Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

KOMPETENSI PERAWAT ICU

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah ICU

DI SUSUN OLEH:

ZAENAB KARTIKA BAHARI


A11501221

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan Makalah Ini Sebatas Pengetahuan Dan Kemampuan Yang
Dimiliki. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Laporan Kompetensi
Perawat ICU”. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Kami menyadari tugas kuliah ini masih jauh dari sempurna. Karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
sempurnanya tugas kuliah ini. Harapan penulis tugas kuliah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya

Gombong, September 2018

Penulis
STANDAR KOMPETENSI KEPERAWATAN KRITIS

Secara umum dalam UU no 38 Th 2014: Keperawatan Pasal 29 bahwa


tugas perawat terdiri dari: pemberi asuhan keperawatan, penyuluh konselor,
pengelola, peneliti, pelaksana tugas berdasar pelimpahan, pelaksana tugas dalam
keterbatasan. Sejalan dengan pasal 31 kewenangan perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan diantaranya: melakukan pengkajian, melakukan diagnose
keperawatan, melakukan rencana tindakan, melakukan tindakan keperawatan,
melakukan evaluasi, melakukan rujukan, melakukan tindakan pada keadaan gawat
darurat sesuai kompetensi, dan melakukan penyuluhan.
Keperawatan Kritis merupakan spesialisasi keilmuan keperawatan dalam
lingkup kondisi kritis baik akut maupun kronis sesuai pengetahuan, Skill, dan
lisensi yang menjadi landasan seorang perawat kritis melakukan asuhan
keperawatan. Sesuai dengan standar kompetensi yang diterapkan di Indonesia
bahwa standar kompetensi keperawatan kritis dalam lingkup High/intensive care
unit dan emergency memiliki standar kompetensi masing masing. Seperti yang
ditetapkan Direktorat Keperawatan Dan Keteknisian Medik Departemen
Kesehatan (2006) mengenai standar pelayanan keperawatan di ICU bahwa untuk
memberikan pelayanan keperawatan pasien di ICU harus memiliki standar
praktek kompetensi klinis ICU dasar atau lanjut.
Penetapan standar pada keperawatan kritis merujuk kepada persatuan
perawat kritis pada masing-masing negara. Indonesia dengan himpunannya yang
bernama HIPERCCI dan HIPGABI sudah merumuskan standar kompetensi untuk
perawat kritis, begitu juga di negara lain seperti Amerika dengan ACCN
(American Critical care of Nursing) dan CCCN (Canadian Critical Care of
Nursing).

A. Standar Kompetensi Keperawatan Kritis (Indonesia)


Kompetensi perawat intensif dasar atau minimal diantaranya:
1. Memahami konsep keperawatan intensif
2. Memahami issue etik dan hukum pada perawatan intensif
3. Mempergunakan keterampilan komunikasi yang efektif untuk mencapai
asuhan yang optimal
4. Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang didapat khususnya
mengenai: henti nafas dan jantung, status pernafasan, gangguan irama
Jantung, Status hemodinamik pasien dan status kesadaran.
5. Mempertahankan kebersihan jalan nafas pada pasien yang terpasang ETT
6. Mempertahankanpotensi jalan nafas dengan menggunakan ETT
7. Melakukan fisioterapi dada
8. Memberikan inhalasi
9. Mengukur saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximetri
10. Memberikan terapi oksigen dengan berbagai metod
11. Melakukan monitoring haemodinamik
12. Memberikan BLS (basic Life Support) dan ALS (Advance life support)
13. Melakukan perekaman EKG
14. Melakukan interpretasi hasil rekaman EKG:
a. Gangguan sistem konduksi
b. Gangguan irama
c. Pasien dengan gangguan miocard
15. Melakukan pengambilan sampel darah untuk AGD
16. Melakukan interpretasi AGD
17. Melakukan pengambilan terhadap hasil analisa untuk pemeriksaan
elektrolit
18. Mengetahui koreksi terhadap hasil analisa gas darah yang tidak normal
19. Melakukan interpretasi hasil foto thorax
20. Melakukan persiapan pemasangan Water Seal Drainage (WSD)
21. Mempersiapkan pemberian terapi melalui syiring pump dan infus pump
22. Melakukan pengelolaan pasien dengan nutrisi parenteral
23. Melakukan pengelolaan pasien dengan terapi cairan intra vena
24. Melakukan pengelolaan pasien denganSKA/ ACS
25. Melakukan penanggulangan infeksi nosokomial.
Sedangkan kompetensi khusus atau lanjut
1. Seluruh kompetensi dasar dari 1-23
2. Mengelola pasien yang menggunakan ventilasi mekanik
3. Mempersiapkan pemasangan kateter arteri
4. Mempersiapkan pemasangan kateter vena sentral
5. Mempersiapkan pemasangan kateter arteri pulmonal
6. Melakukan pengukuran curah jantung
7. Melakukan pengukuran tekanan vena central
8. Melakukan persiapan pemasangan intra aortic baloon pump (IABP)
9. Melakukan pengeloaan asuhan keperawatan pasien yang terpasang IABP
10. Melakukan persiapan pemasangan alat hemodialisis, hemofiltrasi
11. Melakukan pengelolaan pengukuran tekanan intrakranial
12. Melakukan pengelolaan pasien yang terpasang kateter invasive (Arteri line,
cup line, kateter swan ganz)
13. Melakukan pengelolaan pasien yang menggunakan terapi trombolitik
14. Melakukan pengukuan PETCO2

Sedangkan dalam kondisi akut atau emergency Menurut HIPGABI


(Himpunan Perawat Gawat Darurat dan Bencana Indonesia) yang merujuk
terhadap UU Keperawatan (2014), standar pelayanan keperawatan gawat darurat
(Kemenkes, 2010), dan America Emergency Nursing Assosciation (2008),
mengklasifikasikan standar praktik keperawatan gawat darurat diantaranya:

1. Perawat yang memberikan asuhan kegawatdaruratan proses keperawatan


untuk masalah aktual dan potensial, mendadak atau gawat, baik masalah
biologis maupun psikologis pasien.
2. Mengidentifikasi kondisi gawat darurat, melakukan prioritas masalah
berdasarkan tingkat kegawatan pasien pada seluruh rentang usia
3. Tujuan untuk menyelamatkan kehidupan, melakukan stabilitasi dan
menurunkan kemungkinan kecacatan pada pasien.
4. Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kondisi tidak gawat
darurat, pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga, rencana pemulangan
dan rujukan yang tepat berdasar aspek etika dan legal
5. Memberikan asuhan pada kondisi/ lingkungan yang belum diprediksi (bencana)
(Sheely, 2010)
Standar kompetenesi diatas ditunjang pula dengan lisensi yang ditunjukan
bahwa perawat kritis tersertifikasi : BLS, BTLS, BCLS, ACLS, dan ICU untuk
lingkup intensive care. Sedangkan kegawat daruratan mengacu kepada
Emergency Nursing Basic Level, Intermediate Level, dan Advance Level.

B. Standar Kompetensi Keperawatan Kritis (AACN )


AACN menjelaskan mengenai standar keperawatan kritis menjadi dua bagian,
yaitu standar perawatan dan standar penampilan professional.
1. Standar Perawatan dari AACN (Assosiation of American Critical Care
Nursing)
a. Pengkajian
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Mengumpulkan data pasien, keluarga, tenaga kesehatan lain dan
komunitas yang dibutuhkan untuk merawat pasien dengan holistik.
b) Memprioritaskan pengumpulan data pada karakteristik pasien yang
berhubungan dengan kondisi pasien terkini serta antisipasi jika
terjadi hal yang buruk.
c) Menggunakan tekhnik pengkajian berdasarkan evidence based,
instrumen dna tool yang valid
d) Dokumen relevan dengan data dan tersedia dalam format yang dapat
diperbaiki jika terdapat kesahalahan.
b. Diagnosis
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Menentukan diagnosa yang relevan dengan hasil pengkajian data
b) Validasi diagnosa dengan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lain
c) Diagnosa relevan dengan issu dengan format yang dapat diperbaiki
c. Identifikasi Tujuan
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Identifikasi tujuan dari hasil pengkajian dan diagnosa
b) Menghormati pandangan pasien dan keluarga serta nilai kebudayaan
yang dimasukan dalam pertimbangan pembuatan tujuan intervensi.
c) Mempertimbangkan risiko, keuntungan, dan fakta-fakta terkini,
expertise klinis, dan biaya dalam merumuskan tujuan intervensi.
d) Modifikasi tujuan intervensi berdasarkan dengan perubahan kondisi
atau situasi pasien.
e) Dokumentasi tujuan intervensi dengan tujuan yang dapat terukur
d. Perencanaan
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Menggunakan konsep berpikir kritis dalam membuat keputusan
rencana keperawatan yang didasarkan pada fakta terkini.
b) Kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim interprofessional untuk
mengembangkan perencanaan keperawatan.
c) Menetapkan prioritas dan keberlanjutan perawatan selama mmebuat
perencanaan
d) Memasukan strategi untuk promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit secara berkelanjutan dalam merumuskan rencana
keperawatan.
e) Mempertimbangkan risiko, keuntungan, dan fakta-fakta terkini,
expertise klinis, dan biaya dalam merumuskan tujuan intervensi
f) Dokumentasi perencanaan dengan jelas dan terukur
e. Implementasi
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Menentukan strategi untuk mendukung dan mempertahankan
lingkungan yang nyaman dan aman.
b) Berkoordinasi dalam penentuan implementasi dengan pasien,
keluarga, dan tim interprofesional.
c) Memberikan intervensi untuk mencegah dan meminimalisir
komplikasi dan mengurangi penderitaan.
d) Memfasilitasi proses pembelajaran untuk pasien, keluarga dan
komunitas.
e) Dokumentasi perencanaan dengan jelas dan terukur
f) Mempersiapkan perawatan berdasarkan kebudayaan dan etnis
pasien.
f. Evaluasi
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Mengadakan sistematis evaluasi menggunakan teknik evidence
based practice, tool, dan instrumen.
b) Kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim interprofesiional dalam
roses evaluasi.
c) Meninjau kembali pengkajian, diagnosa, tujuan dan intervensi
berdasarkan informasi yang didapat selama proses evaluasi.
d) Dokumentasi perencanaan dengan jelas dan terukur

2. Standar Penampilan Professional


Standar penampilan professional menjelaskan mengenai level kompetensi
perilaku dalam peran professional, seperti aktivitas yang berhubungan
dengan kualitas praktik, evaluasi, pendidikan, komunikasi, etik, kolaborasi,
evidence-based practice, penggunaan sumber, kepemimpinan, dan
lingkungan kesehatan.
a. Kualitas Praktik
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Berpartisipasi dalam pemeriksaan klinis melalui aktivitas
peningkatan kualitas
b) Berkonsultasi dengan teman sejawat, ahli, dan identifikasi pemangku
kepentingan untuk mengadakan perubahan dalam praktik
keperawatan dan sistem pelayanan kesehatan.
c) Berpartisipasi dalam peningkatan kualitas yang mempertimbangkan
kepercayaan pasien dan keluarga, nilai yang berkembang di
masyarakat, pilihan.
d) Memastikan kerahasiaan pasien dalam menjamin kualitas data
e) Evaluasi praktik ketika proses sedang berlangsung, berdasarkan
fakta yang akurat
f) Identifikasi hambatan dalam penentuan tujuan perawatan pasien dan
kualitas pelayanan.
g) Berpartisipasi dalam pengembangan, implementasi, evaluasim dan
merevisi kebijakan, prosedur, dan/atau panduan untuk meningkatkan
kualitas dan efektifitas praktik keperawatan.
h) Menggunakan kreatifitas dan inovasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan keperawatan.
i) Menunjukan kualitas dari dokumentasi proses keperawatan dengan
bertanggungjawab dan mempertimbangkan etnik
b. Evauasi Praktik professional
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Melakukan evaluasi diri dan refleksi praktik dengan rutin
b) Mengambil langkah dalam pencapaian tujuan yang telah
diidentifikasi dalam proses evaluasi.
c) Mendapatkan umpan balik mengenai praktik keperawtaan dari
pasien, keluargam teman, teman sejawat (profesi lain).
d) Memberikan umpan balik baik formal maupun non-formal kepada
teman mengenai praktik dan peran keperawatan yang dilaksanakan.
c. Pendidikan
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Berpartisipasi dalam proses pembelajaran dan akrivitas
pengembangan serta mempertahankan keterampilan professional dan
pengetahuan.
b) Mencari peluang belajar berdasarkan evidence-based practice
c) Menyebarkan pengetahuan, pengalaman, dan ide kepada teman
d) Berkontribusi dalam lingkungan kerja yang kondusif untuk
mewujudkan pendidikan pelayanan kesehatan yang professional
e) Mempertahankan capaian professional atau portofolio yang
menggambarkan kompetensi dan untuk pembelajaran seumur hidup.
d. Komunikasi
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Mengkaji bentuk komunikasi pasien kritis, keluarga dan tim
interprofessional
b) Melatih kemampuan komunikasi interprofessional dan
mempertimbangkan gaya komunikasi orang lain.
c) Mengumpulkan umpan balik untuk peningkatan skill komunikasi
yang berkelanjutan.
d) Menyampaikan informasi yang akurat kepada pasien kritis,
keluargam dan tim interprofessional.
e) Mengamati dan peduli dengan keselamatan, bahaya, dan kesalahan
dalam perawatan.
f) Mempertahankan komunikasi terbuka dengan atasan untuk
meminimalkan risiko kepada pasien.
e. Etik
Kompetensi yang harus dimiliki
a) Mendukung hubungan tanggungjawab etik dan integritas, keputusan
organisasi dan sumber penatalayanan.
b) Melindungi kerahasiaan pasien dengan legal dan regulasi yang jelas
c) Advokasi untuk kepentingan pasien, keluarga pasien, dan komunitas.
d) Memberikan pelayanan dengan tidak melakukan diskriminasi dan
membeda-bedakan pasien, keluargam dan komunitas.
e) Mempertahankan otonomi pasien, harga diri, kepercayaan dan hak.
f) Menggunakan sumber yang tersedia untuk merumuskan keputusan
etik
g) Mendemonstrasikan komitmen untuk self-care dan self-advocacy
h) Melaporkan tindakan melanggar etik, illegal, tidak sesuai dengan
kompetensi atau kesalahan praktik.
i) Bantu pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan
j) Pertahankan hubungan yang terapetik dan professional antara
perawat dengan pasien.
k) Berkontribusi dalam pemecahan issu etik yang menyangkut pasien,
keluarga, dan tim interprofessional.
l) Kolaborasi dengan tim interprofessional untuk mendukung
perawatan palliative .
f. Kolaborasi
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Berbagi pengetahuan dengan tenaga kesehatan lain
b) Mematuhi standar yang telah ditetapkan bersama tim
interprofessional untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat
dan meningkatkan kerjasama serta kepercayaan.
c) Kolaborasi dengan pasie, keluarga, dan tim interprofessional untuk
meningkatkan efektifitas dan keselamatan dalam pelayanan bersama
(gabungan).
d) Bekerja dalam tim dan memecahkan konflik
e) Berkontribusi untuk menciptakan rencana perawatan
interprofessional.
f) Menghormati teman sejawat keperawatan lain.
g. Evidence Based Practice
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Menggambarkan masalah klinis menggunakan fakta terkini dari
setting klinik, seperti pengkajian data, tujuan manajemen, dan
peningkatan kualitas data.
b) Merumuskan pertanyaan klinis
c) Berpartisipasi dalam mengevaluasi fakta untuk menentukan
penerapan praktik.
d) Mengkaji dengan fakta yang terintegrasi menjadi kebijakan,
prosedur, dan praktik
e) Implementasi perubahan praktik berdasarkan fakta, ahli, dan
pandangan pasien untuk meningkatkan proses perawatan dan tujuan
perawatan pasien.
f) Evaluasi tujuan berdasarkan keputusan berbasis fakta dan perubahan
praktik untuk inividual, grup, dan populasi dalam menentukan
praktik.
g) Menyebarkan informasi mengenai praktik terbaik yang didukung
oleh fakta untuk meningkatkan kualitas perawatan dan tujuan
perawatan pasien.
h) Berpartisipasi dalam aktivitas dan strategi untuk mendukung fakta
yang berbasis kebudayan.
h. Penggunaan Sumber
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Mengkaji kebutuhan individu pasien dan ketersediaan sumber untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
b) Melimpahkan elemen perawatan berdasarkan kebutuhan dan kondisi
pasien, potensi bahaya, stabilitas pasien, prediksi tujuanm
kompetensi individual, ketersediaan sumber.
c) Membantu pasien dan keluarga dalam identifikasi dan menjamin
pelayanan yang diperlukan .
d) Informasikan kepada pasien dan keluarga mengenai pilihan,
alternatif, risiko dan keuntungan intervensi keperawatan.
e) Advokasi untuk tambahan sumber yang dapat meningkatan kualitas
pelayanan keperawatan.
i. Kepemimpinan
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Berkontribusi dalam menciptakan dan mempertahankan lingkungan
kerja yang sehat
b) Mendukung teman kerja dan sejawat melalui mentoring dan strategi
untuk pengembangan professional
c) Demonstrasikan fleksibilitas dan kemampuan untuk tetap fokus
dengan cepat terhadap pasien dengan perubahan lingkungan.
d) Mengarahkan koordinasi perawatan antara pemberi pelayanan,
termasuk kesalahan tindakan oleh perawat yang berlisensi maupun
tidak.
e) Berpartisipasi dalam komite, konsil, dan tim interprofessional
f) Mendukung pengembangan profesi melalui partisipasi orgaisasi
profesional
g) Mengembangkan budaya keselamatan untuk pasien, keluarga dan tim
interprofessional.
h) Mendukung komunikasi informasi dan pengembangan profesi
meliputi menulis, melakukan publikasi, dan presentasi baik untuk
kalangan professional maupun awam.
i) Mendukung pengembangan dan implementasi solusi yang inovatif.
j. Lingkungan Kesehatan
Kompetensi yang harus dimiliki:
a) Meminimalisir faktor risiko dari lingkungan yang dapat
menimbulkan bahaya atau cedera fisik kepada pasien, keluarga, dan
tim interprofessional.
b) Melakukan implementasi strategi yang dapat mengurangi pengaruh
dari faktor lingkungan yang membahayakan kesehatan, seperti suara,
bau, kebisingan, dan cahaya
c) Melakukan komunikasi kepada pasien, keluarga dan teman sejawat
mengenai strategi untuk mengurangi risiko kesehatan dari
lingkungan yang berbahaya.
d) Menggunakan sumber yang terpercaya untuk menentukan solusi
dalam menghadapi ancaman lingkungan
C. Berpartisipasi dalam strategi dan aktivitas untuk mengembangkan petunjuk
kesehatan komuitas Standar Keperawatan Kritis (CACCNS
1. STANDART A
Perawat keperawatan kritis menggunakan ketrampilan dan
pengetahuan khusus untuk proses pengkajian, monitor dan mengelola
pasien untuk prosmosi keseimbangan fisiologis yang optimal, dengan
kriteria:
a. Mengumpulkan data yang fisiologis, psikososial, budaya,
perkembangan dan spiritual berdasarkan kondisi pasien menggunakan
sumber daya yang tersedia dan sesuai.
b. Menganalisa dan memvalidasi data dari berbagai sumber untuk
menginformasikan keputusan tentang pasien/ keluarga.
c. Membuat keputusan tentang prioritas perawatan yang mengancam jiwa
dan tidak mengancam jiwa.
d. Mengintegrasikan semua temuan dari pengkajian pasien untuk
mengidentifikasi tindakan kolaboratif atau rencana mandiri perawat.
e. Berkordinasi dan mengimplementasikan rencana perawatan dalam
praktek yang ditujukan pada pasien.
f. Mengantisipasi, mencegah, mempersiapkan tindakan dalam situasi yang
mengancam.
g. Mengelola beberapa terapi dalam konteks yang selalu berubah sesuai
kebutuhan pasien.
h. Monitor dan mengevaluasi efektivitas intervensi dalam suatu kerangka
waktu secara tepat, merevisi terapi yang diperlukan untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
2. STANDAR 2
Perawat kritis mempromosikan dan memfasilitasi kenyamanan yang
optimal dan kesejahteraan dalam lingkungan teknologi yang canggih
bagi pasien dan keluarga, dengan kriteria:
a. Mengelola lingkungan untuk mengurangi dampak dari rangsangan

yang berbahaya.
b. Mengkaji antara rasa sakit, kecemasan dan delirium sebagai sumber

ketidaknyamanan dan alat terapi individual (farmakologis dan non

farmakologis) untuk mencegah atau meringankan penderitaan .

c. Menjaga martabat masing-masing individu dengan menghormati

privasi pribadi dan keragaman individu termasuk usia, etnis,

kepercayaan spiritual, jenis kelamin, status perkawinan, orientasi

seksual, gaya hidup dan status sosial ekonomi .

d. Berkomunikasi dengan cara yang mempertahankan harapan yang

realistis dan yang sesuai dengan kebutuhan pasien/ keluarga, tahap

perkembangan dan tingkat pemahaman.

3. STANDAR 3

Perawat kritis membina kemitraan yang saling menguntungkan

dengan pasien dan keluarga berdasarkan kepercayaan, martabat,

menghormati, komunikasi dan kolaborasi, dengan kriteria:

a. Mengumpulkan data mengenai pasien/ kebutuhan keluarga dan

tanggapan pengalaman terhadap perawatan kritis dan mengakses

sumber daya yang tepat untuk mengatasi masalah.

b. memberikan informasi kepada pasien/ keluarga secara terbuka,

akurat, secara jujur untuk menetapkan rencana perawatan dan

membantu dalam pengambilan keputusan.

c. Mendengarkan, dan menghormati pasien dan keluarga ketika

merencanakan dan memberikan perawatan .


d. Sebagai advokat untuk pasien dan keluarga untuk mengatasi harapan

dan kebutuhan mereka.

e. Menyediakan akses terbuka kepada pasien dan anggota keluarga,

menghormati kebutuhan untuk privasi sebagai lingkungan dan situasi

memungkinkan.

4. STANDAR 4

Saat memberikan pelayanan dalam lingkungan berisiko tinggi,

perawat perawatan kritis berpartisipasi dalam keselamatan inisiatif

dan mematuhi praktek terbaik, dengan kriteria:

a. Mengintegrasikan data, mengantisipasi, mencegah, dan mengenali

cedera yang mungkin berkontribusi pada krisis kesehatan yang

mengancam jiwa atau perubahan jangka panjang dalam kesehatan .

b. Dokumen perawatan pasien dan evaluasi yang sedang berlangsung

dengan jelas, ringkas, akurat dan waktu yang tepat dengan tetap

menghormati privasi dan kerahasiaan kesehatan dan informasi

pribadi.

c. Berusaha keluar dan menggabungkan pasien dan keluarga umpan

balik ke peningkatan kualitas kegiatan.

d. Menggunakan temuan peningkatan kualitas untuk menginformasikan

perubahan untuk praktek keperawatan dan pelayanan kesehatan.

e. Sebagai advokat untuk jumlah yang memadai perawatan kritis,

berpengetahuan dan terampil untuk memastikan perawatan yang


aman dan manusiawi bagi pasien berdasarkan pada kompleksitas

perawatan wajib.

5. STANDAR 5

Ketika hidup mempertahankan teknologi tidak lagi menguntungkan ,

perawat perawatan kritis mendukung pasien dan keluarga melalui

transisi dari pengobatan aktif untuk kematian yang damai, dengan

kriteria:

a. Mempromosikan hasil diskusi dengan arahan perawatan lanjutan

dengan pasien dan / atau keluarga.

b. Kerjasama dengan pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi

sumber daya yang tersedia yang akan memberikan dukungan selama

kehidupan akhir perawatan.

c. Mengidentifikasi calon potensial untuk jaringan dan donasi organ .

d. Mengakses sumber daya yang tepat untuk membimbing situasi etis

kompleks dan asuh efektif strategi mengatasi dan resolusi mungkin.

e. Menjaga komunikasi terus menerus dengan tim keluarga dan

perawatan kesehatan tentang akhir rencana hidup perawatan.

6. STANDAR 6

Perawat perawatan kritis mempromosikan praktek kolaboratif di

mana kontribusi dari pasien , keluarga dan masing-masing penyedia

layanan kesehatan diminta , diakui dan dihargai dalam cara non

hirarkis, dengan kriteria:


a. Menjelaskan dan mempromosikan peran dan tanggung jawab perawat

kepada pasien, keluarga dan penyedia layanan kesehatan lainnya.

b. Menunjukkan efektif komunikasi interpersonal, negosiasi dan konflik

keterampilan resolusi untuk mempromosikan hubungan kolegial yang

positif.

c. Menerima akuntabilitas untuk kontribusi profesional yang otonom dan

bekerja sama untuk menentukan penyedia layanan terbaik berdasarkan

pada penghormatan terhadap peran yang unik, tanggung jawab dan

kompetensi bersama.

d. Menekankan nilai tanggung jawab bersama dalam pengambilan

keputusan dan dukungan penggunaan kepemimpinan bersama dan

peran koordinasi.

e. Berkonsultasi dengan individu yang tepat untuk membangun/

meninjau rencana perawatan dan mempromosikan kesinambungan

perawatan.

7. STANDAR 7

Perawat kritis memberikan kepemimpinan dengan memupuk budaya

perawatan kritis kondusif untuk kolaborasi, peningkatan kualitas,

keamanan, pertumbuhan profesional dan sumber daya yang

bertanggung jawab pemanfaatan, dengan kriteria:

a. Menggabungkan standar perawatan profesional, hukum, etika dan

kritis dalam praktek.


b. Menjaga perawatan kritis dan kompetensi profesional dengan terlibat

dalam praktek reflektif (self-assessment) dan dengan berpartisipasi

dalam kegiatan pendidikan.

c. Mempromosikan penelitian dan praktek serta penyebaran pengetahuan

keperawatan.

d. Bertindak sebagai narasumber, pendidik, panutan, advokat atau

mentor untuk mahasiswa, rekan-rekan dan penyedia layanan

kesehatan .

e. Berkontribusi dan mendukung inisiatif yang meningkatkan

lingkungan perawatan kritis dan kualitas kehidupan kerja.

Berdasarkan standar yang dikemukakan 3 ikatan keperawatan kritis

tersebut, kita dapat melihat bahwa scara umum standar kompetensi

keperawatan berbasis pada asuhan keperawatan secara komprehensif dan

holistik sesuai dengan palsafah keperawatan, akantetapi perbedaannya

diterapkan pada pasien yang memiliki kondisi critical ill baik akut maupun

kronis. Dari ketiga kolegium yang dikemukakan dalam tulisan ini kita

melihat spesifikasi yang sedikit berbeda antara dinegara modern dan negara

Indonesia, di Indonesia standar praktik lebih spesifik mengenai kompetensi

tindakan atau keterampilan yang harus dimiliki perawat kritis, sedangkan di

Amerika membagi secara umum menjadi dua jenis standar, yaitu standar

praktik dan penampilan professional dimana keduanya tidak merujuk pada

tindakan kasus tertentu. Hal tersebut dikarenakan sistem lisensi kompetensi


telah diterapkan dengan baik, semisal telah tersertifikasi ATLS maka

seluruh kompetensi tindakan yang mencakup kasus trauma telah dimiliki

perawat yang tersertifikasi atau terlisensi tersebut tanpa harus dijabarkan

lagi fokus tindakan apa saja yang dimiliki.

Standar yang ditetapkan oleh AACN bersifat komprehensif, yaitu

menuntut perawat kritis tidak hanya terampil dan professional dalam

lingkup klinis saja atau kepada pasien saja, terapi juga memberikan

pelayanan maksimal pada keluarga pasien dan komunitas. Selain itu AACN

juga terus menekankan mengenai pentingnya kolaborasi dalam hal

pekerjaan dengan tim interprofessional dan teman sejawat lain.

Jika standar AACN dikombinasikan dengan di Indonesia, akan lebih

lengkap dan rigid dalam penjabaran mengenai keperawatan kritis. Perawat

kritis di Indonesia tidak hanya terampil dalam skill kritis saja, tetapi juga

memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sekitar terutama

pasien, keluarga, dan tim interprofessional. Pendapat tersebut didasari

bahwa kondisi perawatan pasien kritis tidak hanya melibatkan pasien saja,

justru akan lebih banyak melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan

kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai

  • A Video Bla
    A Video Bla
    Dokumen2 halaman
    A Video Bla
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • ANALISA MMD
    ANALISA MMD
    Dokumen2 halaman
    ANALISA MMD
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Perilaku Kesehatan Berisiko
    Perilaku Kesehatan Berisiko
    Dokumen9 halaman
    Perilaku Kesehatan Berisiko
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Klink Yesika
    Tutorial Klink Yesika
    Dokumen3 halaman
    Tutorial Klink Yesika
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • MEMAHAMI HUKUM ADAB MEMBUANG SAMPAH DALAM PANDANGAN ISLAM
    MEMAHAMI HUKUM ADAB MEMBUANG SAMPAH DALAM PANDANGAN ISLAM
    Dokumen9 halaman
    MEMAHAMI HUKUM ADAB MEMBUANG SAMPAH DALAM PANDANGAN ISLAM
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data Kel 6
    Analisa Data Kel 6
    Dokumen4 halaman
    Analisa Data Kel 6
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • RDDX
    RDDX
    Dokumen11 halaman
    RDDX
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • BAB
    BAB
    Dokumen62 halaman
    BAB
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Yesika
    Bab 1 Yesika
    Dokumen91 halaman
    Bab 1 Yesika
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Kki Keluarga Yesika
    Kki Keluarga Yesika
    Dokumen9 halaman
    Kki Keluarga Yesika
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Refleksi Kasus Yesika Garbella
    Refleksi Kasus Yesika Garbella
    Dokumen4 halaman
    Refleksi Kasus Yesika Garbella
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • PENGKAJIAN Gerotik
    PENGKAJIAN Gerotik
    Dokumen23 halaman
    PENGKAJIAN Gerotik
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • BAB
    BAB
    Dokumen62 halaman
    BAB
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Tugas
    Tugas
    Dokumen10 halaman
    Tugas
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • 1.analisa Tindakan Keperawatan MMD 1
    1.analisa Tindakan Keperawatan MMD 1
    Dokumen2 halaman
    1.analisa Tindakan Keperawatan MMD 1
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Pengkajian Keluarga Bella
    Pengkajian Keluarga Bella
    Dokumen24 halaman
    Pengkajian Keluarga Bella
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • PEDOMAN WAWANCARA DAN PRE PLANING Yesika Garbella
    PEDOMAN WAWANCARA DAN PRE PLANING Yesika Garbella
    Dokumen7 halaman
    PEDOMAN WAWANCARA DAN PRE PLANING Yesika Garbella
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data Kel 6
    Analisa Data Kel 6
    Dokumen4 halaman
    Analisa Data Kel 6
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen12 halaman
    Bab Ii
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Transfusi Darah
    Transfusi Darah
    Dokumen14 halaman
    Transfusi Darah
    Irma Yulianti
    Belum ada peringkat
  • Proposal Anggaran Manajemen Multazam
    Proposal Anggaran Manajemen Multazam
    Dokumen10 halaman
    Proposal Anggaran Manajemen Multazam
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • FORM RONDE KEPERAWATAN Ok Print
    FORM RONDE KEPERAWATAN Ok Print
    Dokumen32 halaman
    FORM RONDE KEPERAWATAN Ok Print
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • NYERI AKUT
    NYERI AKUT
    Dokumen11 halaman
    NYERI AKUT
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • BAB
    BAB
    Dokumen62 halaman
    BAB
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Cover Multazam
    Cover Multazam
    Dokumen4 halaman
    Cover Multazam
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Yesika Ners
    Yesika Ners
    Dokumen11 halaman
    Yesika Ners
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Cover Multazam
    Cover Multazam
    Dokumen4 halaman
    Cover Multazam
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • Moderator Pilot Project
    Moderator Pilot Project
    Dokumen1 halaman
    Moderator Pilot Project
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • BAB
    BAB
    Dokumen62 halaman
    BAB
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat
  • BAB
    BAB
    Dokumen62 halaman
    BAB
    Yesika Gabella Sabarini
    Belum ada peringkat