Anda di halaman 1dari 8

Mengupas Erupsi Merapi Tahun 2010 dan 2006 Berdasarkan Pengamatan

Peta Kawasan Rawan Bencana dan Kesaksian Penduduk


Tubagus Irfan Ramazen1)
1)
Mahasiswa Teknik Geologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta
Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condongcatur, Yogyakarta 55283
Kelas C (NIM 111.160.116)

ABSTRAK
Gunung Merapi merupakan gunung api yang masih aktif hingga saat ini. Dibalik aktifnya Gunung
Merapi, ribuan warga menggantungkan hidupnya pada kekayaan gunung tersebut.. Beberapa tahun ini
terjadi erupsi pada Gunung Merapi yaitu pada tahun 2006 dan 2010. Penelitian ini dilakukan pada
Dusun Kinahrejo Kabupaten Sleman dan Dusun Sumberharjo Kabupaten Klaten dengan metode
wawancara penduduk sekitar dan pengamatan Peta Kawasan Rawan Bencana. Berdasarkan kedua
narasumber yang diwawancara didapatkan bahwa dari narasumber pertama didapat hasil bahwa
kesiapsiagaan bencana masyarakat Dusun Kinahrejo sudah baik namun tidak mendapatkan perhatian
langsung dari pemerintah. Sedangkan narasumber kedua memiliki kesiapsiagaan yang lebih karena
pada Dusun Sumberharjo sering diadakan pelatihan kesiapsiagaan bencana. Lokasi pengungsian
terdekat berdasarkan narasumber pertama adalah pada SD Watuadeg dengan jarak 16 km dan waktu
tempuh sepeda motor adalah 25 menit. Sedangkan pada narasumber kedua, lokasi pengungsian terdekat
berada pada SD Negeri Kepurun 1 dengan jarak dari rumah narasumber adalah 18 km dan estimasi
waktu yang dibutuhkan adalah 30 menit.
Kata kunci : Erupsi 2010, Gunung Merapi, wawancara, Peta Kawasan Rawan Bencana

PENDAHULUAN kemudian disusul letusan besar pada


tanggal 5 November 2010. Menurut data
Gunung Merapi masih aktif hingga
Pusat Informasi Pengembangan
saat ini seperti yang bisa dilihat pada berita-
Pemukiman dan Bangunan Provinsi Daerah
berita peningkatan status Gunung Merapi
Istimewa Yogyakarta (PIP2BDIY), erupsi
menjadi waspada. Erupsi Gunung Merapi
Gunung Merapi sejak tanggal 26 Oktober
terjadi dalam siklus 4 – 6 tahun sekali
2010 telah menimbulkan korban jiwa
(Surono dkk., 2012). Menurut Van
sebanyak 346 orang
Boekhold (1972) dan Newhall dkk (2000),
(www.pip2bdiy.org).Penelitian ini
erupsi Gunung Merapi yang
dilakukan pada daerah Kinahrejo
terdokumentasi pertama kali terjadi pada
Kabupaten Sleman dan daerah Sumberejo
tahun 1786 – 1791. Secara berurutan, sejak
Kabupaten Klaten. Kegiatan wawancara
terdokumentasi pada tahun 1791 erupsi
dilakukan pada dua narasumber dari dua
Gunung Merapi skala besar terjadi pada
lokasi tersebut. Wawancara diaharapkan
tahun 1822, 1872, dan 1930. Pada 20 tahun
untuk mendapatkan informasi tentang
terakhir, tercatat 2 erupsi cukup besar yang
gambaran umum kondisi warga saat terjadi
terjadi pada tahun 2006, dan puncaknya
erupsi tahun 2010.Peta Kawasan Rawan
pada tahun 2010 yang diperkirakan
Bencana digunakan untuk mengamati
merupakan siklus ulang 100 tahunan
sejauh mana KRB satu hingga tiga dan
Gunung Merapi (Surono dkk., 2012). Pada
parameter lainnya. Selain itu juga
tanggal 26 Oktober 2010, Gunung Merapi
digunakan melakukan analisa terhadap
erupsi pertama kali dengan mengeluarkan
lokasi pengungsian terdekat dari rumah
awan panas (wedhus gembel) yang
narasumber.
Gambar 1. Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi. Garis hjau putus-putus menunjukan jalur evakuasi terdekat dari rumah narasumber.
Rumah warna hitam menunjukan lokasi penelitian (Rumah Narasumber)
METODOLOGI 2010 merenggut anggota keluarganya. Pada
saat terjadi erupsi, beruntung mbah
Penelitian ini dilakukan metode wawancara
Ngatinem segera diungsikan oleh anaknya
narasumber penduduk sekitar yang
menuju balai desa terdekat menggunakan
meruakan saksi hidup erupsi tahun 2006
sepeda motor.
dan 2010 pada dua kabupaten berbeda yaitu
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Klaten. Anggota keluarga mbah Ngatinem yang
Narasumber dipilih berdasarkan meninggal diantaranya anak pertama dan
pengalaman yang dimiliki pada saat erupsi kelima. Kedua anaknya meninggal saat
Merapi terjadi baik sebelum 2010 maupun setelah sholat berjamaah dengan mbah
pada saat tahun 2010. Selain itu, juga Marijan dan 2 anggota relawan yang
dilakukan kegiatan lapangan dengan hendak menjemput mbah Marijan juga naas
pengamatan pada Peta Kawasan Rawan terkena awan panas.
Bencana terbaru setelah erupsi 2010
Dari beberapa warga yang meninggal saat
terbitan Badan Geologi guna mengetahui
erupsi 2010, mbah Ngatinem menuturkan
persebaran kondisi warga pada Kawasan
jika warga memang tidak menduga adanya
Rawan Bencana dari satu hingga tiga.
awan panas yang sudah turun kebawah
Pencatatan waktu dan jarak dari rumah
datang kembali dari arah Selatan karena
narasumber menuju lokasi pengungsian
angin bertiup menuju ke Utara.
juga dihitung untuk memperkirakan
seberapa efektifkah lokasi pengunsian itu Dari pengakuan mbah Ngatinem yang
sendiri dan kondisi yang berumur 81 tahun, pihak berwenang tidak
mempengaruhinya. memberitahukan peringatan status dan
bahaya dari Merapi saat itu. Dan juga
HASIL PENELITIAN
setelah 2010 terjadi mbah Ngatinem tidak
Lokasi penelitian 1 pernah mengikuti kegiatan ataupun
sosialisasi tanggap bencana Merapi.
Lokasi pertama penelitian ini berada pada
Daerah Kinahrejo, Kabupaten Sleman, Selanjutnya dilakukan penelitian pada Peta
Daerah Istimewa Yogyakarta. Tepatnya Kawasan Rawan Bencana. Dimana
pada koordinat 438651 dan 9161792. penelitian ini berupa pengamatan pada
Narasumber bernama Mbah Ngatinem kawasan rawan bencana satu hingga tiga
berumur 81 tahun. Lokasi wawancara dan juga jarak tempuh menuju lokaasi
berada pada daerah tertinggi di sekitar yang pengungsian terdekat sesuai Peta Kawasan
merupakan warung mbah Ngatinem Rawan Bencana.
(Gambar ). Rumah Mbah Ngatinem sendiri
Pada daerah Kinahrejo, dimana merupakan
berada Dusun Pelemsari, Umbulharjo RT
daerah kawasan bencana tiga kondisi
54.
rumah warga masih sedikit karena yang ada
Mbah Ngatinem menjelaskan berupa warung-warung baru yang dibangun
pengalamannya saat erupsi yang terjadi setelah erupsi 2010 dan juga pos-pos yang
pada 2010. Dimana mbah Ngatinem yang menyediakan wisata Lava tour dengan
masih memiliki hubungan kerabat dengan Jeep. Setelah erupsi 2010, daerah kinahrejo
Alm. Mbah Marijan (juru kunci Gunung memang dijadikan daerah wisata yang
Merapi yang meninggal saat erupsi 2010) dapat memberikan pemasukan bagi warga
erupsi Merapi terjadi pada tanggal 26, 29 sekitar. Daerah wisata tersebut berupa Lava
dan 5 . Dari pernyataan beliau, masih tour dengan Jeep, Wisata Kaliadem, dan
teringat jelas bagaimana erupsi merapi rumah
beserta Masjid Mbah Marijan yang Namun masih banyak warga yang
dikemas sebagai napak tilas kehidupan mendirikan rumah disekitar Kawasan
beliau. Pada daerah ini juga Nampak bekas- Rawan Bencana tiga.
bekas rumah warga yang ditinggalkan
Untuk lokasi pengungsian terdekat dari
karena rusak setelah erupsi Merapi 2010.
rumah mbah Ngatinem yang dianjurkan
Menuju ke Kawasan Rawan Bencana dua, oleh Badan Geologi dalam Peta Kawasan
kondisi rumah warga sudah banyak yang Rawan Bencana berada pada SD Negeri
tinggal. Pada kawasan ini tidak terlihat Watuadeg. Lokasi pengungsian ini berjarak
rumah warga yang rusak dan ditinggalkan. 16 km dari rumah mbah Ngatinem.
Begitu halnya dengan Kawasan Rawan Pengamatan waktu tempuh menuju lokasi
Bencana tiga, meski kawasan rawan pengungsian adalah 25 Menit.
bencana ini merupakan daerha sekitar
sungai yang berpotensi terdampak lahar.

Gambar 2. Lokasi penelitian pertama,


Gambar 3. Lokasi pengungsian SD Negeri Watuadeg
Lokasi Peneltian 2 Sedangkan pada erupsi 2010, daerah
Sumberejo mengalami dampak yang
Pada lokasi penelitian yang kedua, berada
meingkat dari erupsi sebelumnya. Material
pada daerah Sumberejo, Kabupaten Klaten,
berukuran gravel menjatuhi rumah warga,
Provinsi Jawa Tengah. Tepatnya pada
selain itu awan panas juga sampai pada
koordinat 440355 dan 9161574 .
daerah ini. Hal ini dibuktikan dengan
Narasumber yang dipilih pada lokasi ini
kondisi kayu jendela dan meja pak
adalah Ketua RW setempat bernama
Barjuyono yang masih terlihat bekas
Barjuyono, berumur 55 tahun. Proses
terbakar.
wawancara dilakukan dirumah beliau.
Adapun korban pada daerah Sumberejo
Barjuyono masih mengingat kejadian
pada erupsi 2010 hanya satu orang. Korban
terjadinya erupsi baik tahun 2010 maupun
tersebut merupakan orangtua berumur
tahun 2006. Profesinya sebagai Ketua RW
lanjut yang menolak diajak turun dan juga
memudahkan penulis dalam melakukan
orang tua tersebut terkena lumpuh.
penelitian guna mencari informasi kejadian
pada saat terjadi erupsi dan kondisi warga Minimnya korban pada daerah ini
pada saat itu. Pada sekarang ini terdapat 35 membuktikan kesadaran warga akan
kepala keluarga yang tinggal pada daerah pentingnya tetap berada pada lokasi
penelitian kedua. pengungsian jika Merapi mengalami
peningkatan aktivitas. Setelah erupsi 2010,
Pada erupsi 2006, daerah Sumberejo hanya
menurut Pak Barjuyono daerah Sumberjo
dilanda hujan abu. Namun dari seluruh
memang sering dilakukan pelatihan
warga sudah diungsikan menuju lokasi
tanggap bencanan oleh pemerintah dan
pengungsian di daerah Gondang, titik
pihak terkait.
kumpul 907, dan juga di Bawukan.
Penelitian selanjutnya adalah pengamatan yang lebih aman. Pada Kawasan Rawan
kondisi sekitar dari tiap KRB. Dimana pada Bencana dua hingga tiga, kondisi rumah
Kawasan Rawan Bencana tiga yaitu pada warga masih ada.
daerah Sumberejo terdapat 35 kepala
Sedangkan pengamatan waktu tempuh dan
keluarga. Kesadaran masyarakat yang
jarak dari rumah narasumber dua menuju
tinggi sangat baik bagi keselematan
lokasi pengungsian yang dianjurkan oleh
mereka. Meski, sebenarnya menurut pak
Badan Geologi adalah 30 menit dengan
Barjuyono, sudah ada himbauan bagi warga
jarak 18 km.
oleh pemerintah untuk direlokasi ke tempat

Gambar 4. Lokasi pengunsian SD Negeri Kepurun 1

pengetahuan tentang kesiapsiagaan


bencana. Narasumber 1 yang sudah berusia
DISKUSI
81 memiliki kesadaran yang minim tentang
Dari dua narasumber yang diwawancarai tanggap bencana. Meski begitu narasumber
terdapat beberapa perbedaan dalam hal 1 akan mengungsi ke lokasi pengungsian
jika diperintahkan oleh keluarganya. bencana pada daerah rawan bencana
Sedangkan narasumber 2 terbilang memiliki gunung api.
pengetahuan yang cukup terhadap
DAFTAR PUSTAKA
kesiapsiagaan bencana. Dibuktikan dengan
seringnya mengikuti pelatihan Newhall, C. G., dkk. 2000. 10,000 Years of
kesiapsiagaan bencana. Explosive Eruptions of Merapi Volcano,
Central Java: Archaelogical and Modern
Dalam pengamatan waktu tempuh dan jarak Implivations. Journal of Volcanology and
menuju lokasi pengungsian terdekat. Tidak Geothermal Research, 100(1), 9-50.
mengalami perbedaan yang signifikan.
Kondisi jalan yang baik menunjang perjalan Surono, Jousset P., dkk. 2012. The
yang lancer waktu tempuh yang cepat. Explosive Eruption of Java’s Merapi
Volcanano- a ‘100-year’ event. Journal of
Volcanology and Geothermal Research,
241, 121-135.
KESIMPULAN
http://pip2bdiy.org/dkgm/news.php?view=11,
Berdasarkan wawancara kepada dua diakses pada 20 November 2019
narasumber yang berbeda didapatkan
kesimpulan bahwa kesiapsiagaan tiap orang
pada kawasan rawan bencana berbeda-
beda, pada narasumber pertama kesiap
siagaan terhadap bencana kurang baik
karena faktor usia dnamun siap siaga
bencana karena selalu dibantu oleh anak
dan cucunya yang lebih uo to date terhadap
informasi Gunung Merapi. Berdasarkan
wawancara narasumber pertama,
disimpulkan bahwa pelatihan kesiapsiagan
bencana sangat kurang pada Dusun
Kinahrejo berbeda dengan dusun
Sambungharjo yang sering didatangi LSM
dan badan pemerintah untuk melakukan
pelatihan kesiapsiagaan bencana. Pada
Narasumber kedua didapatkan bahwa pada
Dusun Sambungharjo warga sudah lebih
siap dan sigap dalam menghadapi erupsi
yang tiap waktu bisa terjadi, Dari rumah
kedua narasumber menuju lokasi
pengungsian terdekat yang dianjurkan oleh
Badan Geologi dalam Peta Kawasan
Rawan Bencana terbilang dekat. Dengan
jarak rata-rata 17 km dapat ditemuh dengan
waktu 30 menit. Harapannya kepada
pemerintah terkait untuk lebih menyeluruh
dalam melakukan sosialisasi kesiapsiagaan

Anda mungkin juga menyukai