Anda di halaman 1dari 5

Nama : Tubagus Irfan Ramazen

NIM : 111.160.116
Tugas Mata Kuliah Geologi Indonesia Kelas C

Sejarah Tektonik Pulau Kalimantan

Pulau Kalimantan merupakan pulau terbesar yang menjadi bagian dari


Lempeng mikro Sunda. Menurut Tapponnir (1982) Lempeng Asia Tenggara
ditafsirkan sebagai fragmen dari lempeng Eurasia yang melejit ke Tenggara
sebagai akibat dari tumbukan kerak Benua India dengan kerak Benua Asia, yang
terjadi kira-kira 40-50 juta tahun yang lalu. Fragmen dari lempeng Eurasia ini
kemudian dikenal sebagai lempeng mikro Sunda yang meliputi Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Adapun
batas-batas tektonik yang paling penting disebalah timur adalah :
1. Komplek subduksi Kapur Tersier Awal yang berarah Timur laut, dimulai dari
Pulau Jawa dan membentuk pegunungan Meratus sekarang;
2. Sesar mendatar utama di Kalimantan Timur dan Utara;
3. Jalur subduksi di Kalimantan Utara, Serawak, dan Laut Natuna, Jalur ini dikenal
dengan Jalur Lupar.

Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-


Embaluh berumur Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini
terbentuk Cekungan Melawi-Ketungai dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir,
dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange Lupar-Lubok Antu dan Boyan. Di
bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain berumur Kapur
Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit yang menerobos batuan
metamorf regional derajat rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara
Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-asem.
Tinggian Meratus merupakan sekuen ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal.
Cekungan Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.
1. Basement pre-Eosen
Bagian baratdaya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur
Awal) sebagai bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi baratdaya
Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, Sumatra, dan semenanjung Malaysia.
Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland. Ofiolit dan sediment dari busur kepulauan
dan fasies laut dalam ditemukan di Pegunungan Meratus, yang diperkirakan
berasal dari subduksi Mesozoikum. Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan
terdapat sediment laut dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit
di (Lupar line, Tatau-Mersing line, Boyan mélange antara Cekungan Ketungai dan
Melawi), dan unit lainnya yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Peter
dan Supriatna (1989) menyatakan bahwa terdapat intrusive besar bersifat granitik
berumur Trias diantara Cekungan Mandai dan Cekungan Kutai atas, memiliki
kontak tektonik dengan formasi berumur Jura-Kapur.

2. Permulaan Cekungan Eosen


Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah
tenggara di bawah baratlaut Kalimantan pada periode Kapur dan Tersier awal
dapat menjelaskan kehadiran ofiolit, mélanges, broken formations, dan struktur
tektonik Kelompok Rajang di Serawak, Formasi Crocker di bagian barat Sabah,
dan Kelompok Embaluh. Batas sebelah timur Sundaland selama Eosen yaitu
wilayah Sulawesi, yang merupakan batas konvergensi pada Tersier dan
kebanyakan sistem akresi terbentuk sejak Eosen.
Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan
mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence
pada Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan
fenomena regional dan kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian lempeng,
sebagai akibat pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.
3. Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara,
termasuk Kalimantan dan bagian utara lempeng benua Australia, diperkirakan
sebagai readjusement dari lempeng pada Oligosen. Di pulau New Guinea,
pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan yang dihubungkan dengan
collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan sejumlah komplek
busur. New Guinea di ubah dari batas konvergen pasif menjadi oblique. Sistem
sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen
benua Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada
kondisi lempeng pada pertengahan Oligosen.
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan
(SCS) dan wilayah sekitarnya. Ketidak selarasan ini dihubungkan dengan
pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti
secara progresif dari baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti
pada pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut, berhenti pada akhir Miosen
awal.
4. Tektonisme Miosen
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang
Sangat penting. Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di
Sabah dan Palawan; mulai terjadinya pembukaan Laut Sulu dan obduksi ofiolit di
Sabah. Membukanya cekungan marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian
awal Miosen tengah

Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen tengah


DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.P., dan Chambers,J.L.C.,1998, Sedimentation in the Modern and Miocen


Mahakam Delta. IPA, hal. 156-165.

Bachtiar, A., 2006, Slide Kuliah Geologi Indonesia, Prodi Teknik Geologi,
FIKTM-ITB.
Oh,H.L., The Kutai Basin a Unique Structural History. Proceeding IPA 20th
October 1987 Vol I p. 311-316.
Satyana, A.H., 2000, Kalimantan, An Outline of The Geology of Indonesia,
Indonesian Association of Geologists, p.69-89.
Van de Weerd, A.A., dan Armin, Richard A., 1992, Origin and Evolution of the
Tertiary Hydrocarbon-Bearing Basins in Kalimantan (Borneo), Indonesia,
The American Association of Petroleum Geologists Bulletin v. 76, No. 11,
p. 1778-1803

Anda mungkin juga menyukai