/ PPGD/ 1
Anesthesi Anesthesi BTLS/ ATLS/
ACLS
8
Perawat Minimal D III  D III 3 Orang
pelaksana Keperawatan Keperawatan
Anestheoia  Pelatihan
penata
anesthesia
 Sertifikasi
pelatihan
intern
Perawat ruang Minimal D III  DIII 3 orang
recoveryroom Keperawatan Keperawatan
(pulih sadar )  Pelatihan
intern

2.1.2 Pola Ketenagaan Instalasi Kamar Operasi.

No. JenisPendidikan Pendidikan/sertifikasi Jumlah


Tenaga

1. Ka.Instalasi Kamar  Dokter spesialis 1


Operasi bedah
 ATLS

2. Ka.Perawat Instalasi  Minimal D III 1


Kamar keperawatan
Operasi  Sertifikasi“ Training
Health Service
management”
 Pelatihan dasar
instrument
intern/ekstern

9
3. Asisten Bedah ( luar  Dokter spesialis bedah/ -
dan obsgyn
dalam)  S1/DIV/DIII
Keperawatan
 Pelatihan/sertifikasi
dasar-dasar instrument
 Minimal kerja 3 tahun
(asisten perawat)

4. Perawat pelaksana  Minimal DIII 4


(asisten, instrument, Keperawatan
sirkulair)  Sertifikasi/pelatihan
Dasar-dasar instrument
intern/ekstern
 Pengalaman kerja
minimal2 tahun

5. Dokter Spesialis ACLS 1


Anesthesi

6. Perawat penata  Minimal DIII 3


anesthesi Keperawatan
 Pelatihan penata
anesthesia
 Sertifikasi pelatihan
intern

7. Perawatruang  DIII Keperawatan 3


recoveryroom  Pelatihan intern

( pulih sadar )

10
2.1.3 Distribusi Ketenagaan dan pengaturan Jaga.
No. Jaba Fungsi Jadwal kerja
1. Ka.Instalasi Kamar Manajerial Senin – jumat
Operasi Jam 08.00 – 16.00

2. Ka.Perawat Instalasi Manajerial Senindan jumat


Kamar Jam 08.00 – 16.00
Operasi Selasa – jumat
3. Asisten Bedah ( luar dan Asisten operator Luar sesuai
dalam) dengan kebutuhan
4. Perawat pelaksana Tenaga perawat Senin dan jumat
operator
(asisten, instrument, Instalasi kamar Jam 08.00 – 16.00
sirkulair ) operasi Selasa  jumat

5. Dokter Spesialis Dokter anesthesi Jam 08.00


Senin – 16.00
– jumad
Anesthesi Jam 08.00 – 16.00
6. Perawat pelaksana Asisten dokter Senindan jumat
anesthesi Anesthesia Jam 08.00 – 16.00
Selasa– jumat

7. Perawatruang recovery Tenagaperawat Jam 8.00 – 16.00


Senin-jumat
room (pulih sadar ) Recovery room Jam 08-16.00

BAB III
STANDAR FASILITAS

3.1 Denah Ruang


Terlampir
11
3.2 Keterangan Intalasi Kamar Operasi.
Yang dimaksud dengan kamar operasi adalah ruangan
dimana dilakukan tindakan-tindakan sehubungan dengan
pembedahan. Ruangan ini merupakan ruangan terbatas/ ketat.
Orang – Orang yang bias masuk hanyalah petugas yang sedang
bertugas. Orang – orang yang tidak berkepentingan tidak boleh
masuk, ini untuk menjaga sterilitas dari ruangan kamar operasi.
Bagian - bagian intalasi kamar operasi RSUD Naibonat Kabupaten
Kupang.
1. Bentuk
Bentuk kamar operasi di RSUD Naibonat tidak bersudut.
Lantai, dinding dan langit-langit nya melengkung. Dinding

12
berbahan fiber yang mengandung wether shield dan lantai
kamar operasi bahan kramik, sehingga mudah dibersihkan.
2. Ukuran
Ukuran kamar operasidirumah sakitBaptisBatu 8, 6 m x 5,6 m
3. Pintu
Pintu diinstalasi kamar operasi bertipe dorong.Ukuran pintu
2x1,5 m dan memiliki ketebalan ± 4 cm
4. SistemVentilasi
Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control
dan penyaring udara dengan menggunakan AC.
5. Suhu dan lembaban
.a Suhu ruangan 19⁰ C – 22⁰C
.b Kelembaban 55 %
6. SistemPenerangan
a. Lampu Penerangan
Untuk penerangan didalam kamar operasi memakai lampu
pijar putih dan mengantungdilangit-langit.
b. Lampu Operasi
c. Lampu operasi di kamar bedah yang berfungsi tiga lampu
yang berada dikamar 1, 2.
7. Peralatan
a. Semua peralatan yang ada didalam kamar operasi memiliki
roda
b. Semua alat elektrik dikamar operasi memilki SOP
penggunaan, dan ditempel sehingga mudah dibaca
8. Sistem Gas Medik
Sistem gas medic dikamar operasi RSUD Naibonat memiliki
saluran pembuangan keluar.
9. Sistem Komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi RSUD Naibonat
menggunakan hand phone untuk berkomunikasi dengan
ruangan lain. Dan terdapat 3 bel dikamar operasi untuk
berkomunikasi di dalam kamar operasi.

3.3 Pembagian Daerah Instalasi Kamar Operasi


Secara Umum Instalasi Kamar Operasi RSUD Naibonat, dibagi
menjadi :
1. Area bebas (Unrestricted Area)/ Warna Hijau.
Pada daerah ini bila petugas dan pasien masuk tidak perlu
mengganti pakaian. Ini merupakan juga daerah peralihan dari
luar kedalam kamar operasi:
a. Ruang tunggu pasien
13
b. Ruang Konsultasi
c. Ruang Ganti Baju Laki-Laki dan Perempuan
d. Ruang Kerja Perawat (Tempat mencucialatdan tempat linen
kotor)
e. Kamar mandidan WC
f. Ruang istirahat dokter luar
2. Daerah Semi Terbatas(Semirestricted Area)/ WarnaKuning
Ini merupakan daerah penghubung antara daerah bebas dan
dengan kamar bedah. Setiap orang yang masuk daerah ini
wajib ganti pakaian khusus kamar operasi, masker dan topi,
demikian pula dengan pasien.Yang termasuk ruang ini adalah:
a. Ruangan persiapan premedikasi
b. Ruang koridor
c. Ruang pulih sadar (Recoveryroom)
d. Ruang Kepala Kamar Operasi
e. Ruang penyimpanan alat tsteril
f. Ruang penyimpanan alat tidak steril
g. Ruang pencucian intrumen bekas pakai
h. Ruang depo farmasi
i. Ruang pembuangan limbah operasi
3. Daerah Terbatas (Restricted Area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus
kamar opeasi lengkap dan melaksanakan prosedur aseptik.
Yang termasuk daerah ini adalah:
a. Ruang cuci tangan
b. Ruang tindakkan pembedahan
c. Ruang penyimpanan alat steril
d. Ruang penyimpanan bahan habis pakai
e. Ruangan istirahat dokter

3.4 Peralatan Di Instalasi Kamar Operasi.


A. Standar Fasilitas
1. Anestesi
No Fasilitas Standar Jumlah
1. Mesin 2
1
2. TabungO2 2 di ruang
1 untuk
3. TabungN2O 2
4. Ventilator Belum ada

5. Monitor 1
Jantung

14
6. Monitor 4
7. MejaMayo 2
8. MejaObat 1
9. Mesin Suction 3
10. Ambubag 1 anak – anak
1 dewasa

11. Standar Infus 2 buah


12. Tensimeter 1 air raksa

13 Trolly 3 buah
Emergensy
14. Laringoskop 3 set

14. Magill Tang tidak ada

15. Stylet 4 dewasa


16. Jacksoon 3 buah
17. Mayo/Airway 15 tiap ukuran
1 buah
18. Endotracheal 30 buah setiap
Tube ukuran 1 buah

19. Endotracheal 30 buah setiap


Tube ukuran 1 buah
20. Box X-Ray Tidak ada

21. Stetoskope 1
22. Sungkup 18 masing
ukuran 1 buah

2. Instalasi Kamar Operasi


No Fasilitas Standar Jumlah
1. Mesin Couter 2
2. Suction 3
3. Meja Operasi 3
4. MejaInstrumen 6
7. Sampah 5
8. Lampu Operasi 3
9. AC 5
10. Mesin anestesi 2
11. Trolly anestesi 2
12. Tabung oksigen 3
15
13. Tabung N2O 1
14. Laringoskop 3
15. Mandrin endo 4
16. Flowmeter 3
18. Tromol sedang 2

3. Fasilitas Non Medis


Fasilitas non medis yang tersedia didalam kamar operasi
antaralain :
a. Jam dinding
Terdapat jam dinding disetiap kamar operasi
b. Higrometer
Pengukur tekanan dan kelembaban
udaraterdapatdikamar operasi5.

B. . Alur Pasien, Petugas dan Instrumen


1. Instrumen
Pintu keluarmasuk peralatan bersih dan kotor berbeda
2. Alur petugas
Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu
3. Alur pasien
a. Pintu masuk pasien predan pasca berbeda
b. Pintu keluar masuknya perlatan bersih dan kotor
berbeda
c.
C. Standar Peralatan kamar Operasi

1. Ruang tunggu
Ruang tunggu pasien mempuanyai peralatan sebagai
berikut:
 Kursi
 Tempat sampah tertutup
2. Ruang gantibaju
Ruang ganti baju mempunyai peralatan sebagai berikut:
 Locker pakaian
 Rrak sepatu
 Wastafel dan cermin
 Ember tertutup tempat baju kotor
 Tempat sampah tertutup

3. Ruang Istirahat
Ruang istirahat mempunyai pealatan sebagai berikut:
 Kursi dan meja
16
 Tempat sampah tertutu
 Perlatan minum
4. Gudang
Gudang mempunyai perlatan sebagaiberikut:
 Tromol

5. Kamar mandi dan w.c


Kamar mandi dan W.C. mempunyai perlatan sebagai
berikut:
 Ember
 Gayung
 Tempat sampah tertutup
 Sandal khusus kamar operasi
6. Ruang persiapan /premedikasi
Ruang persiapan /peremedikasi mempunyai perlatan
sebagai berikut:
 Brancad/ kereta dorong
 Standar infus
 Rak baju pasien
 Tensimeter
 Stetoscope
7. Koridor
 Papan acara operasi
8. Ruang pulih
Ruang pulih mempunyai perlatan sebagai berikut:
 Cairan infus
 Face mask
 Oksigen/O2
 Tensimeter
 Oksimetri
 Bengkok
 Alat komunikasi
 Stetoskop
 Formulir observasi

9. Ruang penyimpanan alat steril


 Rak /lemari
 Meja
10. Ruang penyimpanan alat tidak steril
Ruang penyimpnan alat tidak steril mempunyai perlatan
sebagai berikut:
 Tromol
11. Ruang pencucian instrument
17
Ruang pencucian instrument bekas pakai, mempunyai
peralatan sebagai berikut:
 Meja kedap air
 Bak pencuci alat
 Sikat
 Tempat sampah
 Desinfektan
12. Welastafel cuci tangan
Wastafel cuci tangan mempunyai perlatan sebagai berikut:
 Tempat cucitangan, kran air dengan tuas
 Desinfektan dalam tempatnya
 Cermin
13. Ruang tindakan (kamar operasi)
Ruang tindakan (kamar operasi) mempunyai perlatan
sebagai berikut:
a) Alat Kedokteran untuk Anestesi
1. Mesin anestesi
2. Larygnoscope
3. Endotracheal tube
4. Face mask
5. Trolley (meja dorong)
6. Suction pump

b) Alat kedokteran untuk operasi


1. Set intrumen sesuaidengan jenisoperasi
2. Mejaoerasi lengkap
3. Meja intrumen
4. Meja mayo
5. lampu operasi
6. Waskom dan standatnya
7. Suction pump
8. Diartermi/couter

c) Obat-obatan dan cairan


1. Obat-obatan untuk anestesi dan obat lain yang
diperlukan
2. Cairan infus berbagai jenis
3. Cairan desinfektan

d) Tataletak alatdiruang tindakan


Gambar 2:Tata letak alat di ruang tindakan

18
1 2 3

5 6

Keterangan:

1. Mesin anetsesi
2. Meja operasi
3. Meja instrumen
4. Meja kecil
5. Suction
6. Coutry

D. Macam-Macam Intrumen dan Set Operasi


1. Macam-Macam Instrumen
No Instrume Standar Jumlah
1. Bengkok kecil 2
2. Bengkok 1
3 Waskom kecil 2
4 Waskom sedang stainless 2
5 Waskom besar 2
6 Baki stainles 4
7. Korentang 2
8. Frazier ferguson suction tube 2
9. Yankuer suction tubes 6
10. Metzenbaum Undermine 2
11. Metzsenbaum sedang 6
12. Metzenbaum kecil 6
13. Metzenbaum panjang 4
14. Right Angle panjang tumpul 4
15. Gunting kasar 4
16. Gunting Berat panjang 4
17. Guntingbenang 6
18. Gunting Rahim 2
19. Gunting Benang runcing 4
19
20 Scalp blade no 3 pendek 6
21 Scalp blade no 4 pendek 4
22 Scalp blade no 3 panjang 4
23 Towel clems 36
24 Anatomical forcep 12
25 Sirurgis forcep 12
26 Retractor kecil 2
27 Rectractor sedang 1
28 Retractor besar abdomen 2
29 Hemostat bengkok kecil 24
30 Hemostat bengkok sedang 12
31 Hemostat lurus biasa 12
32 Hemostat lurus sedang 12
33 Hemostat lurus bergigi kecil 8
34 Hemostat lurus bergigi besar 16
35 Peritoneum forceps 8
36 Kelly panjang 8
37 Knable sedang 1
38 Gigli saw wire 2
39 Raspatorium sedang 1
40 Elevatorium sedang 1
41 Bone FIle Heavy sedang 1
42 Google 4
43 Bor uterus 2
44 Sponge forceps 4
45 Forester sponge forceps 18
46 Forester sponge forceps 6
47 Tromol transportasi bulat 2
48 Bebcok forceps 12
49 Ellis forceps 12
50 Tromol instrument stainles 2
51 Tromol instrument stainless 2
52 Tromol instrument stainless 2
53 Hysterectomy clemp 8
54 Speculum vagina 2
55 Cervical dilator set 6
56 Sims uterine curete 6
57 Troly transport 1
58 Bak rendaman 2
59 Naldfoelder 12
60 Mesin coutry 2
61 Mesin suction 4

2. Macam – Macam Set Operasi


a. Set SC ( 2 set )
20
No Instrumen Standar Jumlah
1. Forester sponge forceps 6
2 Sponge holding forceps 1
3 Hemostat bengkok 8 cm 6
4. Tangkai Pisau no 4 1
5. Gunting benang 2
6. Gunting Metzembum 1
7. Gunting kasar 1
8. Hemostat Lurus 8 cm 2
9. Pincet Cirugis 2
10 Pincet anatomis 2
10. Babcook 2
11. Kockher forceps 2
12. Miqulitz 4
13. Towel klip 4
14. Bengkok 1
15. Blass speculum 1
16. Mangkok 1
17. blade 1
18. Naldfoelder 2

b. Set Appendic
No Instrumen Standar Jumlah
1. Ring Forcep 1
2 Sponge holding forceps 1
3 Hemostat bengkok 8cm 6
4. Tangkai Pisau no 3 1
5. Guntingbenang 2
6. Gunting kasar 1
7. Gunting Metzembum 1
8. Hemostat Lurus 4
9. Pincet Cirugis 2
10 Pincet Anatomis 2
11 Kockher forceps 2
12 Babcook 2
13 Naldfoelder 2

c. Set laparotomy ( 2 set )


No Instrumen Standar Jumlah
1. Ring Forcep 2
2 Sponge holding forseps 1
3 Kockher forceps 4
2. Hemostat bengkok 8 cm 8
3. Tangkai Pisau no 4 1
4. Tangkai Pisau no 3 1
21
5. Guntingb enang 1
6. Gunting Metzembum 1
7. Gunting kasar 1
8. Hemostat Lurus8 cm 2
9. Pincet Cirugis 1
10. Babcook 2
11. Kelly 2
12. Right angle 1
13. Towelklip 4
14. Retarktor fasia 1
15 Naldfoelder 2

d. Set biopsy
No Instrumen Standar Jumlah
1. Ring Forcep 1
2 Sponge holding forceps 1
3 Hemostat bengkok 8cm 6
4. Tangkai Pisau no 3 1
5. Gunting benang 2
6. Gunting kasar 1
7. Gunting Metzembum 1
8. Hemostat Lurus 4
9. Pincet Cirugis 2
10 Pincet Anatomis 2
11 Kockher forceps 2
12 Babcook 2
13 Naldfoelder 2
14 Retractor fasia 1

e. Set Dilatasi dan Curetase


No Instrum Standar Jumlah
1. Ring Forcep 2
2. Tampon Forcep 1
3. Sound Uterus 1
4. Curetage No 1 1
5. Curatage No 2 1
6. Curetage No 3 1
7 Porsio forceps 1
8 Abortus forceps 1
9 Speculum vagina 1

f. Set Vena Seksi


No Instrum Standar Jumlah
1. Hemostat bengkok 5 cm 5

22
2. Tangkai jarumkecil 1
3. Adson cirugis 1
4. Tangkai pisau no 3 1
5. Ring forcep 1
6 Naldfoelder 1

3.5 Pembersihan Kamar Operasi


Pembersihan Instalasikamar operasi RSUD Naibonat :
A. Pembersihan Rutin/Harian/Sewaktu
Pembersihan rutin/ harian dilakukan sebelum dan setelah
operasi, ketentuan pembersihan kamar operasi RSUD Naibonat
1. Semua permukaan peralatan yang terdapat didalam
kamar operasi dibersihkan dengan cairan desinfektan .
2. Permukaan meja operasi dan matras harus dibersihkan
dari bekas - bekas perdarahan kalau ada.
3. Plastik tempat sampah harus diganti yang baru bila
suatu tindakkan operasi telah selesai.
4. Semua peralatan yang digunakan pada
pembedahan harus dibersihkan seperti:
a. Slang suction harus dibersihkan kemudian dibilas
b. Cairan bekas pasien dalam tabung suction
harus dibuang sedemikian rupa mencegah
kontaminasi
c. Alat-alat anestesi yang dipakai dibersihkan, selang
karet setelah dibersihkan direndam dengan cairan
salvon.
5. Noda-noda darah di dinding dibersihkan
6. Lantai dibersihkan kemudian di pel dengan cairan
desinfektan. Air bekas pel tidak boleh dipakai untuk
mengepel kamar operasi lain.
7. Alat tenun bekas pasien dikeluarkan. Pada pasien –
pasien infeksi, alat tenunnya ditangani sesuai dengan
prosedur (SOP).
8. Lampu operasi dibersihkan setiap hari dan dalam
keadaan dingin
9. Alas kaki dibersihkan setiap hari.
10. Pemakaian lampu Ultraviolet ± 2jam.(dilakukan pada
kasus - kasus infeksi)
B. Mingguan

23
Pembersihan mingguan di RSUD Naibonat, dilakukan setiap
sabtu. Ketentuan pembersihan mingguan:
1. Dilakukan secara teratur setiap hari sabtu
2. Semua peralatan yang ada didalam kamar operasi
dikeluarkan dandi letakan dikoridor
3. Peralatan dicuci dengan cairan desinfektans (precept),
terutama yang mempunyai kemungkinan berakumulasi
sisa-sisa bahan organis seperti meja operasi dan
matrasnya
4. Permukaan didingdilap dengan menggunakan
desinfektan (Prescept)
5. Lantai dipel dengan cairan desinfektan (precept)
6. Setelah lantai kering, peralatan ditata kembali didalam
kamar operasi
7. Memakai lampu ultraviolet ± 2 jam.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1 Manajemen Intalasi Kamar Operasi.


4.1.1. Administrasi DanPengelolaan.
a. Rumah sakit menetapkan Instalasi Kamar Operasi sebagai
koordinator pelayanan pembedahan, sesuai dengan struktur
Organisasi Instalasi Kamar Operasi
b. Pengorganisasian selengkapnya diatur dalam pedoman
organisasi instalasi kamar operasi

24
c. Tindakan pembedahan di Instalasi Kamar Operasi
dilaksanakan kerjasama antara dokter bedah dan dokter anestesi.
Dokter bedah dan anestesi bekerja sesuai hak dan kewajibannya
sesuai dengan kebijakkan tentang hak dan kewajibanan dokter
bedah dan anestesi.
d. Pelayanan di Instalasi kamar Operasi dikepalai olehseorang
dokter spesialis bedah.
e. Peyananan anesthesia di Intalasi Kamar Operasi dilakukan oleh
dokter anestesi dan perawat penata anesthesia yang bekerja full
time sesuai dengan tugasnya.
f. Pelayanan dilintalas kamar operasi dilaksanakan oleh perawat
bedah yang bekerja full time sesuai dengan tugasnya.

4.1.2. Informed Consent.


a. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan di
Instalasi Kamar Operasi RSUD Naibonat dilakukan pengambilan
inform consent terlebih dahulu sesuai dengan kebijakan tentang
persetujuan dan penolakan tindakan medis (inform consent) di
RSUD Naibonat.
b. Inform consent harus disertai penjelasan pembedahan (edukasi)
baik dilakukan oleh dokter bedah maupun doketr anestesi
sehingga memberikan rasa aman kepada pasien dan keluarga.
c. Pelaksanaan inform consent sesuai dengan prosedur operasional
inform consent
d. Rumah sakit memberikan pelayanan pembedahan sesuai
dengan kebutuhan dan permintaan dari masyarakat sebagai
klien.
e. Penyelenggaraan RSUD Naibonat pembedahan dibawah
koordinasi Intalasi Kamar Operasi Rumah Sakit yang dikepalai
oleh dokter spesialis bedah.
f. Semua pasien yang dikirim kekamar operasi, inform consent
sudah lengkap.

4.1.3. Pelayanan Anestesi.


Yang bertanggung jawab terhadap pelayanan anestesi diInstalasi
Kamar Operasi adalah dokter anestesi

25
.1 Pelayanan anestesi berada dibawah tanggung
jawab dokter anestesi
.2 Pelayanan anestesi kepada pasien di Intalasi
Kamar Operasi harus seragam pada seluruh
pelayanan di rumah sakit
.3 Dokter anestesi bertanggung jawab terhadap
pengembangan implementasi dan memelihara atau
menegakkan kebijakan serta prosedur yang
ditetapkan dan dilaksanakan
.4 Dokteranestesi mempunyai tanggung jawab untuk
memelihara atau mempertahankan program
pengendalian mutu yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan.
.5 Mempunyai tanggung jawab untuk memantau dan
menelaah seluruh pelayanan anestesi yang
ditetapkan dan dilaksanakan.
.6 Bilamana penanggung jawab anestesi berhalangan
maka ditunjuk dokter anestesi dari luar yang
memilki surat ijin prektek di RSUD Naibonat untuk
menggantikan

Tugas dan tanggung jawab koordinator pelayanan anestesi di


Instalasi Kamar Operasi.
a. Tugas
 Mengkoordinasi kegiatan pelayanan anestesiologi sesuai
dengan sumberdaya manusia, sarana, prasarana dan peralatan
yang tersedia.
 Melakukan koordinasi dengan bagian/ instalasi terkait.
 Mengawasi pelaksanaan pelayanan anestesi setiap hari.
 Mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan
anestesi.
 Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dan membuat laporan
kegiatan berkala.
 Merekomendasikan tenaga dokter spesialis anestesi pengganti
dari luar bila dokter spesialis anestesi rumah sakit
berhalangan/ sedang tidak ada ditempat.

26
b. Tanggung Jawab
 Menjamin kompetensisumber daya manusia yang
melaksanakan pelayanan anestesiologi
 Menjaminsarana, prasarana dan peralatan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan dan standar.
 Menjamin dapat terlaksananya pelayanan anestesiologi yang
bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien.
 Meningkatkan dan mengembangkan kompetensi sumber
daya manusia pelayanan anestesiologi secara
berkesinambungan.
 Pelaksanaan pencatatan, evaluasi dan pembuatan laporan
kegiatan di dalam rumah sakit.
 Pelaksanaan program menjaga mutu pelayanan anestesi dan
keselamatan pasien di dalam rumah sakit.
 Merekomendasikan dokter spesialis anestesi pengganti sesuai
dengan kebijakan pelayanan anestesi rumah sakit.

4.1.4. Staf Kamar Operasi.

A. Untuk semua staf kamar operasi harus disiplin tinggi terhadap


ketaatan peraturan yang ada dikamar operasi
B. Saat operasi berlangsung untuk staf tidak banyak mondar
mandir didalam kamar operasi (keluar masuk kamar operasi)
membuka pintu.
C. Menjaga kesehatan dan kebersihan diri
D. Petugas kamar operasi harus bebas dari kuman-kuman yang
mudah ditularkan ( karena sangat sulit ditentukan).
E. Perlengkapan petugas pembedahan
1. Perlengkapan petugas yang ikut pembedahan
a. Baju kamar operasi
b. Penutup kepala
c. Masker
d. Apron
e. Jas operasi
f. Sarung tangan
g. Alas kaki
2. Perlengkapan petugas yang lain
a. Baju kamar operasi
b. Penutup kepala
c. Masker
d. Alas kaki

27
3. Pakaian kamar operasi / jas operasi dilepas saat akan
meninggalkan area kamar operasi

4.1.5.Alur Masuk Dan Keluar Kamar Operasi.


A. Alur Masuk untuk Petugas
a. Petugas instalasi kamar operasi masuk lewat pintu timur
kamar operasi, menempatkan sepatu dan sandal pada
tempat yang telah disediakan.
b. Masuk ruang ganti sesuai dengan jenis kelamin (ruang ganti
pria dan perempuan).
c. Petugas mengganti baju luar dengan baju khusus kamar
operasi
d. Mengenakan topi (topi telah disediakan diruang ganti)
e. Setiap petugas kamar operasi wajib mencuci tangan
sebelum masuk kamar operasi dengan menggunakan
handscrub, yang tersedia di kamar operasi
f. Masuk ruang istirahat atau makan dan menuju ke area
kamar operasi
g. Masuk kamar operasi ( lengkap menggunakan pakaian
intalasi kamar operasi yaitu : baju kamar operasi, topi,
masker dan sandal khusus kamar operasi)

B. Alur Keluar untuk Petugas


a. Untuk alur keluar petugas kamar operasi sesuai dengan
alur masuk petugas
b. Sandal disimpan pada lemari yang telah disediakan di
ruangganti dan tidak boleh dipakai keluar.

C. Alur Masuk untuk Pasien


a. Pasien masuk melalui pintu ruang terima pasien
b. Pasien diterima oleh perawat kamar operasi (perawat
bedah atau perawat anestesi )
c. Identifikasi pasien
d. Menggunakan baju kamar operasi
e. Pengecekan kelengkapan persiapan operasi
f. Pasien dibawa ke ruang operasi sesaui dengan jadwal

28
D. Alur Keluar untuk Pasien
a. Pasien dari kamar operasi keluar melalui pintu pasien
kamar operasi.
b. Masuk keruang pulih sadar, didampingi oleh perawat.
c. Selama pasien berada di ruang pulih sadar dimonitoring
oleh perawat ruang pulih sadar/ perawat penata
anesthesi.
d. Setelah berada di ruang pulih sadar pasien masuk
kreteria bisa keluar dari ruang pulih sadar dan kembali
keruang melalui pintu recovery room.
e. Yang berwenang memberikan ijin pindah keruangan
adalah dokter anestesi.

4.1.6. Memonitor Performa Kamar Operasi / Ruang Tindakan


Sebelum prosedur operasi dimmulai harus dilakukan persiapan
ruangan dengan mencipakan area steril, menyiapakan kelengkapan
instrument dan bahan kebutuhan operasi:
a. Penciptaan area steril
 menempatkan linen (duk) steril di sekililing area operasi dan
meja instrument
 personil harus mengenakan pakaian steril
 alat steril hanya dipegang olehpersonil yang telah steril
 alat steril tidak boleh diletakan dekat pintu
 jendela harus ditutup
 pastikan sebelum menyentuh alat steril garus cuci tangan
 personil yang tidak stril tidak diperkenankan untuk
memegang intrumen steril
 perlu diingatkan bahwa sekali batas steril dilewati maka
dianggap terkontaminasi
 jika ragu menetukan tentang status sterilitas maka
dianggap terkontaminasi
b. Persiapan alat
Persiapan alat melalui empat tahap, yaitu : pencucian dan
dekontaminasi, desinfeksi, sterilisasi dan penyimpanan atau
pemindahan ke lapangan steril. Sterilisasi menggunakan steam.
c. Persiapan perlengkapan anestesi
d. Memastikan kualitas udara dan ventilasi
 Ventilasi kamar operasi harus positive-pressure
29
 Udara masuk ke ruangan melalui AC yang terpasang dilangit-
langit.
 Ruangan hanya diijinkan dibuka untuk perpindahan alat,
personel tim bedah dan pasien, selain itu pintu harus tetap
tertutup
e. Mengatur lalu lintas
Zona dibagi menjadi tiga :
 Un restricted zone: hanya orang-orang yang berkepentingan
yang boleh berada di zona ini, tetapi baju luar biasa
diperbolehkan
 Semi restricted zone: zona ini adalah area yang terhubung
dengan kamar operasi (contohnya: lorong, kantor, kamar alat),
orang-orang yang berada di sini harus mengenakan pakaian
scrub dengan lengan panjang, penutup rambut, dan sepatu
bersih atau penutup sepatu
 Restricted zone: zona ini terdiri dari kamar operasi dan area
cuci tangan, orang-orang yang memasuki zona ini harus
mengenakan kostum bedah lengkap termasuk masker. Mereka
yang tidak discrub harus mengenakan jaket berlengan panjang
lengkap dengan kancing tertutup. Masker khususnya harus
dikenakan di ruangan dengan peralatan steril yang terbuka
(Semua instrument yang diperlukan telah siap sedia didalam
kamar operasi sebelum operasi dimulai untuk
meminimalkan lalu lintas yang tidak diperlukan dari dan
keruangan).

4.1.7. Manajemen Pasien.


Hal-hal yang dikaji untuk faktor resiko pasien :
 Alergi
 Riwayat kesehatan sebelumnya (misalnya tekanan
darah tinggi, asma, masalah jantung atau pernapasan)
 Penggunaan tembakau (karena rokok meningkatkan risiko
infeksi)
 Penggunaan alkohol dan narkotika

30
 Pengalaman pribadi pasien dengan sedasi dan anestesi
sebelumnya
 Berat badan
 Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini
 Ada tidaknya risiko untuk anestesi dan sedasi
 Permintaan khusus dari pasien untuk jenis anestesi dan sedasi
 Kecemasan pasien
 Delirium
 Status nutrisi
 Risiko potensial untuk deep vein thrombosis

Pemberian obat pada pasien harus diberi label yang mencakup


informasi seperti dibawah ini:
 Nama
 Kekuatan
 Jumlah/konsentrasi
 tanggal kadaluwarsa
 pelarut dan volumenya
 tanggal diberikan

4.1.8.Manajemen Tim Bedah.


 Baju dikamar operasi terbuat dari bahan yang ringan dan
memungkinkan untuk bernapas.
 Jas operasi terbuat dari bahan yang tidak menyerap air
 Alas kaki pada bagian depan tertutup, bertumit rendah, bersol
anti selip dan dibersihkan
 sebelum memegang jas operasi atau memasuki ruang
operasi semua personel kamar operasi harus mencuci tangan
dengan sabun dan air, antiseptic dan air
 Semua personel harus menutupi kepala dan rambut muka
 Masker harus menutupi seluruh bagian mulut dan hidung
 Kostum bedah harus dilo\aundry di fasilitas laundry yang
terakreditasi
 Seluruh personel harus menerima edukasi dan pengarahan
perihal kostum bedah

Prinsip penggunaan sarung tangan :


 Sarung tangan yang digunakan menjadi barrier yang efekif
terhadap material infeksius termasuk darah dan cairan tubuh

31
 Sarung tangan harus diganti setiap habis kontak dengan pasien
atau setiap sarung tangan rusak
 Sarung tangan tidak boleh dicuci atau direuse
 Untuk prosedur invasive, personel kamar operasi menggunakan
dua lapis.

4.1.9.Manajemen Intraoperasi.
A. Monitoring Anestesi dan Sedasi
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh tim bedah :
1. Mengkomunikasikan resiko sebelum memulai prosedur
2. Menyiapkan obat-obatan emergensi dan antidotum
3. Mempersiapkan efek-efek samping obat
4. Memantau tanda-tanda vital
5. Mempertimbangkan pemanfaatteknologi untuk teknik anestesi
6. Observasi pasien selama oerasi (skala)
7. Awareness

Memasukkan obat
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengurangi resiko :
1. Mengidentifikasi pasien dan mengkonfirmasi alergi obat yang
dimiliki
2. Menmverifikasi obat sebelum pemberian
3. Menggunakan perinta verbal
4. Mengidentifikasi penggunaan obat-obatan hig-alert

Kondisi pasien yang harus dimonitor selama operasi :


1. kadar glukosa
2. suhu tubu
3. penggunaan darah

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menghindari masalah


dalam ruang operasi :
1. Meminimalkan distraction dan interupsi
2. Mencegah trauma tajam
a. Keselamatan alat
b. Keselamatan teknik
 Menempatkan benda-benda tajam yang mudah
terlihat

32
 menggunakan teknik tanpa sentuh
 menggunakan sarung tangan dua rangkap
 menggunakan tehnik jahit yang mencegah trauma
 sebisa mungkin menghidari lapangan bedah ketika
dokter bedah memotong dan menjahit
 memakai alas kaki yang terlindungi
c. program control pajanan
d. program edukasi

3. Mencegah tertinggalnya bendah-bendah di dalam luka


operasi dengan metode penghitungan alat-alat
4. Menangani spesimen secara benar
5. Mencegah kebakaran

33
4.1.10. Manajemen Pasca Operasi
A. Tranfer pasien dari meja operasi ke ruang pulih sadar
1. Setelah operasi selesai dan anestesi telah dihentikan serta
kondisi pasien telah memenuhi syarat untuk ditransfer
keluar dari kamar operasi , maka semua peralatan
yangmenempel harus dilepas dari tubuh pasien.
2. Pastikan status anestesi telah terisi lengkap
3. Bersihkan area operasi dengan kassa basah dan keringkan d.
Masukan brangkar / tempat tidur kedalam kamar operasi
4. Gunakan perlak biru ( pengangkat ) untuk memindahkan
pasien dari meja operasi ke brangkar, dan pastikan brangkar
telah terkunci.
5. Selama proses tranfer pasien, didampingi asisten anestesi atau
perawat, bahkan bila perlu oleh dokter anestesi
6. Selama proses tranfer pasien tetap dilakukan penilaian
terhadap fungsi pernapasan , fungsi kardiovaskuler, serta fungi
kesadaran pasien.

B. Pengawasan pasien Selama di ruang Pulih Sadar


Pengawasan pasien di ruang pulih sadar diawasi oleh
perawat penata anestesi/ perawat ruang pulih sadar
1. Menyapa pasien
2. Menjelaskan tindakan operasi sudah selesai

C. Kriteria Transfer Pasien Pasca Operasi


1. Transfer pasien dari meja operasi ke ruang pulih sadar
a. Kriteria Pasien dengan Ekstubasi dan Regional
 B1 antara lain
 Airway bebas, jalan nafas spontan
 Tanpa tanda distress nafas
 Respiratory rate ≥ 12x/menit, SPO2 lebih dari
97%
 B2
Tekanan darah : sistolik 100-140 mmHg dan
diastole 60-90 mmHg
 B3 :
 Pasien sadar baik atau respon to verbal ( contoh
: bisa membuka mata atau menjawab )
didampingi oleh assisten anestesi dan
perawatsirkuler yang bertugas pada operasi

34
 Apabila untuk dokter anestesi dipandang
perlu maka dokter anestesi mendampingi saat
transfer ke rung pulih sadar.
b. Intubasi atau Tube in
 Ventilasi menggunakan ambubag, kontrol
ventilasi, diantar oleh dokter anestesi dan
assisten anestesi ke intensive care unit.
 Didampingi dokter anestesi.
c. Prosedur :
 Setelah operasi selesai dan prosedur anestesi
dihentikan, serta kondisi pasien telah memenuhi
kriteria untuk ditransferkeluardari kamar
operasi,maka semua peralatan monitor yang
melekat di tubuh pasien dilepas.
 Pastikan status anestesi telah terisi lengkap.
 Bersihkan area operasi dengan kassa.
 Masukkan brangkar kedalam kamar operasi.
 Gunakan perlak biru untuk memindahkan
pasien dari meja operasi ke brangkar, dan
pastikan brangkar telah terkunci.
 Selama proses transfer pasien, didampingi
assisten anestesi atau perawat, bahkan bila perlu
oleh dokter anestesi.
 Selama proses transfer pasien tetap dilakukan
penilaian terhadap fungsi pernapasan , fungsi
kardiovaskuler, serta fungsi kesadaran pasien.
 Pastikan keamanan pasien ( posisi berbaring,
tangan, lokasi operasi, drain, infus dan alat
lainnya)
d. Petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan
terjadinya situasi krisis

 Tekanan darah sistolik : 90-100 mmHg atau


lebih dari 150-160 mmHg sedangkan diastolik
kurang dari 50 mmHg atau lebih dari 90 mmHg.

35
 Heart rate kurang dari 60 kali/menit atau
lebih dari 100 kali/menit.
 Suhu lebih dari 38,3 ºC atau kurang dari 35ºC.
 Meningkatnya kegelisahan pasien.
 Tidak buang air kecil 8 jam setelah pasca operasi.

2. Proses transfer Pasien dari ruang pulih sadar menuju ruang


perawatan a. Kriteria pasien pulih
1) Status fisik pasien telah kembali
pulih

 B1 : fungsi pernafasan
Jalan nafas bebas, tidak terdengar suara nafas
tambahan, tidak terdapat cuping hidung, respiratory
rate antara 12 sampai 20 kali permenit, tidak terdapat
ronchi atau wheezing, pasien tidak mengeluh sesak.
 B2 : fungsi kardiovaskuler
Perfusi hangat kering merah, nadi 60-90 kali permenit,
kuat, denyut teratur
 B3 : fungsi kesadaran
Sadar baik, respon to verbal
 B4 : fungsi ginjal
Produksi urine cukup, warna jernih
 B5 : fungsi pencernaan
Abdomen terabah soft
 Dari lokasi operasi tidak pendarahan, bila terdapat
drain luka operasi jumlah pendarahan tidak banyak
 Bila operasi obstetric ginekologi, tidak pendarahan
pervaginam
2) Pasien yang telah memenuhi kriteria diatas diperbolehkan
untuk pindah keruangan.
3) Perawat ruang pulih sadar menelepon perawat ruangan
untuk menjemput pasien tersebut dengan memberitahu
perlengkapan yang harus dibawa
4) Pemindahan pasien dari brangkar ke tempat tidur pasien
dengan menggunakan alat bantu
5) Sebelum memindahkan pasien keruangan, perawat
anestesi berkomunikasi dengan dokter anestesi

36
6) Khusus untuk pasien yang memerlukan
observasi harus dipindahkan sesuai dengan instruksi
dokter anestesi.

3. Transfer pasien dari ruang recovery ke instalasi care unit


a. Pasien dengan menggunakan ventilator

1) Petugas yang berwenang menjemput pasien dari


ruang recovery adalah perawat yang bertugas diruang
ICU
2) Perawat anestesi menghubungi perawat ICU untuk
menjemput pasien
3) Perawat ICU membawa tempat tidur pasien dengan
peralatan yang dibutuhkan
4) Perawat anestesi menyerahkan semua status pasien
kepada perawat
5) ICU dan menjelaskan instruksi pasca operasi
6) Memindahkan pasien ke tempat tidur dengan
beberapa petugas secara bersamaan dikomando dokter
anestesi
(Dokter anestesi dan assiten anestesi mengantar
pasien sampai ke ICU)

b. Pasien tanpa menggunakan ventilator

1) Perawat anestesimenghubungi ICU untuk


memastikan ruangan telah siap
2) Perawat anestesi menghubungi perawat ruangan untuk
menjemput pasien
3) Perawat anestesi menyerahkan semua status pasien
kepada perawat ruangan dan menjelaskan instruksi
pasca operasi
4) Memindahkan pasien ke tempat tidur dengan
beberapa petugas secara bersamaan dengan
menggunakan perlak biru.

c. Proses pemulangan pasien ODC ( One Day Care)


37
1) Pasien pasca operasi di bawa ke ruang recovery,
sama dengan pasien rawat inap
2) Perawat melakukan komunikasi dengan pasien
3) Perawat memonitoring keluhan dan kondisi pasien
4) Perawat memonitoring tanda-tanda vital
5) Perawat anestesi menelepon, perawat instalasi rawat
jalan untuk menjemput pasien

38
4.2 Persiapan Lingkungan Instalasi Kamar Operasi

4.2.1. Persiapan Alat

Sebelum dilakukan tindakan operasi dilakukan


persiapan alat, tata cara persiapan alat :
1. Setiap pagi perawat kamar operasi menggambil set instrumen,
linen, handuk lengkap, jas operasi dari kamar steril (KST)
untuk dimasukkan ke ruang instrument
2. Perawat kamar operasi melihat jadwal operasi
3. Perawat menyiapkan set instrumen yang di butuhkan di ruang
instrumen.

4.2.2. Ventilasi

Ventilasi di Instalasi kamar operasi RS Baptis Batu, memiliki


AC central. AC sentral selalu dinyalakan setiap pagi oleh sirkuler.
Penyalaan dilakukan bertujuan untuk mengganti udara di dalam
dan pengecekan fungsi AC.

4.2.3. Persiapan Permukaan Instalasi Kamar Operasi


Permukaan lantai dilapisi vinyl sehingga mudah dibersihkan.

4.3 Pembersihan Instalasi Kamar Operasi.


4.3.1.Cara Pembersihan Instalasi Kamar Operasi.

Pemeliharaan kamar operasi merupakan proses


pembersihan ruang beserta alat-alat standar yang ada dikamar
operasi. Dilakukan teratur sesuai jadwal, tujuannya untuk
mencegah infeksi silang dari dan atau kepada pasien serta
mempertahankan sterilitas.
Cara pembersihan kamar operasi ada 2 macam :
a. Cara pembersihan rutin/harian
39
b. Cara pembersihan mingguan
Keterangan Cara Pembersihan
A. Harian

Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan


sesudah penggunaan kamar operasi agar siap pakai dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Semua permukaaan peralatan yang terdapat
didalam kamar operasi harus dibersihkan dengan
menggunakan desinfektan atau dapat juga
menggunakan air sabun.
 Permukaan meja operasi dan matras harus
diperiksa dan dibersihkan.
 Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap
selesai dipakai, kemudian dipasang tas plastik
yang baru sesuai dengan tempatnya.
 Semua peralatan yang digunakan untuk pembedahan
dibersihkan, antara lain :
 Slang suction dibilas.
 Cairan yang ada di dalam botol suction dibuang
tersendiri dan bak penampung tidak boleh
dibuang di ember, agar sampah yang ada tidak
tercampur dengan cairan yang berasal dari
pasien.
 Alat anestesi dibersihkan, alat yang terbuat
dari karet setelah dibersihkan direndam dalam
cairan desinfektan.
 Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan.
 Lantai dibersihkan kemudian, dipel dengan
menggunakan cairan desinfektan. Air pembilas dalam
ember setiap kotor harus diganti dan tidak boleh
untuk kamar operasi yang lain.
 Lubang angin, kaca jendela dan kusen, harus
dibersihkan.

40
 Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar
operasi. Jika alat tenun tersebut bekas pasien infeksi,
maka penanganannya sesuai prosedur yang berlaku.
 Lampu operasi harus dibersihkan setiap hari. Pada
waktu membersihkan, lampu harus dalam keadaan
dingin.
 Alas kaki (sandal) khusus kamar operasi harus
dibersihkan setiap hari
 Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh,
meliputi dinding, meja operasi, meja instrument dan
semua peralatan yang ada di kamar operasi.
 Instrumen dan alat bekas pakai harus
dipindahkan/tidak boleh dicampur dengan alat yang
lain sebelum didesinfektan.
 Pemakaian kamar operasi untuk pasien
berikutnya diijinkan setelah pembersihan secara
menyeluruh dan sterilisasi ruangan selesai.
 Sterilisasi kamar operasi dilakukan dengan
menggunakan sinar ultra violet, yang dinyalakan
selama 1 jam.

B. Pembersihan Mingguan

 Dilakukan secara teratur setiap minggu sekali.


 Semua peralatan yang ada di dalam kamar bedah
dikeluarkan dan diletakkan di koridor/didepan kamar
bedah.
 Peralatan kamar bedah harus dibersihkan /dicuci
dengan memakai cairan desinfektan atau cairan
sabun. Perhatian harus ditujukan pada bagian
peralatan yang dapat menjadi tempat
berakumulasinya sisa organis, seperti bagian dari
meja operasi, dibawah matras.
 Permukaan dinding dilap dengan menggunakan
cairan presept.

41
 Setelah lantai bersih dan kering, peralatan yang
sudah dibersihkan dapat dipindahkan kembali dan
diatur kedalam kamar operasi.
 Sterilisasi kamar operasi dilakukan dengan
menggunakan sinar ultra violet, yang dinyalakan
selama 2 jam.

4.3.2 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Pada Penanganan Pada


Kasus Infeksi Dan Penyakit Menular Adalah :

1. Keluarga pasien diberi tahu tentang penyakit pasien


dan perawatan yang harus dilaksanakan terhadap
pasien tersebut.
2. Petugas yang menolong pasien harus :
a. Memakai sarung tangan
b. Tidak luka atau goresan dikulit atau tergores alat
bekas pasien (seperti jarum suntik dsb.)
c. Memahami cara penularan penyakit tersebut.
d. Memperhatikan teknik isolasi dan teknik aseptic.
e. Jumlah tenaga yang kontak dengan pasien
dibatasi/tertentu dan selama menangani pasien tidak
boleh menolong pasien lain dalam waktu bersamaan.
3. Pasang pengumuman didepan kamar operasi yang
sedang dipakai yang menyatakan bahwa dilarang masuk
karena ada kasus infeksi.
4. Bagian anggota tubuh yang akan dan sudah diamputasi
dibungkus rapat dengan kantong plastic tebal yang
cukup besar agar bau tidak menyebar dan
menimbulkan infeksi silang.
5. Ruang tindakan secara periodik dan teratur dilakukan
uji mikrobiologi terhadap debu, maupun terhadap
kesehatan yang ada.

42
4.3.3 Penanganan Limbah di Instalasi Kamar Operasi.
Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi,
tergantung jenis limbah dengan prinsip, limbah padat ditangani
terpisah dengan limbah cair :
1. Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan
desinfektan yang selanjutnya mengalir ketempat pengelolaan
limbah cair rumah sakit.
2. Limbah pada anggota tubuh ditempatkan dalam kantong atau
tempat tertutup yang selanjutnya dibakar atau dikubur
dirumah sakit sesuai ketentuan yang berlaku, atau
diserahterimakan kepada keluarga pasien bila memungkinkan.
3. Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada
tempat yang tertutup serta tidak mudah bertebaran dan
selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan rumah sakit.
4. Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan
tidak mudah bocor serta diberi label warna merah”untuk
dimusnahkan”.

4.3.4 Penjadwalan Operasi.

Pengaturan penjadwalan operasi dilakukan untuk


menyesuaikan jadwal antar dokter anestesi dan dokter bedah,
satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan jadwal operasi
antara lain :
1. Tetapkan aturan yang jelas tentang pengaturan operasi
2. Atur penggunaan kamar operasi
3. Menentukan sebuah kamar operasi yang digunakan untuk
operasi besar, sedang atau kecil, bersih atau kotor.
4. Buat aturan yang jelas mengenai pengaturan jadwal operasi
yang bersifat elektif ( untuk hari ini) atau cito yang disesuaikan
dengan jenis kamar operasi

43
4.4 Tata Laksana Pembedahan Pada Pasien Hepatitis.

Prosedur Pelaksanaan Pasien Operasi Dengan Hepatitis/HIV


1) Permukaan tubuh yang terkena darah, feses,urine atau
cairan harus segera dicuci dengan air dan sabun
2) Hati-hati menangani jaringan yang mengandung banyak
pembuluh darah
3) Harus waspada dalam pemakaian pisau, jarum dan alat
suntik
4) Ada fasilitas yang baik untuk pembuangan barang bekas
berupa container khusus dan tidak disatukan dengan
sampah lain.
5) Endotrachheal tube, blade laryngoscopy harus sekali buang
6) Tim bedah harus memakai sarung tangan double
7) Memakai goggles
8) Anestesi harus memakai sarung tangan double
9) Penjadwal operasi terakhir
10) Harus memkai skort plastic
11) Petugas dalam kamar operasi secukupnya
12) Linen hanya sekali pakai
13) Instrument yang sudah dipkai harus segera di cuci
dengan direndam dengan precept lalu direndam cidezim

4.5 Penandaan Lokasi Operasi.

a. Prosedur Penandaan
Prosedur penadaan operasi dilakukan sehari sebelum operasi
pada kasus operasi elektif sedangkan pada kasus emergensi
dilakukan di ruang premedikasi oleh dokter operator.
Penandaan yang dilakukan di kamar operasi dengan tanda
lingkaran (О) dan insial dokter, sesuai dengan SOP
penandaan area operasi.

4.6 Manajemen Cuci Tangan.

a. Pengertian
44
Cuci tangan pembedahan adalah membersihkan tangan
dengan menggunakan sikat steril dan larutan desinfektan
dibawah air mengalir dengan prosedur tertentu.

b. Tujuan
Tujuan cuci tangan adalah untuk menurunkan populasi
kuman yang ada ditangan.

c. Persiapan
1. Wastafel dengan air mengalir dan bersih,
2. Sikat steril.
3. Sabun / larutan disinfektan (chlorhexidine gluconate 10%)
4. Handuk / waslap steril.
5. Pemotong kuku
6. Jam
7. Cermin

d. Cara Cuci Tangan


1. Lepas semua perhiasan yang ada ditangan (jam
tangan, gelang, cincin).
2. Basahilah tangan sampai siku dengan menggunakan
air bersih yang mengalir (tempat cuci tangan khusus).
3. Teteskan bahan antiseptik di telapak tangan.
4. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan
kiri

45
5. Gosokkan telapak tangan kanan diatas punggung
tangan kiri, kemudian diulangi dengan sebaliknya yaitu
tangan kiri diatas punggung tangan kanan.
6. Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri
dengan jari- jari disilangkan.
7. Gosok punggung jari-jari tangan berhadapan dengan
telapak tangan, jari-jari saling terkunci.
8. Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri
berurutan sampai kelingking dan sebaliknya.
9. Putar dan gosok ujung jari-jari dan jempol tangan kanan,
kedepan dan kebelakang pada permukaan telapak tangan
kiri dan sebaliknya.
10. Bilas dengan air bersih yang mengalir.
11. Ambil sikat steril dan ditetesi larutan antiseptik.
12. Sikat ujung kuku, setelah itu telapak tangan
kemudian secara berurutan sikat setiap jari, diantara jari
dan punggung tangan, lanjutkan menyikat lengan atas
sampai sedikit dibawah siku selama
13. ±30 detik, jangan kembali ke tangan atau daerah
pergelangan tangan yang sudah selesai disikat.
14. Pindahkan menyikat pada tangan yang belum disikat
dengan cara seperti diatas.
15. Bilas kedua tangan pada air bersih yang mengalir.
16. Ulangi lagi mencuci tangan dengan menetesi bahan
antiseptik di telapak tangan.
17. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan
kiri.
18. Gosokkan telapak tangan kanan diatas punggung
tangan kiri kemudian diulangi dengan sebaliknya, yaitu
tangan kiri diatas punggung tangan kanan.
19. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan
kiri dengan jari-jari disilangkan.
20. Gosok punggung jari-jari tangan kanan berhadapan
dengan telapak tangan jari-jari saling terkunci.
21. Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri
dan sebaliknya.

46
22. Putar dan gosok ujung jari-jari dan jempol tangan kanan
ke depan dan kebelakang pada permukaan telapak tangan
kiri dan sebaliknya.
23. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan posisi jari
tangan lebih tinggi dari posisi siku.
24. Hindarkan tangan yang sudah dicuci tersentuh dengan
benda disekitamva.
25. Setelah selesai mencuci tangan, keringkan dengan handuk
steril satu persatu dari ujung jari menuju ke lengan
dengan cara memutar pada tangan kanan dan
sebaliknya, kernudian handuk dipisahkan dari benda
stenil.
26. Posisi tangan setelah cuci tangan harus lebih tinggi dari
siku tangan

BAB V
LOGISTIK

47
Copy paste data tabel Pengadaan Barang Operasional tiap unit
Unit.

- ATK.
- Barang Cetakan.
- Barang Bengkel.
- Barang Rumah Tangga & Dapur.
- Pengadaan Investasi.

Pengelolaan obat dan alat kesehatan / alkes meliputi


pemesanan, pengambilan, penyimpanan dan pencatatan obat /
alkes untuk pemakaian sehari- hari pada pasien operasi.
Pengadaan barang operasional
meliputi : Instalasi Kamar Operasi

NO PERSEDIAAN BARANG
Instrument
1 Container Instrumen
2 Set Laparatomy Dewasa
3 Set Laparatomi Anak
4 Baki
5 Right Angle Runcing Panjang
6 Tromol Rendaman Besar
7 Hemostat Bengkok Kocker

Non alkes
Atk
1 Amplop besar
2 Amplop sedang
3 Ballpoint hitam
4 Kertas HVS 70 gr
5 Binder klip besar
6 Snowman non permanent
7 Snowman permanent hitam
8 Buku Folio Panjang
9 Cutter besar
10 Isi cutter

48
Percetakan
1 Buku bon makan
2 Buku memo
3 Buku pengambilan
4 Buku register kamar operasi
5 Buku resep
6 Kartu stock bahan / obat
7 Keterangan operasi
8 Nota kecil
9 Pelayanan luar paket ( Askes )
10 Slip perbaikan bengkel

Rumah tangga
1 Baterai a2 alkaline
2 Kable reel / kabel box
3 Kain pel
4 Karet gelang (100 gram)
5 Keset kain
6 Kresek hitam besar
7 Kresek kuning besar
8 Plastik 1 kg
9 Plastik 250 gram
10 Plastik 500 gram
11 Porstex @ 1liter
12 Soklin deterjen
13 Stik pell steinles & sun
14 Sumbu pel
15 Sunlight 400 ml
16 Super pell
17 Timba tertutup
18 Tissue gulung
19 Tissue kotak refill
20 Handuk kecil utk 1 kali cuci
21 Exhaust fan
22NOBell RuanganInvestasi
23 Exhaust ruangan

1. Electrobovie

2. Box utk set


alat operasi
3. Bipolar Foot
switch
4. Mobile stand
Lamp
5. Troli Stainless
steel
6. Meja
instrument49
7. Mayo stand
8. Table drip
9. Heater bayi
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1 Pengertian.

Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah


sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,
implementasi untuk mencegah meminimalkan timbulnya resiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.

6.2 Tujuan.

Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang


disebabkan oleh kesalahan melaksanakan suatu tindakan atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu
tujuan agar tercipta budaya keselamatan di rumah sakit,
meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat, menurunkan kejadian tidak diharapkan di rumah
sakit dan terlaksananya program- program pencegahan sehingga
tidak terjadi pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.

50
6.3 Tata Laksana Keselamatan Pasien.
6.3.1. Enam Langkah Menuju Keselamatan Pasien.

1. Tepat Identifikasi Pasien.


2. Peningkatan Komunikasi yang efektif.
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur dan tepat-pasien
operasi.
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh

6.3.2. Standar Melaksanakan Keselamatan Pasien.


1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metode-metode peningkatkan kinerja untuk
melakukan evaluasi dan program peningkatkan
keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan
pasien
6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk
mencapai keselamatan pasien

6.3.3. Langkah-Langkah Penerapan Keselamatan Pasien Rumah


Sakit.

1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab


mengelola program keselamatan pasien rumah sakit
2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit
jangka pendek
3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan
pasien rumah sakit
4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit
bagi jajaran manajemen dan karyawan
5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa
keselamatan pasien)
6. Menetapkan enam langkah menuju keselamatan pasien
51
7. Menetapkan standar keselamatan pasien rumah sakit
dan melakukan shift assesmen dengan instrumen
akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit
8. Program khusus keselamatan pasien
9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program
keselamatan pasien rumah sakit dan kejadian tidak
diharapkan

6.4 Tata Laksana Keselamatan Pasien.


Sasaran keselamatan pasien di instalasi kamar operasi RSUD
Naibonat

1. Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan


penentuan identitas pasien awal pasien masuk sampai
dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan yang
diterima oleh pasien
2. Peningkatan komunikasi yang elektif
Komunikasi yang elektif adalah komunikasi lisan
yang menggunakan sistem write, read dan repeat back
(reconfirm)
3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai
(high – alert)
Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang memilki
resiko lebih tinggi yang dapat menyebabkan atau
menimbulkan adanya komplikasi atau membahayakan
secara signifikan terhadap kesalahan penggunaan.
4. Kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat – pasien
operasi
Salah lokasi, salah prosedur, salahpasien pada
operasi merupakan hal yang menguatirkan dan tidak
jarang terjadi di rumah sakit, kesalahan ini merupakan
komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antar
tim bedah, karena tidak melibatkan pasien di dalam
penandaan lokasi (site marking) dan verifikasi lokasi
operasi.

52
Penandaan area operasi di RSUD Naibonat
dilakukan oleh dokter operator, penandaan dilakukan
sehari sebelum pasien operasi ,pada pasien dengan
rencana operasi elektif. Sedangkan pada pasien operasi
emergensi dilakukan penandaan di IGD atau di ruang
premedikasi sesaat sebelum pasien operasi.
Penandaan dilakukan dengan memberi tanda chek
(○). Untuk mencegah terjadinya salah insisi pada pasien.
Beberapa hal yang berpontesi untuk
menimbulkan kekeliruan untuk wrong surgery:
 Lebih dari satu dokter bedah terlibat
 Dilakukan lebih dari satu prosedur operasi
 Pasien memiliki bebarap karakteristik khusus, seperti
deformitas fisik atau obesitas massif
 Ada beberapa asien yang memilki nama yang sama
atau prosedur yang sama atau diwaktu bersamaan

Tiga komponen penting dalam mencegah terjadinya


wrong site, wrong procedure dan wrong person surgery:
 proses verifikasi
 menandai lokasi yang akan dilakukan operasi
 time out
Beberapa prosedur yang tidak memerlukan penandaan :
 kasus organ tunggal (jantung, operasi
Caesar, appendiktomi)
 kasus intervensi seperti kateter jantung
 kasus yang melibatkan gigi
 prosedur yang melibatkan bayi premature di
mana penandaan akan menyebabkan tato permanen
Dalam kasus yang tidak dilakukan penandaan harus
dapat dipertangggjawabkan. Penandaan harus
dilakukan, dengan melibatkan pasien atau keluarga,
untuk menghindarkan kekeliruhan. Penandaan
dilakukan dengan spidol permanen yang tidak dapat
hilang saat dicuci.

53
5. Pengurangan resiko infeksi pelayanan kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk
pelayanan kesehatan termasuk saluran kemih,
infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering
terjadi pada pasien dengan ventilasi mekanis. Pokok
eliminasi infeksi maupun infeksi –infeksi lain dengan
cuci tangan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh
Jumlah kasus pasien jatuh cukup bermakna sebagai
cidera pasien, sehingga RSUD Naibonat melakukan
evaluasi resiko pasien jatuh danmengambil tindakan
untuk mengurangi resiko cidera sampai jatuh

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Undang-Undang nomer 36 tahun 2009 pasal 164 ayat (1)


menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit adalah
tempat kerja yang termasuk dalam kategori seperti disebut di atas,
berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
Progam keselamatan dan kesehatan kerja ini bertujuan melindungi
karyawan dari kemungkinan terjadi kecelakaan di dalam dan di
luarnrumah sakit.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) disebutkan
bahwa “setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
54
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam hal ini dimaksud
pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi yang
memungkinkan pekerjaan berada dalam kondisi sehat dan selamat,
bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup
layak sesuai dengan martabat manusia.
Keselamaan dan kesehatan kerja (K3) menerapkan bagian
integral dari perlindungan terhadap pekerja, dalam hal ini pada
pelayanan pembedahan, sedasi, dan anestesi serta perlindungan
terhadap rumah sakit.

Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit


akibat kerja dapat di golongkan menjadi tiga kelompok
 Kondis dan lingkungan kerja
 Kesadaran dan kualitas pekerjaan
 Perencanaan dan kualitas manajemen

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja,


kecelakaan dan penyakit dapat terjadi bila :
 Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau sudah aus

 Alat-alat tidak ditata sesuai dengan fungsinya sehingga


mempengaruhi kinerja
 Ruang kerja yang sempit, ventilasi udara kurang, sirkulasi
udara di kamar operasi kurang
 Tidak tersediannya alat pengaman
 Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya
kebakaran

Perlindungan Keselamatan Kerja dan Kesehatan Petugas


Kesehatan di Instalasi Kamar Operasi :
 Perawat instalasi kamar operasi yang merawat pasien menular
harus mendapatkan pengarahan mengenai cara penularan dan
penyebaran penyakit, melakukan pencegahan infeksi yang
sesuai dengan protokol jika terpapar,

55
 Perawat instalasi kamar operasi yang tidak terlibat langsung
dengan pasien harus diberikan pengarahan mengenai penyakit
tersebut
 Perawat instalasi kamar operasi yang kontak dengan pasien
secara langsung harus menjaga fungsi saluran pernafasan dan
menjaga kebersihan tangan

Petunjuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan Instalasi Kamar


Operasi
 Pada pelayanan pembedahan, sedasi dan anestesi untuk
mencegah penyakit menular maka tatanan pelayanan
kesehatan, maka perawat harus menggunakan APD (Alat
Pelindung Diri) dengan mencuci tangan sesuai dengan
kewaspadaan dan berdasarkan penularannnya baik secara
kontak, dorplet atau udara, dan mencegah penularan
penyakit lewat darah
 Semua perawat instalasikamar operasi harus mendapat pelatihan
tentang gejala-gejala penyakit menular
 Semua perawat instalasi kamar operasi harus mendapatkan
pelatihan tentang penggunaan APD
 Semua perawat instalasi kamar operasi harus mendapatkan
pelatihan tentang penangganan pasien HIV, Hepatitis dan
penyakit menular lainnya.

56
VIII
PENGENDALIAN MUTU

1. Ketersediaan Tim Operator

Judul Ketersediaan Tim Operator

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan bedah sentral

Definisi Tim operator adalah tim yang yang siap untuk melaksanakan
Operasional pelayanan bedah sesuai kebutuhan dan sesuai kelas rumah sakit baik
cito maupun elektif, yang terdiri dari dokter spesialis, perawat, dan
petugas instrument sesuai ketentuan yang berlaku

57
Frekuensi Tiga Beberapa prosedur yang tidak memerlukan
penandaan :
Pengumpulan
Data  kasus organ tunggal (jantung, operasi Caesar,
appendiktomi)
 kasus intervensi seperti kateter jantung
 kasus yang melibatkan gigi
 prosedur yang melibatkan bayi premature di mana
penandaan akan menyebabkan tato permanen
Dalam kasus yang tidak dilakukan penandaan harus dapat
dipertangggjawabkan. Penandaan harus dilakukan, dengan
melibatkan pasien atau keluarga, untuk menghindarkan
kekeliruhan. Penandaan dilakukan dengan spidol permanen
yang tidak dapat hilang saat dicuci.
 Pengurangan resiko infeksi pelayanan kesehatan
Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan
kesehatan termasuk saluran kemih, infeksi pada aliran
darah, pneumonia yang sering terjadi pada pasien dengan
ventilasi mekanis . Pokok eliminasi infeksi maupun infeksi –
infeksi lain dengan cuci tangan.
 Pengurangan resiko pasien jatuh
Jumlah kasus pasien jatuh cukup bermakna sebagai cidera
pasien, sehingga Rumah Sakit Baptis Batu melakukan
evaluasi resiko pasien jatuh danmengambil tindakan untuk
mengurangi resiko cidera sampai jatuh.bulan sekali

Periode Analisa Tiga Bulan Sekali

Numerator Jumlah tim yang tersedia

Denominator Tidak ada

Sumber data Instalasi Bedah Sentral

Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit dan kebutuhan

Penanggung jawab Kepala Instalasi Bedah Sentral


pengumpul data

58
2. Ketersediaan Fasilitas Dan Peralatan Ruang Operasi
Judul Ketersediaan fasilitas dan peralatan ruang operasi

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumah sakit


untuk memberikan pelayanan bedah sentral

Definisi Fasilitas dan peralatan ruang operasi adalah


ruang, mesin, da n Set I nst ru m en
Operasional peralatan yang harus tersedia untuk pelayanan bedah
sentral baik cito maupun elektif sesuai dengan kelas
rumah sakit
Frekuensi Tiga bulan sekali
Pengumpulan
Data

Periode Analisa Tiga bulan sekali

Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan pelayanan bedah


sentral

Denominator Tidak ada

Sumber data Inventaris Instalasi bedah sentral

Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit

Penanggung Kepala Instalasi Bedah Sentral


jawab
pengumpul data

3. Kemampuan Melakukan Tindakan Operatif

59
Judul Kemampuan melakukan tindakan operatif

Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektifitas

Tujuan Rumah sakit mampu menyediakan pelayanan operatif


sesuai dengan kelas dan unggulan rumah sakit

Definisi Tindakan operatif adalah tindakan pembedahan


minor dan mayor yang dilaksanakan di instalasi
Operasional
bedah sentral
Frekuensi Tiga bulan sekali
Pengumpul
an Data

Periode Analisa Tiga bulan sekali

Numerator Jenis tindakan operatif yang dapat dikerjakan

Denominator Tidak ada

Sumber data Instalasi Bedah Sentral

Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit

Penanggung Kepala Instalasi Bedah Sentral


jawab

4. Waktu Tunggu Operasi Elektif


Judul Waktu Tunggu Operasi Elektif
Dimensi mutu efektifitas, kesinambungan pelayanan, efisiensi

60
Tujuan Tergambarnya kecepatan penanganan antrian pelayanan
Definisi bedah tunggu operasi elektif adalah tenggang waktu
Waktu
operasional mulai dokter memutuskan untuk operasi yang terencana
sampai dengan operasi mulai dilaksanakan

Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data

Periode analisis 3 bulan

Numerator jumlah kumulatif waktu tunggu operasi yang terencana


dari seluruh
Denominator jumlah pasien yang dioperasi dalam bulan tersebut

Sumber data rekam medis

Standar ≤2 hari

Penanggung Kepala instalasi bedah sentral


jawab
5. Tidak Adanya Kejadian Operasi Salah Sisi
Judul Tidak adanya kejadian operasi salah sisi
Dimensi mutu keselamatan pasien

Tujuan tergambarkannya kepedulian dan ketelitian instalasi


bedah sentral terhadap keselamatan pasien

Definisi kejadian operasi salah sisi adalah kejadian dimana pasien


operasional dioperasi pada sisi yang salah, misalnya yang semestinya
dioperasi pada sisi kanan, ternyata yang dilakukan
operasi adalah pada sisi kiri atau sebaliknya

61
Frekuensi 1 bulan dan sentinel event
pengumpulan
data

Periode analisis 1 bulan dan sentinel event

Numerator jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan


dikurangi jumlah

Denominator pasien
jumlah yang dioperasi
pasien salah sisi
yang dioperasi dalam
dalam waktu
waktu satu
satu bulan
bulan

Sumber data rekam medis, Laporan keselamatan pasien

Standar 100 %

Penanggung Kepala instalasi bedah sentral/komite medis


jawab

6. Tidak Adanya Kejadian Operasi Salah Orang


Judul Tidak Adanya Kejadian Operasi Salah Orang
Dimensi mutu keselamatan pasien

Tujuan tergambarkannya kepedulian dan ketelitian instalasi


bedah sentral terhadap keselamatan pasien

Definisi kejadian operasi salah orang adalah kejadian dimana


operasional pasien dioperasi pada orang yang salah

Frekuensi 1 bulan dan sentinel event


Pengumpulan
data

Periode analisis 1 bulan dan sentinel event

62
Numerator jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
dikurangi jumlah

Denominator jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan

Sumber data rekam medis, Laporan keselamatan pasien

Standar 100 %

Penanggung Kepala instalasi bedah sentral/komite medis


jawab

7. Tidak Adanya Kejadian Salah Tindakan Pada Operasi


Judul Tidak Adanya Kejadian Salah Tindakan Pada Operasi
Dimensi mutu keselamatan pasien

Tujuan tergambarnya ketelitian dalam pelaksanaan operasi dan


kesesuaianya tindakan operasi dengan rencana yang telah
ditetapkan

Definisi Kejadian salah tindakan pada operasi adalah kejadian


operasional pasien mengalami

Frekuensi 1 bulan dan sentinel event


pengumpulan
data

Periode analisis 1 bulan dan sentinel event

Numerator jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan dikurangi


jumlah pasien

Denominator jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan

63
Sumber data rekam medis, Laporan keselamatan pasien

Standar 100 %

Penanggung kepala instalasi bedah sentral/komite medis


jawab

8. Tidak Adanya Kejadian Tertinggal Benda Asing Pada Tubuh Pasien Setelah Operasi
Judul Tidak Adanya Kejadian Tertinggalnya Benda Asing
Pada Tubuh Pasien Setelah Operasi

Dimensi mutu keselamatan pasien


Tujuan tergambarkannya ketelitian dan kecermatan dokter
bedah dalam melaksanakan tindakan operasi

Definisi kejadian tertinggalnya benda asing adalah kejadian


operasional dimana benda asing seperti kapas, gunting, peralatan
operasi dalam tubuh pasien akibat suatu tindakan
pembedahan

Frekuensi 1 bulan dan sentinel event


pengumpulan
data
Periode analisis 1 bulan dan sentinel event

Numerator jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan dikurangi


jumlah pasien yang mengalami tertinggalnya benda asing
dalam tubuh akibat operasi dalam satu bulan

Denominator jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan

Sumber data rekam medis, laporan keselamatan pasien


Standar 100 %

64
Penanggung kepala instalasi bedah sentral/komite medis
jawab
9. Komplikasi Anestesi Karena Overdosis, Reaksi Anestesi Dan Salah
Penempatan Endotracheal Tube
Judul Komplikasi Anestesi Karena Overdosis, Reaksi Anestesi
Dan Salah
Dimensi mutu keselamatan pasien
Tujuan tergambarkannya kecermatan tindakan anestesi dan
monitoring pasien selama proses pembedahan berlangsung

Definisi Komplikasi anestesi adalah kejadian yang tidak


operasional diharapkan sebagai akibat komplikasi anestesi antara lain
karena overdosis, reaksi anestesi dan salah penempatan
endotracheal tube.
Frekuensi 1 bulan dan sentinel event
pengumpulan
data
Periode analisis 1 bulan dan sentinel event
Numerator jumlah pasien yang mengalami komplikasi anestesi dalam
satu bulan
Denominator jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
Sumber data rekam medis
Standar ≤6 %
Penanggung Kepala instalasi bedah sentral/komite medis
jawab
10. Kejadian Kematian Di Meja Operasi
Judul Kejadian Kematian Di Meja Operasi
Dimensi mutu keselamatan, efektifitas
Tujuan tergambarkannya efektifitas pelayanan bedah sentral dan
anestesi dan kepedulian terhadap keselamatan pasien

65
Definisi kematian di meja operasi adalah kematian yang terjadi
operasional di atas meja operasi pada saat operasi berlangsung yang
diakibatkan oleh tindakan anestesi maupun tindakan
pembedahan
Frekuensi tiap bulan dan sentinel event

pengumpulan
data
Periode analisis tiap bulan dan sentinel event

Numerator jumlah pasien yang meninggal di meja operasi dalam satu


bulan
Denominator jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan
dalam satu bulan
Sumber data rekam medis, Laporan keselamatan pasien

Standar ≤1 %

Penanggung kepala instalasi bedah sentral/komite medis


jawab

11. Kepuasan Pelanggan


Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap mutu
pelayanan instalasi bedah sentral

Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh


operasional pelanggan terhadap

66
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Periode analisis 3 bulan

Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien


yang disurvei

Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50)

Sumber data Survei


Standar ≥90 %
Penanggung Ketua komite mutu/tim mutu
jawab

BAB IX.
PENUTUP

Pedoman pelayanan instalasi kamar operasi mempunyai peranan


penting untuk pedoman kerja bagi kamar operasi dalam memberikan
pelayanan pembedahan, anestesi dan sedasi untuk memenuhi kebutuhan
pasien, sehingga mutu dan keselamatan pasien yang menjalani pembedahan
dapat terjamin. Pedoman ini dapat digunakan juga sebagai acuan kerja bagi
tenaga perawat di kamar operasi.
Penyusunan pedoman pelayanan instalasi kamar operasi ini adalah
merupakan langkah awal sebagai suatu proses yang panjang sehingga
memerlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak dalam

67
penerapannya untuk mencapai tujuan instalasi kamar operasi dan tujuan
rumah sakit.

68

Anda mungkin juga menyukai