Anda di halaman 1dari 15

Nama : Tubagus Irfan Ramazen

NIM : 111160116

Kelas : Manajemen Eksplorasi Kelas B

TUGAS MANAJEMEN EKSPLORASI

GENESA BAHAN GALIAN

A. Bahan Galian Logam Primer, Sekunder dan Placer


1. TEMBAGA
 Chalcocite (Cu2S), merupakan mineral pembawa tembaga. Terbentuk pada urat
bijih pada endapan sulfida hidrotermal atau terkonsentrasi pada zona reduksi
pada tenor rendah endapan tembaga dimana berasosiasi dengan cuprite,
malachite, dan azurite.
 Bornite (Cu5FeS4), merupakan mineral bijih utama tembaga. Terbentuk dalam
batuan mafic sebagai mineral segregasi magmatik, dalam pegmatite temperatur
tinggi, urat hidrotermal, dan zona oksidasi endapan tembaga. Berasosiasi
dengan malachite.
 Chalcopyrite (CuFeS2), merupakan mineral pembawa tembaga dimana mineral
penyerta emas dan perak. Terbentuk pada temperature tinggi, endapan urat
hidrotermal, dapat ditemukan dalam batuan mafic vulkanik dimana
berhubungan dengan metamorfisme (bijih tembaga porfiri), skarn, dan placer
akibat batuan tersebut. Selain itu juga dapat dihasilkan oleh replacement
fragmen organik seperti tumbuhan maupun mahluk hidup lainnya.
 Enargite (Cu3AsS4), merupakan mineral bijih penghasil tembaga dan arsen.
Terbentuk dalam urat hidrotermal temperatur sedang dan berasosiasi dengan
mineral tembaga seperti bornite, covellite, dan tetrahedrite.
(Simon & Schuster, 1978. Guide to Rocks and Minerals.)

2. NIKEL LATERIT

Endapan nikel laterit terbentuk akibat pelapukan batuan ultramafik seperti


peridotit, dunit yang disebabkan oleh pengaruh perubahan cuaca (iklim). Cuaca
telah merubah komposisi batuan dan melarutkan unsur unsur yang mudah larut
seperti Ni, Co, dan Fe.
Air hujan yang mengandung CO2 dari udara meresap ke bawah sampai ke
permukaan air tanah sambil melindih mineral primer yang tidak stabil seperti
olivin/serpentin, dan piroksin. Air tanah meresap secara perlahan dari atas ke
bawah sampai ke batas antara zona limonit dan zona saprolit, kemudian mengalir
secara lateral dan selanjutnya lebih banyak didominasi oleh transportasi larutan
secara horisontal (Valeton, 1967). Magnesium dan silikon termasuk nikel terlindih
dan terbawa bersama larutan, demikian hingga memungkinkan terbentuknya
mineral baru melalui pengendapan kembali dari unsur-unsur yang larut tadi.

Batuan asal ultramafik pada zona saprolit di impregnasi oleh nikel melalui
larutan yang mengandung nikel, sehingga kadar nikel dapat naik hingga 7 %.
Dalam hal ini nikel dapat mensubtitusi magnesium dalam serpentin atau juga
mengendap pada rekahan bersama dengan larutan yang mengandung magnesium
silikon sebagai garnierit.

Akibat disintegrasi pada batuan, air tanah akan masuk pada rekahan yang
terbentuk dan memungkinkan intensitas pelindian, karena pengaruh morfologi
yang semakin besar. Disamping hidrolisa magnesium dan silikon, maka air tanah
kontak yang dengan batuan pada zona saprolit tersebut juga akan dijenuhkan oleh
unsur nikel (Friedrich, et al, 1984).

Pada rekahan batuan asal sebagian magnesium mengendap sebagai gel magnesit
yang dilapangan dikenal sebagai akar pelapukan (roots of we a h erin g). Unsur –
unsur yang tertinggal seperti besi, almunium, mangan, kobal dan juga nikel di zona
limonit akan dikayakan sebagai mineral oksida/hidroksida seperti limonit, goethit,
hematit, manganit. Selain itu terdapat juga mineral sisa (relict minerals) spinel-
khrom sertaan (accessory chromspinels) sebagai hasil konsentrasi residu akibat
terlindinya magnesium dan silikon. Karena sifatnya resisten terhadap pelapukan
khromit akan dikayakan secara relatif (relatif enrichment).
Gambar. Skema Pembentukan Profil Nikel Laterit

3. EMAS

Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.


Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan
letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan
endapan plaser.

Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat (vein) dalam
batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Lainnya yaitu endapan
atau placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran
sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Emas native terbentuk
karena adanya kegiatan vulkanisma, bergerak berdasarkan adanya thermal atau
adanya panas di dalam bumi, tempat tembentukan emas primer, sedangkan
sekudernya merupakan hasil transportasi dari endapan primer umum disebut
dengan emas endapan flaser, sedangkan asosiasi emas atau emas bersamaan hadir
dengan mineral silikat, perak, platina, pirit dan lainnya.
Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan
kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak,
berat jenis tinggi, dan ceratnya yang keemasan. Emas berasosiasi dengan kuarsa,
pirit, arsenopirit, dan perak. Sifat fisik unsur ini sangat stabil, tidak korosif ataupun
lapuk dan jarang bersenyawa dengan unsur kimia lain. Konduktivitas elektrik dan
termalnya sangat baik, malleable sehingga dapat dibentuk dan juga bersifat ductile.
Emas adalah logam yang paling tinggi densitasnya.
Selain itu, emas sering ditemukan dalam penambangan bijih perak dan tembaga.
Penambangan emas dilakukan besar-besaran untuk memenuhi permintaan dunia,
diantaranya ditambang di Afsel, Autralia, USA, Meksiko, Brasil, Indonesia, dan
negara lainnya.
4. ALUMUNIUM

Aluminium pada umumnya ditambang dalam mineral bauksit. Bauksit adalah


material yang berupa tanah atau batuan yang tersusun dari komposisi utama berupa
mineral-mineral aluminium hidroksida seperti gibsit, buhmit dan diaspor. Selain
itu juga terdapat mineral pengotor atau mineral gangue seperti kuarsa, titanium
oksida, besi oksida, mineral lempung dan air yang umumnya hadir dalam bauksit
(Gow dan Gian, 1993). Bauksit ini kemudian diolah menjadi aluminium.
Aluminium adalah logam yang lunak dalam bentuk murni namun keras seperti
baja jika padat, ringan, tahan terhadap korosi dan merupakan konduktor listrik yang
baik. Keunggulan tersebut membuat aluminium sangat diperlukan sebagai bahan
baku dalam industri seperti komponen otomotif, bahan konstruksi, peralatan rumah
tangga dan sebagainya. Jumlah kebutuhan aluminium dalam negeri pada tahun
2009 sekitar 535.093 ton sedangkan produksi dalam negeri hanya 375 ribu ton,
sehingga ada kekurangan sekitar 29,92% (Amalia dkk, 2013). Pembentukannya
adalah sebagai berikut

 Magmatik, yang bersumber dari proses magmatik dijumpai dalam bentuk batuan
yang kaya akan kandungan alumina yang disebut dengan alumina-rick rock.
Sebagai contoh adalah mineral anortosite dan mineral nefelinpada batuan syenit
yang mengandung lebih dari 20% Al2O3
 Hidrothermal, produk alterasi hidrothermal dari trasit dan riolit pada beberapa
daerah vulkanik misalnya mineral alunite mengandung sampai 75% Al2O3 dan
dapat ditambang sebagai sumber alumiium
 Metamirfosa, Alumina yang bersumber dari proses metamorfosa adalah sumber
aluminium yang tidak ekonomis. Saat ini masih dalam penelitian ekstraksi yang
lebihmaju. Diharapkan dimas mendatang akan menjadi alumina yang potensialdan
bernilai ekonomis. Sebagai contoh adalah alumina silikat andalusit,silimanit dan
kianit
 Pelapukan, Aluminium yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai
cebakan residual dan disebut sebagai bauksit. Terbaentuk oleh pelapukan
feldspatik atau batuan yang mengandung nefelin.

5. MANGAN
Mangan pada umumnya berupa oksida besi mangan. Oksida besi manganese
yang berupa bongkah – bongkah. Bongkah – bongkah ini diduga terbentuk akibat
proses pelapukan/oksidasi residual dari mineral mineral mafik yang terkandung
dalam tufa andesitik – dasitik (hostrock) yang berkomposisi besi magnesium
aluminium silika. Genesa Mangan biasanya pada
Endapan mangan primer yang terjadi karena proses hidrotermal dicirikan oleh
hadirnya produk hidrotermal berupa zona batuan atau mineral ubahan, breksi
hidrotermal, silisifikasi atau silisikasi baik dalam bentuk urat-urat atau batuan yang
terkersikkan, disamping stockwork. Endapan mangan terbentuk karena proses
presipitasi akibat thermal effect atau karena replacement process oleh fluida
hidrotermal pada batuan samping.
Endapan mangan sekunder terjadi oleh karena endapan mangan primer yang
sudah terbentuk sebelumnya mengalami proses pelapukan, pengikisan atau
pelarutan yang kemudian diendapkan kembali, baik ditempat yang sama atau
dipindahkan ke tempat lain. Proses sekunder di dominasi oleh agen pelapukan dan
media air, yang menghasilkan jejak-jejak pembentukan yang khas seperti gejala
oksidasi, percampuran dengan detritus lainnya, struktur perlapisan, atau nodul-
nodul, yang menggambarkan manifestasi dari agen-agen tersebut. Untuk dapat
mengungkap genesa deposit mangan di daerah tersebut, dilakukan pendekatan
dengan cara telaah data sekunder, pengamatan geologi lapangan dan analisis
laboratorium. Dengan memeriksa asosiasi, penampakan, tekstur dan struktur
deposit baik mikro maupun di lapangan diharapkan dapat diketahui proses
genesanya.
B. Bahan Galian Industri
6. BELERANG
Endapan belerang sedimenter berasal dari senyawa sulfat, dan sulfida hidrogen
berasal dari Sulfatara, ataupun hasil pembusukan dalam lingkungan anaerobik.
Belerang tersangkut dalam bentuk kolloid atau larutan sulfat.
Mikroorganisme mempunyai perananan yang besar di dalam pengendapan
belerang. Bakteria belerang yang hidup dalam lingkungan anaerobik itu berarti
hidup tanpa adanya oksigen. Mereka sanggup mereduksi sulfat ataupun sulfida
menjadi belerang dalam alutan tertutup, laguna ataupun rawa – rawa berair payau.
Salah satu contoh penting yang dijumpai di dunia ada di Chekur, Knibyshev, dan
Sukeivo, Rusia. Endapan terdapat dalam litologi yang menunjukkan adanya
lingkungan laguna.

7. FOSFOR
Pengendapan Fosfor terutama terjadi dalam lingkungan laut dan mineral yang
dihasilkan adalah fosforit dan merupakan senyawa hidrat fosfat mengandung besi,
mangan dan seng.
Mansfield (Bateman, 1960) menganggap bahwa ada 2 hal penting pada proses
pengendapan fosfor, yaitu: pertama keadaan geogrrafi dan kedua adanya penyebab
yang dapat merubah asam fosfor menjadi tidak larut. Salah satu penyebab itu adalah
cukup tersedianya unsur fluor.
Endapan fosfat yang luas di dunia terdapat di Afrika Utara seperti di negara
negara Algeria, Tunisia dan Maroko. Endapan lainnya dijumapi di Idaho, Utah,
Montana dan Wyoming, USA.

8. KARBONAT
Yang mempunyai arti penting sebagai baha galian adalah karbonat Ca dan Mg.
Unsur Ca dan Mg larut dalam bentuk bi-karbonat dan kemudia tersangkut oleh air
selama keadaan fisik dan kimia larutan tetap konstan. Perubahan tekanan maupun
suhu sudah cukup untuk dapat menguraikan larutan bi-karbonat menjadi karbonat
dan air. Termasuk dalam bahan galian adalah batu-gamping, dolomit dan magnesit.
Batugamping dapat diendapkan oleh proses – proses mekanik, anorganik
maupun organik baik di dalam lingkungan air tawar ataupun air laut. Sebagian
besar batugamping diendapkan dalam air laut dangkal hingga sedang kedalamnya;
dan bebas dari endapan – endapan daratan, “Chalk” adalah batugamping putih,
rapuh seperti tanah; diendapkan oleh proses kimia di perairan dangkal dan
mengandung fragmen – fragmen foraminifera dan organisma lainnya.

9. ASBES

Asbes adalah nama yang digunakan untuk beberapa mineral yang memiliki
bentuk serabut dan sejajar berwarna merah muda dengan kilap sutera , yang sangat
berbeda dalam komposisi, kekuatan, fleksibiltas, dan kualitas dari serabut. Asbes
kemudian dibagi menjadi dua grup mineral:

- Asbes Serpentin
- Asbes tahan asam

Mengenai genesa asbes, hingga kini penjelasan yang diberikan masih belum
pasti. Para ahli berpendapat bahwa asbes adalah jenis serpentin seratan hasil proses
metamorf dari Dunite atau batuan ultrabasa lain. Proses yang dikenal dalam
pembentukan serpentin ini adalah proses serpentinisasi. Pada proses ini terjadi
penambahan air sehingga mengakibatkan penambahan volume. Serpentin
mengganti olivine dengan penggantian volume-per-volume. Kemungkinan
perubahan ini menyebabkan adanya sedikit susunan volume hingga terjadi retakan
yang kemudian terisi oleh asbes.

10. GRAFIT

Grafit adalah salah satu bentuk dari ketiga bentuk dasar dari karbon. Bersifat
lunak dan berwarna hitam rasa lemak, mempunyai daya tahan terhadap kebanyakan
persenyawaan kimia, kondektor yang baik untuk panas dan listrik dan bahan
pencair yang baik. Grafit dalam terbentuk karena proses:

- Konsentrasi magmatik
- Metamorfisme kontak
- Pengendapan hydrothermal di dalam urat-urat
- Metamorfisme

Kebanyakan grafit terjadi melalui proses metamorfisme berbentuk kristal. Ia


dapat hadir pada Granit, Gneiss, Skis Mika, batupualam, kuarsit, dan batugamping
kristalin. Asosiasi mineral dari grafit ini diantaranya kuarsa, rutile, khlorite, titanit,
dan silimanit. Diduga bahwa asal dari grafit adalah dari bahan organic yang banyak
dijumpai di dalam batuan sedimen di dalam batuan sedimen non marin yang
mengalami metamorfisme regional atau dari batugamping hitam yang kaya akan
bahan organik juga.

11. ANDESIT
Andesit ditemukan dalam aliran lava yang dihasilkan oleh gunung api. Lava
yang naik ke ke permukaan akan mengalami proses pendinginan dengan cepat, hal
inilah yang menyebabkan tekstur andesit menjadi lebih halus. Butir mineral dalam
andesit biasanya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat tanpa menggunakan alat
pembesar. Beberapa jenis andesit mengandung sejumlah besar "glass".
Andesit adalah batuan umum kerak benua yang biasanya berada di atas zona
subduksi. Andesit umumnya terbentuk setelah "melting" (pelelehan/pencairan)
lempeng samudera akibat subduksi. Subduksi yang menyebabkan "melting" pada
zona ini merupakan sumber magma yang apabila naik ke permukaan akan
membentuk Andesit.
Andesit juga dapat terbentuk jauh dari lingkungan zona subduksi. Sebagai
contoh, batuan ini dapat terbentuk pada "ocean ridges" dan "oceanic hotspots" yang
dihasilkan dari "pelelehan sebagian" (partial melting) batuan basaltik. Andesit juga
dapat terbentuk selama letusan pada struktur dalam lempeng benua di mana sumber
magma meleleh dalam kerak benua atau bercampur dengan magma benua.
Kesimpulannya, ada banyak lingkungan lain dimana andesit mungkin dapat
terbentuk.

C. Air Tanah
12. AIR TANAH
Penguapan air tanah umum terjadi, tetapi endapan yang terjadi di daerah lembah
dilarutkan kembali dam terbawa oleh air hujan; tetapi di daerah beriklim kering
endapan dapat terkumpul selama iklimnya tetap kering.

Air tanah adalah salah satu bentuk air yang berada di sekitar bumi kita dan
terdapat di dalam tanah. Air tanah pada umumnya terdapat dalam lapisan tanah baik
dari yang dekat dengan permukaan tanah sampai dengan yang ja,uh dari permukaan
tanah. Ait tanah ini merupakan salah satu sumber air, ada saatnya air tanah ini bersih
tetapi terkadang keruh sampai kotor, tetapi pada umumnya terlihat jernih. Menurut
asalnya, air tanah dibagi menjadi

 Air tanah yang berasal dari atmosfer (angkasa) dan dikenal dengan nama meteoric
Water, yaitu air tanah berasal dari hujan dan pencairan salju.
 Air tanah yang berasal dari dalam perut bumi, seperti Air Tanah Turbir (yaitu air
tanah yang tersimpan di dalam batuan sedimen).
 Air Tanah Juvenil yaitu air tanah yang naik dari magma bila gas yang ada
dilepaskankan melalui mata air panas.

D. Minyak Bumi
13. MINYAK BUMI

Ada tiga faktor utama dalam pembentukan minyak dan/atau gas bumi, yaitu:

 Pertama, ada “bebatuan asal” (source rock) yang secara geologis memungkinkan
terjadinya pembentukan minyak dan gas bumi.
 Kedua, adanya perpindahan (migrasi) hidrokarbon dari bebatuan asal menuju ke
“bebatuan reservoir” (reservoir rock), umumnya sandstone atau limestone yang
berpori-pori (porous) dan ukurannya cukup untuk menampung hidrokarbon
tersebut.
 Ketiga, adanya jebakan (entrapment) geologis. Struktur geologis kulit bumi yang
tidak teratur bentuknya, akibat pergerakan dari bumi sendiri (misalnya gempa
bumi dan erupsi gunung api) dan erosi oleh air dan angin secara terus menerus,
dapat menciptakan suatu “ruangan” bawah tanah yang menjadi jebakan
hidrokarbon. Kalau jebakan ini dilingkupi oleh lapisan yang impermeable, maka
hidrokarbon tadi akan diam di tempat dan tidak bisa bergerak kemana-mana lagi.
Temperatur bawah tanah, yang semakin dalam semakin tinggi, merupakan faktor
penting lainnya dalam pembentukan hidrokarbon. Hidrokarbon jarang terbentuk
pada temperatur kurang dari 65oC dan umumnya terurai pada suhu di atas 260oC.
Hidrokarbon kebanyakan ditemukan pada suhu moderat, dari 107 ke 177oC.

Pembentukan minyak bumi memiliki waktu yang lama. Sekitar 30-juta tahun di
pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir jaman dinosaurus, lebih dari 50% dari
cadangan minyak dunia yang sudah diketahui terbentuk. Cadangan lainnya bahkan
diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil yang diketemukan bersamaan dengan
minyak bumi dari jaman Cambrian, diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-juta
tahun yang lalu.

Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama


jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang hidup
di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar lautan lalu
tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik yang akhirnya
akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini berulang terus, satu lapisan
menutup lapisan sebelumnya. Lalu selama jutaan tahun berikutnya, lautan di bumi ada
yang menyusut atau berpindah tempat. Deposit yang membentuk batuan endapan
umumnya tidak cukup mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik
tadi secara komplit. Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material
yang kaya hidrogen dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari
lapisan bebatuan di atasnya kemudian mendistilasi sisa-sisa bahan organik, lalu pelan-
pelan mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas alam. Bebatuan yang mengandung
minyak bumi tertua diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun. Yang paling muda
berumur sekitar 1-juta tahun. Secara umum bebatuan dimana diketemukan minyak
berumur antara 10-juta dan 270-juta tahun.

E. Batubara
14. BATUBARA
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut (penggambutan) kemudian
membentuk batubara disebut dengan istilah pembatubaraan (coalification). Secara
ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:
a. Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi
hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini
adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan
proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta
membentuk gambut.
b. Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.
Teori berdasarkan tempat terbentuknya batubara diantaranya:
- Teori Insitu (Autochtonus):
Bahan – bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk ditempat dimana tumbuh –
tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah tumb mati, belum mengalami
proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses
coalification. Batubara yang terbentuk seperti ini memiliki ciri diantaranya penyebaran
luas dan merata serta kualitasnya baik.
- Teori Drift (ex Situ):
Bahan pembentuk lapisan batubara terjadi ditempat yang berbeda dengan tempat
tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati
mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh
lapisan sedimen dan mengalami coalification. Cirinya antara lain penyebaran tidak luas,
mengandung pengotor.

F. Panas Bumi
15. PANAS BUMI
Sistim panas bumi pada umumnya merupakan sistim hidrothermal yang
mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperatur sedang (150‐225oC). Pada dasarnya sistim panas bumi jenis
hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke
sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas
secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi
terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan
panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air
karena gaya gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah,
akan tetapi apabila air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi
perpindahan panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih
ringan. Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang
lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.
Adanya suatu sistim hidrothermal di bawah permukaan sering kali ditunjukkan
oleh adanya manifestasi panasbumi di permukaan (geothermal surface manifestation),
seperti mata air panas, kubangan lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi
panasbumi lainnya, dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air
panas sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam,
mencuci, masak dll. Manifestasi panasbumi di permukaan diperkirakan terjadi karena
adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau karena adanya rekahan‐
rekahan yang memungkinkan fluida panasbumi (uap dan air panas) mengalir ke
permukaan.
Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida utamanya,
sistim hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistim satu fasa atau sistim dua fasa.
Sistim dua fasa dapat merupakan sistem dominasi air atau sistem dominasi uap. Sistim
dominasi uap merupakan sistim yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas
buminya mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan dengan
fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan pori‐pori batuan masih menyimpan
air. Reservoir air panasnya umumnya terletak jauh di kedalaman di bawah reservoir
dominasi uapnya. Sistim dominasi air merupakan sistim panas bumi yang umum
terdapat di dunia dimana reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat
dominan walaupun “boiling” sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk
lapisan penudung uap yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi. Dibandingkan
dengan temperatur reservoir minyak, temperatur reservoir panasbumi relatif sangat
tinggi, bisa mencapai 3500C.

Sumber: Saptiadji, Nenny. Sekilas Tentang Panas Bumi. ITB


DAFTAR PUSTAKA

Suwarno, Aryono dan Soedarmo. 1978. Ilmu Bahan Galian.Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan

Kaidudung, Nasrudin S. 2010. Genesa Batubara. Jurusan Teknik Pertambangan,


Fakultas Teknik Industri, Universitas Muslim Indonesia

Saptiadji, Nenny. Sekilas Tentang Panas Bumi. ITB

Berry, L.G. dan Mason, Brian. 1959. Mineralogy. San Franssisco: W.H. Freeman and
Company

Fitrian, Eltrit Bima dkk. IDENTIFIKASI SEBAAN NIKEL LATERIT DAN VOLUME
BIJIH NIKEL DAERAH ANOA MENGGUNAKAN KORELASI DATA BOR.
Program Studi Geofisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin

Misra, K.C.. 1999. Understanding Mineral Deposits. Kluwer Academic Publishers.

Samperuru, Doddy dan Schlumberger. 2013. Darimana Datangnya Minyak Bumi

Sukarmin. 2014. Hidrokarbon dan Minyak Bumi. Direktorat Pendidikan Menengah


Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen
Pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai